DIBEBERAPA DUNIA
(Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
IPS)
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Bahasa indonesia yang berjudul “Sejarah Dan Perkembangan
Pendidikan Ips Dibeberapa Dunia” dapat selesai seperti waktu yang telah kami
rencanakan. Tersusunnya tugas ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara meterial dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penyusun, tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep
Dasar IPS. Tugas ini membahas tentang Sejarah Dan Perkembangan Pendidikan
Ipa Dibeberapa Dunia. Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan Masalah.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kepustakaan asing, istilah IPS yang lazim digunakan antara lain
social Studies, social education, social studies education, social science education,
citizenship education, studies of society and environment. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan baik pada tingkat
SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri seperti halnya Ilmu-ilmu sosial
lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan pendidikan. Menurut Nu’man Somantri
pendidikan IPS sebagai penegasan dari akibat istilah IPS-IPA yang di tingkat
sekolah agar bisa dibedakan dengan pendidikan IPSyang di tingkat universitas.1
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan baik pada tingkat SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri
seperti halnya Ilmu-ilmu sosial lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan
ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan
pendidikan. Salah satu penyebab lahirnya IPS (social studies) disebabkan adanya
keinginan dari ahli-ahli ilmu sosial dan pendidikan untuk memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa. Misalnya di Amerika Serikat, IPS dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah agar masyarakat Amerika Serikat yang multi ras merasa satu
bangsa yaitu bangsa Amerika. Di Indonesia IPS dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah tidak terlepas dari situasi kacau akibat G30S/PKI. Dengan demikian salah
satu tujuan IPS ialah untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik.2
Sejarah lahirnya IPS yang pertamakai lahir di Inggris tentu memiliki latar
belakang yang berbeda dengan sejarah lahirnya IPS di Amarika Serikat dan
Indonesia. Latar belakang lahirnya pendidikan IPS tentu akan mempengaruhi
matei yang dikembangkan pada mata pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, sejarah
1
Henni Endayani, “SEJARAH DAN KONSEP PENDIDIKAN IPS Henni Endayani,”
Ittihad II, no. 2 (2018): 117–27.
2
Astawa, Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajawali Pers, 2017.
1
lahirnya IPS ini sangat penting untuk dipahami oleh para pendidik khususnya
guru IPS. Berikut penjelasan mengenai sejarah lahirnya IPS tersebut.3
Sumber dari semua ilmu ialah filsafat, dari filsafat tersebut lahirlah 2 (dua)
cabang ilmu yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
(thenatural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam
cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences).Ilmu-ilmu alam membagi diri
menjadi dua kelompok yaitu yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu
hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta seperti fisika, kimia, astronomi, ilmu bumi, dan lain-
lain. Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam. Cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial diantaranya antropologi, sosiologi, psikologi, ekonomi,
geografi, ilmu politik dan lain-lain.
3
Gunawan, Rudi, Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta,
2013
4
Setiawan, Deny. (2015). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa. hlm. 6-7
2
B. Tujuan Masalah
1. Jelaskan Sejarah IPS di Amerika!
2. Jelaskan Sejarah IPS di Indonesia!
3. Jelaskan Sejarah di Korea Selatan!
4. Jelaskan Pendidikan IPS di Cina!
5. Jelaskan Pendidikan IPS di Kanada!
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah IPS di Amerika
2. Untuk Mengetahui IPS di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Korea Selatan
4. Untuk Mengetahui Pendidikan IPS di Cina
5. Untuk Mengetahui Pendidikan IPS di Kanada
3
BAB II
PEMBAHASAN
Social Studies di Amerika Serikat dikenal mulai awal tahun 1900-an dalam bentuk
studi sejarah, pemerintahan, dan geografi. Pada awal-awal tahun tersebut terdapat
keterbatasan sumberdaya kurikulum dan pasokan buku-buku teks materi ajar
social studies hampir di setiap negara bagian. Sosial Studies di Amerika
merupakan mata pelajaran yang bersifat dasar yang ada mulai kurikulum TK,
Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah. Tujuannya berkaitan erat dengan hakikat
kewarganegaraan ialah mempersiapkan warga negara untuk hidup dalam
masyarakat demokratis dan dapat berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.
4
pemikiran perlunya social studies seperti terdapat di dalam dokumen “Statement
of the Chairman of Committe on Social Studies”- Thomas Jesse Jones yang
dikeluarkan oleh Committe on Social Studies (CSS) tahun 1913.
5
guru. Perubahan tersebut secara dramatis muncul pada akhir 1980-an dan awal
1990-an.7
Pada tahun 1985, Smith yang mengkritik gerakan The New Social Studies.
Ia berpendapat bahwa hasil-hasil pengembangan kurikulum dari proyek tahun
1960an tersebut gagal karena:
Walaupun banyak kritik terhadap lahirnya gerakan “The New Social Studies”,
namun ada sejumlah sisi positifnya, yakni:
NCSS pada tahun 1984 merumuskan definisi PIPS sebagai berikut: PIPS
dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang
7
Deny Setiawan. Pendidikan IPS, (Medan: Larispa, 2015), hlm. 6-7.
6
tujuan-tujuannya diturunkan dari hakikat kewarganegaraan di dalam masyarkat
demokratis, serta yang berkaitan dengan masyarakatmasyarakat lainnya, yang
kontennya berasal dari ilmu-ilmu sosial, dan disiplin-disiplin yang lain, serta dari
hasil refleksi pribadi, sosial, dan pengalamanpengalaman budaya siswa.8
Di mana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia,
mulai terasaadanya kesulitan, karena penduduk yang multiras tersebut merasa
sulit untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi
yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras
untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Jika dilihat dari visi, misi, dan strateginya, IPS telah
dikembangkan dalam tiga tradisi yaitu:
8
I Ketut Suparya, “Kajian Teoritis Perbandingan Kurikulum IPS Di Indonesia Dan
Amerika,” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 3, no. 2 (2022): 141,
https://doi.org/10.55115/edukasi.v3i2.2478.
9
Endayani, H. (2017). Pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial. IJTIMAIYAH
Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya, 1(1).
7
2. IPS diajarkan sebagai ilmu sosial: bertujuan menciptakan warga negara
yang menguasai cara berpikir para ahli ilmu sosial. Cara berpikir tersebut
berhasil melahirkan ahli-ahli riset yang mengetahui bagaimana
menginterpretasikan dan menggunakan pengetahuan sosial yang dapat
melihat dan membedakan masalah.
3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry: Inquiry merupakan tradisi
pembelajaran IPS yang mengajak guru dan murid untuk bekerjasama
mengidentifikasi satu masalah yang cocok untuk mereka dan masyarakat.
Masalah yang dipilih sesuai dengan minat siswa, memiliki fakta dan nilai-
nilai yang relevan karena akan diuji dalam kriteria tertentu.
Materi yang dibelajarkan pada sosial studies untuk masing-masing negara bagian
di wilayah Negara Amerika Serikat memiliki kekhasan tersendiri, akan tetapi
secara umum pengembangan materi disesuaikan dengan sepuluh tema yang
menjadi standar kurikulum untuk program studi sosial versi NCSS (National
Council for the Social Studies) adalah: (1) Budaya (culture); (2) Waktu,
Kebersinambungan, dan Perubahan (Time, Continuity, And Change), (3) Orang,
Tempat, dan Lingkungan (People, Places, And Environments), (4) Pengembangan
dan Identitas Individu (Individual Development And Identity), (5) Individu,
Kelompok, dan Institusi (Individuals, Groups, And Institutions), (6) Kekuatan,
Otoritas, dan Tata Kelola (Power, Authority, And Governance), (7) Produksi,
Distribusi, dan Konsumsi (Production, Distribution And Consumption), (8) Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat (Science, Technology, And Society), (9)
Koneksi Global (Global Connections), (10) Warga Negara yang Baik dan
Berbudaya ( Civic Ideals And Practices)10
8
sesuai dengan standar tema yang telah ditetapkan oleh NCSS, misalnya: 1.
History, 2. Geography, 3. Economics, 4. Civics and Government, 5. Global
Perspectives.11
11
Irrubai, M. L. (2021). KOMPARASI TEMA-TEMA POKOK SOCIAL STUDIES DI
NEGARA ASIA DAN AMERIKA SERIKAT. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education
Journal, 7(2), 265-286
12
Pantiwati, Y. (2012). PENERAPAN ASESMEN DAN PENILAIAN KEMAJUAN
HASIL BELAJAR SISWA DI OHIO-COLUMBUSAMERIKA SERIKAT.
13
Abdurrahman Ahmad dan Nasobi Niki Suma Musyarofah, Konsep Dasar IPS, ed. Depict
Pristine Adi (Yogyakarta: Komojoyo Press (Anggota IKAPI), 2021).
9
Kurikulum di Korea Selatan telah direvisi secara berkala untuk memenuhi
tuntutan baru pendidikan, perubahan masyarakat, dan batas-batas disiplin ilmu
baru. Kurikulum kelas direvisi pada tahun 1997 untuk memperkaya pendidikan
dasar, meningkatkan kemandirian siswa, pendidikan yang beorientasi pada
kebutuhan praktis siswa, dan peningkatan pemberian otonomi pada tingkat lokal
dan persekolahan. Kurikulum untuk kelas tujuh bertujuan membentuk individu
yang kreatif, memahami budaya dunia yang beragam, dan berkontribusi terhadap
budaya Korea Selatan dalam upaya mengembangkan masyarakat yang
demokratis.14
10
C. Pendidikan IPS di Cina
Kurikulum baru mulai diperkenalkan pada tahun 2000, dilakukan uji coba
lapangan dan perubahan-perubahan pada tahun 2005, Secara nasional
pembelajaran dengan kurikulum baru tersebut dimulai pada musim gugur tahun
2005. Social Studies merupakan bagian dari program utama dalam reformasi
tersebut. Secara tradisional, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Politik dan Geografi
adalah subjek yang terpisah dan berbasis pengetahuan. Kurikulum lama
menekankan akumulasi informasi dalam bidang pengetahuan tertentu, tetapi
16
Sapriya. 2017. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 34-39.
17
Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS: Pengembangan Standar Proses di Sekolah/
Madrasah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
11
mengabaikan pengembangan pengetahuan yang komprehensif dalam disiplin ilmu
yang saling berkaitan sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah.
Dalam reformasi tersebut: “Pendidikan Moral” (kelas 1-6) dan “Masyarakat”
(kelas 4-6) diganti tema komprehensif “Moralitas dan Kehidupan” (kelas 1-2) dan
“Moralitas dan Masyarakat” (kelas 3-6); sedangkan di tingkat sekolah menengah,
“Sejarah”, dan “Geografi” diintegrasikan ke dalam satu subjek: “Sejarah dan
Masyarakat”.18
Untuk tingkat menengah atas masih secara tradisional yaitu Sejarah dan
Geografi sebagai program individu tetapi dibawah payung "Humaniora dan
Masyarakat." Integrasi ini bertujuan untuk membuat konten studi sosial lebih
bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. The National Standards for
History and Society didefinisikan dalam kurikulum baru “could serve as a general
framework for social studies education in China”. Sedangkan tujuan umum dari
History and Society adalah “is to help students develop initiative spirit, social
practice skills and social responsibility; develop moral values and a correct
perspective of the world and human life; and become a qualified citizen in a
modern socialist country”. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat enam
komponen: yaitu: 1) growing in society; 2) economic, political, and cultural life
around us; 3) our region and environment; 4) Chinese history and culture; 5)
world history and culture; and 6) skills and methods of social inquiry.19
18
Rahayu, R., Abbas, E. W., & Jumriani, J. (2021). Social Studies Lesson Planning For
Children With Intellectual Disabilities In The Pembina State Special School Of South Kalimantan
Province. The Kalimantan Social Studies Journal, 2(2), 160–169.
Https://Doi.Org/10.20527/Kss.V2i2 .3242
19
Sutrisna, Edy. (2012). Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati). Journal of Educational Social
Studies 1, Nomor 1, 48-54. Diakses 28 Februari 2021.
12
dan praktek. Kurikulum menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk
menangani isu-isu realitas kehidupan. Kurikulum baru juga memberikan
kesempatan kepada siswa sekolah menengah memperoleh beberapa pengetahuan
tentang ekonomi.
1. Di Indonesia belum ada lembaga profesional bidang PIPS setua dan sekuat
NCSS atau SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki Indonesia, yakni
HISPIPSI (Himpunan Sarjana IPS Indonesia yang sekarang telah berubah
nama menjadi HISPISI = Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial
Indonesia), usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya
masih belum optimal.20
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu
pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran
individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur). Selain itu,
tradisi yang dikembangkan oleh komunitas akademik khususnya melalui
HISPISI belum dapat menembus atau mempengaruhi kebijakan
pemerintah dalam pengembangan kurikulum sebagaimana yang telah
dilakukan oleh NCSS dan SSEC di Amerika Serikat.
13
kurikulum tahun 1947, kurikulum berpusat mata pelajaran terurai tahun 1952,
kurikulum 1964, dan kurikulum 1968. Baru dalam kurikulum tahun 1975,
kurikulum 1984, dan kurikulum tahun 1994, PIPS telah menjadi salah satu mata
pelajaran yang berdiri sendiri pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang
disesuaikan dengan karakteristik atau kebutuhan peserta didik.21
Pada kurun waktu tahun 1945-1964 istilah IPS di Indonesia belum dikenal.
Namun, pembelajaran yang memiliki karakteristik sama dengan IPS merujuk
kepada definisi social studies menurut Edgar Wesley yang menyatakan bahwa
pendidikan IPS ialah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Kenyataan ini dapat dilihat dari adanya mata pelajaran sejarah,
geografi, civics, koperasi yang disampaikan secara terpisah di sekolah dasar, dan
mata pelajaran ekonomi, sosiologi, antropologi di sekolah menengah.
14
menamakan pendekatan yang digunakan bersifat korelatif dari ilmu-ilmu sosial.
Dalam kurikulum tersebut, ada mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan yang
terdiri atas korelasi dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah dan civics. Pada tahun
1968, terjadi perubahan kurikulum yang ditandai oleh adanya pengelompokan
mata pelajaran sesuai dengan orientasi dan perkembangan pendidikan. Pada saat
ini mulai diperkenalkan nama pendidikan kewarganegaraan sehingga pendidikan
kemasyarakatan diubah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang merupakan
korelasi dari ilmu bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan.22
Ketika kurikulum 1968 masih berlaku, istilah IPS mulai muncul dalam
seminar nasional tentang Civics Education tahun 1972 di Tawang Manggu Solo.
Menurut Winataputra, dalam laporan seminar tersebut ada tiga istilah yang
muncul dan digunakan secara bertukar-pakai, yakni pengetahuan sosial, studi
sosial, dan ilmu pengetahuan sosial, yang diartikan sebagai suatu studi masalah-
masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami
siswa. IPS sebagai mata pelajaran pertama sekali masuk ke dalam dunia
persekolahan pada tahun 1972-1973 yakni dalam kurikulum Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Pada saat itu, mata pelajaran IPS
belum masuk ke dalam kurikulum SD, SMP, dan SMA. Menurut Winataputra
dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah Pendidikkan Kewargaan
Negara atau studi sosial sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam kurikulum
SD PPSP tersebut, IPS diartikan sama dengan Pendidikan Kewarganegaraan. 23
22
Mutiani, M., Supriatna, N., Abbas, E. W., Rini, T. P. W., & Subiyakto, B. (2021).
Technological, Pedagogical, Content Knowledge (TPACK): A Discursions In Learning Innovation
On Social Studies. The Innovation Of Social Studies Journal, 2(2), 135–142
23
Nuryadi, N., & Setiana, D. S. (2020). Kajian Kurikulum Sekolahdasar Dan Menengah.
GRAMASURYA. Http://Eprints.MercubuanaYogya.Ac.Id/8920/
15
diberikan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA menggunakan pendekatan yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik yang
ada di tiap jenjang tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum ini adalah berbasis pada materi pelajaran. Ciri yang menonjol dari
pengembangan materi dalam kurikulum ini ialah pengembangan dimensi nilai
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Winataputra kurikulum 1975
menampilkan pendidikan IPS dalam empat profil sebagai berikut:
24
Umiatik, Tri. (2017). Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Ruang dan Kemampuan Membaca Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora, vol. 3 (3), 559-565. http://ejournal.uin-
suska. ac.id/index.php/suaraguru/article/download/4096/2554 diakses 2 Juni 2018.
16
4. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1994
Khusus untuk IPS SD, materi pelajaran dibagi atas dua bagian, yakni
materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi pengetahuan sosial meliputi
lingkungan sosial, geografi, ekonomi dan politik atau pemerintahan sedangkan
cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. 25 Tujuannya
ialah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang
akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari
25
Hidayat, B. (2020). Tinjauan Historis Pendidikan IPS di Indonesia. Jurnal Pendidikan
IPS Indonesia, 4(2), 147-154
17
peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa
kebanggaan dan cinta tanah air. Karena IPS untuk SMP dan SMA menganut
pendekatan konfederasi dan terpisah-terpisah maka tujuannya disesuaikan dengan
karakteristik tiap mata pelajaran yang terpisah-pisah. Tujuan mata pelajaran
sejarah nasional dan sejarah umum untuk SMA, misalnya adalah untuk
menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa lampau hingga
masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga
sebagai warga bangsa Indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat
antar bangsa di dunia.26
26
Bobi Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan IPS
Indonesia 4, no. 2 (2020): 147–54, https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3493.
27
M. Iqbal Birsyada. 2014. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia:Jurnal Sosialita, Vol.
1, No. 2, November 2014
18
5. Pendidikan IPS dalam Permendiknas
1. Standar isi
28
Eka Susanti dan Henni Endayani, Konsep Dasar IPS, ed. Nuriza Dora (Medan: CV
Widya Puspita, 2018).
19
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
Pada saat itu, yakni sebelum lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 muncul
sejumlah gagasan yang dilontarkan tentang perlunya perubahan nama sejumlah
mata pelajaran sekolah dengan alasan jumlah mata pelajaran sekolah agar lebih
ramping. Salah satu target perubahan tersebut ialah mata pelajaran IPS dan PPKn
terutama di jenjang SD dan SMP. Nama yang ditawarkan antara lain mata
pelajaran Pengetahuan Sosial (PS) yang isi di dalamnya memuat materi
pendidikan kewarganegaraan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan,
sementara mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKn) dihilangkan.
Dalam gagasan lain, memunculkan nama Pendidikan Kewarganegaraan dan
29
Hidayat, “Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia.”
20
Pengetahuan Sosial (PKPS) yang mengandung muatan sama dengan Pengetahuan
Sosial di atas. Pada jenjang SMP dan SMA nama mata pelajaran PPKn diubah
menjadi mata pelajaran Kewarganegaraan.30
Perubahan nama mata pelajaran ini bahkan sudah diuji coba di berbagai
daerah dan LPTK serta divalidasi oleh para guru dan ahli terkait. Hasilnya ialah
dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan mata pelajaran yang
ada disebut Pengetahuan Sosial, ada yang dinamakan mata pelajaran
Kewarganegaraan, dan ada yang berlabel Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosial untuk SD dan SMP bahkan telah dicetak, diedarkan dan
dilaksanakan pada sejumlah sekolah padahal tidak pernah disahkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas RI). Namun, setelah disahkan UU No. 20/2003
yang diakui oleh adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan perlu adanya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pengembangan kurikulum mata
pelajaran sekolah umumnya dan khususnya untuk mata pelajaran IPS mengacu
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang
Standar Isi dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan
panduan KTSP yang dikeluarkan oeh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).31
Kedudukan IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan
mata pelajaran lain. Mata pelajaran IPS di SMP menggunakan pendekatan
integratif dalam organisasi Kompetensi Dasar dan pembelajaran. Kompetensi
dasar yang ada diintegrasikan dengan menggunakan konsep geografi sebagai
platform. Integrasi dalam KD dilakukan antara konten geografi, sejarah, ekonomi,
sosiologi dan antropologi. Konten Pendidikan IPS dalam kurikulum 2013 menurut
Hamid meliputi: pertama, pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di
30
Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar IPs, ed. Alviana Cahyanti
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2018).
31
Huriah, R. (2014) Pengembangan Profesi Pendidikan IPS.Bandung. Alfabeta
21
sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan
lingkungannya; kedua, keterampilan berpikir logis kritis, membaca, belajar,
memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa; ketiga nilai-nilai kejujuran kerjakeras, sosial, budaya,
kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada
nilai-nilai tersebut; keempat, sikap rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi,
kompetitif, kreatif, inovatif dan bertanggungjawab.
Dasar perubahan kurikulum dalan studi sosial (IPS) dan sejarah Canada
merupakan bagian dari satu rangkaian perubahan kurikulumdalam studi sosial
yang dikerjakan oleh saskatchewan pendidikan. Proses pengembangan kurikulum
dimulai dengan penetapaan gugus tugas studi sosial (IPS) tahun 1981. Gugus
tugas terdiri dari orang-orang refresentatif dari berbagai sektor masyarakat
skatchewan. Mereka mensurvei pendapat umum dan atas dasar penemuan nya
dihasilkan suatu laporan yang menguraikan suatu filosofi untuk pendidikan IPS.
Di dalam kurikulum Canada dikembangkan core curriculum yang merupakan
kemampuan dasar yang menjadi landasan pembentukan kurikulum sekolah di
Kanada dari jenjang Kidergarten, Elementery level, middle level sampai
secondary level.
Terdapat dua komponen penting dalam core curicullum yaitu Required Areas of
Study dan Common Essential Learning. Pengembangan core curicullum menjadi
Required Areas of Study menjadi tujuh yaitu : language Art, Mathematics,
Science, Social studies, Health education, art education dan physical education.
Pengembangan Common essential learning (CELS) atau kompetensi yag harus
22
dikembangkan terus menerus dan oleh semua mata pelajaran, yang meliputi enam
kemampuan, yaitu komunikasi (communication), kemampuan dalam matematika
(numeracy), berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), melek
teknologi (technology literacy), nilai dan keterampilan personal dan sosial
(personal and social values and skills), belajar mandiri (independent learning).
23
Dalam kurikulum Kanada, Social Studies merupakan salah satu dari tujuh
mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah mulai dari TK sampai SMA
(Required Areas of Study). Dimana dalam social studies ini pun harus
dikembangkan keamampuan siswa untuk berkomunikasi, matematika, berpikir
kritis dan kreatif, melek teknologi, nilai dan keterampilan personal dan sosial,
dan belajar mandiri sebagai Common essential learning (CELS).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ide IPS pertama kali muncul di Amerika Serikat yang adopsi dari nama
sebuah lembaga yang bernama committe of social studies. Latar belakang
Lahirnya IPS dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sosiologis dan aspek
pedagogis. Aspek sosiologis dilatarbelakangi oleh kondisi sosial masyarakat yang
mengalami ketidakstabilan, bahkan kekacauan. Hal ini nampak pada pola interaksi
antar lapisan masyarakat yang tidak harmonis, yang digambarkan dengan
kehidupan kaum buruh dengan sesama buruh dan antara kaum buruh dengan
majikan yang mempekerjakan mereka dalam masyarakat Inggris sebagai dampak
dari revolusi industri. Berbeda dari aspek sosiologis, aspek pedagogik lebih
menekankan upaya mengatasi pembelajaran ilmu sosial yang belum menyentuh
kehidupan riil peserta didik karena sifat ilmiah yang dimiliki oleh ilmu tersebut.
24
Latar belakang sosiologis dan pedagogis tersebut kemudian melahirkan tiga
tradisi pembelajaran IPS, yang masing-masing dengan urgensi yang berbeda.
Ketiganya adalah
B. Saran
Pada kenyataan, pembuatan tugas atau makalah ini masih bersifat sangat
sederhana dan simpel. Serta dalam penyusunan tugas atau makalah inipun masih
memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Ahmad dan Nasobi Niki Suma Musyarofah, Konsep Dasar IPS, ed.
Depict Pristine Adi (Yogyakarta: Komojoyo Press (Anggota IKAPI),
2021).
Astawa, Ida Bagus Made, Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajawali Pers, 2017.
25
Deny Setiawan. Pendidikan IPS, (Medan: Larispa, 2015), hlm. 6-7
Eka Susanti dan Henni Endayani, Konsep Dasar IPS, ed. Nuriza Dora (Medan:
CV Widya Puspita, 2018).
Farina. (2015). Social Studies: Scope and Squence. New York: Department of
Education.
Mutiani, M., Supriatna, N., Abbas, E. W., Rini, T. P. W., & Subiyakto, B. (2021).
Technological, Pedagogical, Content Knowledge (TPACK): A Discursions
In Learning Innovation On Social Studies. The Innovation Of Social
Studies Journal, 2(2), 135–142
26
Nuryadi, N., & Setiana, D. S. (2020). Kajian Kurikulum Sekolahdasar Dan
Menengah. GRAMASURYA.
Http://Eprints.MercubuanaYogya.Ac.Id/8920/
Rahayu, R., Abbas, E. W., & Jumriani, J. (2021). Social Studies Lesson Planning
For Children With Intellectual Disabilities In The Pembina State Special
School Of South Kalimantan Province. The Kalimantan Social Studies
Journal, 2(2), 160–169. Https://Doi.Org/10.20527/Kss.V2i2 .3242
Riswan, R., Rajiani, I., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022).
The Role of Economic in Social Studies Education. The Kalimantan
Social Studies Journal, 3(2), 144-151.
Sutrisna, Edy. (2012). Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif
Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati).
Journal of Educational Social Studies 1, Nomor 1, 48-54. Diakses 28
Februari 2021.
Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis, Konsep Dasar IPs, ed. Alviana
Cahyanti (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018).
27
Umiatik, Tri. (2017). Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Ruang dan Kemampuan Membaca Pada
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan
Humaniora, vol. 3 (3), 559-565. http://ejournal.uin-suska.
ac.id/index.php/suaraguru/article/download/4096/2554 diakses 2 Juni
2018.
28