Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERBANDINGAN ( Studi Komparatif ) Kurikulum IPS /Social Studies /Social Studies


Education Antara Indonesia Dengan Negara Lainnnya Inggris, Amerika, Australia, Finlandia.

Dosen Pengampu:
Maria Beatrice Sogen ,S.kom,M.pd

DISUSUN OLEH
NAMA :Natalia Ina Mone Kaka
NIM : 236111143
SEMESTER/KELAS : 2 / D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah PERBANDINGAN ( Studi Komparatif ) Kurikulum IPS /Social Studies
/Social Studies Education Antara Indonesia Dengan Negara Lainnnya Inggris, Amerika,
Australia, Finlandia.

Pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen mata
kuliah Pendidikan Ips SD yang telah memberikan tugas terhadap Saya.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Saya jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Kupang, 12 Januari 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................9

C. TUJUAN.............................................................................................................................................9

D. MANFAAT.........................................................................................................................................9

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................12

A. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Inggris..................12

B. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Amerika................14

C. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Australia..............16

D. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Finlandia..............18

BAB III PENUTUP...................................................................................................................................20

A. KESIMPULAN.................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak muncul begitu saja menjadi sebuah mata
pelajaran yang utuh di Indonesia. Terdapat permasalahan- permasalahan dalam social studies
di dalamnya, dimana masyarakat memiliki stereotype yang berbeda. Pendidikan IPS seperti
dianaktirikan karena dianggap tidak jelas alur pekerjaan yang akan di dapatkan nantinya.

Dalam sejarah pendidikan IPS peertama kali diperkenalkan di Negara Inggris, tepatnya di
kota Rugby tahun 1827 pada sekitar pertengahan abad dari revolusi industri abad ke 18
cengan tujuan untuk mengatasi dampak negatif yang muncul setelah revolusi industri di
Inggris. Beranjak dari permasalahan-permasalahan sosial yang ada sehingga akademisi di
negara tersebut berusaha mencari solusi untuk mengatasinya. Kemudian akhirnya di dalam
dunia pendidikan lah yang bertugas untuk membentuk kepribadian masyarakat dengan
memasukan social studies menjadi bagian dalam proses rehumanisasi masyarakat di Inggris.

Selain Inggris, Amerika Serikat juga menjadi perintis adanya pendidikan IPS, dengan latar
belakang karena adanya penduduk yang multi ras sehinggga memasukan pendidikan IPS di
sekolah. Penduduk amerika yang terdiri dari tiga ras yaitu, ras Indiam, ras kulit putih dan juga
ras kulit hitam. Karena adanya perbedaan ras tersebut sering kali terjadi perang saudara yang
memicu terjadinya konflik horizontal di Amerika.

Akhirnya untuk menanggulangi konflik tersebut dimasukanlah social studies ke dalam


kurikulum pendidikan di sekolah. Kemudian beralih kepada pendidikan IPS di Indonesia yang
mengalami perkembangan dengan berbagai dinamika di dalamnya. Pendidikan IPS sekarang
berbeda dengan Pendidikan IPS terdahulu, perkembangannya menyesuaikan kondisi negara
dan perkembangan zaman. Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh pemikiran social studies di Amerika yang dianggap sebagai salah satu
Negara yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam
bidang itu, Huriah Rachmah.

Jika diruntut ke dalam sejarah pendidikan IPS sebenarnya telah masuk ke dalam konsep atau
mata pelajaran di dalam sekolah pada kurikulum tahun 1947, kurikulum berpusat 1952 ,
kurikulum 1964 dan 1968. Namun meskipun belum dinamai sebagai mata pelajara IPS konten
dan muatannya sudah membahas tenang pendidikan IPS. Di indonesia secara garis besar
pendidikan IPS dimaknai menjadi 2 yaitu untuk perguruan tinggi dan sekolah dasar serta
menengah.
Pendidikan IPS untuk sekolah dasar dan menengah diartikan sebagai penyederhanaan atau
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan
pendidikan. Sedangkan makna pendidikan IPS untuk perguruan tinggi adalah seleksi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

 Perkembangan Pendidikan IPS di Indonesia


 Kurikulum IPS tahun 1974-1975

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) diperkenalkan dalam dunia pendidikan


Indonesia ketika IKIP Bandung melaksanakan Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
tahun 1972 yang kemudian masuk kurikulum pendidikan nasional melalui Kurikulum 1975
yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan sekolah dasar dan menengah.
Tahun 1974 pada kurikulum SMP, pendidikan IPS itu mencakup Geografi, Sejarah, dan
ekonomi sebagai disiplin ilmu utama. Sedangkan Sosiologi, Antropologo dan politi sebagai
pendamping. Perkembangan kurikulum 1974 yang kemudian disempurnakan pada tahun 1975
dengan mencakup 4 profil yaitu:

 Pendidikan Moral Pancasila


 Pendidikan IPS terpadu untuk SD
 Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP
 Pendidikan IPS yg terpisah -pisah di SMA

 Kurikulum IPS tahun 1984-1990


Pada kurikulum 1984 format pendidikan IPS masih dipertahankan namun ada
penyempurnaan yaitu masuknya nilai-nilai P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) pada aspek pendidikan moral. Kurikulum 1984 ini menyempurnakan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1974. Kurikulum 1984 sama denga 1974 nama IPS
hanya digunakan pada mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar dan mengeah pertama.
Yang berbeda pada jenjang sekolah mengah atas (SMA) yang sudah menggunakan disiplin
ilmu itu sebagai penamaan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pendidikan IPS disajikan
secara terpisah dalam arti jelas batasan-batasan materi yang diberikan, dan memiliki GBPP
masing-masing mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu yang disajikan. Kemudian konsep
pembelajaran IPS ini berkembang sampai tahun 1990-an dengan memiliki dua konsep yaitu:

 IPS yang diajarkan dalam tradisi "citizenship transmission" dalam bentuk mata
pelajaran pendidikan pancasila, kewarganegaraan dan sejarah nasional.
 Pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi "social science" dalam bentuk
pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang
terintegrasi di SD.
 Kurikulum IPS tahun 1994

Semenjak diberlakukannya UU Sisdiknsd NO.2 Tahun 1989 pendidikan IPS mengalami


perubahan. Pada kurikulum 1994, materi pendidikan moral dan p4 tersebut dijadikan 1 mata
pelajaran yakni kewarganegaraan (PPKn) (adanya Citizenship transmission). Selain itu pada
kurikulum ini disusun konten pendidikan IPS yang menurut Sapriya (dalam B.Hidayat
2020:151) memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Mata pelajaran IPS untuk SD masih tetap menggunakan pendekatan terpadu


(integrated) dan berlaku untuk kelas III s/d VI sedangkan untuk kelas I dan II tidak
secara eksplisit mata pelajaran yang berdiri sendiri. Selian itu matapelajaran dibagi
atas dua bagian, yakni materi sejarah dan materi pengetahuan social.
 Mata pelajaran IPS tidak mengalami perubahan pendekatan artinya masih bersifat
terkonfederasi (corelated) yang mencakup geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi.
 Mata pelajaran IPS untuk SMA menggunakan pendekatan terpisah-pisah
(separated) atas mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum.
 Maka pendidikan IPS di Indonesia yang diajarkan dalam suasana transfer
kewarganegaraan dalam bentuk PPKn tersebut. Kemudian pendidikan IPS terpadu
di SD, pendidikan IPS terkonfederasi di SMP dan pendidikan IPS terpisah di SMA.

 Kurikulum IPS Tahun 2006 (KTSP)


Pendidikan IPS pada tahun ajaran 2006 mengalami perubahan di beberapa konten materi
IPS. Pembelajaran mengedepankan konsep penguasaan materi minimal yang diukur dengan
menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil pemikiran tersebut yang
kemudian memunculkan pembentukan kurikulum sebelumnya yang tidak tidak bertahan
lama yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dirancang pada tahun 2003 dan
diimpelementasikan pada tahun 2004.

KBK berjalan selama 2 tahun yang kemudian dilakukan peninjauan ulang sehingga
membentuk kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 yang disebut dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Seiring dengan dikeluarkannya KTSP, hal tersebut diperkuat
dengan UU SIDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003. Perkembangan KTSP didukung oleh
munculnya Permendikbud Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Dalam Permendikbud tersebut berisikan materi yang di standarkan dengan menggunakan
istilah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD merupakan
standar yang dibuat oleh pemerintah yang dimana dalam menyampaikan materi dari guru
kepada peserta didik tidak boleh dikurangi bobotnya, namun boleh ditambah atau
dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan karakterisktik peserta didik.

Penerapan pendidikan IPS dalam kurikulum ini, pada jenjang SD belum mencakup dan
membahas secara penuh seluruh disiplin ilmu sosial. Pada jenjang SMP, sudah diberikan
secara terintegrasi namun belum mencakup dan membahas secara penuh disiplin ilmu sosial
yang disebut dengan IPS Terpadu dengan memadukan materi pelajaran sosiologi, geografi,
sejarah, dan ekonomi. Pada jenjang SMA, sudah diberikan secara terpisah sebagai satu mata
pelajaran yang berbeda-beda antara sosiologi, geografi, sejarah, maupun ekonomi.

 Kurikulum IPS Tahun 2013


Perkembangan kurikulum berikutnya terjadi pada tahun 2013 dan masih berlaku hingga
tahun ajaran terakhir ini. Pemerintah melakukan peninjauan yang kemudian menyusun
kurikulum terbaru yang bersifat keterbaruan. Kurikulum 2013 sudah dilakukan revisi yaitu
dengan dikeluarkannya Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kurikulum 2013.

Pendidikan IPS pada Kurikulum 2013 sudah mengalami pengintegrasian materi terutama
di jenjang SD dan SMP yang lebih terpadu dalam proses pembelajarannya dengan
menggunakan model keterpaduan integrated. Sedangkan di jenjang SMA, masih tetap
disamakan seperti KTSP yaitu secara terpisah yang tujuannya untuk mempersiapkan peserta
didik ke jenjang Perguruan Tinggi.

 Relevansi Pendidikan IPS dengan Pembelajaran Abad 21


Masyarakat umum masih beranggapan bahwa kebutuhan yang harus dikuasai peserta
didik dalam menghadapi abad 21 hanyalah kemampuan terhadap teknologi dan informasi.
Bidang ilmu yang banyak diminati hanyalah yang berkaitan dengan ilmu eksakta atau sains.
Ilmu sosial hanya dipelajari untuk sebatas kewajiban saja. Oleh karena itu, akhir-akhir ini
Pendidikan IPS dan ilmu sosial lainnya terdengar akan dihapus dari kurikulum. Padahal ilmu
sosial merupakan dasar dalam membentuk keterampilan sosial. Keterampilan sosial
merupakan salah satu unsur terpenting dalam melakukan komunikasi, kolaborasi dan
menjalin hubungan pada masyarakat abad 21.

Keterampilan yang berkaitan dengan aspek sosial adalah keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan tersebut diperlukan untuk membantu siswa dalam beradaptasi dengan situasi
baru, fleksibel dan mampu menganalisis informasi yang didapat dengan baik. Kreativitas
dan inovasi mempunyai pengaruh yang tidak diragukan lagi terhadap kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, setiap kegiatan pembelajaran hendaknya diarahkan untuk pengembangan
pemikiran kreatif, imajinatif dan inovatif.

Pada hakikatnya KI dan KD yang dibentuk oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
telah mengakomodasi nilai keterampilan abad 21. Siswa telah difasilitasi untuk
mengembangkan cara berpikir kritis, kolaborasi, berkomunikasi dalam memecahkan
permasalahan. Keterampilan ini telah ada di dalam ilmu-ilmu sosial sebagai tujuan awal
dari Pendidikan IPS. Permasalahannya adalah seringkali muatan-muatan keterampilan
abad 21 yang terdapat dalam konsep ilmu sosial tidak tersampaikan dengan baik dalam
pembelajaran. Implikasinya pembelajaran IPS tidak sesuai tanpa nilai-nilai sosial yang
merupakan kebutuhan terpenting dalam menghadapi tantangan abad 21.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perbandingan kurikulum IPS/social studies/social studies education antara
Indonesia dengan negara-negara lainnya seperti Inggris, Amerika, Australia, dan
Finlandia dalam hal fokus kurikulum, pendekatan pembelajaran, dan tujuan akhirnya?

C. TUJUAN
Adapun Tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami perbedaan dan kesamaan
antara kurikulum IPS di Indonesia dengan program Social Studies atau setara di negara-
negara lain seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Finlandia. Dengan membandingkan
fokus kurikulum, pendekatan pembelajaran, dan tujuan akhir dari masing-masing negara,
kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang berbagai pendekatan dalam
pendidikan studi sosial serta implikasinya terhadap pembentukan karakter siswa dan
kesiapan mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat global.

D. MANFAAT
Manfaat dari makalah perbandingan (Studi Komparatif) kurikulum IPS/social
studies/social studies education antara Indonesia dengan negara-negara lainnya adalah:
1. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Memahami perbedaan dan kesamaan dalam
pendidikan studi sosial antara berbagai negara dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang pendekatan pendidikan yang berbeda-beda.

2. Pembelajaran Terbaik: Dengan mempelajari praktik terbaik dari negara-negara lain,


kita dapat mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum dan pendekatan pembelajaran di
dalam negeri.

3. Perspektif Global: Memahami bagaimana negara-negara lain mengajarkan studi sosial


dapat membantu siswa dan pendidik untuk mengembangkan perspektif global dan
memahami perbedaan budaya serta masalah-masalah sosial di tingkat internasional.

4. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Dengan memahami kelebihan dan kekurangan


sistem pendidikan dari negara lain, kita dapat mengidentifikasi area untuk perbaikan dan
peningkatan dalam sistem pendidikan kita sendiri.

5. Kesempatan Kolaborasi: Melalui pembandingan ini, dapat terbuka peluang untuk


kerja sama dan pertukaran pengetahuan antara negara-negara dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan secara global.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Inggris bisa
mencakup beberapa aspek, seperti fokusnya, pendekatan pembelajarannya, dan tujuan akhirnya.

1. Fokus Kurikulum:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Kurikulum IPS di Indonesia mencakup beberapa disiplin ilmu, seperti sejarah, geografi,
ekonomi, dan sosiologi.

- Fokusnya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sejarah, budaya,


geografi, dan masyarakat Indonesia.

- Tujuannya adalah mengembangkan pemahaman tentang identitas nasional,


kewarganegaraan, dan keberagaman budaya di Indonesia.

 Program Social Studies di Inggris:

- Program Social Studies di Inggris mencakup studi sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan
aspek-aspek sosial lainnya.

- Fokusnya adalah pada pemahaman tentang sejarah dan budaya Inggris, serta isu-isu
global yang relevan.

2. Pendekatan Pembelajaran:

 Kurikulum IPS di Indonesia:


- Pendekatan pembelajaran yang umumnya digunakan adalah pendekatan guru yang
berpusat pada guru.

- Pembelajaran cenderung lebih didominasi oleh penjelasan dari guru dan pembacaan teks,
dengan kurangnya interaksi aktif siswa.

 Program Social Studies di Inggris:

- Pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.

- Metode pembelajaran yang digunakan mencakup diskusi, penelitian, dan eksplorasi aktif
materi pelajaran.

- Siswa didorong untuk berpikir kritis dan menganalisis bukti-bukti sejarah serta untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir independen.

3. Tujuan Akhir:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Tujuan utamanya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang


masyarakat, budaya, dan sejarah Indonesia.

- Kurikulum ini juga bertujuan mengembangkan kesadaran akan identitas nasional,


kewarganegaraan, dan nilai-nilai kebangsaan.

 Program Social Studies di Inggris:

- Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan
budaya Inggris, serta isu-isu global yang relevan.

- Program ini juga bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang
berpikiran terbuka, kritis, dan memiliki pemahaman yang luas tentang isu-isu global,
multikulturalisme, dan kerjasama internasional.
B. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Amerika
bisa mencakup beberapa aspek, seperti fokusnya, pendekatan pembelajarannya, dan tujuan
akhirnya.

1. Fokus Kurikulum:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Kurikulum IPS di Indonesia mencakup beberapa disiplin ilmu, seperti sejarah, geografi,
ekonomi, dan sosiologi.

- Fokusnya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sejarah, budaya,


geografi, dan masyarakat Indonesia.

- Tujuannya adalah mengembangkan pemahaman tentang identitas nasional,


kewarganegaraan, dan keberagaman budaya di Indonesia.

 Program Social Studies di Amerika:

- Program Social Studies di Amerika mencakup aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan
sejarah dalam konteks Amerika Serikat.

- Fokusnya lebih pada penerapan konsep-konsep sosial dalam kehidupan sehari-hari, serta
pemahaman tentang sistem politik dan kebijakan di Amerika.

2. Pendekatan Pembelajaran:

 Kurikulum IPS di Indonesia:


- Pendekatan pembelajaran yang umumnya digunakan adalah pendekatan guru yang berpusat
pada guru.

- Pembelajaran cenderung lebih didominasi oleh penjelasan dari guru dan pembacaan teks,
dengan kurangnya interaksi aktif siswa.

 Program Social Studies di Amerika:


- Pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.

- Metode pembelajaran yang digunakan mencakup diskusi, proyek-proyek, simulasi, dan


penggunaan sumber daya multimedia.

- Siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membuat koneksi antara
konsep-konsep sosial dengan kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan Akhir:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Tujuan utamanya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang masyarakat,


budaya, dan sejarah Indonesia.

- Kurikulum ini juga bertujuan mengembangkan kesadaran akan identitas nasional,


kewarganegaraan, dan nilai-nilai kebangsaan.

 Program Social Studies di Amerika:

- Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, literasi global, dan
keterlibatan aktif dalam masyarakat demokratis.
- Program ini juga bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang
berpikiran terbuka, kritis, dan memiliki pemahaman yang luas tentang isu-isu global dan
multikulturalisme

C. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Australia bisa
mencakup beberapa aspek, seperti fokusnya, pendekatan pembelajarannya, dan tujuan akhirnya.

1. Fokus Kurikulum:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Meliputi beberapa disiplin ilmu seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi.

- Memberikan pemahaman yang luas tentang sejarah, budaya, geografi, dan masyarakat
Indonesia.

- Tujuannya adalah mengembangkan pemahaman tentang identitas nasional,


kewarganegaraan, dan keberagaman budaya di Indonesia.

 Pendidikan Studi Sosial di Australia:


- Meliputi studi sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan masalah-masalah sosial lainnya.

- Lebih menekankan pada pemahaman tentang sejarah, budaya, geografi, dan isu-isu sosial
di Australia dan kawasan Asia-Pasifik.

2. Pendekatan Pembelajaran:

 Kurikulum IPS di Indonesia:


- Pendekatan pembelajaran yang umumnya digunakan adalah pendekatan guru yang
berpusat pada guru.

- Pembelajaran cenderung lebih didominasi oleh penjelasan dari guru dan pembacaan teks,
dengan kurangnya interaksi aktif siswa.

 Pendidikan Studi Sosial di Australia:

- Lebih cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

- Metode pembelajaran yang digunakan mencakup proyek-proyek, penelitian, diskusi, dan


kunjungan lapangan.

- Siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis data, dan berpartisipasi aktif dalam
memecahkan masalah sosial.

3. Tujuan Akhir:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang masyarakat,


budaya, dan sejarah Indonesia.

- Juga bertujuan untuk mengembangkan kesadaran akan identitas nasional,


kewarganegaraan, dan nilai-nilai kebangsaan.

 Pendidikan Studi Sosial di Australia:


- Bertujuan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, budaya,
geografi, dan isu-isu sosial di Australia serta kawasan Asia-Pasifik.

- Juga bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang berpikiran
terbuka, kritis, dan memiliki pemahaman yang luas tentang isu-isu global,
multikulturalisme, dan kerjasama internasional.

D. Perbandingan antara kurikulum IPS di Indonesia dan program Social Studies di Finlandia bisa
mencakup beberapa aspek, seperti fokusnya, pendekatan pembelajarannya, dan tujuan akhirnya.

1. Fokus Kurikulum:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Kurikulum IPS di Indonesia mencakup beberapa disiplin ilmu, termasuk sejarah,


geografi, ekonomi, dan sosiologi.

- Fokusnya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sejarah, budaya,


geografi, dan masyarakat Indonesia.

- Tujuannya adalah mengembangkan pemahaman tentang identitas nasional,


kewarganegaraan, dan keberagaman budaya di Indonesia.

 Pendidikan Studi Sosial di Finlandia:

- Pendekatan pendidikan studi sosial di Finlandia mencakup studi tentang sejarah,


geografi, masyarakat, dan lingkungan sosial.

- Fokusnya lebih pada pengembangan keterampilan sosial, kritis, dan partisipatif siswa.

- Tujuannya adalah mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang


demokratis, menghargai nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kesejahteraan sosial.
2. Pendekatan Pembelajaran:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Pendekatan pembelajaran yang umumnya digunakan adalah pendekatan guru yang


berpusat pada guru.

- Pembelajaran cenderung lebih didominasi oleh penjelasan dari guru dan pembacaan
teks, dengan kurangnya interaksi aktif siswa.

 Pendidikan Studi Sosial di Finlandia:

- Finlandia menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

- Metode pembelajaran yang digunakan mencakup proyek-proyek, penelitian, diskusi, dan


pembelajaran melalui pengalaman langsung di lapangan.

- Siswa didorong untuk berpikir kritis, bekerja sama dengan rekan-rekan mereka, dan
berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah sosial.

3. Tujuan Akhir:

 Kurikulum IPS di Indonesia:

- Tujuan utamanya adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang


masyarakat, budaya, dan sejarah Indonesia.

- Kurikulum ini juga bertujuan mengembangkan kesadaran akan identitas nasional,


kewarganegaraan, dan nilai-nilai kebangsaan.
 Pendidikan Studi Sosial di Finlandia:

- Tujuannya adalah mengembangkan keterampilan sosial, kritis, dan partisipatif yang


diperlukan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis.

- Pendidikan studi sosial di Finlandia juga bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga negara yang aktif, terlibat dalam pengambilan keputusan sosial, dan
berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

BAB III

PENUTUP

Pendidikan IPS di Indonesia berkembang mulai dari belum dikenal nama IPS itu sendiri
namun konten IPS sudah disampaikan dalam materi pembelajaran sampai konsep IPS yang
disampaikan secara terpadu dan terpisah sesuai dengan jenjang pendidikan di sekolah. Selain itu
terdapat perbedaan bobot materi IPS di sekolah dasar dan menengah dibandingkan dengan materi
IPS di perguruan tinggi. Perbedaan itu terletak pada bobot materi yang disampaikan jika di
sekolah dasar dan menengah disederhanakan, sedangkan di perguruan tinggi merupakan seleksi
dari disiplin ilmu sosial yang disampaikan sesuai dengan kepentingan pedagogik.

Abad 21 tidak hanya mementingkan kemajuan dalam bidang teknologi informasi. Aspek
sosial menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan. Globalisasi dan kemajuan
teknologi telah nyata merubah tatanan sosial dan budaya manusia. Tantangan atas perubahan
sosial tersebut harus dipersiapkan. Pendidikan IPS salah satu benteng dalam memahami
fenomena tersebut. Melalui pendidikan IPS dapat dipelajari bagaimana bersosialisasi,
menyesuaikan diri, menjalin kerjasama (kolaborasi), berkomunikasi, membangun relasi, berpikir
analisis, dan berpikir kritis. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan IPS masih dibutuhkan untuk
dipelajari dan masih relevan dengan abad 21. Hanya saja guru IPS tidak boleh anti perubahan.
Dalam hal ini Pendidikan IPS harus mengikuti pekembangan zaman. Metode pembelajaran harus
diperbarui dan yang lebih penting lagi konten pelajaran harus lebih kontekstual sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.

A. KESIMPULAN

Dari perbandingan kurikulum IPS di Indonesia dengan program Social Studies


atau setara di Inggris, Amerika, Australia, dan Finlandia, dapat disimpulkan bahwa setiap
negara memiliki pendekatan dan penekanan yang berbeda dalam pendidikan studi sosial.
Namun, ada beberapa kesamaan dan perbedaan yang mencolok:

Kesamaan:

1. Tujuan akhirnya adalah untuk membentuk siswa menjadi anggota masyarakat yang
berpengetahuan luas, berpikiran kritis, dan berkontribusi positif dalam masyarakat
mereka.

2. Semua negara menekankan pentingnya pemahaman tentang sejarah, budaya, dan


masyarakat baik di tingkat nasional maupun global.

3. Terdapat penekanan pada pengembangan keterampilan sosial, kritis, dan partisipatif


bagi siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis dan berkelanjutan.

Perbedaan:
1. Fokus kurikulum dan penekanan materi pelajaran berbeda antara setiap negara,
tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan kebutuhan masyarakat mereka.

2. Pendekatan pembelajaran juga bervariasi, dengan beberapa negara menerapkan


pendekatan yang lebih tradisional dan guru-berpusat, sementara yang lain lebih
cenderung menggunakan pendekatan siswa-berpusat dan pembelajaran aktif.

3. Tujuan akhir kurikulum juga mencerminkan perbedaan nilai dan kebutuhan nasional
masing-masing negara, seperti penekanan pada identitas nasional di Indonesia,
pemahaman tentang sistem politik di Amerika, dan kesiapan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat multikultural di Australia.

Dengan demikian, sementara tujuan umum dari pendidikan studi sosial adalah serupa di
seluruh dunia, implementasinya sangat dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan
politik masing-masing negara. Meskipun demikian, penting untuk mengakui nilai tambah
dari masing-masing pendekatan dan terus beradaptasi dengan perkembangan global untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang berpikiran terbuka dan berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I B M (2017), Pengantar Ilmu


Sosial. Depok: Rajawali Pers
Adha,MA, Gordona, S., Ulfatin,N., & Supriyanto,A.(2019).Analisis perbandingan sistem
pendidikan Indonesia dan Finlandia. Jurnal Studi Manajemen pendidikan, 3(2)

Anda mungkin juga menyukai