Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

MAKALAH

Judul:

PERKEMBANGA IPS DALAM KONTEKS POLITIK DI INDONESIA

Oleh:

SITI MELIANI
NIM: 858077454

UPBJJ - UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua umumnya, dan kepada kami khususnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun Makalah yang kami susun ini adalah salah satu
tugas mata kuliah di UPBJJ - Universitas Terbuka Pontianak. Dan makalah ini berjudul
Perkembangan IPS Dalam Konteks Politik di Indonesia.

Kami menyadari sepenuh hati, bahwa tugas ini dapat terlaksana karena adanya dukungan
baik material maupun spiritual dari semua pihak yang telah membantu kelancaran tugas ini.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini, terutama kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami,
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Dan didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu keritik
dan saran yang sangat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kemudian hari.

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan ataupun
kerancuan baik dalam bahasa ataupun tulisan.

Akhir kata dari kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua umumnya, dah bagi para
pembaca khususnya

Sandai, Mei 2023


Hormat kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................1
Rumusan Masalah ...............................................................................................1
Tujuan Penulisan .................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembanga IPS dalam Konteks Politik di Indonesia.......................................1-6
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .........................................................................................................7
B. Keritik dan saran .................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan tinggi pada jurusan atau progrsam studi tertentu.

Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education
tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Ada 3 istlah yang muncul dari Seminar Nasional di
Tawamangu dan digunakan secara bertukar, yaitu:

1. Pengetahuan Sosial / Social Science


2. Studi Sosial / Social Studies
3. Ilmu Pengetahuan Sosial / Social Education
Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek, yakni
latar belakang sosiologis dan pedagogis dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan
dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam IPS. Ilmu Pengetahuan Sosisal (IPS) adalah
terjemahan dari Social Studies. Perkembanagan IPS dapat kita lihat melalui sejarah Social
Studies yang dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam karya akademis dan
dipublikasikian oleh National Council for the Social Studies (NCSS) pada pertemuan
organisasi tersebut tahun 1935 sampai sekarang.

Definisi tentang “Social Studies” yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan
pendididkan, kemudian pengertian ini dibakukan “Social Studies” meliputi aspek-aspek ilmu
sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, pisikologi, ilmu geografi, dan
filsafat yang dalam praktiknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan
tinggi..

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Perkembanga IPS dalam Konteks Politik di Indonesia ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk Mengetahui Perkembanga IPS dalam Konteks Politik di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembanga IPS dalam Konteks Politik di Indonesia


Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di
Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan
pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat
rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang
tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya
di pandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-
nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.

Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul
dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa
Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar
pakai, yaitu :

1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun
1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan
tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan
geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa
mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh
karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies) dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat
dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.

Sejak pemerintahan Orde Baru keadaan tenang, pemerintah melancarkan Rencana


Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti
Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan.
Kelima masalah tersebut antara lain:

2
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan
pembangunan nasional.

Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi
prioritas. Program pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan untuk
mengatasi dan menanamkan kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia. Upaya
memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum pendidikan 1975
menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut :

1. Berorientasi pada tujuan


2. Menganut pendekatan integratif
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan
latihan.

Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang
menampilkan empat profil, yaitu :

1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk


pendidikan IPS khusus.
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD

3
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep
peyung untuk sejarah, geografi dan ekonomi koperasi.
4. Pendidikan IPS terisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan
geografi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan
sejarah) untuk SMEA /SMK..

Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang
secara konseptual merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam
aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984, PPKn merupakan mata pelajaran sosial
khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU. Sedangkan mata pelajaran IPS
diwujudkan dalam :

1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.


2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan ekonomi
koperasi.
3. Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di
kelas I-II; Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah Budaya di kelas III program IPS.

Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam
rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI (Himpunan Sarjana Pendididkan Ilmu
Sosial) pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di Yogyakarta
tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan
kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah
mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan Soemantri, pakar dan
ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam
pertemuan di Yogyakarta, yaitu :

a. Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi
dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
duorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
b. Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu-
ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

4
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS (eks IKIP, FKIP,
STKIP),direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi
Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti pendidikan Geografi, Pendidikan
Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan sosiologi, Pendidikan Sejarah dsb).

Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang
memiliki komitmen terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan
di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam
kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial
diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial itu disajikan secara terintegrasi atau
interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social studies). Jadi untuk program pendidikan ilmu-
ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai di ajarkan. Program
pendidikan dasar di SD dan SMP penyajiannya secara terpadu penuh, sementara itu untuk
pembelajaran IPS di tingkat SMA/MA dan SMEA penyajiannya bisa dilakukan secara
terpisah antar cabang ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap memperhatikan keterhubungannya antara
ilmu sosial yang satu dengan ilmu sosial lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di
SMA dan juga di SMEA. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi pendidikan ilmu-ilmu
sosial disajikan secara terpisah atau fakultatif, seperti FE, FH, FISIP dsb. Namun untuk
pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP yang mempersiapkan calon guru atau mendidik calon
guru di tingkat sekolah, maka pendidikan IPS di berikan secara interdisipliner dan juga secara
disipliner. Secara interdisipliner karena ilmu yang diperoleh nantinya untuk program
pembelajaran untuk usia anak sekolah, dan secara disipliner karena sebagai guru juga harus
menguasai ilmu yang diajarkan.

Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan


pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan
perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan pembangunan dan gencarnya arus
globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Upaya pembaharuan
kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian Rapat Kerja Nasional
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986 sampai 1989.

Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya;

a. perlunya diteruskan upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan

5
b. perlunya persiapan perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam tahun menjadi
sembilan tahun
c. perlunya segera dilahirkan undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS
diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi
program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Di
samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan Pendidikan
kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial
(PKnPS), namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) tahun 2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali.

Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan
pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan bangsa,
maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk
warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara
terpisah dengan IPS.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik
dapat berpikir secara kritis, mampu mengobservasi dan meneliti seperti apa yang dilakukan
oleh ahli ilmu sosial.

Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga negara yang mampu
belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial .

B. SARAN

Kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa Makalah yang kami susun sangat jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu. Keritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan dikemudian hari.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://tyabassuqy.blogspot.com/2013/04/makalah-konsep-dasar-ips-sejarah.html

http://mustaqimdauf.blogspot.com/2013/10/sejarah-ips-di-dunia.html

http://long-visit.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai