Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPS

DIBEBERAPA DUNIA

(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
IPS)

Dosen Pengampu: Wellfarina Hamer M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Aldo Serena (2301071004)


Adi Gusniawan (2301071002)
Auliya Ahsanil Kholqy (2301072002)
Siti Sayyidah (2301072010)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Bahasa indonesia yang berjudul “Sejarah Dan Perkembangan
Pendidikan Ips Dibeberapa Dunia” dapat selesai seperti waktu yang telah kami
rencanakan. Tersusunnya tugas ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara meterial dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penyusun, tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep
Dasar IPS. Tugas ini membahas tentang Sejarah Dan Perkembangan Pendidikan
Ipa Dibeberapa Dunia. Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

Wa’alaikumussalam Wr. Wb

Metro, 09 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Masalah.............................................................................................3

C. Tujuan Masalah.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Sejarah Pendidikan IPS di Amerika Serikat.................................................4

B. Sejarah Pendidikan di Korea Selatan............................................................9

C. Pendidikan IPS di Cina...............................................................................11

D. Perkembangan PIPS dalam Sistem Pendidikan di Indonesia......................13

E. Sejarah Pendidikan IPS di Kanada..............................................................23

BAB III PENUTUP..............................................................................................25

A. Kesimpulan.................................................................................................25

B. Saran............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kepustakaan asing, istilah IPS yang lazim digunakan antara lain
social Studies, social education, social studies education, social science education,
citizenship education, studies of society and environment. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan baik pada tingkat
SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri seperti halnya Ilmu-ilmu sosial
lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan pendidikan. Menurut Nu’man Somantri
pendidikan IPS sebagai penegasan dari akibat istilah IPS-IPA yang di tingkat
sekolah agar bisa dibedakan dengan pendidikan IPSyang di tingkat universitas.1

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan baik pada tingkat SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri
seperti halnya Ilmu-ilmu sosial lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan
ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan
pendidikan. Salah satu penyebab lahirnya IPS (social studies) disebabkan adanya
keinginan dari ahli-ahli ilmu sosial dan pendidikan untuk memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa. Misalnya di Amerika Serikat, IPS dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah agar masyarakat Amerika Serikat yang multi ras merasa satu
bangsa yaitu bangsa Amerika. Di Indonesia IPS dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah tidak terlepas dari situasi kacau akibat G30S/PKI. Dengan demikian salah
satu tujuan IPS ialah untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik.2

Sejarah lahirnya IPS yang pertamakai lahir di Inggris tentu memiliki latar
belakang yang berbeda dengan sejarah lahirnya IPS di Amarika Serikat dan
Indonesia. Latar belakang lahirnya pendidikan IPS tentu akan mempengaruhi
matei yang dikembangkan pada mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, sejarah

1
Henni Endayani, “SEJARAH DAN KONSEP PENDIDIKAN IPS Henni Endayani,”
Ittihad II, no. 2 (2018): 117–27.
2
Astawa, Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajawali Pers, 2017.

1
lahirnya IPS ini sangat penting untuk dipahami oleh para pendidik khususnya
guru IPS. Berikut penjelasan mengenai sejarah lahirnya IPS tersebut.3

Sumber dari semua ilmu ialah filsafat, dari filsafat tersebut lahirlah 2 (dua)
cabang ilmu yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
(thenatural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam
cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences).Ilmu-ilmu alam membagi diri
menjadi dua kelompok yaitu yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu
hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta seperti fisika, kimia, astronomi, ilmu bumi, dan lain-
lain. Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam. Cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial diantaranya antropologi, sosiologi, psikologi, ekonomi,
geografi, ilmu politik dan lain-lain.

Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial telah mengalami


perkembangan, sehingga timbullah social studies atau di Indonesia disebut Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). IPS (social studies) pertama kali dimasukkan dalam
kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau setengah abad
setelah terjadinya Revolusi Industri pada abad ke-18. Berbeda halnya dengan di
Inggris, social studies dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah Amerika Serikat
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsanya. Setelah berlangsungnya
Perang Budak pada tahun 1861-1865, bangsa Amerika Serikat yang terdiri dari
berbagai macam ras sulit untuk menjadi satu bangsa, hal ini juga disebabkan
perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Salah satu cara untuk menjadikan
penduduk Amerika Serikat merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika dengan
memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian
Wisconsin pada tahun 1892.4

3
Gunawan, Rudi, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta,
2013
4
Setiawan, Deny. (2015). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa. hlm. 6-7

2
B. Tujuan Masalah
1. Jelaskan Sejarah IPS di Amerika!
2. Jelaskan Sejarah IPS di Indonesia!
3. Jelaskan Sejarah di Korea Selatan!
4. Jelaskan Pendidikan IPS di Cina!
5. Jelaskan Pendidikan IPS di Kanada!

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah IPS di Amerika
2. Untuk Mengetahui IPS di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Korea Selatan
4. Untuk Mengetahui Pendidikan IPS di Cina
5. Untuk Mengetahui Pendidikan IPS di Kanada

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan IPS di Amerika Serikat

Pertama kali IPS dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby,


Inggris pada tahun 1827, sekitar setengah abad setelah revolusi industri (abad-18).
Revolusi industri abad ke-18 ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Di Amerika IPS secara formal dimasukkan ke
dalam kurikulum sekolah pada tahun 1892 di negara bagian Wisconsin. Latar
belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat
berbeda dengan di Inggris.5

Social Studies di Amerika Serikat dikenal mulai awal tahun 1900-an dalam bentuk
studi sejarah, pemerintahan, dan geografi. Pada awal-awal tahun tersebut terdapat
keterbatasan sumberdaya kurikulum dan pasokan buku-buku teks materi ajar
social studies hampir di setiap negara bagian. Sosial Studies di Amerika
merupakan mata pelajaran yang bersifat dasar yang ada mulai kurikulum TK,
Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah. Tujuannya berkaitan erat dengan hakikat
kewarganegaraan ialah mempersiapkan warga negara untuk hidup dalam
masyarakat demokratis dan dapat berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.

Pada awal pertumbuhannya, social studies dapat diidentifikasikan dari the


National Herbert Society papers of 1896- 1897, yakni sebagai “delimiting the
social sciencesfor pedagogical use” (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk
penggunaan secara pedagogik). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke20, social
studies telah dijadikan sebagai istilah resmi dalam kurikulum pendidikan,
khususnya di Amerika Serikat. Konsep tersebut kemudian dijadikan dasar
5
Rudi Gunawan. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 20.

4
pemikiran perlunya social studies seperti terdapat di dalam dokumen “Statement
of the Chairman of Committe on Social Studies”- Thomas Jesse Jones yang
dikeluarkan oleh Committe on Social Studies (CSS) tahun 1913.

Pada tahun 1915, Committe on Social Studies (CSS) mengeluarkan sebuah


dokumen yang bernama “ The Teaching of Community Civics”. Dalam dokumen
tersebut dirumuskan konsep warga negara yang baik sebagai sosok pribadi yang
sudah terbiasa melakukan sesuatu kesejahteraan individu dan masyarakat secara
cerdas dan aktif bekerja sama dengan anggota masyarkat lain hingga akhir
hayatnya. Menurut CSS, pendidikan di lingkungan rumah atau keluarga adalah
faktor pertama dalam pengembangan warga negara yang baik. CSS pun
memberikan rekomendasi konsep social studies sebagai “socially oriented
education”, atau lebih dikenal dengan istilah “community-civics”. Rekomendasi
Social Studies yang dirumuskan dalam dokmen CSS tahun 1913, 1915, dan 1916
merupakan konsep awal dan sangat berharga bagi “ National Council For the
Social Studies”(NCSS) yang berdiri tahun 1921. Dapat dianggap bahwa gagasan–
gagasan CSS menjadi bahan berharga bagi NCSS yang hingga saat ini tetap eksis
bahkan semakin berkembang.6

Muncul dan tumbuhnya penelitian tentang pendidikan pada sekitar tahun


1950-an dan 1960-an menyebabkan para guru lebih fokus pada pengajaran yang
memberikan pemahaman tentang konsepkonsep, generalisasi dan keterampilan
intelektual bukan sekadar memberikan pelajaran yang dirancang untuk
memberikan sekumpulan pengetahuan faktual. Pada era 1960-an bagi kalangan
komunitas akademik PIPS sering diklaim sebagai era “The New Social Studies”,
yaitu suatu gerakan pembaharuan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
dan kualitas program PIPS, melalui penguasaan kemampuan intelektual tingkat
tinggi (higher order thinking skills), dengan menempatkan metode inkuiri dan
pendekatan struktur disiplin ilmu sebagai subtansi kajian kurikulum ilmu.
Kemudian, pertumbuhan organisasi profesi disetiap negara bagian dan nasional
juga mulai berperan dalam membangun persiapan kurikulum dan standarisasi
6
Supardan, Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

5
guru. Perubahan tersebut secara dramatis muncul pada akhir 1980-an dan awal
1990-an.7

Pada tahun 1985, Smith yang mengkritik gerakan The New Social Studies.
Ia berpendapat bahwa hasil-hasil pengembangan kurikulum dari proyek tahun
1960an tersebut gagal karena:

a) ada kecenderungan bahwa reformasi kurikulum dilakukan hanya karena


tersedia dana yang memadai, walaupun sesungguhnya tidak ada kebutuhan
untuk melakukan reformasi.
b) para guru tidak banyak dilibatkan dalam pengembangan materinya,
sehingga hasilnya tidakmerefleksikan realitas pembelajaran di kelas.
c) dalam orientasinya kurikulum tersebut bersifat “positivistik”, serta tidak
diorientasikankepada kebutuhan pendidikan kewarganegaraan.

Walaupun banyak kritik terhadap lahirnya gerakan “The New Social Studies”,
namun ada sejumlah sisi positifnya, yakni:

a) Karena gerakan tersebut menandai terjadinya perubahan orientasi dalam


PIPS dari program “pendidikan sosial” (social education) menjadi program
“pendidikan ilmu-ilmu sosial” (social siciences education)
b) Pemikiran-pemikiran yang menjadi keyakinan epistemologis bagi para
pengembang program PIPS ”baru”semakin menegaskan arti penting sifat
“integratif” dari program PIPS, serta betapa kepentingan siswa sebagai hal
pokok dalam pengembangannya, seperti telah menjadi komitmen dan jati
diri awal PIPS.
c) Bahwa “antara tahun 1960 hingga 1975 merupakan periode terjadinya
reformasi dan perkembangan yang sesungguhnya di dalam pendidikan
sosial”.

NCSS pada tahun 1984 merumuskan definisi PIPS sebagai berikut: PIPS
dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang

7
Deny Setiawan. Pendidikan IPS, (Medan: Larispa, 2015), hlm. 6-7.

6
tujuan-tujuannya diturunkan dari hakikat kewarganegaraan di dalam masyarkat
demokratis, serta yang berkaitan dengan masyarakatmasyarakat lainnya, yang
kontennya berasal dari ilmu-ilmu sosial, dan disiplin-disiplin yang lain, serta dari
hasil refleksi pribadi, sosial, dan pengalamanpengalaman budaya siswa.8

Social studies di Amerika Serikat pertama kali di implementasikan di


negara bagian Wisconsin sekitar tahun 1892. Alasan memasukan materi sosial
studies di Amerika karena perbedaan ras yang ada di Amerika Serikat. Penduduk
Amerika Serikat terdiri dari berbagai ras, diantaranya ras Indian, ras kulit putih
dan ras negro. Ras Indian adalah penduduk asli negara tersebut, ras kulit putih
berasal dari Eropa sedangkan ras negro berasa dari Afrika. Kedatangan dari ras
kulit putih dan ras negro umumnya karena diperkejakan di perkebunan negara
tersebut. Perbedaan ras ini pada awalnya tidak bertentangan satu sama lain, tetapi
lambat laut menimbulkan masalah baru dengan terjadinya perang antar ras yang
berlangsung pada tahun 1861-1865.9

Di mana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia,
mulai terasaadanya kesulitan, karena penduduk yang multiras tersebut merasa
sulit untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi
yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras
untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Jika dilihat dari visi, misi, dan strateginya, IPS telah
dikembangkan dalam tiga tradisi yaitu:

1. IPS diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan: transmisi


kewarganegaraan ialah tradisi pembelajaran IPS yang menekankan pada
pewarisan nilai-nilai kepada peserta didik agar mereka memiliki pedoman
dalamberperilaku dan menjadi warga negara yang baik.

8
I Ketut Suparya, “Kajian Teoritis Perbandingan Kurikulum IPS Di Indonesia Dan
Amerika,” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 3, no. 2 (2022): 141,
https://doi.org/10.55115/edukasi.v3i2.2478.
9
Endayani, H. (2017). Pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial. IJTIMAIYAH
Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya, 1(1).

7
2. IPS diajarkan sebagai ilmu sosial: bertujuan menciptakan warga negara
yang menguasai cara berpikir para ahli ilmu sosial. Cara berpikir tersebut
berhasil melahirkan ahli-ahli riset yang mengetahui bagaimana
menginterpretasikan dan menggunakan pengetahuan sosial yang dapat
melihat dan membedakan masalah.
3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry: Inquiry merupakan tradisi
pembelajaran IPS yang mengajak guru dan murid untuk bekerjasama
mengidentifikasi satu masalah yang cocok untuk mereka dan masyarakat.
Masalah yang dipilih sesuai dengan minat siswa, memiliki fakta dan nilai-
nilai yang relevan karena akan diuji dalam kriteria tertentu.

Materi yang dibelajarkan pada sosial studies untuk masing-masing negara bagian
di wilayah Negara Amerika Serikat memiliki kekhasan tersendiri, akan tetapi
secara umum pengembangan materi disesuaikan dengan sepuluh tema yang
menjadi standar kurikulum untuk program studi sosial versi NCSS (National
Council for the Social Studies) adalah: (1) Budaya (culture); (2) Waktu,
Kebersinambungan, dan Perubahan (Time, Continuity, And Change), (3) Orang,
Tempat, dan Lingkungan (People, Places, And Environments), (4) Pengembangan
dan Identitas Individu (Individual Development And Identity), (5) Individu,
Kelompok, dan Institusi (Individuals, Groups, And Institutions), (6) Kekuatan,
Otoritas, dan Tata Kelola (Power, Authority, And Governance), (7) Produksi,
Distribusi, dan Konsumsi (Production, Distribution And Consumption), (8) Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat (Science, Technology, And Society), (9)
Koneksi Global (Global Connections), (10) Warga Negara yang Baik dan
Berbudaya ( Civic Ideals And Practices)10

Beberapa negara bagian akan mengembangkan tema-tema pembelajaran di


jenjang sekolah dasar berdasarkan tema NCSS dengan tetap memperhatikan
karekatestik negara setempat. Dari tema-tema pokok yang terdapat pada beberapa
Negara bagian Amerika Serikat (Alabama, Alaska, California) dikembangkan
10
Riswan, R., Rajiani, I., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022). The
Role of Economic in Social Studies Education. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 144-
151.

8
sesuai dengan standar tema yang telah ditetapkan oleh NCSS, misalnya: 1.
History, 2. Geography, 3. Economics, 4. Civics and Government, 5. Global
Perspectives.11

Gambaran kurikulum normatif untuk Social Studies kelas 6, 7, dan 8


meliputi Geografi Dunia, Peradaban Barat, Sejarah Amerika Serikat, Sejarah
Negara dan Kewarganegaraan. Pendekatan umum dalam pembelajaran di kelas
adalah membaca buku, di-riview oleh guru dengan mengemukakan ide utama dan
konsepnya, serta menuliskan jawaban atas pertanyaan. Social Studies untuk
tingkat menengah atas mencakup gabungan dari tema-tema pilihan. Negara bagian
biasanya menentukan persyaratan kelulusan yang tinggi untuk sekolah mereka
dalam hal “Carnegie Unit” atau bervariasi antara dua sampai empat unit untuk
kelulusan dalam social studies. Kemudian dilakukan pelacakan terhadap mereka
yang ingin mengikuti perkuliahan lebih lanjut atau tidak.12

B. Sejarah Pendidikan di Korea Selatan

Kurikulum Social Studies di Korea Selatan tidak dimulai sampai 1946,


ketika Korea Selatan dibebaskan dari penjajahan Jepang dan berada dibawah
pemerintah militer sementara AS tahun1945- 1947. Tujuan utama dari kurikulum
baru adalah untuk menghapus sisa-sisa imperialisme Jepang dari pikiran dan
mengajarkan tentang demokrasi. Kurikulum ini sebagian besar mengikuti model
“Democration Citizenship Education” di Amerika yang terdiri dari tiga mata
pelajaran: Kewarganegaraan, Geografi, dan Sejarah. Kurikulum di Korea telah
dimodifikasi beberapa kali, tetapi subyek dan tujuan utama tidak mengalami
banyak perubahan.13

11
Irrubai, M. L. (2021). KOMPARASI TEMA-TEMA POKOK SOCIAL STUDIES DI
NEGARA ASIA DAN AMERIKA SERIKAT. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education
Journal, 7(2), 265-286
12
Pantiwati, Y. (2012). PENERAPAN ASESMEN DAN PENILAIAN KEMAJUAN
HASIL BELAJAR SISWA DI OHIO-COLUMBUSAMERIKA SERIKAT.
13
Abdurrahman Ahmad dan Nasobi Niki Suma Musyarofah, Konsep Dasar IPS, ed. Depict
Pristine Adi (Yogyakarta: Komojoyo Press (Anggota IKAPI), 2021).

9
Kurikulum di Korea Selatan telah direvisi secara berkala untuk memenuhi
tuntutan baru pendidikan, perubahan masyarakat, dan batas-batas disiplin ilmu
baru. Kurikulum kelas direvisi pada tahun 1997 untuk memperkaya pendidikan
dasar, meningkatkan kemandirian siswa, pendidikan yang beorientasi pada
kebutuhan praktis siswa, dan peningkatan pemberian otonomi pada tingkat lokal
dan persekolahan. Kurikulum untuk kelas tujuh bertujuan membentuk individu
yang kreatif, memahami budaya dunia yang beragam, dan berkontribusi terhadap
budaya Korea Selatan dalam upaya mengembangkan masyarakat yang
demokratis.14

Siswa di Korea Selatan dari kelas 1 sampai 10 mengikuti kurikulum


seragam, yang mensyaratkan bahwa siswa mengambil “Kemasyarakatan” (Studi
Sosial, Sejarah, dan Geografi) dan “Sejarah Korea (mulai dari kelas 7). Siswa di
kelas 11 dan 12 dapat mengambil “Tema-tema Ilmu Sosial” sesuai minat
pendidikan mereka ke depan. Kelas rendah (kelas satu dan dua) mempelajari
ilmu-ilmu sosial dengan buku naskah cerita. Mulai kelas tiga sampai dengan
sepuluh, geografi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya diintegrasikan ke dalam
program yang disebut “Kemasyarakatan”. Siswa di kelas 11 dan 12 belajar ilmu
sosial secara terpisah dengan buku-buku teks tertentu berdasarkan jejak mereka
dan kebijakan sekolah.15

Kurikulum Social Studies di Korea Selatan tidak dimulai sampai 1946,


ketika Korea Selatan dibebaskan dari penjajahan Jepang dan berada dibawah
pemerintah militer sementara AS tahun1945-1947. Tujuan utama dari kurikulum
baru adalah untuk menghapus sisa-sisa imperialisme Jepang dari pikiran dan
mengajarkan tentang demokrasi. Kurikulum ini sebagian besar mengikuti model
“Democration Citizenship Education” di Amerika yang terdiri dari tiga mata
pelajaran: Kewarganegaraan, Geografi, dan Sejarah. Kurikulum di Korea telah
dimodifikasi beberapa kali, tetapi subyek dan tujuan utama tidak mengalami
banyak perubahan.
14
Fatimah, Siti. 2015. Pembelajaran IPS. Padang: UNP
15
Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:
PrenadaMedia Group.

10
C. Pendidikan IPS di Cina

Sejak tahun 1949, ketika Republik Rakyat China didirikan, pendidikan di


China telah mengikuti model Soviet, dengan ciri pada penekanan transmisi
pengetahuan, disiplin individu, sistem penilaian dan kurikulum nasional yang
sentralisir. Dalam beberapa dekade terakhir, kurikulum yang terpusat tersebut
telah membantu menerapkan kebijakan top-down dan reformasi pendidikan.
China mulai melakukan reformasi kurikulum nasional yang luas pada tahun 1999,
setelah kurikulum lama dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu, sosial
dan ekonomi China, terutama dalam upaya mempromosikan kompetensi warga
China dalam masyarakat global yang semakin kompetetitif.16

Tujuan reformasi tersebut adalah untuk menghasilkan peserta didik yang


memiliki keterampilan praktis individu yang utuh, melalui perencangan ulang
standar kurikulum nasional dan wajib belajar. Secara khusus, reformasi kurikulum
tersebut berusaha untuk 1) membangun karakter siswa, mengembangkan
kemampuan mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri dan aktif, dan membantu
mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
pembelajaran seumur hidup; 2) mengintegrasikan materi ajar yang saling
berhubungan, 3) membuat kurikulum lebih banyak konten berarti dan relevan
untuk masyarakat modern, dan 4) menilai belajar siswa sesuai standar
kurikulum.17

Kurikulum baru mulai diperkenalkan pada tahun 2000, dilakukan uji coba
lapangan dan perubahan-perubahan pada tahun 2005, Secara nasional
pembelajaran dengan kurikulum baru tersebut dimulai pada musim gugur tahun
2005. Social Studies merupakan bagian dari program utama dalam reformasi
tersebut. Secara tradisional, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Politik dan Geografi
adalah subjek yang terpisah dan berbasis pengetahuan. Kurikulum lama
menekankan akumulasi informasi dalam bidang pengetahuan tertentu, tetapi

16
Sapriya. 2017. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 34-39.
17
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembangan Standar Proses di Sekolah/
Madrasah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.

11
mengabaikan pengembangan pengetahuan yang komprehensif dalam disiplin ilmu
yang saling berkaitan sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah.
Dalam reformasi tersebut: “Pendidikan Moral” (kelas 1-6) dan “Masyarakat”
(kelas 4-6) diganti tema komprehensif “Moralitas dan Kehidupan” (kelas 1-2) dan
“Moralitas dan Masyarakat” (kelas 3-6); sedangkan di tingkat sekolah menengah,
“Sejarah”, dan “Geografi” diintegrasikan ke dalam satu subjek: “Sejarah dan
Masyarakat”.18

Untuk tingkat menengah atas masih secara tradisional yaitu Sejarah dan
Geografi sebagai program individu tetapi dibawah payung "Humaniora dan
Masyarakat." Integrasi ini bertujuan untuk membuat konten studi sosial lebih
bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. The National Standards for
History and Society didefinisikan dalam kurikulum baru “could serve as a general
framework for social studies education in China”. Sedangkan tujuan umum dari
History and Society adalah “is to help students develop initiative spirit, social
practice skills and social responsibility; develop moral values and a correct
perspective of the world and human life; and become a qualified citizen in a
modern socialist country”. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat enam
komponen: yaitu: 1) growing in society; 2) economic, political, and cultural life
around us; 3) our region and environment; 4) Chinese history and culture; 5)
world history and culture; and 6) skills and methods of social inquiry.19

Pada prinsipnya, kurikulum tersebut dirancang untuk memenuhi


kebutuhan individu dan pengalaman hidup para siswa. Kebijakan mendukung
pembelajaran aktif dan didapatkannya pengetahuan melalui model belajar yang
bervariasi, seperti studi penyelidikan, diskusi kelas, kolaborasi, dan survei sosial

18
Rahayu, R., Abbas, E. W., & Jumriani, J. (2021). Social Studies Lesson Planning For
Children With Intellectual Disabilities In The Pembina State Special School Of South Kalimantan
Province. The Kalimantan Social Studies Journal, 2(2), 160–169.
Https://Doi.Org/10.20527/Kss.V2i2 .3242
19
Sutrisna, Edy. (2012). Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati). Journal of Educational Social
Studies 1, Nomor 1, 48-54. Diakses 28 Februari 2021.

12
dan praktek. Kurikulum menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk
menangani isu-isu realitas kehidupan. Kurikulum baru juga memberikan
kesempatan kepada siswa sekolah menengah memperoleh beberapa pengetahuan
tentang ekonomi.

D. Perkembangan PIPS dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

Perkembangan IPS di dunia khususnya di Amerika Serikat telah banyak


memenuhi pemikiran Pendidikan IPS di Indonesia. Namun, untuk menelusuri
perkembangan pemikiran atau konsep PIPS di Indonesia secara historis dirasakan
sulit. Hal ini diakui oleh Winaputra karena dua alasan, yaitu:

1. Di Indonesia belum ada lembaga profesional bidang PIPS setua dan sekuat
NCSS atau SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki Indonesia, yakni
HISPIPSI (Himpunan Sarjana IPS Indonesia yang sekarang telah berubah
nama menjadi HISPISI = Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial
Indonesia), usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya
masih belum optimal.20
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu
pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran
individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur). Selain itu,
tradisi yang dikembangkan oleh komunitas akademik khususnya melalui
HISPISI belum dapat menembus atau mempengaruhi kebijakan
pemerintah dalam pengembangan kurikulum sebagaimana yang telah
dilakukan oleh NCSS dan SSEC di Amerika Serikat.

Keberadaan PIPS dalam sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan


dari sistem kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia. Seperti telah
dikemukakan oleh sejumlah pakar bahwa secara embrionik kurikuler, PIPS di
lembaga pendidikan formal atau sekolah di Indonesia pernah dimuat dalam
20
Farina. (2015). Social Studies: Scope and Squence. New York: Department of Education.

13
kurikulum tahun 1947, kurikulum berpusat mata pelajaran terurai tahun 1952,
kurikulum 1964, dan kurikulum 1968. Baru dalam kurikulum tahun 1975,
kurikulum 1984, dan kurikulum tahun 1994, PIPS telah menjadi salah satu mata
pelajaran yang berdiri sendiri pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang
disesuaikan dengan karakteristik atau kebutuhan peserta didik.21

Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan, maka tidak ada lagi kurikulum yang bersifat
terpusat (kurikulum nasional). Menurut PP tersebut, penyusunan kurikulum
menjadi kewenangan satuan pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum yang berlaku
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemerintah pusat yang
menugaskan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) hanya
berkewajiban menyusun standar nasional termasuk dalam membuat Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang mulai tahun 2006 diterbitkan
dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22
tentang Standar Isi (SI) dan nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).

1. Pendidikan IPS pada Tahun 1945-1964

Pada kurun waktu tahun 1945-1964 istilah IPS di Indonesia belum dikenal.
Namun, pembelajaran yang memiliki karakteristik sama dengan IPS merujuk
kepada definisi social studies menurut Edgar Wesley yang menyatakan bahwa
pendidikan IPS ialah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Kenyataan ini dapat dilihat dari adanya mata pelajaran sejarah,
geografi, civics, koperasi yang disampaikan secara terpisah di sekolah dasar, dan
mata pelajaran ekonomi, sosiologi, antropologi di sekolah menengah.

2. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1964-1968

Dalam kurikulum 1964, ada perubahan pendekatan dalam pengajaran IPS


di Indonesia, meskipun istilah IPS pada kurun waktu ini belum dikenal. Dimyati
21
Jay. (2002). Social Studies Curriculum Table of Contents. Alaska: Kenai Peninsula
borough school district 148 n. Binkley.

14
menamakan pendekatan yang digunakan bersifat korelatif dari ilmu-ilmu sosial.
Dalam kurikulum tersebut, ada mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan yang
terdiri atas korelasi dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah dan civics. Pada tahun
1968, terjadi perubahan kurikulum yang ditandai oleh adanya pengelompokan
mata pelajaran sesuai dengan orientasi dan perkembangan pendidikan. Pada saat
ini mulai diperkenalkan nama pendidikan kewarganegaraan sehingga pendidikan
kemasyarakatan diubah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang merupakan
korelasi dari ilmu bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan.22

Ketika kurikulum 1968 masih berlaku, istilah IPS mulai muncul dalam
seminar nasional tentang Civics Education tahun 1972 di Tawang Manggu Solo.
Menurut Winataputra, dalam laporan seminar tersebut ada tiga istilah yang
muncul dan digunakan secara bertukar-pakai, yakni pengetahuan sosial, studi
sosial, dan ilmu pengetahuan sosial, yang diartikan sebagai suatu studi masalah-
masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami
siswa. IPS sebagai mata pelajaran pertama sekali masuk ke dalam dunia
persekolahan pada tahun 1972-1973 yakni dalam kurikulum Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Pada saat itu, mata pelajaran IPS
belum masuk ke dalam kurikulum SD, SMP, dan SMA. Menurut Winataputra
dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah Pendidikkan Kewargaan
Negara atau studi sosial sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam kurikulum
SD PPSP tersebut, IPS diartikan sama dengan Pendidikan Kewarganegaraan. 23

3. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1975 dan 1984

Sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik pada tahun sebelumnya,


maka pada tahun 1975 mulai diperkenalkan mata pelajaran IPSdalam sistem
kurikulum di Indonesia, IPS sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum 1975

22
Mutiani, M., Supriatna, N., Abbas, E. W., Rini, T. P. W., & Subiyakto, B. (2021).
Technological, Pedagogical, Content Knowledge (TPACK): A Discursions In Learning Innovation
On Social Studies. The Innovation Of Social Studies Journal, 2(2), 135–142
23
Nuryadi, N., & Setiana, D. S. (2020). Kajian Kurikulum Sekolahdasar Dan Menengah.
GRAMASURYA. Http://Eprints.MercubuanaYogya.Ac.Id/8920/

15
diberikan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA menggunakan pendekatan yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik yang
ada di tiap jenjang tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum ini adalah berbasis pada materi pelajaran. Ciri yang menonjol dari
pengembangan materi dalam kurikulum ini ialah pengembangan dimensi nilai
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Winataputra kurikulum 1975
menampilkan pendidikan IPS dalam empat profil sebagai berikut:

a. Pendidikan moral pancasila menggantikan pendidkan kewarganegara


sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi
citizenship transmision.
b. Pendidikan IPS terpadu (integrated) untuk sekolah dasar
c. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai
konsep payung yang menaungi mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi
koperasi.
d. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG.

Dalam kurikulum 1984, pengajaran IPS di sekolah khususnya pada jenjang


sekolah menengah diuraikan berdasarkan disiplin ilmu sosial untuk masing-
masing mata pelajaran atau bahkan pembahasan tersendiri secara terpisah. Pada
hakikatnya, model kurikulum 1984 untuk jenjang SMP dan SMA tidak banyak
mengalami perubahan karena sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1975.
Demikian pula untuk jenjang SD, mata pelajaran IPS tidak mengalami perubahan
artinya kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 1975.24

24
Umiatik, Tri. (2017). Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Ruang dan Kemampuan Membaca Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora, vol. 3 (3), 559-565. http://ejournal.uin-
suska. ac.id/index.php/suaraguru/article/download/4096/2554 diakses 2 Juni 2018.

16
4. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1994

Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran IPS mengalami perubahan yang


cukup signifikan. Hal ini terjadi setelah diberlakukannya Undangundang Nomor
2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai implikasi dari pelaksanaan
UU tersebut muncul kajian kurikuler yang menggantikan mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Kedudukan PPKn ini masih tetap sebagai mata
pelajaran dalam lingkup IPS khusus dan wajib diikuti oleh semua siswa pada
semua jenjang (SD, SMP, dan SMA). Untuk mata pelajaran IPS, kurikulum 1994
menetapkan karakteristik sebagai berikut:

a. Mata pelajaran IPS untuk SD masih tetap menggunakan pendekatan


terpadu (integrated) dan berlaku untuk kelas III s.d kelas VI sedangkan
untuk kelas I dan II tidak secara eksplisit bahwa IPS sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
b. Mata pelajaran IPS untuk SMP tidak mengalami perubahan pendekatan
artinya masih bersifat terkonfederasi yang mencakup geografi, sejarah dan
ekonomi koperasi
c. Mata pelajaran IPS untuk SMA menggunakan pendekatan terpisahpisah
(saparated) atas mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum untuk
kelas I dan II, ekonomi dan geografi untuk kelas I dan II, sosiologi kelas
II, sejarah budaya untuk kelas III program bahasa, ekonomi, sosiologi, tata
negara, dan antropologi untuk kelas III program IPS.

Khusus untuk IPS SD, materi pelajaran dibagi atas dua bagian, yakni
materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi pengetahuan sosial meliputi
lingkungan sosial, geografi, ekonomi dan politik atau pemerintahan sedangkan
cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. 25 Tujuannya
ialah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang
akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari
25
Hidayat, B. (2020). Tinjauan Historis Pendidikan IPS di Indonesia. Jurnal Pendidikan
IPS Indonesia, 4(2), 147-154

17
peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa
kebanggaan dan cinta tanah air. Karena IPS untuk SMP dan SMA menganut
pendekatan konfederasi dan terpisah-terpisah maka tujuannya disesuaikan dengan
karakteristik tiap mata pelajaran yang terpisah-pisah. Tujuan mata pelajaran
sejarah nasional dan sejarah umum untuk SMA, misalnya adalah untuk
menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa lampau hingga
masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga
sebagai warga bangsa Indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat
antar bangsa di dunia.26

Mata pelajaran ekonomi bertujuan untuk memberikan pengetahuan


konsep-konsep dan teori sederhana dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah-masalah ekonomi yang dihadapinya secara kristis dan objektif. Mata
pelajaran sosiologi memiliki tujuan untuk memberikan kemampuan memahami
secara kritis berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang muncul
sehubungan dengan perubahan masyarakat dan budaya, menanamkan kesadaran
perlunya ketentuan masyarakat, dan mampu menempatkan diri dalam berbagai
situasi sosial budaya sesuai dengan kedudukan, peran, norma dan nilai sosial yang
berlaku di masyarakat.27

Mata pelajaran geografi bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan


dan sikap rasional yang bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dan
kehidupan di muka bumi serta permasalahannya yang timbul sebagai akibat
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Adapun mata pelajaran tata
negara bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar siswa memahami
penyelenggaraan negara sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peralihan
negara sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan negara sesuai
dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan, sistem pemerintahan Negara RI
maupun negara lain.

26
Bobi Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan IPS
Indonesia 4, no. 2 (2020): 147–54, https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3493.
27
M. Iqbal Birsyada. 2014. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia:Jurnal Sosialita, Vol.
1, No. 2, November 2014

18
5. Pendidikan IPS dalam Permendiknas

Memasuki abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala


aspek kehidupan khususnya dalam bidang politik, hukum, dan kondisi ekonomi
telah menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Setelah perubahan kurikulum 1994 secara tambal sulam yakni melalui
perubahan dengan diberlakukannya Kurikulum Suplemen ternyata dirasakan
masih belum memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat secara luas. Oleh karena
itu, para ahli pengembang kurikulum yang difasilitasi oleh pusat pengembangan
kurikulum Depdiknas mengadakan berbagai uji coba model kurikulum. Pada saat
itu digulirkan pula gagasan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sempat
mendapat tanggapan pro kontra tetapi nama KBK menjadi sangat populer karena
gemanya bukan hanya terjadi di jenjang sekolah melainkan hingga ke berbagai
jenjang dan jenis pendidikan bahkan tingkat perguruan tinggi.28

Pada tahun 2003 disahkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak
yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kuirkulum di Indonesia. Salah
satu implikasi dari ketentuan undangundang tersebut ialah lahirnya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
(SNP). Dalam PP tersebut dikemukakan bahwa standar nasional ialah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. menurut pasal 35 Undang-undang No. 20 Tahun 2003,
Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Oleh
karena itu, adanya Standar Nasional Pendidikan telah berimplikasi terhadap
sejumlah kebijakan bidang pendidikan yang lebih rendah. Sementara itu dalam
pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa
lingkup standar nasional meliputi:

1. Standar isi
28
Eka Susanti dan Henni Endayani, Konsep Dasar IPS, ed. Nuriza Dora (Medan: CV
Widya Puspita, 2018).

19
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan

Dalam pasal 37 Undang-undang Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran


IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar
dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian penjelasan UU Sisdiknas
Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain ilmu bumi,
sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta
didik terhadap kondisi sosial masyarakat.29

Dengan adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan IPS sebagai


mata pelajaran dalam sistem pendidikan di Indonesia telah menjadikan kedudukan
IPS semakin jelas dan kokoh. Hal ini sekaligus menjawab berbagai keraguan dan
kekhawatiran yang pernah dialami oleh akademisi dan praktisi IPS di berbagai
lembaga pendidikan pada saat sebelum lahirnya undang-undang.

Pada saat itu, yakni sebelum lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 muncul
sejumlah gagasan yang dilontarkan tentang perlunya perubahan nama sejumlah
mata pelajaran sekolah dengan alasan jumlah mata pelajaran sekolah agar lebih
ramping. Salah satu target perubahan tersebut ialah mata pelajaran IPS dan PPKn
terutama di jenjang SD dan SMP. Nama yang ditawarkan antara lain mata
pelajaran Pengetahuan Sosial (PS) yang isi di dalamnya memuat materi
pendidikan kewarganegaraan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan,
sementara mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKn) dihilangkan.
Dalam gagasan lain, memunculkan nama Pendidikan Kewarganegaraan dan

29
Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia.”

20
Pengetahuan Sosial (PKPS) yang mengandung muatan sama dengan Pengetahuan
Sosial di atas. Pada jenjang SMP dan SMA nama mata pelajaran PPKn diubah
menjadi mata pelajaran Kewarganegaraan.30

Perubahan nama mata pelajaran ini bahkan sudah diuji coba di berbagai
daerah dan LPTK serta divalidasi oleh para guru dan ahli terkait. Hasilnya ialah
dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan mata pelajaran yang
ada disebut Pengetahuan Sosial, ada yang dinamakan mata pelajaran
Kewarganegaraan, dan ada yang berlabel Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosial untuk SD dan SMP bahkan telah dicetak, diedarkan dan
dilaksanakan pada sejumlah sekolah padahal tidak pernah disahkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas RI). Namun, setelah disahkan UU No. 20/2003
yang diakui oleh adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan perlu adanya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pengembangan kurikulum mata
pelajaran sekolah umumnya dan khususnya untuk mata pelajaran IPS mengacu
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang
Standar Isi dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan
panduan KTSP yang dikeluarkan oeh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).31

6. Pendidikan IPS dalam kurikulum 2013

Kedudukan IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan
mata pelajaran lain. Mata pelajaran IPS di SMP menggunakan pendekatan
integratif dalam organisasi Kompetensi Dasar dan pembelajaran. Kompetensi
dasar yang ada diintegrasikan dengan menggunakan konsep geografi sebagai
platform. Integrasi dalam KD dilakukan antara konten geografi, sejarah, ekonomi,
sosiologi dan antropologi. Konten Pendidikan IPS dalam kurikulum 2013 menurut
Hamid meliputi: pertama, pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di

30
Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar IPs, ed. Alviana Cahyanti
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2018).
31
Huriah, R. (2014) Pengembangan Profesi Pendidikan IPS.Bandung. Alfabeta

21
sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan
lingkungannya; kedua, keterampilan berpikir logis kritis, membaca, belajar,
memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa; ketiga nilai-nilai kejujuran kerjakeras, sosial, budaya,
kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada
nilai-nilai tersebut; keempat, sikap rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi,
kompetitif, kreatif, inovatif dan bertanggungjawab.

E. Sejarah Pendidikan IPS di Kanada

Dasar perubahan kurikulum dalan studi sosial (IPS) dan sejarah Canada
merupakan bagian dari satu rangkaian perubahan kurikulumdalam studi sosial
yang dikerjakan oleh saskatchewan pendidikan. Proses pengembangan kurikulum
dimulai dengan penetapaan gugus tugas studi sosial (IPS) tahun 1981. Gugus
tugas terdiri dari orang-orang refresentatif dari berbagai sektor masyarakat
skatchewan. Mereka mensurvei pendapat umum dan atas dasar penemuan nya
dihasilkan suatu laporan yang menguraikan suatu filosofi untuk pendidikan IPS.
Di dalam kurikulum Canada dikembangkan core curriculum yang merupakan
kemampuan dasar yang menjadi landasan pembentukan kurikulum sekolah di
Kanada dari jenjang Kidergarten, Elementery level, middle level sampai
secondary level.

Terdapat dua komponen penting dalam core curicullum yaitu Required Areas of
Study dan Common Essential Learning. Pengembangan core curicullum menjadi
Required Areas of Study menjadi tujuh yaitu : language Art, Mathematics,
Science, Social studies, Health education, art education dan physical education.
Pengembangan Common essential learning (CELS) atau kompetensi yag harus

22
dikembangkan terus menerus dan oleh semua mata pelajaran, yang meliputi enam
kemampuan, yaitu komunikasi (communication), kemampuan dalam matematika
(numeracy), berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), melek
teknologi (technology literacy), nilai dan keterampilan personal dan sosial
(personal and social values and skills), belajar mandiri (independent learning).

1. Komunikasi (communication), difokuskan pada meningkatkan


pemahaman siswa terhadap bahasa yang digunakan di dalam setiap bidang
studi.
2. Kemampuan dalam matematika (numeracy), melibatkan dan membantu
siswa mengembangkan tingkatan kompetensi yang akan mendorong
mereka untuk menggunakan konsep matematika di dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), dimaksudkan
untuk membantu para siswa mengembangkan kemampuan untuk
menciptakan dan dengan kritis mengevaluasi gagasan, proses,
pengalaman, dan object berhubungan dengan area masing-masing bidang
studi.
4. Melek teknologi (technology literacy), membantu siswa mengapresiasi
bahwa system teknologi merupakan integral dalam system social dan tidak
bisa dipisahkan dari budaya di dalamnya yang mereka bentuk.
5. Nilai dan keterampilan personal dan sosial (personal and social values and
skills berhadapan dengan pribadi, moral, sosial, dan aspek budaya dari
tiap sekolah dan mempunyai sasaran utama mengembangkan warga negara
yang penuh cinta kasih dan bertanggung jawab, yang memahami dasar
pemikiran (rasional) untuk pengakuan moral.
6. Belajar mandiri (independent learning), melibatkan siswa pada upaya
untuk menciptakan peluang/kesempatan dan pengalaman yang diperlukan
siswa untuk menjadi mampu (capable), percaya diri, motivasi diri, dan
pembelajar sepanjang hayat yang melihat belajar sebagai kegiatan
pemberdayaan potensi diri dan sosial paling berharga.

23
Dalam kurikulum Kanada, Social Studies merupakan salah satu dari tujuh
mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah mulai dari TK sampai SMA
(Required Areas of Study). Dimana dalam social studies ini pun harus
dikembangkan keamampuan siswa untuk berkomunikasi, matematika, berpikir
kritis dan kreatif, melek teknologi, nilai dan keterampilan personal dan sosial,
dan belajar mandiri sebagai Common essential learning (CELS).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ide IPS pertama kali muncul di Amerika Serikat yang adopsi dari nama
sebuah lembaga yang bernama committe of social studies. Latar belakang
Lahirnya IPS dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sosiologis dan aspek
pedagogis. Aspek sosiologis dilatarbelakangi oleh kondisi sosial masyarakat yang
mengalami ketidakstabilan, bahkan kekacauan. Hal ini nampak pada pola interaksi
antar lapisan masyarakat yang tidak harmonis, yang digambarkan dengan
kehidupan kaum buruh dengan sesama buruh dan antara kaum buruh dengan
majikan yang mempekerjakan mereka dalam masyarakat Inggris sebagai dampak
dari revolusi industri. Berbeda dari aspek sosiologis, aspek pedagogik lebih
menekankan upaya mengatasi pembelajaran ilmu sosial yang belum menyentuh
kehidupan riil peserta didik karena sifat ilmiah yang dimiliki oleh ilmu tersebut.

24
Latar belakang sosiologis dan pedagogis tersebut kemudian melahirkan tiga
tradisi pembelajaran IPS, yang masing-masing dengan urgensi yang berbeda.
Ketiganya adalah

1) pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan,


2) pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial,
3) pembelajaran IPS sebagai inkuiri yang reflektif.

Demikian juga yang terjadi di Amerika Serikat menggambarkan kondisi


masyarakat yang kental dan lekat dengan segregasi sosial. Keadaan yang
demikian itulah yang melatarbelakangi munculnya IPS sebagai solusi dari
masalah yang dihadapi masyarakat pada waktu itu.

B. Saran

Pada kenyataan, pembuatan tugas atau makalah ini masih bersifat sangat
sederhana dan simpel. Serta dalam penyusunan tugas atau makalah inipun masih
memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ahmad dan Nasobi Niki Suma Musyarofah, Konsep Dasar IPS, ed.
Depict Pristine Adi (Yogyakarta: Komojoyo Press (Anggota IKAPI),
2021).

Astawa, Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajawali Pers, 2017.

Bobi Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia,” Jurnal


Pendidikan IPS Indonesia 4, no. 2 (2020): 147–54,
https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3493.

Bobi Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan


IPS Indonesia 4, no. 2 (2020): 147–54,
https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3493.

25
Deny Setiawan. Pendidikan IPS, (Medan: Larispa, 2015), hlm. 6-7

Eka Susanti dan Henni Endayani, Konsep Dasar IPS, ed. Nuriza Dora (Medan:
CV Widya Puspita, 2018).

Endayani, H. (2017). Pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial.


IJTIMAIYAH Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya, 1(1).

Farina. (2015). Social Studies: Scope and Squence. New York: Department of
Education.

Fatimah, Siti. 2015. Pembelajaran IPS. Padang: UNP

Gunawan, Rudi, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung:


Alfabeta, 2013

Henni Endayani, “SEJARAH DAN KONSEP PENDIDIKAN IPS Henni


Endayani,” Ittihad II, no. 2 (2018): 117–27.

Huriah, R. (2014) Pengembangan Profesi Pendidikan IPS.Bandung. Alfabeta

I Ketut Suparya, “Kajian Teoritis Perbandingan Kurikulum IPS Di Indonesia Dan


Amerika,” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 3, no. 2 (2022): 141,
https://doi.org/10.55115/edukasi.v3i2.2478.

Irrubai, M. L. (2021). KOMPARASI TEMA-TEMA POKOK SOCIAL STUDIES


DI NEGARA ASIA DAN AMERIKA SERIKAT. SOSIO-DIDAKTIKA:
Social Science Education Journal, 7(2), 265-286

M. Iqbal Birsyada. 2014. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia:Jurnal Sosialita,


Vol. 1, No. 2, November 2014

Mutiani, M., Supriatna, N., Abbas, E. W., Rini, T. P. W., & Subiyakto, B. (2021).
Technological, Pedagogical, Content Knowledge (TPACK): A Discursions
In Learning Innovation On Social Studies. The Innovation Of Social
Studies Journal, 2(2), 135–142

26
Nuryadi, N., & Setiana, D. S. (2020). Kajian Kurikulum Sekolahdasar Dan
Menengah. GRAMASURYA.
Http://Eprints.MercubuanaYogya.Ac.Id/8920/

Pantiwati, Y. (2012). PENERAPAN ASESMEN DAN PENILAIAN


KEMAJUAN HASIL BELAJAR SISWA DI OHIO-
COLUMBUSAMERIKA SERIKAT.

Rahayu, R., Abbas, E. W., & Jumriani, J. (2021). Social Studies Lesson Planning
For Children With Intellectual Disabilities In The Pembina State Special
School Of South Kalimantan Province. The Kalimantan Social Studies
Journal, 2(2), 160–169. Https://Doi.Org/10.20527/Kss.V2i2 .3242

Riswan, R., Rajiani, I., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022).
The Role of Economic in Social Studies Education. The Kalimantan
Social Studies Journal, 3(2), 144-151.

Rudi Gunawan. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung:


Alfabeta, 2013), hlm. 20.

Setiawan, Deny. (2015). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa.


hlm. 6-7

Supardan, Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.


Jakarta: PrenadaMedia Group.

Sutrisna, Edy. (2012). Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati).
Journal of Educational Social Studies 1, Nomor 1, 48-54. Diakses 28
Februari 2021.

Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar IPs, ed. Alviana
Cahyanti (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018).

27
Umiatik, Tri. (2017). Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Ruang dan Kemampuan Membaca Pada
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan
Humaniora, vol. 3 (3), 559-565. http://ejournal.uin-suska.
ac.id/index.php/suaraguru/article/download/4096/2554 diakses 2 Juni
2018.

Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembangan Standar Proses di


Sekolah/ Madrasah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.

28

Anda mungkin juga menyukai