Anda di halaman 1dari 22

TUGAS RUTIN PERTEMUAN 2

KONSEP DASAR IPS


Dosen Pengampu : Dr. Syarifah, M.Pd

OLEH:
KELOMPOK 5

NAMA ANGGOTA : - DILA AZHARI (8226181016)


- NURHABIBAH MEHA (8226181010)
- RIFA ATUL SUAIDAH LUBIS (8226181017)
KELAS :A

PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang dan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Makalah Konsep Dasar IPS dan tidak lupa juga shalawat dan
salam kehadirat nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang akan kita harapkan syafaatnya
dihari pembalasan kelak.
Tugas Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS
dengan dosen pengampu Ibu Dr. Syarifah, M.Pd. Pada kesempatan ini penulis ingin
berterimakasih kepada beliau yang sudah membimbing penulis dan teman-teman sekalian
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dan penulis sadar bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
terdapat banyak kesalahan baik dari segi fisik maupun isi materi. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari para pembaca. Akhir kata penulis
penulis ucapkan Terimakasih.
Medan, 14 Februari 2023

KELOMPOK 5

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
3. Tujuan.......................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 2
1. Hakekat dan Karakteristik Mata Kuliah Konsep Dasar IPS ....................................................... 2
2. Sejarah Perkembangan IPS Secara Umum dan di Indonesia...................................................... 6
3. Ruang Lingkup dan Cakupan IPS............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan
mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS
yang berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan
kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan
ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non
cetak (web).
Sebagai Mahasiswa hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk
membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan
pembahasan Konsep pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Hakikat pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), dan Karakteristik pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Sejarah perkembangan IPS dapat dilihat dari sejarah perkembangan social studies yang
berkembang di Amerika Serikat. Perkembangan pemikiran ini dapat dilihat di berbagai karya
akademis yang dipublikasikan oleh National Council for the Social Studies (NCSS) pada tahun
1935 hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Hakekat dan karakteristik mata kuliah konsep dasar IPS ?
2. Apakah pengertian Sejarah perkembangan IPS secara umum dan di indonesia ?
3. Apakah pengertian Ruang lingkup dan cakupan ?

C. Tujuan
Untuk membantu menguasai tujuan dan pengertian dari materi
1. Hakekat dan karakteristik mata kuliah konsep dasar IPS.
2. Sejarah perkembangan IPS secara umum dan di Indonesia.
3. Ruang lingkup dan cakupan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. HAKEKAT DAN KARAKTERISTIK MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS


a. Hakekat Konsep Dasar IPS
Secara sederhana IPS diartikan sebagai studi tentang manusia yang di pelajari oleh anak
didik di tingkat sekolah dasar dan menengah. Dalam kenyataannya bidang studi tersebut
sering disebut dengan istilah-istilah antropologi sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, ilmu
politik, psikologi ataupun psikologi sosial.
The study of man in society in the past, present and future. Social studiesemerges as a
subject of prime importance for study in school. (Robert Barr, 2017)
Studi sosial ialah mata pelajaran di sekolah untuk mempelajari manusia dalam masyarakat
pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal beberapa istilah yang kadang-kadang
dapat membuat kita menjadi kacau. Istilah-istilah tersebut meliputi:
a. Ilmu Sosial (social sciences)
Ahmad Sanusi memberikan batasan tentang ilmu sosial terdiri dari disiplin-disiplin ilmu
pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan
tinggi, makin lanjut makin ilmiah.
b. Study Sosial (social studies)
Studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis,
melainkan lebih merupakan suatu bidang kajian tentang gejala dan masalah sosial yang
terjadi pada masyarakat.
c. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mulyono TJ, memberikan batasan IPS merupakan pendekatan interdisipliner dari
pelajaran ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial,
seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, geografi, ekonomi, ilmu politik dan
sebagainya.

 Perbedaan antara IPS sebagai bidang studi dengan Ilmu-Ilmu Sosial sebagai disiplin
ilmu
Adapun perbedaan antara IPS sebagai bidang studi dengan ilmu-ilmu sosial yaitu:
 IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti Ilmu-Ilmu Sosial, tetapi IPS lebih tepat sebagai
suatu bidang kajian.
 Pendekatan yang dilakukan IPS adalah melalui multidisipliner atau interdisipliner.
Tidak seperti Ilmu-Ilmu Sosial yang menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau mono
disiplin.
 IPS sengaja dirancang untuk kepentingan pendidikan. Oleh karna itu keberadaan IPS
lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan Ilmu-Ilmu Sosial
keberadaannya bisa di dunia persekolahan, PT, atau bahkan di pelajari di masyarakat
umum sekalipun.

2
 IPS disamping menggunakan Ilmu-Ilmu Sosial sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis – pedagogis.
 Tujuan dan Konsep Dasar IPS
Adapun tujuannya yaitu:
 IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences, jika ia nantinya
masuk ke perguruan tinggi.
 IPS bertujuan untuk mendidik kewarganegaraan yang baik.
 IPS pada hakikatnya merupakan suatu kompromi.
 IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka
umum.
 Sasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah pada dua hal, yaitu:
a. Pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila UUD 1945, secara
sadar dan intensif ditanamkan kepada siswa sehingga terpupuk kemauan dan tekad
untuk hidup bartanggung jawab demi keselamatan diri, bangsa, negara, dan tanah
air.
b. Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan. Berani melihat kenyatan yang ada,
akan terlihat segala persoalan.

 Nilai-Nilai Sosial dan Sikap


Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai
sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial
anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi
nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan
pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia diharapkan
memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab sosial
yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya, bagi pengembangan kini dan
mendatang. Menurut Nursid Sumaatmadja (1997) ada beberapa nilai dalam pembelajaran
IPS, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan
perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan kognitif tidak hanya terbatas
meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meningkatnya pula nalar sosial dan
kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial.
Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya
terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan
perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan.
Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan
tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Masalah sebagai fakta sosial diproses
melalui berbagai metode dan pendekatan sampai benar-benar membangkitkan kepedulian
serta tanggung jawab peserta didik.

3
b. Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apapun, nilainya tidak berarti apabila tidak dapat
diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu, pokok
bahasan IPS tidak hanya tentang pengetahuan konseptual teoretis belaka, melainkan
digali dari kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari lingkungan terkecil keluarga, di
pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu
disesuaikan dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS
yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, untuk menghadapi
permasalahan kehidupan sehari-hari.
c. Nilai Teoretis
Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya dan diberi dorongan agar
mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di
lapangan (sense of discovery) serta kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan
mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry). Dengan demikian, kemampuan
mereka dalam mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga
berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang cepat berubah, kemampuan
berteori ini sangat berguna serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina
dan dikembangkan.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan
perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka
selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Dari kesadaran terhadap
keberadaannya tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing terhadap
masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan kata lain,
kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin
dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan
pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang sangat berfaedah dalam kehidupan
bermasyarakat melalui pendidikan IPS ini.
e. Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial yang demikian luas
cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan
yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini
menjadi landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM).

 IPS Sebagai Sarana Pendidikan


IPS sebagai sarana pendidikan yang memaparkan manusia di dalam segi tiga waktu
(waktu, ruang, hidup) diantaranya yaitu:
a. Studi Sejarah (membicarakan man in time)
Melalui sejarah diajarkan pengalaman umat manusia dari segenap masa lampau yang
dapat digunakan untuk mengerti masa kini serta mengerti atau mentukan masa depan.
b. Studi Geografi (membahas man in space)

4
Ditempatkan sebagai manusia dalam kegiatannya menyesuaikan diri dengan tantangan
dan penawaran lingkungan hidup.
c. Gabungan Sosiologi, Antropologi, Ekologi, Ekonomi, Tatanegara (membicarakan
manusia dalam kehidupan) meliputi kegiatan-kegiatan yang tertib bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (sosiologi, hukum, dan tatanegara) dan budaya (antropologi).

b. Karakteristik Konsep Dasar IPS


Nu’man somantri, yang dikutip oleh Daljoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan
pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun
ciri – ciri yang kedapatan dialamnya membuat rincian sebagai berikut.
1. Bahan pembelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa,
2. Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated
(berhubungan) sampai yang seperated (terpisah).
4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional,
humanitis sampai yang struktural.
5. Kelas pengajar IPS akan dijadikan laboraturium demokrasi.
6. Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek–aspek kognitif, efektif, dan psikomotor saja.
7. Unsur–unsur sosiologi dan pengetahuan lainnya akan melengkapi program pembelajaran
IPS.

Sepeti yang ditemukan oleh Buchori Alma dan Harlas Gunawan (1987) yang mengatakan prinsip
– prinsip tersebut antara lain berikut ini.
a. Keperluan konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik
dalam memahami “ dunia” sekitarnya.
b. Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran
yang salah (salah konsep).
c. Mudah dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah.
d. Kegunaan
Konsep yang akan di ajarkan hendaknya benar – benar berguna bagi kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara indonesia pada umunya serta masyrakat lingkungan
dimana ia hidup bersama dalam keluarga.

5
2. SEJARAH PERKEMBANGAN IPS SECARA UMUM DAN DI INDONESIA
a. Sejarah Perkembangan IPS Secara Umum
IPS adalah terjemahan dari Social Studies. Social studies adalah ilmu-ilmu social yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan, meliputi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu
politik, sosiologi antropologi, psikologi, ilmu geografi dan filsafat yang dalam prakteknya dipilih
untuk tujuan pembelajaran disekolah dan diperguruan tinggi.
Secara historis, studi IPS pertama kali muncul di Amerika Serikat. Studi ini dinamai
dengan “Social Studies” dimana istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah
komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan awal dari
pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada
kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai
minat sama. Nama komite itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang
mereka hasilkan. Berbagai persoalan sosial yang semakin kompleks melanda Amerika Serikat
waktu itu menjadikan para ilmuan dan akademisi sosial berkumpul membentuk asosiasi sehingga
lahirlah bidang studi Social Studies.
Bila dianalisis dengan cermat, pengertian social studies mengandung hal – hal sebagai
berikut:
1) Social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social
2) Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan pada tingkat
persekolahan maupun tingkat perguruan tinggi.
3) Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu social itu perlu diseleksi sesuai dengan
tujuan tersebut.
Pada tahun 1940-1960, ditegaskan oleh Barr, dkk. (1977:36), yaitu terjadinya tarik menarik
antara dua visi social studies. Di satu pihak, adanya gerakan untk mengintegrasikan berbagai
disiplin ilmu social untuk tujuan citizenship education, yang terus bergulir sampai mencapai
tahap yang lebih canggih. Dilain pihak, terus bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin
ilmu social yang cenderung memperlemah konsepsi social studies education.
Dikemukakan bahwa program social studies di sekolah seyogyanya diorganisasikan dalam
bentuk pembelajaran ilmu social yang terpisah-pisah, tetapi di orientasikan kepada closed
areas atau masalah-masalah yang tabu dalam masyarakat seperti isu tentang sex, patriotisme ras
yang biasanya penuh dengan prasangka, ketidaktahuan, mitos dan kontrovensi, untuk diiubah
kearah yang bersifat refleksi rasional. Dengan cara itu social studies mulai di arahkan pada upaya
guna melatih para siswa untuk dapat mengambil keputusan mengenai masalah-masalah public.

6
Definisi social studies dan pengidentifikasian social studies atas tiga tradisi pedagosis di
anggap sebagai pilar utama dari social studies pada dasawarsa 1970-an.
4 hal yang tersurat dan tersirat mengenai definisi social studies, yaitu;
1) Social studies merupakan suatu system pengetahuan terpadu.
2) Misi utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat
yang demokratis.
3) Sumber utama konten social studies adalah social science dan humanities.
4) Dalam upaya penyiapan warga yang demokratis terbuka kemungkinan perbedaan dalam
orientasi , visi tujuan, dan metode pembelajaran.
Di dalam dokumen (NCSS, 1994:3) di adopsi pengertian social studies sebagai berikut:
secara esensial terkandung visi,misi dan strategi pendidikan social studies yang mengokohkan
kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif. Dalam dua dasawarsa terakhir, 1980 dan
1990-an, pemikiran mengenai studies yang sebelumnya di landa penyakit ketidakmenentuan,
ketidakberkeputusan, ketidakbersatuan, ketidakbersatuan dan ketidakmajuan, paling tidak secara
konseptual telah dapat diatasi.
Rambu-rambu yang digariskan NCSS(1994) dalam rangka mewujudkan visi, misi dan
strategi baru social studies:
1. Program social studies mempunyai tujuan pokok bahwasanya esensi tujuan tersebut lebih
diutamakan dalam social studies dari pada dalam bidang lain.
2. Program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari pendidikan taman
kanak-kanak sampai dengan pendidikan menengah di tandai oleh keterpaduan.
3. Program social studies di titik beratkan pada upaya membantu siswa, bahwasanya siswa
bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangunpengetahuan dan
sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap realita.
4. Program social studies mencerminkan hakikat pengetahuan yang semula dilihat secara
kotak-kotak, kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun perlibatan berbagai disiplin.

b. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia


Sejarah Perkembangan IPS Pertama kali bidang Studi IPS di garap di Indonesia semakin
lama semakin berkembang pemikiran sehingga nampaknya pemaknaan IPS di Amerika sedikit
berbeda dengan apa yang dimaknai di Indonesia. Perbedaan makna tersebut bukan berarti IPS di
Indonesia telah melenceng dari garis-garis sebagaimana yang telah di tetapkan pada lembaga
asosiasi National Council for Social Studies (NCSS) di Amerika namun memang pada waktu
Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama dengan
social studies yang ada di Amerika Serikat. Pengertian-pengertian tersebut kemudian
diselaraskan dengan kondisi lingkungan masayarakat Indonesia. Artinya setiap ilmu sosial
bahkan teori-teori sosialpun lahir dipengaruhi oleh konteks sosialnya. Begitu juga Pendidikan
IPS di Indonesia telah mengalami Indonesiasi. Bidang Studi IPS dikemudian hari dikembangkan
yang lebih mempergunakan corak interdisipliner. Somantri (2001)memberikan batasan fokus
bidang studi IPS adalah merupakan suatu bidang studi dengan pendekatan interdsipliner (Inter-
disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial untuk kepentingan pendidikan. Bidang

7
kajian IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi,
antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4 )bahwa IPS merupakan hasil kombinasi
atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama,
sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jadi dapat
dikatakan juga bahwa IPS adalah pengembangan Studi Sosial dalam kerangka untuk tujuan
pendidikan. Oleh karena itu bidang garapan IPS adalah mempergunakan pendekatan gabungan
ilmu-ilmu sosial untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial untuk tujuan pendidikan.
Istilah IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ), pertama kali muncul dalam Seminar Nasional
tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan
seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu:
1) Pengetahuan Sosial,
2) Studi Sosial dan
3) Ilmu Pengetahuan Sosial.
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi pada tahun
1972 – 1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan ( PPSP ) IKIP
Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan
Negara / Studi Sosial” sebagai mata pelajaran social terpadu.
Sedangkan dalam kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun, digunakan istilah:
1. Studi Sosial sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan sebagai bendera untuk mata
pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS.
2. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua jurusan.
3. Civics dan Hukum sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS.
Pada tahap kurikulum PPSP konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk, yakni:
1. Pendidikan IPS, terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan Negara / Studi Sosial.
2. Pendidikan IPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep payung untuk
mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi.
3. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus.

Secara historis, Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap Kurikulum
1975, yang menampilkan empat profil yaitu;
1) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk
pendidikan IPS.
2) Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar.
3) Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SNIP yang menempatkan IPS sebagai konsep
payung untuk geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.
4) Pendidikan IPS terpisah – pisah yang mencakup mata pelajaran geografi, dan ekonomi
untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG.

8
Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam kurikulum 1975 khususnya
dalam aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) sebagai materi pokok PMP.
Dalam kurikulum 1984, PPKn merupakan mata pelajaran khusus yang wajib diikuti semua
siswa di SD,SMP dan SMU. Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam:
1) Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.
2) Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan ekonomi
koperasi.
3) Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum
di kelas I-II; Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah budaya di kelas III program
IPS.
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali di bahas dalam rangkaian
pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun 1989. Forum
Komunikasi Pimpinan HIPS di Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang
tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu
menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang,
M. Numan Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS sebagaimana
dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu:
a. Versi PipS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin ilmu – ilmu Sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
pedagosis/psiko,ogis untuk tujuan pendidikan.
b. Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS – IKIP
PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu –ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS di rekonseptualisasikan sebagai
pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial
(PDIPS).
Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual diidentifikasi sekolah objek
telaah dari system pendidikan IPS, yaitu:
1) Karakteristik potensi dan perilakubelajar siswa SD, SLTP dan SMU.
2) Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS – IKIP atau JPIPS – STKIP /
FKIP.
3) Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMU.
4) Disiplin ilmu – ilmu social. Humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5) Teori , prinsip, strategi dan media dan evaluasi pembelajaran IPS.
6) Masalah-masalah social, dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak social.
7) Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme

9
3. RUANG LINGKUP DAN CAKUPAN IPS
c. Ruang Lingkup Pendidikan IPS
Ruang Lingkup Pendidikan IPS Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi
beberapa aspek berikut:
1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi,
hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan
hubungan politik.
2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kampong,
warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa.
3. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan global.
4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi.
Berdasarkan Permendiknas 2006 tentang Standar Isi, menjelaskan bahwa ruang lingkup
mata pelajaran IPS meliputi:
(1) Manusia, tempat, dan lingkungan;
(2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan;
(3) Sistem sosial dan budaya; dan
(4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan
kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan
dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya,
dan kejiwaannya; memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi; mengatur
kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem
kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai
anggota masyarakat. Dengan pertimbangn bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas,
pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik
tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda
dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar,
ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat
dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari

10
yang ada di lingkungan sekitar peserta didik SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang
lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi
dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS
pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa
secara berkesinambungan.
Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai
anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi: (a) substansi
materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan
peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus
diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan
memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-
materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan
masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai
tujuannya.

d. Tujuan Pembelajaran IPS


Tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan
pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan
kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama
berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa
dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada
pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Adapun tujuan ketiga lebih berorientasi
pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Berdasarkan uraian di atas, ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan
IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan
kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta
pengembangan akademik dan thinking skills. Tujuan intelektual berupaya untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir,
kemampuan prosedural dalam mencari informasi dan 8 mengkomunikasikan hasil temuan.
Pengembangan intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.
Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung
jawab siswa sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu tujuan ini mengembangkan
kemampuan seperti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia,
kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan
ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma dan moral
yang berlaku dalam masyarakat. Pendapat lain menyatakan bahwa tujuan mempelajari Ilmu

11
Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari
baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.

Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah


diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk
menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Pembelajaran IPS juga diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
a. Menghayati dan mengakui nilai-nilai Pancasila.
b. Mengakui dan menghormati harkat manusia.
c. Menghayati dan mengakui nilai/ajaran agamanya.
d. Memupuk sikap toleran, arif, peduli, saling menghargai.
e. Menghormati perbedaan dan mengembangkan kebersamaan.
f. Bersikap positif kepada bangsa dan negara serta kemauan untuk membelanya.
g. Menghormati milik orang lain dan milik negara.
h. Terbuka terhadap perubahan atas dasar nilai dan norma yang dimilikinya.
i. Menghayati dan mematuhi norma-norma dalam masyarakat.
j. Menyadari sebagai makhluk sosial ciptaan Allah.

e. Fungsi IPS Pembelajaran IPS


Fungsi IPS Pembelajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena peserta didik yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan masing-
masing yang mempunyai masalah-masalah sosial yang berbeda-beda. Sesuai dengan
tingkat perkembangannya, peserta didik SD belum mampu memahami keluasan dan
kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan
kepada masalahmasalah tersebut melalui pran IPS. Fungsi IPS diberikan di SD adalah
agar anak-anak memiliki hal-hal sebagai berikut:
a. Agar peserta didik dapat mensistematisasikan bahan, informasi dan atau kemampuan
yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna;

12
b. Agar peserta didik dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial
secara rasional dan bertanggung jawab.
c. Agar peserta didik dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan
sendiri dan antar manusia.

 Sumber
Sumber dan Bahan Materi IPS Ada lima macam sumber materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas seperti negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-
kejadian besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
dan keluarga.

Ada juga yang membagi sumber dan bahan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
sebagai berikut:
a. Lingkungan sosial: lingkungan sosial ekonomi, lingkungan sosial politik, keamanan dan
ketertiban.
b. Lingkungan alam: tanah, air, udara yang ada diatasnya, segala jenis kekayaan alam.
c. Lingkungan masyarakat dan budaya: berupa ide, tindakan, pengetahuan, kesenian, adat
istiadat, suku, bahasa.
d. Nara sumber: tokoh masyarakat, peserta didik, pejabat pemerintah, pegawai.

Keenam sumber bahan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Geografi
Merupakan ilmu pengetahuan yang paling banyak berkaitan dengan hidup manusia
sehari-hari, dimana kita tinggal pada sebidang tanah, menghirup udara, minum air,
menikmati panas matahari dan sebagainya. Karena itu banyak pemahaman tentang
lingkungan hidup kita, cara pemanfaatan sumber alam, berbagai tempat pemukiman
manusia, serta perilaku manusia bisa diperoleh dari geografi. Dasar-dasar keilmuan
geografi yang dikenal sekarang menyelidiki aspek-aspek fisik alamiah, hubungan
manusia dengan lingkungan sosial, dan mempelajari tentang bumi, tanah, air, udara,
iklim, sampai pada flora dan fauna, serta kedudukan bumi dalam tata surya. Konsep-

13
konsep dasar geografi antara lain: lingkungan, lokasi/keruangan, wilayah, unsur-unsur
biotik dan abiotik, sumber produksi, penduduk, bola dunia (globe), dan iklim.

b. Ekonomi
Sebagai kajian IPS dapat ditelusuri/dilacak ke belakang sampai dengan jaman Yunani
Kuno. Setelah memperhatikan bagaimana cara manusia mempertahankan hidup, seperti:
bercocok tanam, berburu, beternak, menangkap ikan dan lain-lain. Aristoteles
berpendapat bahwa mereka telah menghasilkan sesuatu untuk orang lain 11 (produksi).
Dia menghargai usaha mereka untuk memperoleh pendapatan, karena dengan begitu
mereka berusaha mencapai kemakmuran, berupa hasil produksi dari mengolah tanah
(agraris). Oleh karena itu bidang ekonomi meliputi pemenuhan kebutuhan, yang harus
diatasi melalui tiga kegiatan ekonomi, yaitu produksi (pembuatan barang), distribusi
(pembagian kepada mereka yang memerlukan), dan konsumsi (penggunaan barang).
Masalah pokok ekonomi tersebut bersumber pada ketimpangan kebutuhan manusia
dibandingkan alat untuk memenuhinya. Kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan
alat pemuas kebutuhan baik barang maupun jasa terbatas. Keadaan timpang (kelangkaan)
tersebut memaksa manusia harus memilih alternatif yang paling baik. Begitu pula tiap
kelompok (masyarakat) mulai rumah tangga perusahaan sampai negara harus mengambil
keputusan (pilihan) terhadap masalah-masalah ekonomi tersebut. Untuk mengatasi
masalah tersebut dengan cara menciptakan tata ekonomi yang mampu meningkatkan
produktifitas dan taraf kemakmuran masyarakat. Beberapa konsep dasar ekonomi antara
lain: kelangkaan, pembagian kerja, barang, jasa, kemakmuran, produksi, distribusi,
konsumsi, pasar, uang, harga, kredit, tabungan, dan lain-lain.

c. Sosiologi
Mulai tumbuh dan berkembang pada pertengahan abad 19, kebanyakan pakar sosiologi
berpendapat bahwa dalam penyelidikan terhadap gejala kemasyarakatan yang
berkembang mengikuti tiga aliran yaitu:
1) Sosiologi sebagai ilmu yang bertugas menyelidiki interaksi manusia yang memiliki
pengaruh timbal balik dalam kehidupan masyarakat.
2) Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berinteraksi
dengan orang lain.
3) Memandang sosiologi sebagai pengkajian terhadap sistem sosial secara sistematis yang
memiliki tujuan tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang
menjadi pusat perhatian sosiologi adalah hubungan antarpribadi, kelompok manusia
atau masyarakat sebagai keseluruhan. 12 Konsep-konsep dasar sosiologi antara lain:
mempelajari masalah lembaga-lembaga masyarakat (pendidikan, kesenian,
keagamaan, dan lain-lain), kebudayaan dan kepribadian, struktur sosial, dinamika
kelompok, hubungan antar kelompok, peran dan status seseorang dalam kehidupan
berkelompok. d. Sejarah Sejarah merupakan cabang ilmu yang mencatat dan
menjelaskan peristiwa masa lampau sebagai sesuatu tahapan proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia sendiri.

14
d. Sejarah
Tujuan sejarah ialah menafsirkan keadaan masa kini melalui analisis dan pemahaman
peristiwa masa lampau dan selanjutnya membuat “peta” ramalan untuk masa yang akan
datang. Konsep dasar sejarah antara lain: waktu, perubahan, perkembangan. Sejarah
mengandung berbagai ciri antara lain:
(1) Objektifitas yang tetap dibatasi oleh subjektifitas;
(2) Perkembangan yang berkelanjutan;
(3) Terikat pada lingkungan geografis, dan
(4) Terdapat hubungan kausalitas dalam batas situasi dan kondisi tertentu.
Dari ciri tersebut mempelajari sejarah memiliki manfaat bisa membuat orang
bijaksana, karena pelajaran sejarah dapat digunakan untuk:
1) Menanamkan cinta dan kebanggaan terhadap negara, tanah air dan bangsa.
2) Memupuk saling pengertian (toleransi) dengan orang lain (bangsa) lain.
3) Meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya bangsa.
4) Mengembangkan pengertian dan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain
sebagai makhluk sosial. Karena pentingnya peran sejarah, maka sejarah masuk
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

e. Antropologi
Antropologi membahas pemahaman perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam
usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya, sebagai salah satu ciri yang
membedakan dari makhluk hidup lainnya. Proses penyesuaian tersebut menimbulkan
kebudayaan atau hasil budidaya. Kebudayaan bukanlah warisan, melainkan harus
dipelajari, karena kebudayaan merupakan produk dari perilaku manusia itu sendiri.
Antropologi memiliki 2 cabang yaitu:
1) Antropologi fisik, mempelajari aspek biologis manusia seperti perbedaan fisik, warna
kulit, rambut, mata, bentuk muka, tinggi tubuh yang disebabkan keturunan. Selain itu
menyelidiki pertumbuhan (evolusi ) manusia sendiri.
2) Antropologi budaya, mempelajari kebudayaan manusia sendiri. Manusia bukan
hanya makhluk hidup yang secara individu punya ciri khas sendiri, melainkan juga
makhluk sosial yang melahirkan kebudayaan yang berbeda-beda. Mereka hidup
berkelompok dari kutub utara yang beku sampai di padang Sahara yang gersang dan
panas, yang hidup dalam berbagai benua. Konsep-konsep dasar antropologi antara
lain: kebudayaan, nilai-nilai, kepercayaan, adat-istiadat, peran, peradaban. f. Politik
Sasaran dari pembahasan politik ialah hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintahan, serta cara-cara terbaik mengatur tata kehidupan masyarakat. Teori-
teori politik banyak bersumber pada filsafat dan sejarah, karena konsep-konsep dan
teoriteorinya sendiri baru tumbuh. Teori baru dalam ilmu politik ini, kemudian
memindahkan orientasinya pada masalah perilaku (behavior), terutama karena
pengaruh ilmu-ilmu perilaku seperti Antropologi Sosial. Psikologi Sosial dan

15
Sosiologi. Orientasi baru ini berpendapat bahwa sasaran ilmu politik terdiri dari tiga
hal yaitu:
1) Studi terhadap para pelaku politik (political actors), yaitu mereka yang giat
dalam proses politik, kelompok-kelompok elite, serta proses sosial politik.
2) Penerapan metode-metode empiris dan analisis kuantitatif dari ilmu lain (seperti
matematika dan statistik), di samping metode kerja lapangan.
3) Menarik konsep-konsep baru dalam rangka pengembangan generalisasi dan
teori, seperti: kekuasaan, peran, sosialisasi politik; konsep-konsep tersebut
menjadi sering digunakan dalam percaturan ilmu politik. Pada akhir-akhir ini
ilmu politik banyak membantu Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education),
yang di negara Amerika Serikat kadang-kadang disatukan dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies). Konsep-konsep dasar Politik, antara lain:
Negara, kekuasaan, sistem politik, pemerintah, rakyat, hukum, UUD, keadilan,
proses peradilan, DPR.

g. Psikologi
Psikologi ialah ilmu tentang perilaku dan fungsi mental manusia. Sasaran
penyelidikan Psikologi ialah perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan
masyarakat, sama dengan sasaran Sosiologi dan Antropologi. Namun meninjaunya dari
aspek yang berbeda, Psikologi mengfokuskan pada perilaku manusia secara pribadi,
sedang kedua ilmu yang lain lebih banyak mempersatukan perilaku manusia dari segi
sosial dan budaya.
Nilai dalam pembelajaran IPS Menurut Purwodarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nilai adalah harga, hal-hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem
nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh
seseorang ataupun kelompok masyarakat. (Kosasih Djahiri. 1980: 5). Adapun menurut
Fraenkel dalam Husein Achmad (1981: 87), menyatakan bahwa nilai menggambarkan
suatu penghargaan atau semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-
pengalamannya. Selanjutnya ia mengatakan nilai itu merupakan standar tingkah laku,
keindahan, efisiensi, atau penghargaan yang telah disetujui seseorang, dimana seseorang
berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia mempertahankannya. Richard Meril,
dalam Dwi Siswoyo dan kawan-kawan (2005: 23), menyatakan, bahwa nilai adalah
patokan atau standar pola-pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok
ke arah “satisfication, fulfillment, and meaning.” Pada setiap mata pelajaran sekolah dasar,
wajib memasukkan atau mengajarkan sikap dan nilai yang terkandung dalam masing-
masing mata pelajaran. Hal tersebut dikarenakan pada setiap mata pelajaran berbeda
kemampuan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik. Misalnya kemampuan sikap mata
pelajaran IPS berbeda dengan kemampuan sikap IPA. Kemampuan sikap pada tiap-tiap
mata pelajaran yang tertanam setelah pembelajaran berlangsung akan menjadi bekal ketika
peserta didik di rumah dan di masyarakat. Penanaman sikap tersebut akan menjadi nilai

16
tersendiri bagi peserta didik. Sikap peserta didik di sekolah akan tercermin atau teraplikasi
pada kehidupan di rumah dan masyarakat. Maka dari itu, penanaman sikap dan nilai pada
masing-masing mata pelajaran harus benar-benar dilaksanakan secara baik. Khusus mata
pelajaran IPS, 15 penanaman sikap dan nilai pada peserta didik harus benar-benar tercapai.
Hal itu karena IPS merupakan mata pelajaran yang sedikit banyak mengajarkan tentang
sikap dan nilai yang baik pada kehidupan di keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat.
Sangat disayangkan jika pengajaran IPS tidak dilaksanakan dengan terstruktur, maka aspek
sikap yang terdapat dalam tiap-tiap materi tidak akan tersampaikan dan tertaman dengan
baik ke dalam diri setiap peserta didik. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang
terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan
manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa
merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul
Suparno, sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai
kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan
tekanan.
Menurut Paul Suparno (2001), beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain:
(1) Sikap penghargaan kepada setiap manusia Penghargaan bahwa pribadi manusia itu
bernilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan tetapi harus dikembangkan.
Setiap manusia, siapapun orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi
manusia, dan sikap ini harus dipunyai. Oleh karena itu tindakan meremehkan,
menghina, merendahkan, apalagi mengganggu kebahagiaan orang lain dianggap
tidak baik. Dalam wujud tindakan, misalnya siswa saling menghargai temannya,
tidak menjelekkan temannya dan sebagainya.
(2) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan
tepat janji Sikap ini jelas membantu orang dalam berhubungan dengan orang lain dan
hidup bersama orang lain.
(3) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang
lain yang berbeda Sikap ini jelas sangat membantu kita menjadi manusia, karena
memanusiakan manusia lain. Bagi negara Indonesia yang sedang mencari bentuk
demokrasi, sikap ini sangat jelas diperlukan. Apalagi sikap rela hidup bersama,
meskipun lain gagasan, lain ideologi perlu ditekankan. Kita rela hidup besama dalam
pebedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita.
(4) Kebebasan dan tanggung jawab Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia mempunyai
kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap
ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain
maupun terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini jelas diwujudkan dalam kebebasan
mimbar, kebebasan berbicara, kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan
tanggung jawab. Siswa diajak bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari
dari tanggung jawab.
(5) Penghargaan terhadap alam Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar
dapat hidup bahagia. Berkenaan dengan hal tersebut penggunaan alam hanya untuk
dirinya sendiri tidak dibenarkan. Termasuk juga pengrusakan alam yang hanya dapat

17
memberikan kehidupan kepada segelintir orang juga tidak benar. Keserakahan dalam
penggunaan alam adalah kesalahan.
(6) Penghormatan kepada Sang Pencipta Sebagai makhluk kita menghormati Sang
Pencipta. Kita melalui penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan
memuji Sang Pencipta, dan pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbaik kepada
semua makhluk ciptaan, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang
lain, menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu
dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima orang
lain.
(7) Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri
pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SD/MI. (diakses melalui: https://arinil.wordprees.com) pada 13 Februari 2023.

Hilaludin, Hulud. 2013. Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS. (diakses melalui
: http://huludhilaludin.blogspot.com/2013/05/hakikat-dan-karakteristik-konsep-dasar.html)
pada 13 Februari 2023.

http://tyabassuqy.blogspot.com/2013/04/makalah-konsep-dasar-ips-sejarah.html

https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/SD/ILMU-
PENGETAHUAN-SOSIAL.pdf

Imamatul, Awaliyah. 2013. Hakikat Dan Karakteristik Kosep Dasar IPS. (diakses
melalui : http://awaliyahhasanah.blogspot.com/2013/06/hakikat-dan-karakteristik-konsep-
dasar.html) pada 13 Februari 2023.

Lutfiah, Attikah. 2011. Pengertian, Tujuan dan ruang lingkup ISD Dan IPS. (diakses melalui
: https://infogurudikdas.blogspot.com) pada 13 Februari 2023.

Myers, C.B.et.al. (2000). Nasional Standards for Sosial Studies Teacher 1. Washington DC:
National Council for The Sosial Studies.
Robert, Barr. 2017. The Teacher Handbook for Social Studies. International Jurnal of basic
concepts of social studies. Vol 1, Hal 5.

Rusman, Ganda. 2015. Hakikat Dan Karakteristik Kosep Dasar IPS SD/MI. (diakses melalui
: http://pecintamakalah.blogspot.com/2015/06/hakikat-dan-karakteristik-kosep-dasar.html)
pada 13 Februari 2023.

18
Saripudin, U. W. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah.
Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. Proyek Pengembangan LPTK.
Silawati, Silmi. 2013. Hakikat Dan Karakteristik Kosep Dasar IPS. (diakses
melalui : http://silmisilawati.blogspot.com/2013/06/hakikat-dan-karakteristik-konsep-
dasar_10.html) pada 13 Februari 2023.

Widya, Freddy. 2018. Karakteristik IPS di Sekolah Dasar. (diakses melalui


: https://pgsd.binus.ac.id/2018/01/08/karakteristik-ips-di-sekolah-dasar/) pada 13 Februari
2023.

Winaputra, HUS. (2000). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Terbuka.

19

Anda mungkin juga menyukai