PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN IPS DISEKOLAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidaya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan bahan ajar ini dengan baik. Tugas ini
dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Pengembangan Model Pembelajaran
IPS. Bahan ajar ini kami susun guna untuk lebih jelas mengetahui mengenai Model
Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
Di pendalam tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami sebagai penulis ingin
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam
penulisan bahan ajar ini. Kritik dan saran akan diterima sebagai masukan untuk
memperbaiki bahan ajar ini kedepannya. Dan harapan kami semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya, dan mudahan-mudahan berkenan di hati
Ibu selaku dosen pengampun mata kuliah Pengembangan Model Pembelajaran IPS SD.
DAFTAR ISI
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar. Setiap mata pelajaran
memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda. Ruang lingkup dalam pembelajaran dapat dijadikan
sebagai pembatas dalam menyampaikan materi pembelajaran. IPS mempelajari, menelaah, dan
mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial
demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan
peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar
berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan
dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat
dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari
yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD .
Tasfir (2008:4) membagi ruang lingkup IPS menjadi bberapa aspek berikut :
Berdasarkan kemdiknas (2006) tentang standar isi,menjelaskan bahwa ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi
1. Manusia,tempat,dan lingkungan
2. Waktu,keberlanjutan,dan perubahan
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan
segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya.
Memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya, maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan
manusia. SingkatnVya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia
di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan pertimbangn bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS
pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang,
sehingga ruang menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang
lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada
di lingkungan sekitar peserta didik SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup
kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan
kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena
IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar
mahasiswa secara berkesinambungan
Pengertian IPS (ilmu pengetahuan sosial) adalah suatu pembelajaran tentang konsep sosial.
Yang berhubungan dengan geografi, sejarah, antropologi, sosiologi dan ekonomi. Di sekolah
memang ada jenis pembelajaran ilmu pengetahuan yaitu IPA (ilmu pengetahuan alam) dan
IPS (ilmu pengetahuan sosial) Jadi untuk IPS memang mempelajari tentang hubungan
manusia dengan sosial. Dari ekonomi mengenai bisnis, sejarah terbentuknya masyarakat,
kewilayahan, dan lainnya.
1. Pengertian IPS
Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS dapat
diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat,
dapat dilakukan dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial
yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS
VIPS dan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pengertian dua istilah
tersebut.
Pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa para ahli :
1. Moeljono Mokrodikardjo
Mengemukakan bahwa ips adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdesipliner dari
ilmu sosial.ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi,antropologi
budaya,pesikologi,sejarah,geografi,ekonomi,ilmu politik dan ekologi manusia,yang
diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar
dapat dipelajari
2. Nu’man Soemantri
Menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk
pendidikan tingkat SD,SLTP,Dan SLTA.penyederhanaan mengandung arti menurunkan tingkat
kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas menjadi pembelajaran yang
sesuai dengan kematangan berpikir siswa sekolah dasar dan lanjutan.
3. S,Nasution
Mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran sosial
dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran
manusia dalam masayarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi,
sosiologi, mantropologi,dan psikologi sosial.
Tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
pengembangan kemampuan intelektual siswa pengembangan siswa sebagai pribadi.
Fungsi pembelajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah karena
peserta didik yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan masing-masing yang mempunyai
masalah-masalah sosial yang berbeda-beda. Sesuai dengan tingkat perkembangannya,
peserta didik SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial
secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut melalui
pengajaran IPS. Fungsi IPS diberikan di SD Agar peserta didik dapat mensistematisasikan
bahan, informasi dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna,Agar peserta didik dapat lebih peka dan tanggap
terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. . Agar peserta didik
dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar
manusia.
Kurikulum IPS SD Tahun 2006 dalam KTSP yang ditetapkan berdasarkan Kepmendiknas RI
22/2006 mempunyai karakteristik tersendiri karena tidak menganut istilah Pokok Bahasan
(PB), Namun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini jauh lebih
sederhana dengan jam pelajaran yang relative lebih sedikit. Memberikan peluang yang luas
bagi guru untuk berkreasi dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada
pembelajaran IPS yang PAKEM. Kurikulum 2006 lebih simple dan efektif, namun memiliki
nuansa yang padat. Kurikulum Pendidikan IPS SD Tahun 2006 bersifat hanya memberi rambu-
rambu untuk kedalaman dan keluasan materi dalam mencapai KD yang diharapkan. Di dalam
KD terdapat kata kerja operasional yang disarankan dan mengacu pada pembelajaran yang
kreatif. Kelas 1, 2, dan 3 dilaksanakan menggunakan pendekatan tematik sedangkan kelas 4
sampai 6 melalui pendekatan mata pelajaran. Berbeda halnya dengan Kurikulum IPS tahun
1994 materi pelajaran ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana daripada materi
Kurikulum IPS 1986 dan 1975 yang masih tampak berdiri sendiri-sendiri. Materi Kurikulum
1994 merupakn korelasi antara berbagai disiplin ilmu penunjangnya. Berbeda dengan
kurikulum sebelumnya (1986, 1975, dan 1968). Materi Kurikulum 1968 masih berdiri sendiri
dan merupakan broad-field antara Ilmu Bumi, Sejarah, dan Pengetahuan Kewarganegaraan.
Pada Kurikulum 1975 Pendidikan Kewarganegaraan dipisah menjadi PMP. Pada Kurikulum
1994 PMP berganti nama menjadi PPKN.
Dari segi tujuan kurikuler, Kurikulum 1964/1968 menekankan pada moral. Unsur moral
tersebut terwadahi dalam bidang studi PMP/PPKN pada Kurikulum 1975, 1986, dan 1994.
Kurikulum 1986 dan 1994 sama-sama mempunyai 4 tujuan kurikuler. Dari segi bahan ajar,
Kurikulum 1994 tetap menggunakan Pendekatan Spiral. Khusus untuk sejarah mengunakan
pendekatan periodisasi. Sejarah di Kurikulum 1986 tidak seluas kurikulum 1975 karena ada
mata pelajaran PSPB. Dari segi alokasi waktu pada dasarnya tidak berbeda antara kurikulum
1986 dengan 1994, namun pada kurikulum 2006 relatif lebih sedikit yakni 3x35 menit.
Perbedaan yang lebih esensi ada pada jumlah PB. Kurikulum 1986 padat dan sarat materi
sehingga keluasan materi terbatasi, sedangkan Kurikulum 1994 keluasan materi diserahkan
kepada guru dan di Kurikulum 2006 lebih simple lagi.
b. Perbedaan Kurikulum IPS SD Tahun 1994 dan Kurikulum Tahun
2. Muatan lokal
4. Wawasan lingkungan
5. Pengembangan nilai
6. Pengembangan keterampilan
Kerangka Dasar Kelompok Mata Pelajaran dibuat berdasarkan PP 19/2005 tentang SNP yang
menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati dkk 2006. Pengembangan Pendidikan IPS SD. UPI Pres. Bandung
Pudjiastuti Ari, Chaterina M., 2016. Modul Kajian Materi IPS Kelas Tinggi. Dirjen GTK
Kemendikbud. Jakarta.
a. self instructional
merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter
tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak bergantung
pada pihak lian.
b. Self contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang
dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara
tuntas, karena materi belajar di kemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
c. Berdiri sendiri (stand alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain,atau tidak harus digunakan Bersama-
sama dengan media lain.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki adptasi yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi. Dikatakan adptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
1. Tujuan-tujuan
2. Pertanyaan tentang apa yang dapat dikerjakan perserta didik (SAQ = Self
Asessment Question)
3. Jawaban terhadap SAQT
4. Teks
5. Pendahuluan
6. Pengulangan dan kesimpulan
7. Informasi visual mungkin berupa diagram grafik, chart, table, gambar, bahkan
mungkin kartoon.
8. Tugas-tugas
Hal yang lain termasuk pula:
1. Menulis teks
2. Merancang SAQ
3. Menyusun jawaban SAQ dan,
4. Menulis berbagai tujuan
f) Model pembelajaran
Merupakan model atau kerangka pembelajaran yang memberikan gambaran
secara sistematis pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran dapat
berupa model pembelajaran tatap muka, model pembelajaran jarak
jauhdalam jaringan (PJJ Berani), pembelajaran jarak jauh luar jaringan (PJJ
Luring), dan blended learning.
2. Komponen Inti
1) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran harus mencerdaskan hal-hal penting dari
pembelajarandan harus bisa diuji dengan berbagai bentuk assessment sebagai
bentukdari unjuk pemahaman. Tujuan pembelajaran menentukan kegiatan belajar,
seumber daya yang digunakan, ketidakseimbangan dan keragaman metode
assessment yang digunakan.
2) Pemahaman bermakna
Pemahaman bermakna adalah informasi bermanfaat yang peserta
didikakan memperoleh keuntungan setelah mengikuti proses pembelajaran.
Manfaat tersebut nantinya peserta didik dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Pertanyaan pemantik
Pertanyaan pemantik dibeuatkan oleh guru untukmenumbuhkan rasa ingin
mengetahui dan kemampuan berpikir kritis dalam diri peserta didik. Pertanyaan
pemantik memandu siswa untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
4) Kegiatan pembelajaran
Untuk kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang secara konkrit, disertakan opsi/pembelajaran
alternatifdan Langkah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa.
Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara berurutan sesuai dengan durasi
waktu yang direncanakan, meliputi tiga tahap yakni, pembuka, inti dan penutup
metode pembelajaran aktif.
5) Assessment
Assessment digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran di akhir
kegiatan. Keriteria yang digunakan harus ditentukandengan jelas sesuai dengan
tujuan pembelajaranyang ditetapkan. Jenis-jenis assessment :
Assessment sebeleum pembelajaran (diagnostik)
Assessment selama proses pembelajaran (formatif)
Assessment pada akhir proses pembelajaran (sumatif)
6) Pengayaan dan remedial
Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta
didikdengan kemampuan tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensi
secara optimal. Perbaikan diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan
bimbingan untuk memahami ulang pembelajaran. Saat merancang kegiatan
pengayaan, perlu diperhatikan mengenai perbedaan contohnya lembar
belajar/kegiatan yang berbdea dengan kelas.
3. Lampiran
1) Lembar kerja peserta didik
Lembar kerja siswa ini ditujukan untuk peserta didik (bukan guru) dan dapat
diperbanyak sesuai kebutuhanuntuk diberikan kepada peserta didiktermasuk
peserta didik nonregular.
2) Bahan bacaan guru dan peserta didik
Bahan bacaan guru dan peserta didik digunakan sebagai pemantik sebelum
kegiatan dimulai untuk memperdalambahan pada saat atau akhir kegiatan
pembelajaran.
3) Glasorium
Glosarium merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang secara
vertikal yang dilengkapi dengan definisi dan artinya glosarium diperlukan untuk
kata atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
4) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka adalah sumber-sumber referensi yang digunakan dalam
pengembangan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber
belajar (buku siswa, buku referensi, majalah, koran, situs, internet, lingkungan
sekitar, narasumber).
C. CONTOH DARI KURIKULUM MERDEKA
1. Modul ajar
Modul ajar adalah salah satu jenis perangkat ajar dalam kurkulum merdeka yang
dirancang secara lengkap dan sistematis sebagai paduan dan pedoman guru dalam
melaksanakan kegiaan pembelajaran.kerangka atau bisa juga disebut komponen
modul ajar pada kurikulum merdeka terdiri dari 3 bagian utama yaitu :
1. Informasi Umum
2. Informasi Inti
3. Lampiran
Adapun contoh penerapan Kurikulum Merdeka Belajar SD yakni sebagai berikut:
2. Sains Dasar
4. Matematika
SOAL LATIHAN
Bandung : CV DIPONEGORO.
Sapardi. 2021. Paduan Dan Pembelajaran Assessment Jenjang Pendididkan Dasar Dan
132-137.
Valeria, R, Setyastanto, A,M, & Leksono, A.W. 2022. Kurikulum Merdeka Belajar
Kampus
Yusuf, M. & orang Afrikayah, W. 2021. Konsep “Merdeka Belajar” Dalam Pandangan
Filsafat
b.
BAB 3
MODEL PEMBELAJARAN
PROJECT BASED LEARNING
MODEL PEMBELAJARAN PBL
Definisi Problem Based Learning
Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik kunci (Rizal Mukra &
Yusuf Nasution, 2016), antara lain:
Model Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan (Noma &
dkk, 2016), antara lain:
7.
Dengan kelemahan-kelemahan tersebut, PBL perlu diimplementasikan dengan
hati-hati dan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi siswa, fasilitator, dan sumber
daya yang tersedia. Namun, jika diimplementasikan dengan baik, PBL dapat menjadi
model pembelajaran yang efektif dan bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan
dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning
Sintaks atau langkah-langkah model PBL terdiri dari beberapa tahapan (I.M.A Dharma
& N.A. P. Lestari, 2022; R.D. Kusumawati &dkk, 2014) yaitu:
1. Identifikasi masalah: dilakukan dengan memilih topik atau masalah yang akan
dijadikan dasar dalam proses pembelajaran. Topik atau masalah yang dipilih
haruslah relevan dan menarik bagi siswa serta terkait dengan tujuan
pembelajaran.
2. Pembentukan kelompok: siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari
3-5 orang. Kelompok ini akan bekerja sama untuk memecahkan masalah atau
menyelesaikan proyek yang diberikan.
3. Pemecahan masalah: siswa melakukan analisis masalah dan merumuskan
pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab dalam proses pembelajaran. Siswa
kemudian mencari informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
4. Diskusi: siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas dan
memecahkan masalah atau menyelesaikan proyek yang diberikan. Fasilitator
dapat membantu siswa dalam memperoleh informasi dan menyelesaikan
masalah yang diberikan.
5. Presentasi: setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasil kerja mereka kepada seluruh kelas. Dalam presentasi ini, setiap kelompok
menjelaskan solusi yang ditemukan serta proses yang dilakukan dalam
menyelesaikan masalah atau proyek yang diberikan.
6. Refleksi: setelah presentasi, siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa merenungkan apa yang telah
dipelajari, bagaimana cara memecahkan masalah dan apa yang dapat
ditinggalkan untuk pembelajaran berikutnya.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran Problem Based
Learninga?
2. Apa karakteristik model PBL?
3. Sebutkan Langkah-langkah dari model pembelajaran PBL?
4. Sebutkan kelembahan dari model PBL!
5. Sebutkan kelebihan dari model pembelajaran PBL?
DAFTAR PUSTAKA
Anang Setyo,Arie,dkk.2020.Strategi Pembelajaran Problem Based
Learning.Makassar:Yayasan Barcode.
Lismaya,lilis.2019.Berpikir kritis&PBL(Problem Based Learning).Surabaya:Media
sahabat Cendekia.
Persamaan antara PjBL dan PBL yang menurut George Lucas Educational
Foundation (2014) dan Williams & Williams (dalam Mills & Treagust,
2003)dirangkumdan diilustrasikan sebagai berikut:
PBL PjBL
Persamaan:
- Dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau situasi yang
mengarahkan ke konteks studi
- Penekanan aplikasi otentik pada konten dan keterampilan
- Membangun keterampilan abad ke-21
- Menekankan kemandirian siswa dan inkuiri
- Memerlukan waktu lama dibandingkan pembelajaran tradisional
PjBL dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai
fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula perbedaan antara
PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003,hlm.8) mengungkapkan
perbedaan PjBL dan PBL adalah:
1) Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk
selesai disbanding pelaksanaan PBL.
2) PjBL menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa
ditekankan untuk acquisition pengetahuan.
3) PjBL biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran),
sedangkan PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa
disiplin ilmu.
4) Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi
pada PjBL jauh lebih penting disbanding pada PBL.
B. Pembelajaran PjBL
Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education
Foundation dan Dopplet.Sintaks PjBL (Kemdikbud,2014, hlm. 34) yaitu :
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek.
Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata
lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang
penting.
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)
untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Menurut pendapat Bell (1978) dalam M. Hosnan (2014: 284) ada beberapa tujuan
dalam menerapkan metode discovery learning yaitu:
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk
pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman. Sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f.
Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning
a. Persiapan
Guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran.
Tahap-tahap yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan.
2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
3) Memilih materi pelajaran
Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi
pelajaran.
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau
perkembangan peserta didik pada umumnya.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang serasi dengan urutan tujuan.
d. Materi pelajaran disusun dari hal yang menuju hal yang kompleks
e. Materi pelajaran hendaknya berisi hal-hal yang berdasarkan fakta-fakta.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari oleh peserta didik secara induktif.
5) Meningkatkan bahan-bahan belajar yang seperti contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
6) Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar Guru harus merencanakan penilaian
dalam membuat perencanaan atau persiapan mengajar.
b. Pelaksanaan
1) Stimulasi (pemberian rangsangan)
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3) Data collecting (pengumpulan data)
4) Data processing (pengolahan data)
5) Verification (pembuktian)
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
SOAL LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
.
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN
BASED INSTRUCTION (pbi)
SOAL LATIHAN
1) Apa saja yang dilakukan kerja sama dalam model PBI ?
2) Apa tujuan guru memberikan scaffolding pada peserta didik ?
3) Apakah model PBI bisa diterapkan dikels rendah ?
4) Bagaimana cara seorang guru mengatasi kekurangan pada pembelajaran pbi ?
5) Apakah model PBI ini beda disetiap tingkatan?
DAFTAR PUSTAKA
Arends Richard. 1997. classroom instruction and management. New york: Mac Millan
publishing.
Muslich, Mansur. 2009. pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta:Bumi
Aksara.
Hanafi, Nanang dan cucu suhana. 2012. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT Refika
aditama.
Rusman. 2013. Model -model pembelajaran. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Suprihatiningrum, jamil.2012. strategi pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz meda tuti
purwoningsih. Model pembelajaran PBI pada fisika.
BAB 7
MODEL PEMBELAJARAN
SNOWBALL THROWING
Aturan atau cara bermain snowball throwing adalah sebagaimana diterangkan berikut:
1. Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa.
2. Siswa mendapat bola melemparkannya kesiswa yang lain, boleh secara acak atau
secara sengaja.
3. Siswa yang mendapatkan bola dari temannya melemparkannya kembali kesiswa
lainnya.
4. Siswa ketiga/siswa terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah
disiapkan oleh guru.
5. Mengulangi terus metode diatas, sampai soal yang disediakan habis atau waktu habis.
6. Guru membenarkan jika jawaban benar, menegaskan apabila kurang pas dan
menerangkan /
Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan model ini dapat tertutupi dengan cara berikut.
1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan aplikasinya.
2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok
dan pembuatan pertanyaan.
3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi.
4. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang
berbeda.
5. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian
kuis individu dan penghargaan kelompok.
SOAL LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. 7 Tips Aplikasi Pakem . Pati : Diva Press
Kemp, Dick and Carey, The System Design Of Intruction. Florida : Harper Collins
Pub;isshes. 1985
Riyanto, Yatim. 2010. Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup
http://www.sriudin.com/2012/07/model-pembelajaran-snowball-throwing.html. diunduh
tanggal 6 Desember 2012 pukul 19:45 WIB
BAB 8
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVA LEARNING TIPE STAND
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran untuk tempat siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkatan kemampuan siswa
yang berbeda, untuk menguasai materi dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota
saling bekerja sama secara kolaboratif dan membantu memahami materi, serta membantu
teman untuk menguasai bahan pembelajaran. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu dengan yang
lain sebagai satu tim.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, bekerja dalam kelompok sehingga siswa dapat
menumbuhkan kemauan kerja sama, berpikir kritis, termotivasi, bertanggung jawab terhadap
kelompok. Siswa memiliki kemampuan untuk membantu teman dan terhadap diri sendiri
dalam mengikuti kuis nantinya guna mencapai suatu tujuan yaitu mendapatkan penghargaan
tim yang super. Adanya evaluasi, siswa mampu merangkum pelajaran yang diterima dari
penjelasan guru maupun hasil kerja kelompok yang dilakukan. Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari dimana siswa tidak diperbolehkan bekerja sama
(Wardana, Ika: 2017).
Model pembelajaran ini memacu kerja sama siswa melalui belajar dalam
kelompok yang anggotanya beragam agar saling mendorong dan membantu satu sama
lain dalam suasana social yang beragam untuk menguasai keterampilan yang sedang
dipelajari. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja sama
dalam kelompok kecil yang secara kolaboratif anggotanya 4-5 orang dengan struktur
kelompok hiterogen.
Selain itu juga Model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat
(sharing ideal), selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau
pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan
karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam menghadapi tugas yang
dihadapi.
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pel
ajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan/ menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa de
ngan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kep
ada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelomp
ok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok - kelomp
ok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau m
asing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya ma
upun hasil belajar individu dan kelompok.
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma k
elompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpenda
pat.
1. Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sa
ngat menyita waktu. Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan
khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.
2. Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat menyebabkan guru kurang maksimal da
lam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan.
3. Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitu
ng skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata kelompok yang harus dilak
ukan pada setiap akhir pertemuan.
4. Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan pembelajaran (Kurniasih, Imas da
n Sani, Berlin: 2015).
Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division) sebagai berikut:
1. Sejumlah siswa mungkin banyak yang bingung karena belum terbiasa dengan perlaku
an seperti ini.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kuri
kulum.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak
dapat menerapkan model ini
SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division)?
2. Apa Karakteristik dari model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?
3. Sebutkan Langkah-langkah dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!
4. Sebutkan kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!
5. Sebutkan kelemahan dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmawan, Dedi, Julianto. (2014). Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Untuk
Meningkatkan Hasil pada Sekolah Dasar. Vol.02, No. 03. Hal 3-5
BAB 9
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT
Menurut Anita Lie dalam Untari (2008:59) supaya pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang
harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal
diantaranya:
3. Tatap muka
Susanto (2014 : 229), tujuan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
agar pemahaman siswa berceritamelalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas
perkelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam
merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada kerja sama itulah diharap kan
siSwati daN mengalami kesulitan atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang
dipelajarinya. Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam
mengungkapkan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat.
1. kelompok heterogen.
model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi
informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga
siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Menurut Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran
yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya
kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. tim merupakan tempat
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi,
yaitu:
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembe lajaran
secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Nasrun (2016: 2), berdasarkan paparan penelitian setiap siklus dapat
dinyatakan sebagai berikut:
2. pemahaman siswa tentang materi akan diberikan pada saat yang sama menyelidiki
apakah pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dari materi yang akan diajarkan
telah dimiliki oleh siswa. Pada awal pertemuan sebelum memberikan materi, guru
pertama-tama menyerahkan pengetahuan prasyarat materi yang akan diajarkan bahwa
ada gambar pada pupil mata pelajaran yang akan dipelajari, setelah memberikan
gambaran awal tentang materi yang akan diajarkan. , guru menceritakan tujuan
pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar belajar, Setelah
menyampaikan tujuan mempelajari materi pembelajaran mulai kepada guru
menyajikan materi pokok / informasi dengan menerapkan model Number Heads
Together (NHT), setelah itu guru kemudian membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil yang anggotanya berjumlah antara 3-5 orang. Implementasi
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together
(NHT) yang diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan RPP
yang telah ditentukan. Dimeningkatkan motivasi belajar siswa guru untuk memberi
penghargaan (penguatan) kepada seorang siswa yang mampu menyelesaikan tugas
yang diberikan kelompok, siswa pada pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dari guru0. Penghargaan yang diberikan oleh
guru dalam bentuk ibu jari mengajar, nilai
tambahan dll. Murid kemudian bekerja Lembar Kerja Murid (LKM). Selama
penerapan model pembelajaran siswa Number Heads Together (NHT) harus
sepenuhnya memahami teks cerita dan drama yang dilakukan oleh anak sebagai bahan
pilihan dalam penelitian ini, sehingga siswa dapat menguasai materi secara
menyeluruh.
4. Refleksi, setelah melalui tahapan pelaksanaan dan pada tahap pengamatan yang sama
dan diakhiri dengan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan maka tahap refleksi
selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap informasi yang diperoleh
bahwa ada siswa yang melakukan kegiatan lain selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Ini mungkin terjadi karena siswa sebelumnya sudah terbiasa menerima
secara pasif bahan ajar. Hal ini perlu dilanjutkan pada siklus kedua dengan
memperhatikan aspek-aspek di atas
.
E. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads
Together
Supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif,
maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan
kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya:
3. Tatap muka
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudah kan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai
yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
NHT setiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, 4. Pertanyaan yang diminta dari kelompok.
Kelompok-kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan itu sehingga semua dapat
secara verbal. Jawab pertanyaan itu. Guru memanggil sejumlah (dua) dan masing-masing.
Dua diminta untuk memberikan jawaban. Struktur ini digunakan untuk saling membantu dan
saling mendorong dalam memahami materi (Agrawal dan Nagar. 2011 : 103 – 105).
Menempatkan siswa dalam kelompok dan mengharapkan mereka untuk bekerja sama tidak
akan selalu meningkatkan kerja sama. Anggota kelompok sering bergumul dengan apa yang
harus dilakukan dan perselisihan dapat terjadi ketika anggota bergulat dengan tuntutan tugas
serta mengelola proses yang terlibat dalam pembelajaran seperti berurusan dengan pendapat
yang bertentangan di antara anggota atau dengan siswa yang pada dasarnya bermalas-
malasan dan berkontribusi sedikit pada kelompok tujuan (Johnson & Johnson, 1990)(Gillies.
2016 : 40)|.
Pada dekade terakhir ini telah tumbuh minat di antara ESL/EFL. Guru dalam menggunakan.
Kegiatan belajar kooperatif. gunakan Dengan kerja sama, para siswa bekerja sama dalam
kelompok. Yang ukuran biasa adalah dua sampai empat anggota. Akan tetapi, kerja sama
yang kooperatif lebih dari sekadar. Puting siswa dalam kelompok dan memberikan mereka
sesuatu untuk dilakukan. Prinsip-prinsip kerja sama yang kooperatif. Dan teknik adalah alat
yang guru untuk mendorong saling membantu dalam kelompok. Dan partisipasi aktif dari
semua anggota.
a. Setiap siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang mendapat nomor: 1.2. 3,
atau 4.
b. guru atau seorang siswa mengajukan pertanyaan yang menguat dalam teks kelas
adalah membaca.
d. Guru calis nomor dari I ke 4. Orang dengan jumlah itu memberikan dan. Menjelaskan
jawaban kelompok mereka.
SOAL LATIHAN
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat saling
membelajarkan sesame peserta didik lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru.
Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward.
Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan
kerja sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok.
Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode
STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecuali satuhal, TGT
menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan
individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara mereka. Teman satu tim atau kelompok akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik sedang
bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan guru perlu
memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Dalam pembelajaran kooperatiftipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar
secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompo kmasing-masing. Dan
kemudian mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai
dengan tingkat kemampuannya.
TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan peserta didik bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKPD kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang
tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung
jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru. Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan dalam pelaksanaanya tidak
adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain
mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh peserta didik
untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering
juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-
benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan
karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.
3. Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba
oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi.
Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta
didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja
I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan
“Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-
40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam
model ini.
Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya
membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan
akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.
SOAL LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 11
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING GI
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE GI
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning melatih peserta didik menyumbangkan ide dan
bekerja sama dalam belajar serta bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing
(Slavin, 2009:10). Model pembelajaran ini memiliki enam karakteristik (Slavin,2009:26-28)
antara lain:
b. Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama dengan
skor kelompok atau nilai rata-rata kuis. Yang kedua spesialisasi tugas dimana peserta
didik memiliki tanggung jawab masing-masing.
c. Kesempatan sukses yang sama dari poin kemajuan, kompetisi dengan yang setara,
atau adaptasi tugas terhadap tingkat kinerja individual.
d. Kompetisi tim sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik bekerja sama dengan
anggota tim lainnya.
Slavin (2009:34-40) menyatakan terdapat dua teori yang membuat kelompok kerja dapat
berjalan yakni :
1. Teori Motivasi. Teori ini menfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
peserta didik bekerja. Struktur tujuan tersebut antara lain :
• Pertama kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
berkontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya.
• Kedua kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu yang
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
• Ketiga individualistik dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak
memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan lainnya.
Untuk mencapai keberhasilan tim, tiap anggota kelompok harus saling membantu satu
sama lain dan mendorong agar melakukan usaha yang maksimal.
2. Teori Kognitif. Teori ini berhubungan dengan pengaruh dari kerja sama itu sendiri
apakah kelompok tersebut meraih tujuan atau tidak. Teori kognitif terbagi menjadi
dua kategori yakni :
a. Teori pembangunan merupakan interaksi diantara para peserta didik yang
berkaitan dengan tugas yang sesuai untuk meningkatkan penguasaan terhadap
kritik dan prestasi. Peserta didik akan saling belajar satu sama lain dalam
diskusi baik mengenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, alasan
yang kurang tepat akan keluar, dan pemahaman yang lebih tinggi akan
muncul.
e. Group Investigation
f. Jigsaw
g. Learning Together
h. Complex Instruction
Model ini dirancang untuk membimbing siswa dalam memperjelas masalah, menelusuri
berbagai perspektif dalam masalah tersebut, dan mengkaji bersama untuk menguasai
informasi, gagasan dan skill yang secara simultan model ini juga dapat mengembangkan
kompetensi sosial mereka. Guru mengelola dan menertibkan proses kelompok, membantu
siswa menemukan dan mengelola informasi dan memastikan bahwa ada tingkat kegiatan dan
pembahasan yang dinamis
C. Teori Group Investigation
Group investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas dimana peserta didik
bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok,
maupun proyek kooperatif. Setiap kelompok memilih topik-topik dari unit yang telah
dipelajari seluruh kelas, membagi tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk mempersiapkan laporan kelompok dan mempresentasikan hasilnya (Slavin,2009:24-
25).
Hal ini dinyatakan pula oleh Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa
penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang
mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun
pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan
tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan
dan mendapatkan pengalaman yang berharga
Group investigation memiliki tiga konsep utama yakni pertama penemuan (inquiry)
merupakan proses dimana peserta didik dirangsang untuk menemukan suatu masalah dan
perlu memberikan reaksi terhadap masalah tersebut serta menyelesaikannya. Kedua
pengetahuan berdasarkan pengalaman yang diketahui oleh peserta didik. Ketiga dinamika
kelompok yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai
sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan bertukar ide, informasi, dan pendapat
satu sama lain ( Joyce dan Weil, 2009).
Adapun Sharan dkk. (1994) telah menetapkan enam tahap group investigation seperti
berikut ini:
5. Tahap pengelompokkan (grouping)/ pemilihan topik: Siswa memilih berbagai sub topik
dari sebuah bidang maslah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru.
Mereka selanjutnyadiorganisasikan kedalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana
mempresentasikannya
presentasi investigasi.
9. Tahap presentasi hasil final (presenting): Beberapa atau semua kelompok menyajikan
hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan
siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. Kegiatan pembelajaran
di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:
Pendidik merancang sebuah topik yang cakupannya luas, dimana pserta didik selanjutnya
membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Subtopik merupakan sebuah hasil perkembangan
dari ketertarikan peserta didik untuk bertukar gagasan satu sama lain. Peserta didik mencari
informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber informasi seperti
buku, jurnal, media massa, institusi, maupun orang dengan berbagai gagasan, opini, data,
maupun solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Peserta didik kemudian
melakukan evaluasi dan sintesa informasi yang disumbangkan oleh setiap anggota kelompok
yang menghasilkan sebuah karya kelompok.
Materi yang cocok digunakan dalam implementasi group investigation ialah materi
yang kompleks dan menarik dimana dapat digali informasi berdasarkan teori pengetahuan
maupun pengalaman peserta didik. Misalnya materi pencemaran lingkungan, perkembangan
bioteknologi, dan konservasi lingkungan.
b. Membutuhkan waktu yang cukup lama agar materinya tercapai dan dapat dipahami
d. Materi yang disampaikan dalam satu kali pertemuan tidak dalam cakupan
SOAL LATIHAN
1. . Sebutkan Dan Jelaskan Teori yang membuat kelompok kerja dapat berjalan?
Kerans, G. (2013).Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X D SMA
Negeri 1 Depok Yogyakarta pada Pokok Bahasan Ekositem melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Parchment, G.L. (2009). A Study Comparing Cooperative Learning Methods : Jigsaw and
Group Investigation. (Online). Tersedia : http://fisherpub.sjfc.edu/mathcs_etd_masters
(30 September 2018).
pembelajaran individual, model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk
pemecahan masalah. Ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah: setiap siswa secara
individual belajar model pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama.
Suyitno (Arwadi, 2006:6) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap
siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam metode ini, diterapka bimbingan dalam kelompok
kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan
siswa yang le,ah dapat terbantu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu,
terdapat pula bantuan individu dari guru kepada siswa yang membutuhkan. Sharan, 2014
menyatakan, model pembelajaran TAI menjadi suatu model pengajaran yang dapat melibatkan
siswa berpartisipasi pada kelompoknya melalui pembelajaran individual.
2. Komponen-komponen Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif lainnya, Team Assisted Individualization terdiri atas delapan
unsur yang sangat berangkaian satu sama lain (Slavin, 2015) yaitu teams, placement test, teaching
group, student creative, team study, whole class units, fact test, team score dan team recognition.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki delapan komponen, yaitu :
a. Teams atau kelompok, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 6
siswa.
b. Placement test atau tes penempatan, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam
bidang tertentu.
c. Student Creative atau kreativitas siswa yaitu, kreativitas siswa melaksanakan tugas
dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study atau belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan secara individual kepada
siswa yang membutuhkannya.
e. Team Scores and Team Recognition atau skor kelompok dan pengakuan kelompok,
yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok da memberikan criteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara ce,erlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group atau pengajaran kelompok, yakni pemberian materi secara singkat
dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts Test atau tes fakta, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h. Whole Class Units atau unit-unit kelas keseluruhan yaitu pemberian materi oleh guru
kembali di akhir waktu pembelajaran deangan statergi pemecahan masalah.
3. Langkah-langkah dalam Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran TAI mempunyai langkah atau sintak pembelajaran untuk
diimplemetasikan dikelas menurut (Ariani, 2017) sebagai berikut.
1. Langkah pertama yaitu placement test, dimana tahap ini guru mengadakan tes awal
(pre-tes) pada siswa yang berfungsi guna mencari kelemahan dan kelebihan siswa
pada bidang yang dimiliki siswa.
2. Setelah melakukan pre-test langkah kedua yaitu teams, pada langkah ini guru
menyusun tim kecil dengan jumlah 4-5 siswa heterogen dilihat dari hasil pre-test
masing-masing siswa.
3. Langkah ketiga teaching group dilakukan setelah guru membentuk siswa dalam
kelompok, pada langkah ini guru menyediakan materi dengan ringkas sebelum tugas
berkolompok disampaikan pada siswa.
4. Langkah keempat yaitu student creative yaitu, guru menegaskan serta menyampaikan
pengertian pada siswa bahwa kesuksesan individu keberhasilan setiap individu
ditetapkan atas kesuksesan setiap kelompok masing-masing.
5. Langkah kelima yaitu team study, siswa belajar dengan tim mereka dengan
menyelesaikan soal dari guru disetiap kelompok. Guru menyediakan bantuan
individual pada masing-masing siswa, dibantu oleh siswa dengan kemampuan
akademis yang baik di tiap tim dan bertugas sebagai tutor sebaya.
6. Langkah keenam yaitu whole class units, ditahap ini setiap wakil kelompok
menyampaikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok laiinya menaggapi dengan
berbagai pertanyaan serta pada tahap
7. Langkah ketujuh yaitu fact test, pada tahap ini guru melaksanakan post-tes dan
peserta dil mengerjakan secara mandiri
8. penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara ce,erlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
9. Teaching Group atau pengajaran kelompok, yakni pemberian materi secara singkat
dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
10. Facts Test atau tes fakta, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
11. Whole Class Units atau unit-unit kelas keseluruhan yaitu pemberian materi oleh guru
kembali di akhir waktu pembelajaran deangan statergi pemecahan masalah
i.
4. Langkah-langkah dalam Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran TAI mempunyai langkah atau sintak pembelajaran untuk
diimplemetasikan dikelas menurut (Ariani, 2017) sebagai berikut.
1. Langkah pertama yaitu placement test, dimana tahap ini guru mengadakan tes awal
(pre-tes) pada siswa yang berfungsi guna mencari kelemahan dan kelebihan siswa
pada bidang yang dimiliki siswa.
2. Setelah melakukan pre-test langkah kedua yaitu teams, pada langkah ini guru
menyusun tim kecil dengan jumlah 4-5 siswa heterogen dilihat dari hasil pre-test
masing-masing siswa.
3. Langkah ketiga teaching group dilakukan setelah guru membentuk siswa dalam
kelompok, pada langkah ini guru menyediakan materi dengan ringkas sebelum tugas
berkolompok disampaikan pada siswa.
4. Langkah keempat yaitu student creative yaitu, guru menegaskan serta
menyampaikan pengertian pada siswa bahwa kesuksesan individu keberhasilan setiap
individu ditetapkan atas kesuksesan setiap kelompok masing-masing.
5. Langkah kelima yaitu team study, siswa belajar dengan tim mereka dengan
menyelesaikan soal dari guru disetiap kelompok. Guru menyediakan bantuan
individual pada masing-masing siswa, dibantu oleh siswa dengan kemampuan
akademis yang baik di tiap tim dan bertugas sebagai tutor sebaya.
6. Langkah keenam yaitu whole class units, ditahap ini setiap wakil kelompok
menyampaikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok laiinya menaggapi dengan
berbagai pertanyaan serta pada tahap
7. Langkah ketujuh yaitu fact test, pada tahap ini guru melaksanakan post-tes dan
peserta didil mengerjakan secara mandiri.
8. Langkah kedelapan yaitu team score dan team recognition merupakan langkah
terakhir, dimana guru mengumumkan nilai setiap tim pada satu siklus serta
memberikan penghargaan pada kelompok yang paling baik dan hebat.
Menurut Sutirm (2013:36-37), Langkah-langkah model kooperatif tipe Team Assistes
Individualzation (TAI) sebagai berikut:
8. Mahasiswa aktif dan yang paling utama adalah setiap siswa secara
1. Kelebihan
2. Kelemahan
a. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI).
b. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui,
kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri
dan sebagian mengganggu antar peserta didik lain.
Menurut Shoimin (2014:200) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TAI sebagai
berikut.
1. Sesuatu yang harus dipelajarai dan dipahami belum seluruhnya dicapai siswa.
2. Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah
beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.
3. Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh
prestasi atau pencapaian kelompok.
4. Tidak ada persaingan antar kelompok.
5. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran kooperatif TAI?
2. Apakah kamu sudah mencoba model pembelajaran kooperatif TAI?
3. Bagaimana tanggapanmu?
4. Sebutkan langkah-langkah apa saja dalam model pembelajaran kooperatif TAI!
5. Jelaskan yang dimaksud model pembelajaran kooperatif TAI menurut para ahli!
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, A. M. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada.
Sharan, S. 2014. The Handbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan
Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa Di Kelas. Grup Relasi Inti Media
Slavin, R. E. 2015. Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktek. Nusa Media.
Trianto. 2012. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi dan Tenaga
Kependidikan. Kencana
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning.Surabaya: Pustaka Belajar.