Anda di halaman 1dari 104

BUKU AJAR

PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN IPS DISEKOLAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidaya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan bahan ajar ini dengan baik. Tugas ini
dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Pengembangan Model Pembelajaran
IPS. Bahan ajar ini kami susun guna untuk lebih jelas mengetahui mengenai Model
Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
Di pendalam tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami sebagai penulis ingin
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam
penulisan bahan ajar ini. Kritik dan saran akan diterima sebagai masukan untuk
memperbaiki bahan ajar ini kedepannya. Dan harapan kami semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya, dan mudahan-mudahan berkenan di hati
Ibu selaku dosen pengampun mata kuliah Pengembangan Model Pembelajaran IPS SD.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I Ruang Lingkup IPS SD ........................................................................................... 4
BAB II Merumuskan Modul Ajar, Komponen dan Contoh Kurikulum Merdeka .............11
BAB III Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) .........................................23
BAB IV Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL).......................................... 30
BAB V Model Pembelajaran Discovery Learning ............................................................. 38
BAB VI Problem Based Instruction (PBI) ......................................................................... 45
BAB VII Snowball Throwing ............................................................................................ 50
BAB VIII Kooperatif Tipe STAD ......................................................................................57
BAB IX Kooperatif Tipe NHT ........................................................................................... 64
BAB X Teams Games Tournaments (TGT) ....................................................................... 76
BAB XI Kooperatif Group Investigation ............................................................................ 84
BAB XII Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) ................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ....... ................................................................................................. 96
BAB I
MENGURAIKAN RUANG LINGKUP IPS SD
MEMBEDAKAN ANTAR KURIKULUM PADA
PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR
A. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar. Setiap mata pelajaran
memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda. Ruang lingkup dalam pembelajaran dapat dijadikan
sebagai pembatas dalam menyampaikan materi pembelajaran. IPS mempelajari, menelaah, dan
mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial
demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan
peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar
berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan
dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat
dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari
yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD .

Tasfir (2008:4) membagi ruang lingkup IPS menjadi bberapa aspek berikut :

1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungn sosial,hubungan ekonomi,hubungan


psikologi,hubungan budaya,hubungan sejarah,hubungan geografi dan hubungan politik.

2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah ddapat berupa keluarga,rukun tetangga,warga


desa,warganisasi masyarakat dan bangsa.

3. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal.regional dan global

4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan,politik,dan ekonomi.

Berdasarkan kemdiknas (2006) tentang standar isi,menjelaskan bahwa ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi

1. Manusia,tempat,dan lingkungan

2. Waktu,keberlanjutan,dan perubahan

3. Sistim sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan
segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya.
Memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya, maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan
manusia. SingkatnVya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia
di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan pertimbangn bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS
pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang,
sehingga ruang menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang
lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada
di lingkungan sekitar peserta didik SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup
kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan
kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena
IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar
mahasiswa secara berkesinambungan

a. Definisi Umum IPS

Pengertian IPS (ilmu pengetahuan sosial) adalah suatu pembelajaran tentang konsep sosial.
Yang berhubungan dengan geografi, sejarah, antropologi, sosiologi dan ekonomi. Di sekolah
memang ada jenis pembelajaran ilmu pengetahuan yaitu IPA (ilmu pengetahuan alam) dan
IPS (ilmu pengetahuan sosial) Jadi untuk IPS memang mempelajari tentang hubungan
manusia dengan sosial. Dari ekonomi mengenai bisnis, sejarah terbentuknya masyarakat,
kewilayahan, dan lainnya.

1. Pengertian IPS

Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS dapat
diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat,
dapat dilakukan dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial
yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS

VIPS dan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pengertian dua istilah
tersebut.
Pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa para ahli :

1. Moeljono Mokrodikardjo

Mengemukakan bahwa ips adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdesipliner dari
ilmu sosial.ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi,antropologi
budaya,pesikologi,sejarah,geografi,ekonomi,ilmu politik dan ekologi manusia,yang
diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar
dapat dipelajari

2. Nu’man Soemantri

Menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk
pendidikan tingkat SD,SLTP,Dan SLTA.penyederhanaan mengandung arti menurunkan tingkat
kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas menjadi pembelajaran yang
sesuai dengan kematangan berpikir siswa sekolah dasar dan lanjutan.

3. S,Nasution

Mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran sosial
dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran
manusia dalam masayarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi,
sosiologi, mantropologi,dan psikologi sosial.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
pengembangan kemampuan intelektual siswa pengembangan siswa sebagai pribadi.

Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan


dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan
kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Adapun
tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk
kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu. Berdasarkan uraian di atas, ada tiga aspek yang
harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan
kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skills. Tujuan
intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu
sosial, kemampuan berpikir, kemampuan prosedural dalam mencari informasi dan 8
mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan intelektual ini akan selalu berhubungan
dengan aspek pengembangan individual.

b. Fungsi dalam Pembelajaran IPS

Fungsi pembelajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah karena
peserta didik yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan masing-masing yang mempunyai
masalah-masalah sosial yang berbeda-beda. Sesuai dengan tingkat perkembangannya,
peserta didik SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial
secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut melalui
pengajaran IPS. Fungsi IPS diberikan di SD Agar peserta didik dapat mensistematisasikan
bahan, informasi dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna,Agar peserta didik dapat lebih peka dan tanggap
terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. . Agar peserta didik
dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar
manusia.

A. PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM PADA IPS DI SD


a. Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS SD

Kurikulum IPS SD Tahun 2006 dalam KTSP yang ditetapkan berdasarkan Kepmendiknas RI
22/2006 mempunyai karakteristik tersendiri karena tidak menganut istilah Pokok Bahasan
(PB), Namun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini jauh lebih
sederhana dengan jam pelajaran yang relative lebih sedikit. Memberikan peluang yang luas
bagi guru untuk berkreasi dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada
pembelajaran IPS yang PAKEM. Kurikulum 2006 lebih simple dan efektif, namun memiliki
nuansa yang padat. Kurikulum Pendidikan IPS SD Tahun 2006 bersifat hanya memberi rambu-
rambu untuk kedalaman dan keluasan materi dalam mencapai KD yang diharapkan. Di dalam
KD terdapat kata kerja operasional yang disarankan dan mengacu pada pembelajaran yang
kreatif. Kelas 1, 2, dan 3 dilaksanakan menggunakan pendekatan tematik sedangkan kelas 4
sampai 6 melalui pendekatan mata pelajaran. Berbeda halnya dengan Kurikulum IPS tahun

1994 materi pelajaran ditata secara lebih terpadu dan lebih sederhana daripada materi
Kurikulum IPS 1986 dan 1975 yang masih tampak berdiri sendiri-sendiri. Materi Kurikulum
1994 merupakn korelasi antara berbagai disiplin ilmu penunjangnya. Berbeda dengan
kurikulum sebelumnya (1986, 1975, dan 1968). Materi Kurikulum 1968 masih berdiri sendiri
dan merupakan broad-field antara Ilmu Bumi, Sejarah, dan Pengetahuan Kewarganegaraan.
Pada Kurikulum 1975 Pendidikan Kewarganegaraan dipisah menjadi PMP. Pada Kurikulum
1994 PMP berganti nama menjadi PPKN.
Dari segi tujuan kurikuler, Kurikulum 1964/1968 menekankan pada moral. Unsur moral
tersebut terwadahi dalam bidang studi PMP/PPKN pada Kurikulum 1975, 1986, dan 1994.
Kurikulum 1986 dan 1994 sama-sama mempunyai 4 tujuan kurikuler. Dari segi bahan ajar,
Kurikulum 1994 tetap menggunakan Pendekatan Spiral. Khusus untuk sejarah mengunakan
pendekatan periodisasi. Sejarah di Kurikulum 1986 tidak seluas kurikulum 1975 karena ada
mata pelajaran PSPB. Dari segi alokasi waktu pada dasarnya tidak berbeda antara kurikulum
1986 dengan 1994, namun pada kurikulum 2006 relatif lebih sedikit yakni 3x35 menit.
Perbedaan yang lebih esensi ada pada jumlah PB. Kurikulum 1986 padat dan sarat materi
sehingga keluasan materi terbatasi, sedangkan Kurikulum 1994 keluasan materi diserahkan
kepada guru dan di Kurikulum 2006 lebih simple lagi.
b. Perbedaan Kurikulum IPS SD Tahun 1994 dan Kurikulum Tahun

Kurikulum SD tahun 1994 lebih menekankan hal-hal berikut.

1. Membaca, menulis dan berhitung

2. Muatan lokal

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

4. Wawasan lingkungan

5. Pengembangan nilai

6. Pengembangan keterampilan

1. Kurikulum tahun 2006

Pada Kurikulum SD Tahun 2006 lebih menekankan hal-hal berikut.

Kerangka Dasar Kelompok Mata Pelajaran dibuat berdasarkan PP 19/2005 tentang SNP yang
menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan


LATIHAN!

1. Apa yang di maksud dengan ruang lingkup IPS?

2. Apa pengertian pembelajaran IPS?

3. Apa tujuan Pembelajaran IPS?

4. Apa fungsi Pembelajaran IPS?

5. Jelaskan perbedaan antara Kurikulum Pembelajaran IPS? di SD

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati dkk 2006. Pengembangan Pendidikan IPS SD. UPI Pres. Bandung

Ischak SU, dkk. 1997. Pendidikan IPS di SD. UT Depdikbud. Jakarta

Pudjiastuti Ari, Chaterina M., 2016. Modul Kajian Materi IPS Kelas Tinggi. Dirjen GTK

Kemendikbud. Jakarta.

Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajarannya. PT Remaja : Bandung.

Manuskrip. (1988). Analisis Perbandingan Kurikulum IPS SD 1986 dengan Kurikulum


IPS 1975, 1968 dan 1964, Jenjang Sekolah: SD. Jakarta
BAB 2
PERUMUSKAN MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA

MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA


A. MERUMUSKAN MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA
Modul merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang di dalamnya berupa
materi, metode, dan evaluasi yang dibuat secara sistematis dan terstruktur sebagia upaya
untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan.modul dirancang secara khusus dan
jelas berdasarkan kecepatan pemahaman masing-masing siswa, sehingga mendorong siswa
untuk belajar sesusai dengan kemampuannya. Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pendidikan Kejuruan, Direktorat Pendidikan Dasar, dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang disampaikan dalam chosim s Widodo
(2008:50) yang dikutip dari syauqi 2012, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan
efektivitas penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. self instructional
merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter
tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak bergantung
pada pihak lian.
b. Self contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang
dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara
tuntas, karena materi belajar di kemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
c. Berdiri sendiri (stand alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain,atau tidak harus digunakan Bersama-
sama dengan media lain.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki adptasi yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi. Dikatakan adptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

e. Bersahabat (user friendly)


Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau
bersahabat/akrab dengan pemakainya .
Sebuah modul yang baik tidak hanya terdiri dari halaman-halaman tercetak.lebih jauh
dari itu, sebuah modul yang baik terdiri dari berbagai alat dan cara yang dapat membantu
proses belajar. Sebuah modul yang baik akan meliputi hal-hal berikut ini

1. Tujuan-tujuan
2. Pertanyaan tentang apa yang dapat dikerjakan perserta didik (SAQ = Self
Asessment Question)
3. Jawaban terhadap SAQT
4. Teks
5. Pendahuluan
6. Pengulangan dan kesimpulan
7. Informasi visual mungkin berupa diagram grafik, chart, table, gambar, bahkan
mungkin kartoon.
8. Tugas-tugas
Hal yang lain termasuk pula:

1. Penjelasan tentang pengetahuan dan keterampilan yang mendahului, yang harus


dikuasai oleh peserta didik.
2. Format modul
3. Tanda-tanda petunjuk dalam modul
Dari daftar di atas, ada 4 kegiatan pokok dalam strategi penulisan modul, yaitu :

1. Menulis teks
2. Merancang SAQ
3. Menyusun jawaban SAQ dan,
4. Menulis berbagai tujuan

Strategi penulisan yang umum untuk menulis modul yaitu :


1. Merumuskan beberapa tujuan
2. Mengambil salah satu tujuan
Dalam Menyusun modul dapat menempuh Langkah-langkah, Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai (2003:133-134) sebagai berikut :

a. Menyusun kerangka modul : dengan cara menetapkan atau merumuskan tujuan


instruksional umum, merinci tujuan instruksional khusus, Menyusun butir-butir
soal evluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus, menyususn pokok-pokok
materi dalam urutan yang logis, menyususn Langkah-langkah kegiatan belajar
untuk mencapai semua tujuan, mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam
kegiatan belajar dengan modul. Menulis program secara rinic yang meliputi
pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa,
lembaran jawaban, lembaran tes, dan lembaran jawaban tes.

B. KOMPONEN BAHAN AJAR KURIKULUM MERDEKA


Menurut paduan pembelajaran dan assessment, tujuan pengembangan modul
terbuka sedikit adalah untuk mengembangkan perangkat terbuka sedikit yang memandu
pendidikmelakukan pembelajaran. Kurikulum merdeka diberi keleluasan kepada guru
untuk memperkaya modul melalui dua cara yaitu; guru dapat memilih atau memodifikasi
modul terbuka sesuai dengan yang sudah disiapkan oleh pemerintah, kemudia disesuaikan
dengan karakter peserta didik, serta Menyusun secara individu sesuai dengan bahan dan
karakter dari peserta didik.
Sebelum Menyusun modul ajar guru terlebih dahulu mengetahui strategi
mengembangkan modul ajar dan harus memenuhi syarat minimal yaitu memenuhi kriteria
yang telah ada dan kegiatan pembelajaran dalam modul terbuka sedikit sesuai dengan
prinsip pembelajaran dan assessment.

Adapun kriteria modul ajar kurkulum merdeka adalah sebagai berikut :


1. Esensial yaitu setiap mata pelajaran terkonsep melalui pengalaman belajar dan lintas
disiplin ilmu.
2. Menarik, maksud dan menantang yaitu guru mampu menumbuhkan minat peserta
didik dan menyertakan peserta didik secara altif dalam proses pembelajaran.
3. Relevan dan kontekstual yaitu berkaitan dengan unsur kognitif dan pengalamannya
yang telah dimiliki sebelumnya dan sesuai dengan waktu dan tempat peserta didik
berada
4. Berkesinambungan yaitu kegiatan pembelajaran harus memiliki keterkaitan sesuai
dengan fase belajar siswa (fase1, fase 2 dan fase 3).
Setelah mempersiapkan prinsip dan kriteria di atas, guru haus membuat modul
sesuai dengan komponen yang sudah ditentukan berdasarkan kebutuhan. Komponen-
komponen tersebut di antaranya meliputi: 1). Komponen informasi umum, 2). Komponen
inti, 3). Lampiran.

1. Komponen informasi umum


Meliputi:
a) Identitas modul
Informasi tentang modul ajar yang dikembangkan terdiri dari:
 Nama penyusun, institusi, dan tahunsusun modul ajar
 Jenjang sekolah (SD/SMP/SMA)
 Kelas
 Alokasi waktu (penentuan lokasi waktu yang digunakan adalah lokasi
waktu yang sesuai dengan mata pelajaran yang berlakusatuan kerja masing-
masing).
b) Kompetensi awal
Kompetensi awal adalah pengetahuan dan/atau keterampilanyang
perlu dimiliki siswa sebelum belajar topik tertentu.kompetensi awal
merupakan ukuran seberapadaalm modul dirancang.
c) Profil pelajar pancasila

Merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan pembelajaran yang


berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta didik.profil pelajar
pancasila (ppp) dapat bermain dalam konten atau metode pembelajaran.
Didalam modul pembelajaran, profil pelajar pancasila tidak perlu
semuanya, namun dapat memilih profil pelajar pancasila sesuai dengan
kegiatan pembelajaran dalam bentuk modul ajar.
Enam dimensi profil pelajar pancasila ayng saling berkaitan dan
terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran melalui :
 Materi/isi pelajaran
 Pedagogi
 Kegiatan proyek atau
 Assessment
d) Sarana dan prasarana
Merupakan fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran. Saran merujuk pada alat dan bahan yang digunakan,
sementara prasarana didalamnya termasuk bahan sebuah sumber modul ajar
yang relevan yang digunakandalam proses pembelajaran.
e) Sasaran peserta didik
Peserta didik menjadi sasaran yaitu :
1. Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan
dalammencerna dan memahamimateri terbuka.
2. Peserta didik dengan kesulitan belajar: memiliki gaya yang terbatas
hanya satu gaya misalnya memiliki kesulitan dalam pemahan bahan
ajar, kurang percaya diri, kesulitan-kesulitan dalam jangka Panjang.
3. Peserta didik dengan standar tinggi: mencerna dan memahami dengan
cepat, mampu mencapai keterampilan berpikir kritis dan memiliki
keterampilan memimpin.

f) Model pembelajaran
Merupakan model atau kerangka pembelajaran yang memberikan gambaran
secara sistematis pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran dapat
berupa model pembelajaran tatap muka, model pembelajaran jarak
jauhdalam jaringan (PJJ Berani), pembelajaran jarak jauh luar jaringan (PJJ
Luring), dan blended learning.
2. Komponen Inti
1) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran harus mencerdaskan hal-hal penting dari
pembelajarandan harus bisa diuji dengan berbagai bentuk assessment sebagai
bentukdari unjuk pemahaman. Tujuan pembelajaran menentukan kegiatan belajar,
seumber daya yang digunakan, ketidakseimbangan dan keragaman metode
assessment yang digunakan.
2) Pemahaman bermakna
Pemahaman bermakna adalah informasi bermanfaat yang peserta
didikakan memperoleh keuntungan setelah mengikuti proses pembelajaran.
Manfaat tersebut nantinya peserta didik dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Pertanyaan pemantik
Pertanyaan pemantik dibeuatkan oleh guru untukmenumbuhkan rasa ingin
mengetahui dan kemampuan berpikir kritis dalam diri peserta didik. Pertanyaan
pemantik memandu siswa untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
4) Kegiatan pembelajaran
Untuk kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang secara konkrit, disertakan opsi/pembelajaran
alternatifdan Langkah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa.
Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara berurutan sesuai dengan durasi
waktu yang direncanakan, meliputi tiga tahap yakni, pembuka, inti dan penutup
metode pembelajaran aktif.
5) Assessment
Assessment digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran di akhir
kegiatan. Keriteria yang digunakan harus ditentukandengan jelas sesuai dengan
tujuan pembelajaranyang ditetapkan. Jenis-jenis assessment :
 Assessment sebeleum pembelajaran (diagnostik)
 Assessment selama proses pembelajaran (formatif)
 Assessment pada akhir proses pembelajaran (sumatif)
6) Pengayaan dan remedial
Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta
didikdengan kemampuan tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensi
secara optimal. Perbaikan diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan
bimbingan untuk memahami ulang pembelajaran. Saat merancang kegiatan
pengayaan, perlu diperhatikan mengenai perbedaan contohnya lembar
belajar/kegiatan yang berbdea dengan kelas.
3. Lampiran
1) Lembar kerja peserta didik
Lembar kerja siswa ini ditujukan untuk peserta didik (bukan guru) dan dapat
diperbanyak sesuai kebutuhanuntuk diberikan kepada peserta didiktermasuk
peserta didik nonregular.
2) Bahan bacaan guru dan peserta didik
Bahan bacaan guru dan peserta didik digunakan sebagai pemantik sebelum
kegiatan dimulai untuk memperdalambahan pada saat atau akhir kegiatan
pembelajaran.
3) Glasorium
Glosarium merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang secara
vertikal yang dilengkapi dengan definisi dan artinya glosarium diperlukan untuk
kata atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
4) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka adalah sumber-sumber referensi yang digunakan dalam
pengembangan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber
belajar (buku siswa, buku referensi, majalah, koran, situs, internet, lingkungan
sekitar, narasumber).
C. CONTOH DARI KURIKULUM MERDEKA
1. Modul ajar
Modul ajar adalah salah satu jenis perangkat ajar dalam kurkulum merdeka yang
dirancang secara lengkap dan sistematis sebagai paduan dan pedoman guru dalam
melaksanakan kegiaan pembelajaran.kerangka atau bisa juga disebut komponen
modul ajar pada kurikulum merdeka terdiri dari 3 bagian utama yaitu :
1. Informasi Umum
2. Informasi Inti
3. Lampiran
Adapun contoh penerapan Kurikulum Merdeka Belajar SD yakni sebagai berikut:

1. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran dalam bahasa Indonesia perlu menerapkan literasi yang


sesuai dengan konteks budaya dan sosial di Indonesia. Model yang dapat
diterapkan yakni pedagogi genre dengan empat tahapan, yakni penjelasan untuk
membangun konteks, pemodelan, pembimbingan, dan pemandirian.

2. Sains Dasar

Contoh penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dalam pelajaran sains daar


yakni dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
melibatkan panca indra. Metode ajar bisa didesain dengan membuat program,
membuat dugaan, merancang model, dan menganalisis data.
3. Pendidikan Agama

Kurikulum Merdeka Belajar juga perlu diterapkan pada pelajaran agama.


Guru dapat membuat program belajar yang interaktif, seperti kunjungan ke
tempat ibadah, praktik ibadah, mengajarkan toleransi beragama, dan lain-lain.

4. Matematika

Matematika adalah pelajaran yang memiliki peminat yang paling sedikit


dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu, guru dapat
menyusun strategi belajar yang efektif. Contohnya yaitu dengan menghadirkan
program berhitung 1 menit setiap hari hingga memecahkan persoalan
matematika di lingkungan sekitar.

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan modul ajar?


2. Apa sajakah yang termasuk dalam komponen modul ajar?
3. Profil Pelajar Pancasila (P3) termasuk kedalam komponen apa?
4. Apa saja yang tercantum dalam lampiran pada modul ajar?
5. Buatlah salah satu contoh penerapan modul ajar dalam materi IPS!
DAFTAR PUSTAKA
Suratsih. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Bilogis Berbasisi Potensi Local
Dalam

Kerangkan Impleentasi Ktsp SMA di Yogyakarta.

Dahlan 2019. Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar).

Bandung : CV DIPONEGORO.

Sapardi. 2021. Paduan Dan Pembelajaran Assessment Jenjang Pendididkan Dasar Dan

Menengah Terbitan Pusat Assessment Dan Pembelajaran


Kemendisbukristek.

Maulida, AS. 2022. Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurkulum Merdeka.


Tarbawi,5(2),

132-137.

Solehudin, D, Priatna, T, & Zaqiyah, Q, Z. 2022. Konsep Implementasi Kurikulum


Prototipe.

Jurnal Basicedu, 6 (4),7490.

Valeria, R, Setyastanto, A,M, & Leksono, A.W. 2022. Kurikulum Merdeka Belajar
Kampus

Mengajar : Sebuah Kajian Sastra. Research Dan Jurnal Pembangunan

Pendidikan, 8(1) 188-189.

Yusuf, M. & orang Afrikayah, W. 2021. Konsep “Merdeka Belajar” Dalam Pandangan
Filsafat

Konstruktivisme AL-MURABBI. Jurnalstudikependidikankeislaman,


7(2),128

b.
BAB 3
MODEL PEMBELAJARAN
PROJECT BASED LEARNING
MODEL PEMBELAJARAN PBL
Definisi Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan


pada pemecahan masalah melalui penerapan konsep dalam situasi dunia nyata
(R.D. Kusumawati & dkk,2014). Model PBL menerapkan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam dunia nyata. Dimana mereka harus bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari solusi atas masalah yang kompleks. Model PBL juga
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis, reflektif dan kolaboratif
serta meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang dipelajari.
Barrows dan Tamblym (1980) mendefinisikan PBL sebagai sebuah metode
pembelajaran yang menggabungkan pengembangan keterampilan kognitif dan proses
belajar yang efektif melalui penerapan konsep dalam konteks situasi dunia nyata.
Savin-Baden (2000) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah pendekatan yang
melibatkan siswa dalam memecahkan masalah yang memungkinkan mereka untuk
mengembangkan keterampilan kritis dan reflektif serta memperoleh pengetahuan
melalui penerapan konsep dan situasi dunia nyata.

Karakteristik Problem Based Learning

Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik kunci (Rizal Mukra &
Yusuf Nasution, 2016), antara lain:

1. Fokus pada pemecahan masalah: PBL menekankan pada pemecahan masalah


sebagai tujuan utama pembelajaran, dengan siswa diberi tantangan
dalammenyelesaikan masalah yang kompleks dan terkait dengan situasi dunia
nyata.
2. Pembelajaran aktif: Model PBL melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran, dengan mengasumsikan peran yang lebih aktif dalam mencari,
mengelola dan menggunakan sumber daya yang relevan untuk mencari solusi
atas masalah yang diberikan
.
3. Berpusat pada siswa: PBL memandang siswa sebagai individu yang aktif dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran mereka, yang memungkinkan mereka
untuk mengontrol dan mengelola proses pembelajaran mereka sendiri.
4. Kelompok kecil: PBL biasanya dilakukan dalam kelompok kecil, dimana
siswa bekerja sama untuk mencari solusi atas masalah yang diberikan.
5. Ajaran lintas disiplin: Model PBL melibatkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.
6. Penerapan langsung: PBL menekankan pada penerapan konsep dan prinsip
dalam situasi dunia nyata, yang memungkinkan siswa untuk memahami dan
mengintegralisasikan materi pelajaran dengan lebih baik.
7. Pembelajaran berkelanjutan: PBL merupakan proses pembelajaran yang
berkelanjutan, dengan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru
secara terus-menerus melalui pemecahan-pemecahan masalah dan pengalaman
nyata.
Dengan karakteristik-karakteristik tersebut, model PBL dapat membantu siswa
untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreatif, dan kolaboratif, serta mempersiapkan
mereka untuk menghadapi tentang dunia nyata.

Tujuan Problem Based Learning

PBL dirancang bukan untuk membantu guru menyampaikan informasi


sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran langsung dan presentasi lebih
cocok untu tujuan pembelajaran ini. Sebaliknya, PBL dirancang untuk membantu
siswa mengembangkan pemikirannya, pemecahan masalah, dan kecakapan
intelekteualnya: belajar berperan orang dewasa dengan pengalaman nyata atau situasi
yang disesuaikan/disimulasikan; menjadi pelajar yang independen/ mandiri. Secara
singkat tujuan dari PBL memiliki tiga tujuan.
1. Kemampuan berpikir dan pemecahan masalah.

2. Kemampuan berperan sebagai orang dewasa.

3. Kemampuan belajar mandiri


.

Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning

Model Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan (Noma &
dkk, 2016), antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: PBL memungkinkan siswa untuk


mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menganalisis masalah, karena
siswa harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
2. Meningkatkan motivasi belajar: PBL memungkinkan siswa untuk memilih
masalah yang menarik dan relevan bagi mereka, sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar dan minat siswa dalam materi pelajaran.
3. Meningkatkan kemampuan kolaborasi: PBL mengharuskan siswa bekerja sama
dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah, sehingga dapat membantu
siswa mengembangkan kemampuan kerja tim dan komunikasi.
4. Meningkatkan keterampilan penerapan: PBL menekankan pada penerapan
konsep dan prinsip dalam situasi dunia nyata, sehingga dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan penerapan yang relevan di luar lingkungan kelas

5. Memperkaya pengalaman belajar: PBL memungkinkan siswa untuk mengalami


pengalaman belajar yang menyenangkan dan menarik, karena siswa dapat
menggunakan imajinasi dan kreativitas mereka memecahkan masalah.
6. meningkatka keterampilan penyelesaian masalah: PBL membantu siswa
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, karena siswa
harus mengumpulkan, mengevaluasi dan menerapkan informasi yang relevan
untuk memecahkan masalah yang diberikan.
7. Memungkinkan pembelajaran mandiri: PBL memungkinkan siswa untuk
mengambil kendali atas proses belajar mereka, sehingga dapat membantu siswa
mengembangkan kemandirian dan kemampuan belajar seumur hidup.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, PBL merupakan model pembelajaran yang
efektif dan inovatif yang dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan dan
kemampuan yang relevan diluar lingkungan kelas, dan membantu siswa untuk menjadi
pemecah masalah yang berpikiran kritis, kreatif, dan terampil.
Model PBL juga memiliki beberapa kelemahan (Noma & dkk, 2016), antara lain:

1. Memerlukan persiapan dan waktu yang lebih banyak: Implementasi PBL


memerlukan persiapan yang lebih banyak dan waktu yang lebi lama
dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional.
2. Memerlukan fasilitator yang terlatih: PBL memerlukan fasilitator yang terlatih
dan memiliki pengalaman dalam mengelola dan memfasilitasi kelompok kecil
siswa, sehingga dapat memerlukan biaya dan waktu untuk melatih fasilitator.
3. Memerlukan sumber daya yang memadai: PBL memerlukan sumber daya yang
memadai, termasuk bahan ajar dan teknologi, sehingga dapat memerlukan biaya
yang lebih besar untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
4. Tidak semua siswa siap untuk pembelajaran mandiri: PBL memerlukan siswa
yang mandiri, proaktif, dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga
tidak semua siswa siap untuk pembelajaran mandiri.
5. Tidak semua topik cocok untuk PBL: karena beberapa topik mungkin terlalu
abstrak atau rumit untuk dijelaskan dalam konteks masalah dunia nyata.
6. Evaluasi dan penilaian yang kompleks: evaluasi dan penilaian dalam PBL
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kemajuan siswa dan
pencapaian tujuan pembelajaran sehingga dapat memerlukan evaluasi dan
penilaian yang lebih kompleks dan tidak konvensional.

7.
Dengan kelemahan-kelemahan tersebut, PBL perlu diimplementasikan dengan
hati-hati dan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi siswa, fasilitator, dan sumber
daya yang tersedia. Namun, jika diimplementasikan dengan baik, PBL dapat menjadi
model pembelajaran yang efektif dan bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan
dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning

Sintaks atau langkah-langkah model PBL terdiri dari beberapa tahapan (I.M.A Dharma
& N.A. P. Lestari, 2022; R.D. Kusumawati &dkk, 2014) yaitu:

1. Identifikasi masalah: dilakukan dengan memilih topik atau masalah yang akan
dijadikan dasar dalam proses pembelajaran. Topik atau masalah yang dipilih
haruslah relevan dan menarik bagi siswa serta terkait dengan tujuan
pembelajaran.

2. Pembentukan kelompok: siswa dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari
3-5 orang. Kelompok ini akan bekerja sama untuk memecahkan masalah atau
menyelesaikan proyek yang diberikan.
3. Pemecahan masalah: siswa melakukan analisis masalah dan merumuskan
pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab dalam proses pembelajaran. Siswa
kemudian mencari informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
4. Diskusi: siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas dan
memecahkan masalah atau menyelesaikan proyek yang diberikan. Fasilitator
dapat membantu siswa dalam memperoleh informasi dan menyelesaikan
masalah yang diberikan.
5. Presentasi: setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasil kerja mereka kepada seluruh kelas. Dalam presentasi ini, setiap kelompok
menjelaskan solusi yang ditemukan serta proses yang dilakukan dalam
menyelesaikan masalah atau proyek yang diberikan.
6. Refleksi: setelah presentasi, siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa merenungkan apa yang telah
dipelajari, bagaimana cara memecahkan masalah dan apa yang dapat
ditinggalkan untuk pembelajaran berikutnya.
SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran Problem Based
Learninga?
2. Apa karakteristik model PBL?
3. Sebutkan Langkah-langkah dari model pembelajaran PBL?
4. Sebutkan kelembahan dari model PBL!
5. Sebutkan kelebihan dari model pembelajaran PBL?

DAFTAR PUSTAKA
Anang Setyo,Arie,dkk.2020.Strategi Pembelajaran Problem Based
Learning.Makassar:Yayasan Barcode.
Lismaya,lilis.2019.Berpikir kritis&PBL(Problem Based Learning).Surabaya:Media
sahabat Cendekia.

Putri, Ayu Lestari, dkk. 2023.Model-Model Pembelajaran Untuk Kurikulum Merdeka di


Era Society 5.0.Bali:Nila Cakra.
BAB 4
MODEL PEMBELAJARAN FROJEC BASED LEARNING
(PJBL)
MODEL PEMBELAJARAN PJBL
A. DefinisiProjectBasedLearning

Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasikelas


dalam sebuah proyek (Thomas, 2000, hlm.1). Menurut NYC Departementof
Education (2009), PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus
membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan
pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi (hlm.8). Sedangkan George
Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran
yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi masalah didunia
nyata,memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
(hlm.1). Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa
PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan
mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan
memecahkan masalah didunia nyata secara mandiri.
Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapinya merupakan tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu
dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila menggunakan PjBL.
Siswa SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam menyelesaikan tugasproyek
bahkan siswa SMA. Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai Langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a
guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi)dalam kurikulum. PjBL merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha siswa (Kemdikbud,2014,hlm.33)
Johnson & Lamb(2007) menyatakan bahwa :project based learning focuses on
creating a product or an artifact by using problem-based and inquiry-based learning
dependingon the depthof the driving question. Terdapat keterkaitan antara problem
based learning (PBL) dan inquiry based learning (IBL) dalam PjBL. PBL berfokus pada
solving real-world, dan pembelajaran inquiry berfokus pada problem-solving skills,
sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam membangun
konsep.

Persamaan antara PjBL dan PBL yang menurut George Lucas Educational
Foundation (2014) dan Williams & Williams (dalam Mills & Treagust,
2003)dirangkumdan diilustrasikan sebagai berikut:

PBL PjBL

Persamaan:
- Dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau situasi yang
mengarahkan ke konteks studi
- Penekanan aplikasi otentik pada konten dan keterampilan
- Membangun keterampilan abad ke-21
- Menekankan kemandirian siswa dan inkuiri
- Memerlukan waktu lama dibandingkan pembelajaran tradisional
PjBL dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai
fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula perbedaan antara
PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003,hlm.8) mengungkapkan
perbedaan PjBL dan PBL adalah:
1) Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk
selesai disbanding pelaksanaan PBL.
2) PjBL menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa
ditekankan untuk acquisition pengetahuan.
3) PjBL biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran),
sedangkan PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa
disiplin ilmu.
4) Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi
pada PjBL jauh lebih penting disbanding pada PBL.

B. Pembelajaran PjBL

Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education
Foundation dan Dopplet.Sintaks PjBL (Kemdikbud,2014, hlm. 34) yaitu :

Fase 1: Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yangdapat


memberi penugasan siswa dalam melakukan suatuaktivitas. Pertanyaan disusun dengan
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab
dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada
umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan
siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para siswa.
Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian
siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui
alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif Menyusun jadwal kegiatan dalam


menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, membawa siswa
agar merencanakan cara yang baru, membimbing siswa ketika mereka membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta siswa untuk membuat penjelasan
(alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui
bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan
proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students /1and progress
of project)

Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek.
Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata
lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang
penting.

Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar


kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru
dalam Menyusun strategi pembelajaran berikutnya
.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)
untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

C. Keunggulan dan Keterbatasan PjBL

Dibandingkan dengan model lain, PjBL mampu meningkatkan kualitas


pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa mampu
mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu (Doppelt,2005,
hlm. 10). Siswa harus terlibat secara kognitif dalam proyek selama waktu tertentu.
Keterlibatan dalam tugas yang kompleks adalah salah satu komponen penting
pembelajaran karena kita berasumsi bahwa siswa akan termotivasi untuk menguji
ide.
Moursund (1997, dalam Wena, 2013, hlm 147) dan Kemdikbud
(2014,hlm.33) menyebutkan beberapa kelebihan penggunaan PjBL adalah:
1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan
mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa tekun bekerja
dan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan mencari jawaban atas
keingin tahuan dan dalam menyelesaikan proyek.
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar PjBL membuat siswa
menjadi lebih aktif memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Siswa
mempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang berkaitan dengan
masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang
membahas topik yang berbeda, mempresentasikan proyek atau hasil diskusi
mereka. Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi siswa.
3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
berkomunikasi.
4. Improvedlibrary research skills. Karena PjBL mensyaratkan siswa harus
mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber
informasi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari
dan mendapatkan informasi.
5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepada
siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola
sumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswa
bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk mempelajari keterampilan
merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang
tugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggung jawab untuk setiap
tugas,dan bagaimana informasiakan dikumpulkan dan disajikan.
Selain keunggulan / keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya,
pelaksanaan PjBL juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud,
2014,hlm. 35):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di manain


struktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan


informasiakan mengalami kesulitan.
SOAL LATIHAN

1) Apa yang dimaksud dengan model PJBL?


2) Apakah model PJBL sama dengan model PBL?
3) Sebutkan sintak dari model pjbl!
4) Sebutkan 3 kelebihan model pjbl!
5) Sebutkan 3 kelemahan pada model pjbl!
DAFTAR PUSTAKA

Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of Project-Based Learning On Pre-Service


Physics Teachers’ Electrostatic Achievements. Cypriot Journal
ofEducationalSciencesvol5 : 243-257

Becker, K. & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among science,technology,


engineering, and mathematics (STEM) subjects on students’learning: A preliminary
meta-analysis. Journal of STEM Education, 12 (5&6), hlm. 23-37.
Bell,S.(2010).Project Based Learning for the 21th Century: Skills for the Future. The
Clearing House, 83: 39-43
Capraro, et al. (2013). STEM Project-Based Learning: An Integrated Science, Technology,
Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (seconded). Rotterdam : Sense
Publishers

Cook, et al. (2012). Preparing Biology Teachers to Teach Evolution in a Project-Based


Approach.Wintervol. 21 no.2 : 18-30

George Lucas Educational Foundation. (2014). Project Based Learningvs. Problem-Based


Learningvs. X-BL [Online]. Diakses dari http://www.edutopia.org/Project-Based
Learningvs.Problem-Based Learningvs. X-BL_edutopia.html

Johnson,L.,&Lamb,A.(2007).Project,Problem,and Inquiry-Based Learning. [Online].


Diakses dari http://eduscape.com/tap/topic43.htm
BAB 5
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
MODEL PEMBELAJARAN DL
Definisi Discovery Learning

Discovery Learning merupakan strategi pembelajaran yang di dalam prosesnya tidak


disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi peserta didik dituntut untuk
mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep. Bruner mengemukakan,
bahwa: "Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student
is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it
himself." Bruner mengemukakan pendapatnya berdasarkan pendapat Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Bruner (1972) mengembangkan strategi yang disebutnya Discovery Learning, di


mana murid mengorganisasi bahan pembelajaran dengan suatu bentuk akhir. Strategi
discovery learning digunakan terutama untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif agar sampai pada suatu kesimpulan yang berarti. Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
dan penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process, sedangkan discovery itu sendiri
merupakan the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B.
Sund, 1982).

Wilcox (Nur, 2000) mengatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan (discovery


learning), siswa didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa berusaha sendiri dalam mencari, menyelidiki,
mengolah dan menemukan konsep pengetahuan baru dalam pemecahan masalah, sehingga
siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Karakteristik Discovery Learning

Ciri model pembelajaran penemuan (Hosnan, 2014), diantaranya:

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,


menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; artinya siswa berinisiatif
untuk lebih mendalami dan meneliti dari setiap pembelajaran yang diberikan,
sehingga menghasilkan kesimpulan sendiri dari suatu masalah yang diselidiki.
2. Berpusat kepada siswa atau Student Center, artinya siswa yang berperan aktif
dan mandiri dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna, karena
dalam proses pembelajaran discovery learning lebih berpusat pada kebutuhan
siswa, minat, bakat dan kemampuan siswa.
3. Aktivitas menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Merupakan upaya yang dilakukan siswa bagaimana caranya
kreatif dan imajinatif dalam menghubungkan pengetahuan baru yang diterima
dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Tujuan Penggunaan Discovery Learning

Menurut pendapat Bell (1978) dalam M. Hosnan (2014: 284) ada beberapa tujuan
dalam menerapkan metode discovery learning yaitu:

a. Siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.


b. Siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa
banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.
d. Pembelajaran ini membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna
f. Memudahkan siswa menerapkan keterampilan yang dipelajari di kelas dalam
kehidupan sehari hari.
Jadi, tujuan dari penggunaan discovery learning adalah penerapan metode untuk
mengembangkan cara siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran, maupun secara
keseluruhan siswa dapat meningkatkan kreativitas berpikir secara kritis dalam
menemukan cara dan prinsip untuk memecahkan masalah sendiri, sehingga hasil belajar
yang diperoleh mudah dipahami.

Jenis dan bentuk Discovery Learning

Menurut pendapat Suprihatiningrum (2014:244) terdapat dua bentuk discovery


learning yaitu:

1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yaitu pembelajaran


penemuan bebas tanpa adanya petunjuk atau arahan dari pendidik. Dalam proses
pembelajaran bukan berarti guru lepas tangan atau tidak mengarahkan siswa tetapi
guru dapat memberi stimulasi di awal pembelajaran.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni
pembelajaran penemuan terbimbing atau pembelajaran yang membutuhkan peran
guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Peran guru sangat
dibutuhkan dalam menyimpulkan setiap gagasan dari anak agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai namun bukan berarti guru mengambil alih semua
pembelajaran tersebut, tetap yang berperan aktif adalah anak dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Beberapa kelebihan dapat diperoleh dalam menggunakan metode discovery learning


menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut.
a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilanketerampilan serta proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai dengan
kecepatan sendiri.
e. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Sedangkan menurut Kurniasih, dkk (2014:64-65), metode Discovery Learning juga


memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, antara lain sebagai berikut:

a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk
pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman. Sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f.
Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning

Dalam penerapan pembelajaran discovery learning, ada beberapa Langkah-langkah yang


harus dilakukan sebagai berikut.

a. Persiapan
Guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran.
Tahap-tahap yang harus dilakukan, sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan.
2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
3) Memilih materi pelajaran
Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi
pelajaran.
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau
perkembangan peserta didik pada umumnya.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang serasi dengan urutan tujuan.
d. Materi pelajaran disusun dari hal yang menuju hal yang kompleks
e. Materi pelajaran hendaknya berisi hal-hal yang berdasarkan fakta-fakta.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari oleh peserta didik secara induktif.
5) Meningkatkan bahan-bahan belajar yang seperti contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
6) Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar Guru harus merencanakan penilaian
dalam membuat perencanaan atau persiapan mengajar.
b. Pelaksanaan
1) Stimulasi (pemberian rangsangan)
2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3) Data collecting (pengumpulan data)
4) Data processing (pengolahan data)
5) Verification (pembuktian)
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksuud dengan model pembelajaran DL?


2. Berapakah jenis model pembelajaran DL?
3. Apa saja Langkah-langkah pembelajaran DL?
4. Sebutkan 3 kelebihan model pembelajaran DL!
5. Sebutkan 2 kekurangan dari model pembelajaran DL

DAFTAR PUSTAKA

AFRIA SUSANA, M.Pd. PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF. Bandung: Tata Akbar,
2019.

Ismatul Maula, Dkk. Pengembangan Metode Pembelajaran PAI Di Masa Pandemi


Covid-19. Bandung: Media Sains Indonesia, 2021.

Jamil Suprihatiningrum, M.Pd.Si. STRATEGI PEMBELAJARAN Teori & Aplikasi.


jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2020.

.
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN
BASED INSTRUCTION (pbi)

MODEL PEMBELAJARAN PBI


A. Pengertian model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) merupakan model
pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan Pengetahuan ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
Arends (2001), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu Pembelajaran
dimana siswa menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan
keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi , mengembangkan kemandirian dan percaya diri .
model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti pembelajaran
berdasarkan pengalaman ( experiutce basedinstruction) belajar otentik (authentic learning)
dan pembelajaran bermakna. Pembelajaran ini,guru berperan untuk mengajukan
permasalahan,pernyataan,memberikan dorongan,motivasi,menyediakan bahan ajar dan
fasilitas yang diperlukan. Selain itu guru memberikan scaffolding berupa dukungan dalam
uapaya meningkatkan kemampuan inquiri dan perkembangan intelektual siswa.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION
PBI tidak dirancang untuk membantu pendidik memberikan informasi sebanyak-
banyak nya kepada peserta didik, tetapi PBI dimaksudkan untuk membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir,pemechan masalah,dan keterampilan intelektual
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pembelajar otonom dan mandiri.banyak masalah yang ada dilingkungan
peserta didik.
Dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan peserta didik dalam situasi lingkungan.
Kepekaan tersebut bukan hanya diwujudkan dalam perasaan tetapi ada langkah-langkah
praktis yang dapat dilakukan mereka untuk memberikn solusi bagi masalah
tersebut.indikator-indikator yang memberikan peluang munculnya masalah-masalah dan
memerlukan penyelasaian,serta membutuhkan kemampuan berpikir ilmiah adalah indicator
yang lebih tepat digunakan PBI. Tujuan PBI adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.kerja sama yang


dilakukan PBI dilakukan dalam mendorong munculnya berbagai keterampian inquiri
dan dialog dengan demikian akan berkembang keterampilan social dan berpikir.
2. Permodelan peranan orang dewasa yang ountentik.
3. Pembelajar yang otonom dan mandiri.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PBI
Berikut akan dijelaskan beberapa kelebihan dan kekurangam dalam pembelajaran problem
based instruction:
a. Kelebihan
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar
diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk berkerjasam dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktip dalam KBM
5. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut. keterampilan
berpikir siswa yang lebih tinggi.
Setelah mengetahui beberapa kelebihan dari model pembelajaran PBI ternyata juga terdapat
beberapa kekurangan atau kelemahan dari model PBI itu sendiri yaitu :
1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
3. Membutuhkan waktu yang banyak.
4. Menutut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
D. KARAKTERISTIK PBI
Menurut trianto(2009 : 93) , ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran berbasis
masalah , diantaranya yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah ( memahami masalah).
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. Penyelidikan autentik
4. Menghasilkan produk dan memamerkan.
5. Kolaborasi atau kerja sama

E. Langkah-langkah problem based instruction


Menurut trianto (2009:98), langkah-langkah atau tahapan pembelajaran model pembelajaran
problem based instruction, yaitu:
1) Tahap pertama, yaitu orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan.
2) Tahap kedua, yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3) Tahap ketiga, yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok guru
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karyaguru membantu
siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan
model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
5) Tahap kelima, yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan.

SOAL LATIHAN
1) Apa saja yang dilakukan kerja sama dalam model PBI ?
2) Apa tujuan guru memberikan scaffolding pada peserta didik ?
3) Apakah model PBI bisa diterapkan dikels rendah ?
4) Bagaimana cara seorang guru mengatasi kekurangan pada pembelajaran pbi ?
5) Apakah model PBI ini beda disetiap tingkatan?

DAFTAR PUSTAKA
Arends Richard. 1997. classroom instruction and management. New york: Mac Millan
publishing.
Muslich, Mansur. 2009. pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta:Bumi
Aksara.
Hanafi, Nanang dan cucu suhana. 2012. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT Refika
aditama.
Rusman. 2013. Model -model pembelajaran. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Suprihatiningrum, jamil.2012. strategi pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz meda tuti
purwoningsih. Model pembelajaran PBI pada fisika.
BAB 7
MODEL PEMBELAJARAN
SNOWBALL THROWING

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING


A.Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball throwing adalah pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi
UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to
do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning tobe) (Depdiknas, 2001:5). Snowball throwing adalah suatu model
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaannya) lalu dilempar kesiswa
lainnya yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh
(Arahman, 2010: 3).
Strategi pembelajaran Snowball Throwing (ST) atau yang juga sering dikenal
dangan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari
game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain.
Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar
segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru.
Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit
kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Miftahul Huda 2013:226). Pada
pembelajan ST, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru.
Kemudian, masing-masing siswa membuat pertanyaan diselembar kertas yang
dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain. Siswa yang
mendapat lemparan kertas harus menjawab pertanyan dalam kertas yang diperolah.

Model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran


yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing
anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan
membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar kemurid yang lain
selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid
menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Kegiatan melempar bola
pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak
hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi, mereka juga
melakukan aktivitas fisik, yaitu menggulung kertas dan melemparnya pada siswa lain.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada
gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam
bola kertas.
Dalam model Snowball Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau
informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata atau situasi yang kompleks. Guru
juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan
menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi
alamiah, baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diawali ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh. Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball
throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif
karena mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional
yang ada dalam diri siswa. Di sini, siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan
dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan
kemampuan analitas dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi
berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

A. Langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing


a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
b. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok

e. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk


menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
f. Kemudian ketas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu siswa kesiswa yang lain selama ± 5 menit.
g. Setelah siswa dapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian.
h. Evaluasi
i. Penutup

Untuk melaksanakan model pembelajaran dengan menggunakan snowball throwing, pendidik


perlu melakukan beberapa persiapan. Persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan, minimal 25 pertanyaan singkat, lebih


banyak lebih baik.
2. Guru menyiapkan bola kecil (bisa bola karet atau bola kain), yang akan digunakan
sebagai alat lempar.
3. Guru menerangkan cara bermain snowball throwing kepada siswa.

Aturan atau cara bermain snowball throwing adalah sebagaimana diterangkan berikut:
1. Guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa.
2. Siswa mendapat bola melemparkannya kesiswa yang lain, boleh secara acak atau
secara sengaja.
3. Siswa yang mendapatkan bola dari temannya melemparkannya kembali kesiswa
lainnya.
4. Siswa ketiga/siswa terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah
disiapkan oleh guru.
5. Mengulangi terus metode diatas, sampai soal yang disediakan habis atau waktu habis.
6. Guru membenarkan jika jawaban benar, menegaskan apabila kurang pas dan
menerangkan /

B. Kelebihan dan Kekurangan model Pembelajaran Snowball Throwing

Kelebihan model Pembelajaran Snowball Throwing

1. suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan


melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan siswa lain.
3. membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu yang
dibuat temannya seperti apa.
4. siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
5. pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam
praktik.
6. pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. aspek koknitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.

Kekurangan Model Snowball Throwing.


1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa
yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa
biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh yang telah
diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama tapi tidak menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan model ini dapat tertutupi dengan cara berikut.

1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan aplikasinya.
2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok
dan pembuatan pertanyaan.
3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi.
4. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang
berbeda.
5. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian
kuis individu dan penghargaan kelompok.
SOAL LATIHAN

1) Apa yang kamu ketahui tentang model snwball throwing?


2) Apakah kamu sudah mencoba dengan model pembelajaran snowball throwing?
3) Sebutkan langkah” model pembelajaran snowball throwing?
4) Apa kelebihan model pembelajaran snowball throwing?

DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. 7 Tips Aplikasi Pakem . Pati : Diva Press

Kemp, Dick and Carey, The System Design Of Intruction. Florida : Harper Collins
Pub;isshes. 1985

Riyanto, Yatim. 2010. Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup

Miarso,Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: cetakan ke


dua. Prenada media

http://www.sriudin.com/2012/07/model-pembelajaran-snowball-throwing.html. diunduh
tanggal 6 Desember 2012 pukul 19:45 WIB
BAB 8
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVA LEARNING TIPE STAND

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAND


A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Menurut pendapat slavin Pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran tipe
kooperatif, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang
terdiri dari laki-laki maupun perempuan, yang memiliki kemampuan berbeda-beda
(Esminarto:2016). Pendapat dari Trianto pembelajaran STAD ialah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap
kelompok 4-5 peserta didik yang terdiri atas berbagai unsur yang berbeda sifat serta berlainan
jenis (Rakhmawan:2014).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran untuk tempat siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkatan kemampuan siswa
yang berbeda, untuk menguasai materi dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota
saling bekerja sama secara kolaboratif dan membantu memahami materi, serta membantu
teman untuk menguasai bahan pembelajaran. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu dengan yang
lain sebagai satu tim.

Erman mengemukakan bahwa, ”Model student teams achievement division (STAD)


tergolong pada model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang terdiri atas
kelompok kecil yang bekerja sama sebagai satu tim untuk memecahkan masalah, melengkapi
tugas atau menyelesaikan tugas bersama”. Dengan demikian, model student teams
achievement division (STAD) merupakan model pembelajaran yang dapat merangsang
aktivitas siswa untuk mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan dalam pembelajaran
(Maulana, panji:2017).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD, bekerja dalam kelompok sehingga siswa dapat
menumbuhkan kemauan kerja sama, berpikir kritis, termotivasi, bertanggung jawab terhadap
kelompok. Siswa memiliki kemampuan untuk membantu teman dan terhadap diri sendiri
dalam mengikuti kuis nantinya guna mencapai suatu tujuan yaitu mendapatkan penghargaan
tim yang super. Adanya evaluasi, siswa mampu merangkum pelajaran yang diterima dari
penjelasan guru maupun hasil kerja kelompok yang dilakukan. Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari dimana siswa tidak diperbolehkan bekerja sama
(Wardana, Ika: 2017).
Model pembelajaran ini memacu kerja sama siswa melalui belajar dalam
kelompok yang anggotanya beragam agar saling mendorong dan membantu satu sama
lain dalam suasana social yang beragam untuk menguasai keterampilan yang sedang
dipelajari. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja sama
dalam kelompok kecil yang secara kolaboratif anggotanya 4-5 orang dengan struktur
kelompok hiterogen.

Model STAD lebih mementingkan sikap partisipasi peserta didik dalam


mengembangkan potensi kognitif dan efektif antara lain: (1) relatif mudah
menyelenggarakannya, (2) mampu memotivasi siswa dalam mengembangkan potensi
individu, terutama kreatifitas dan tanggung jawab dalam mengangkat citra kelompoknya,
(3) melatih siswa untuk bekerja sama dan saling tolong menolong dalam kelompok, (4)
siswa mampu menyakinkan dirinya dan orang lain bahwa tujuan yang ingin dicapai
bergantung pada cara kerja mereka, bukan karena keberuntungan, (5) siswa mampu
berkomunikasi verbal dan nonverbal dalam bekerja sama, (6) meningkatkan keakraban
antar siswa (Wulandari, 2022).

B. Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe STAD


1. Pembelajaran secara tim. Setiap anggota tim mampu membuat setiap siswa belajar, se
tiap tim harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kriteria keberhasila
n pembelajaran ditentukan keberhasilan keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat he
terogen. Agar setiap anggota memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Dalam manajemen kooperatif memiliki empa
t imigsi pokok antara lain fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan s
erta fungsi kontrol.
3. Keterampilan Bekerja Sama. Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama.
Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau clan sanggup berinteraksi dan ber
komunikasi dengan anggota lain.
4. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomu
nikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang telah
digunakan dalam berbagai mata pelajaran seperti matematika, bahasa, seni, IPA, sampai IPS
dan Pendidikan Agama Islam. Model pembelajaran ini pada tataran implementasinya
menggunakan pembauran kemampuan empat anggota kelompok yang berbeda, yakni
pembelajaran interaksi normatif, dilakukan dengan sadar dan bertujuan, dan menjadi
pedoman ke arah mana tujuan pendidikan akan diarahkan.

Selain itu juga Model pembelajaran Cooperative Learning Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi siswa yang berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat orang lain/teman, dan saling memberikan pendapat
(sharing ideal), selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau
pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan
karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam menghadapi tugas yang
dihadapi.

C. Langkah-langkah model pembelajaran STAD


1. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran men
urut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelomp
ok.
4. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai sem
ua anggota dalam kelompok itu mengerti.
5. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.
6. Memberi evaluasi
7. Kesimpulan.
D. Fase Pembelajaran Model Stad
Model pembelajaran STAD, peserta didik diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara
guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator peserta didik (Agus Suprijono: 2011).
Menurut trianto Fase-fase pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division) Fase Kegiatan Guru Antara lain:

 Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pel
ajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
 Fase 2 Menyajikan/ menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa de
ngan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
 Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kep
ada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelomp
ok agar melakukan transisi secara efisien.
 Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok - kelomp
ok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
 Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau m
asing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya ma
upun hasil belajar individu dan kelompok.

E. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad


Slavin kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: Setiap siswa
memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompok
Menurut dan posisi anggota kelompok. Menggalakan interaksi secara akti dan positif
sehingga bentuk kerjasama anggota kelompok yang menjadi lebih baik. Membantu siswa
untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas ras, suku, agama, gender, kemampuan
akademIs yang lebih banyak dan beragam (Slavin, Robert.E: 2015).
Kelebihan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma k
elompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpenda
pat.

F. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad


Sedangkan kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Kurniasih yakni sebagai berikut:

1. Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sa
ngat menyita waktu. Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan
khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.
2. Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat menyebabkan guru kurang maksimal da
lam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan.
3. Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitu
ng skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata kelompok yang harus dilak
ukan pada setiap akhir pertemuan.
4. Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan pembelajaran (Kurniasih, Imas da
n Sani, Berlin: 2015).
Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division) sebagai berikut:

1. Sejumlah siswa mungkin banyak yang bingung karena belum terbiasa dengan perlaku
an seperti ini.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kuri
kulum.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak
dapat menerapkan model ini
SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division)?
2. Apa Karakteristik dari model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?
3. Sebutkan Langkah-langkah dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!
4. Sebutkan kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!
5. Sebutkan kelemahan dari model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD!

DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams


Achievement Division ) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda, 4(1).

Rakhmawan, Dedi, Julianto. (2014). Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Untuk
Meningkatkan Hasil pada Sekolah Dasar. Vol.02, No. 03. Hal 3-5
BAB 9
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE NHT


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran
konstruktivis kooperatif. Ini dapat dilihat pada salah satu teori Vigotsky adalah penekanan
pada sifat sosiokultural. Dalam pembelajaran Vigotsky, fase mental lebih tinggi yang
biasanya muncul dalam percakapan atau kolaborasi di antara individu. Implikasi teori
Vigotsky membentuk pengaturan kelas kooperatif. Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk menciptakan situasi bagi individu untuk keberhasilan yang didorong oleh fungsi
dan peran kelompok mereka untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran, kemampuan
akademik, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial (Maman
dan Rajab, 2016: 174-175).

Menurut Anita Lie dalam Untari (2008:59) supaya pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang
harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal
diantaranya:

1. Saling ketergantungan positif

2. Tanggung jawab perseorangan

3. Tatap muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok

A. Tujuan Dari Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).

Susanto (2014 : 229), tujuan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
agar pemahaman siswa berceritamelalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas
perkelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam
merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada kerja sama itulah diharap kan
siSwati daN mengalami kesulitan atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang
dipelajarinya. Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam
mengungkapkan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat.

B. Ciri-Ciri Dari Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)


Menurut Susanto (2014 : 231), adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :

1. kelompok heterogen.

2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan

3. Berpikir bersama (head together).

model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi
informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga
siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

Menurut Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran
yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya
kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

C. karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai


berikut

1. Pembelajaran Secara Tim

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. tim merupakan tempat
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi,
yaitu:

a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa


pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus
dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai
tujuan, dan lain sebagainya.

b. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan hahwa pembelajaran kooperatif


memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan
efektif.
c. Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
nontes.

3. Kemauan untuk Bekerja Sama

pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya


prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa
kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Kemampuan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembe lajaran
secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.

D. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together


(NHT)

Menurut Nasrun (2016: 2), berdasarkan paparan penelitian setiap siklus dapat
dinyatakan sebagai berikut:

1. Perencanaan sebelum melakukan penelitian terlalu banyak hal pertama yang


dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT). Dalam hal ini
bagaimana penelitian melakukan tinjauan terhadap kurikulum, terutama kurikulum
sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin
dicapai dalam mata pelajaran Matematika yaitu membuat skenario pembelajaran
dengan menerapkan

model pembelajaran Number Heads Together (NHT), membuat rencana


pembelajaran, membuat lembar kerja siswa, membuat lembar observasi untuk melihat
bagaimana suasana belajar di kelas, menyiapkan media pembelajaran untuk
membantu siswa. Untuk mengetahui kapasitas siswa untuk menerapkan model guru
Number Heads Together (NHT) membuat lembar kerja sebagai pengamatan tabel
eksperimen telah dilakukan. Adapun untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model Number Heads
Together (NHT) peneliti membuat lembar observasi untuk siswa dan guru, sebagai
alat pengumpulan data. Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama berlangsung untuk
satu pertemuan dengan lamanya waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit.
Pertemuan untuk penyediaan tes kemampuan awal untuk menentukan

2. pemahaman siswa tentang materi akan diberikan pada saat yang sama menyelidiki
apakah pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dari materi yang akan diajarkan
telah dimiliki oleh siswa. Pada awal pertemuan sebelum memberikan materi, guru
pertama-tama menyerahkan pengetahuan prasyarat materi yang akan diajarkan bahwa
ada gambar pada pupil mata pelajaran yang akan dipelajari, setelah memberikan
gambaran awal tentang materi yang akan diajarkan. , guru menceritakan tujuan
pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar belajar, Setelah
menyampaikan tujuan mempelajari materi pembelajaran mulai kepada guru
menyajikan materi pokok / informasi dengan menerapkan model Number Heads
Together (NHT), setelah itu guru kemudian membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil yang anggotanya berjumlah antara 3-5 orang. Implementasi
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together
(NHT) yang diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan RPP
yang telah ditentukan. Dimeningkatkan motivasi belajar siswa guru untuk memberi
penghargaan (penguatan) kepada seorang siswa yang mampu menyelesaikan tugas
yang diberikan kelompok, siswa pada pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dari guru0. Penghargaan yang diberikan oleh
guru dalam bentuk ibu jari mengajar, nilai
tambahan dll. Murid kemudian bekerja Lembar Kerja Murid (LKM). Selama
penerapan model pembelajaran siswa Number Heads Together (NHT) harus
sepenuhnya memahami teks cerita dan drama yang dilakukan oleh anak sebagai bahan
pilihan dalam penelitian ini, sehingga siswa dapat menguasai materi secara
menyeluruh.

3. Observasi, pada tahap ini dilakukan proses pengamatan terhadap pelaksanaan


tindakan dengan menggunakan aplikasi model pembelajaran lembar observasi Nomor
Kepala Bersama (NHT) yang telah dibuat dan melaksanakan evaluasi berupa tes
pencapaian siklus I. Pada Pada tahap ini, peneliti mengamati dengan memperhatikan
segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran awal hingga akhir penelitian,
peneliti memantau aktivitas pembelajaran yang digunakan guru dengan metode
eksperimen. Peneliti memperhatikan aktivitas guru ketika pembelajaran berlangsung
dengan mengacu pada format penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selain
itu, para peneliti juga memperhatikan aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung berdasarkan format penelitian yang telah disiapkan.

4. Refleksi, setelah melalui tahapan pelaksanaan dan pada tahap pengamatan yang sama
dan diakhiri dengan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan maka tahap refleksi
selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap informasi yang diperoleh
bahwa ada siswa yang melakukan kegiatan lain selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Ini mungkin terjadi karena siswa sebelumnya sudah terbiasa menerima
secara pasif bahan ajar. Hal ini perlu dilanjutkan pada siklus kedua dengan
memperhatikan aspek-aspek di atas

.
E. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads
Together

Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads Together


merupakan strategi yang menempatkan peserta didik belajar dalam kelompok 4-6 orang
dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda-beda. Dalam
belajar kelompok masing-masing anak diberi nomor pin, setelah mereka selesai berdiskusi
dalam menjawab pertanyaan guru, guru akan memanggil salah satu nomor dan peserta didik
yang disebutkan nomornya oleh guru harus mewakili masing-masing kelompoknya untuk
menyampaikan hasil diskusi kepada semua temannya. Oleh karena itu, dengan metode NHT
Numbered Heads Together ini peserta didik lebih aktif karena mereka semua harus benar-
benar siap dalam menjawab pertanyaan, karena mereka belum tahu siapa yang kan mewakili
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.

Supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif,
maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan
kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya:

1. Saling ketergantungan positif

2. Tanggung jawab perseorangan

3. Tatap muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok

Menurut Untari (2017:59-61) Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered


Heads Together (NHT). Ada enam tahap pembelajaran kooperatif tipe numbered-heads
together (NHT) yaitu;

a) Tahap 1 Pembagian Kelompok dan Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam


kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1 sampai 5.
b) Tahap 2 Mengajukan pertanyaan.Guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.

c) Tahap 3 Berpikir. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan


setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

d) Tahap 4 Menjawab,Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang


nomornya sesuai mengacungkan tangan dan melaporkan hasil kerjasama kelompok
mereka.

e) Tahap 5 Tanggapan,Tangggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk


nomor yang lain.

f) Tahap 6 Kesimpulan.Guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan


tersebut.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim


dalam Susanto (2014 : 232) terdiri dari 6 langkah sebagai berikut :

1. Persiapan Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario


Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Pembentukan kelompok Hal ini disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif


tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang social, ras, suku jenis kelamin, dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudah kan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai
yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

F. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

NHT setiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, 4. Pertanyaan yang diminta dari kelompok.
Kelompok-kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan itu sehingga semua dapat
secara verbal. Jawab pertanyaan itu. Guru memanggil sejumlah (dua) dan masing-masing.
Dua diminta untuk memberikan jawaban. Struktur ini digunakan untuk saling membantu dan
saling mendorong dalam memahami materi (Agrawal dan Nagar. 2011 : 103 – 105).

Menempatkan siswa dalam kelompok dan mengharapkan mereka untuk bekerja sama tidak
akan selalu meningkatkan kerja sama. Anggota kelompok sering bergumul dengan apa yang
harus dilakukan dan perselisihan dapat terjadi ketika anggota bergulat dengan tuntutan tugas
serta mengelola proses yang terlibat dalam pembelajaran seperti berurusan dengan pendapat
yang bertentangan di antara anggota atau dengan siswa yang pada dasarnya bermalas-
malasan dan berkontribusi sedikit pada kelompok tujuan (Johnson & Johnson, 1990)(Gillies.
2016 : 40)|.
Pada dekade terakhir ini telah tumbuh minat di antara ESL/EFL. Guru dalam menggunakan.
Kegiatan belajar kooperatif. gunakan Dengan kerja sama, para siswa bekerja sama dalam
kelompok. Yang ukuran biasa adalah dua sampai empat anggota. Akan tetapi, kerja sama
yang kooperatif lebih dari sekadar. Puting siswa dalam kelompok dan memberikan mereka
sesuatu untuk dilakukan. Prinsip-prinsip kerja sama yang kooperatif. Dan teknik adalah alat
yang guru untuk mendorong saling membantu dalam kelompok. Dan partisipasi aktif dari
semua anggota.

a. Setiap siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang mendapat nomor: 1.2. 3,
atau 4.

b. guru atau seorang siswa mengajukan pertanyaan yang menguat dalam teks kelas
adalah membaca.

c. Siswa di setiap kelompok menempatkan kepala mereka bersama-sama untuk datang


dengan jawaban atau. Jawaban. Mereka juga harus siap memberikan dukungan untuk
jawaban mereka (s) dari. Teks dan/atau dari pengetahuan lain.

d. Guru calis nomor dari I ke 4. Orang dengan jumlah itu memberikan dan. Menjelaskan
jawaban kelompok mereka.

SOAL LATIHAN

1) Apa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together?


2) Sebutkan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif learning tipe numbered
head together?
3) Sebutkan karakteristik pembelajaran kooperatif tipe nht?
4) Jelaskan menurut anda apa itu pembelajaran kooperatif nht?
5) Strategi apa yg dilakukan dalam penerapan kooperatif tipe nht?
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia

Darmayanti, 1997. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah.Jakarta : Depdikbud


Degeng.I Nyoman. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang : Depdikbud

Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Diklat KTSP. 2009. Modul Penataran KTSP. Karanganyar: Diknas

Hanif N, 2005. Saya Senang Berbahasa Indonesia Kelas IV.Jakarta : Erlangga

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mohammad Nur, 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA


BAB 10
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE ( TGT )
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE TGT
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu pembelajaran


dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil serta
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah
interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,dan peserta didik dengan guru.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat saling
membelajarkan sesame peserta didik lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang


dilakukan oleh peserta didik di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran telah
ditetapkan. Terdapat empat halpenting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1)
adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main dalam kelompok, (3) adanya
upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana peserta didik dapat bekerjasama dalam
kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian
dari peserta didik untuk mencapai tujuan kelompok, peserta didik harus merasakan bahwa
mereka akan mencapai tujuan, maka peserta didik lain dalam kelompoknya memiliki
kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota
kelompokPembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau pendekatan,
diantaranya:STAD (Student Team Achievement Division), Jigshaw, Investigasi Kelompok
(Group Investigation), Model Make a Tach(MembuatPasangan), TPS (Think Pair And Share),
TGT (Teams Games and Tournament), NHT (Numbered Heads Together).
B. Pengertian Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward.
Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan
kerja sama antar personal. Dalam pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok.

Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode
STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecuali satuhal, TGT
menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan
individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara mereka. Teman satu tim atau kelompok akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik sedang
bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan guru perlu
memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Dalam pembelajaran kooperatiftipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar
secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompo kmasing-masing. Dan
kemudian mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai
dengan tingkat kemampuannya.

TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan peserta didik bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKPD kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang
tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung
jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru. Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan dalam pelaksanaanya tidak
adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain
mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh peserta didik
untuk memperoleh konsep yang diinginkan.

C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:

1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau sering
juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-
benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu
peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan
karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok.

2. Belajar dalam Kelompok (Teams)

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan


(prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras.
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar)
bertugas untuk mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik
adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan
kesalahan.

3. Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba
oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-masing. Peserta
didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.

4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi.
Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta
didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja
I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan
“Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-
40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para
peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

D. Penggunaan Model Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran Teams Games


Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat diterapkan dalam


berbagai macam mata pelajaran. Terutama bagi peserta didik tingkat SD dan SMP yang masih
suka bermain. Model pembelajaran ini pernah dipraktekkan pada kelas IV SD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan sesuai pembelajaran TGT dengan bernuansa CTL yang diantanranya
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan model pembelajaran kooperatif serta pemecahan
masalah dengan memperhatikan fase-fase yang ada di dalamnya dan karakteris materi yang
akan disampaikan. Pembelajaran dilakukan di laboratorium bahasa yang ada di sekolah,
untuk

melaksanakan pembelajaran dengan berbantuan CD pembelajaran. Hasil yang


diperoleh dari proses pembelajaran TGT pada peserta didik kelas IV SD berbantuan media
animasi grafis berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas
sebesar 80% serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas
dengan bantuan alat peraga.

Model pembelajaran TGT juga pernah dilakukan dalam pembelajaran toksikologi,


khususnya kelas yang tingkatnya sudah lebih tinggi. Hasil belajar mahasiswa dengan
menggunakan salah satu metode pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan pembelajaran sebelumnya yang hanya menggunakan metode ceramah dan
resitasi. Mahasiswa lebih antusias dan bersemangat untuk mengeluarkan pendapatnya, yang
berarti mahasiswa lebih banyak belajar untuk dapat beragumentasi. Mahasiswa yang kurang
mampu akan dapat memperoleh bagian dari kelompoknya dan akan berusaha belajar dengan
baik, karena semua anggota kelompok harus aktif.

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments


(TGT)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:

1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam
model ini.

Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:

1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya
membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan
akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

SOAL LATIHAN

1. Menurutmu, apakah yang dimaksud dengan pembelajaran TGT ?


2. Ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, jelaskan.
3. Apakah kamu akan menyukai pembelajaran dengan tipe TGT? Sebutkan alasanmu
jika ya atau tidak.
4. Sebutkan kelebihan dari pembelajaran TGT.
5. Sebutkan kelemahan dari pembelajaran TGT.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta:


Rajawali Pers

Sinambela, Masdiana.2009.Model Belajar Teams Games Tournament (TGT) untuk


Mengefektifkan Perkuliahan Toksikologi.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41094144.pdf. (14 September 2012).
Purwat, Heni. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Penerapan TGT Berbantuan
Animasi Grafis pada Materi Pecahan Kelas IV.
ejurnal.ikippgrismg.ac.id/indeks.php/aksioma/issue/archive (14 September 2012)

BAB 11
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING GI
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE GI
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning melatih peserta didik menyumbangkan ide dan
bekerja sama dalam belajar serta bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing
(Slavin, 2009:10). Model pembelajaran ini memiliki enam karakteristik (Slavin,2009:26-28)
antara lain:

a. Tujuan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan


beberapa bentuk dan tujuan kelompok. Sertifikat atau rekognisi lainnya diberikan
kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama dengan
skor kelompok atau nilai rata-rata kuis. Yang kedua spesialisasi tugas dimana peserta
didik memiliki tanggung jawab masing-masing.

c. Kesempatan sukses yang sama dari poin kemajuan, kompetisi dengan yang setara,
atau adaptasi tugas terhadap tingkat kinerja individual.

d. Kompetisi tim sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik bekerja sama dengan
anggota tim lainnya.

e. Spesialisasi tugas supaya setiap anggota kelompok punya peranan penting.

f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.

Slavin (2009:34-40) menyatakan terdapat dua teori yang membuat kelompok kerja dapat
berjalan yakni :

1. Teori Motivasi. Teori ini menfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
peserta didik bekerja. Struktur tujuan tersebut antara lain :
• Pertama kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
berkontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya.
• Kedua kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu yang
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
• Ketiga individualistik dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak
memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan lainnya.
Untuk mencapai keberhasilan tim, tiap anggota kelompok harus saling membantu satu
sama lain dan mendorong agar melakukan usaha yang maksimal.

2. Teori Kognitif. Teori ini berhubungan dengan pengaruh dari kerja sama itu sendiri
apakah kelompok tersebut meraih tujuan atau tidak. Teori kognitif terbagi menjadi
dua kategori yakni :
a. Teori pembangunan merupakan interaksi diantara para peserta didik yang
berkaitan dengan tugas yang sesuai untuk meningkatkan penguasaan terhadap
kritik dan prestasi. Peserta didik akan saling belajar satu sama lain dalam
diskusi baik mengenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, alasan
yang kurang tepat akan keluar, dan pemahaman yang lebih tinggi akan
muncul.

b. Teori elaboratif kognitif merupakan saling bertukar informasi kepada orang


lain mengenai materi yang dipelajari. Dimana peserta didik mengambil peran
sebagai pembaca dan pendengar. Yang satu membaca teks dan kemudian
merangkum informasi sementara pendengar mengoreksi kesalahan, mengisi
materi yang hilang, dan memikirkan bagaimana agar saling mengingat gagasan
utamanya.
Cooperative learning memberikan kepada peserta didik untuk melengkapi tugas dengan
mengembangakan pertanyaan, mengumpulkan informasi, merangkum, dan menciptakan
sebuah karya. Peserta didik akan saling bertukar pikiran dan informasi untuk berkontribusi
terhadap timnya. Setiap anggota memiliki tanggung jawab dan peran dalam tim. Elemen-
elemen yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif antara lain saling ketergantungan
yang positif, tanggung jawab setiap individu, keterampilan komunikasi dan interpersonal
serta refleksi (Sharan,1992). Model pembelajaran cooperative learning meliputi

a. Student Teams-Achievment Divisions (STAD)

b. Team Game Tournament (TGT)


c. Team Asisted Individualizations (TAI)

d. Cooperative Integrated Reading and Compositions (CIRC)

e. Group Investigation

f. Jigsaw

g. Learning Together

h. Complex Instruction

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran kooperatif adalah perilaku dalam


kelompok seperti pengajaran oleh teman, penilaian mutual, perluasan kognitif, serta
penghargaan kelompok sebagai motivasi (Slavin,2009:92).

B. Sejarah Group Investigation


John Dewey (1916) merupakan seorang pakar yang mengembangkan gagasan investigati
kelompok (Group Investigation) dan disaring oleh banyak guru, kemudian dikembangkan
oleh Herbert Thelen. Herbert Thelen (1960) menyatakan bahwa pendidikan dalam masyarakat
demokratis seharusnya mengajarkan proses demokrasi secara langsung. Bagian terpenting
dari pendidikan siswa seharusnya merupakan penelitian kooperatif untuk memecahkan
masalahmasalah sosial dan akademik. Pada dasarnya model ini merupakan organisasi dari
beragam model pengajaran sosial, yang didalamnya berbagai model lain yang relevan dapat
diterapkan dan dikombinasikan bersama. (Joyce dan Weil, 2009). Investigasi kelompok telah
diterapkan pada semua bidang pelajaran, pada siswa disemua tingkatan umur, dan bahkan
digunakan sebagai model pengajaran sosial yang paling inti oleh kebanyakan sekolah.
(Chamberlin dan chamberlin, 1943;Joyce, Calhoun, dan Hopkins, 1999 dalam Joyce dan
Weil, 2009).

Model ini dirancang untuk membimbing siswa dalam memperjelas masalah, menelusuri
berbagai perspektif dalam masalah tersebut, dan mengkaji bersama untuk menguasai
informasi, gagasan dan skill yang secara simultan model ini juga dapat mengembangkan
kompetensi sosial mereka. Guru mengelola dan menertibkan proses kelompok, membantu
siswa menemukan dan mengelola informasi dan memastikan bahwa ada tingkat kegiatan dan
pembahasan yang dinamis
C. Teori Group Investigation
Group investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas dimana peserta didik
bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok,
maupun proyek kooperatif. Setiap kelompok memilih topik-topik dari unit yang telah
dipelajari seluruh kelas, membagi tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk mempersiapkan laporan kelompok dan mempresentasikan hasilnya (Slavin,2009:24-
25).

Hal ini dinyatakan pula oleh Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa
penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang
mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun
pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan
tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan
dan mendapatkan pengalaman yang berharga

Group investigation memiliki tiga konsep utama yakni pertama penemuan (inquiry)
merupakan proses dimana peserta didik dirangsang untuk menemukan suatu masalah dan
perlu memberikan reaksi terhadap masalah tersebut serta menyelesaikannya. Kedua
pengetahuan berdasarkan pengalaman yang diketahui oleh peserta didik. Ketiga dinamika
kelompok yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai
sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan bertukar ide, informasi, dan pendapat
satu sama lain ( Joyce dan Weil, 2009).

Zingaro (2008:3) menyatakan group investigation merupakan model pembelajaran


membahas topik yang menarik bagi peserta didik untuk dipelajari dan diinvestagasi di dalam
kelas serta terjadinya interasksi antar anggota kelompok untuk bekerja sama. Agar
pembelajaran berlangsung efektif dibutuhkan pendidik yang memahami tentang pembelajaran
kooperatif. Selain itu, harus memiliki kemampuan perencanaan dan cara bekerja sama,
memilih topik yang autentik dan relevan, memungkinkan banyak pertanyaan, dan dapat
diakses dari berbagai sumber. Keterampilan sosial seperti komunikasi, manajemen konflik,
cara pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan teori pembangunan dibutuhkan untuk
diajarkan kepada peserta didik (Tsoi,dkk.2004:12).
Slavin (2009:216-217) menyatakan hal yang terpenting bagi group investigation
adalah perencanaan kooperatif siswa. Setiap anggota kelompok mengambil bagian dan
perannya masing-masing. Bersama menentukan apa yang akan diinvestigasikan,
menyelesaikan masalah yang dihadapi, mengumpulkan sumber informasi, dan bagaimana
menampilkan proyek. Hal tersebut akan mendorong saling ketergantungan satu sama lain.
Kemampuan ini harus dilatih secara bertahap agar proses pembelajaran berlangsung seperti
yang diharapkan.

D. Tahap-Tahap Group Investigation


Tahapan model pembelajaran group investigation antara lain (Joyce dan Weil,2009) :

A. Tahap pertama : menyajikan situasi yang terencana atau tidak terencana

B. Tahap kedua : menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi

C. Tahap ketiga : merumuskan tugas dan mengaturnya dalam pembelajaran

D. Tahap keempat : studi yang mandiri dan berkelompok

E. Tahap kelima : menganalisis perkembangan dan proses

F. Tahap keenam : mendaur ulang aktivitas

Adapun Sharan dkk. (1994) telah menetapkan enam tahap group investigation seperti
berikut ini:
5. Tahap pengelompokkan (grouping)/ pemilihan topik: Siswa memilih berbagai sub topik
dari sebuah bidang maslah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru.
Mereka selanjutnyadiorganisasikan kedalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

6. Tahap perencanaan kooperatif (planning): Siswa dan guru merencanakan prosedur


pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah
dipilih pada tahap pertama.
7. Tahap penyelidikan (investigation)/ implementasi: Siswa menerapkan rencana yang telah
mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya
melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan guru harus mendorong siswa
untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang
berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait


dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki.

b. Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan


kelompok.
c. Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mempersatukan ide dan
pendapat.

8. Tahap pengorganisasian (organizing)/ analisis dan sintesis: Siswa menganalisis dan


mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana
informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan
untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut:

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya


masingmasing

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana
mempresentasikannya

c. Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam

presentasi investigasi.
9. Tahap presentasi hasil final (presenting): Beberapa atau semua kelompok menyajikan
hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan
siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. Kegiatan pembelajaran
di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:

i. Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk


penyajian
ii. Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar
iii. Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan terhadap topik yang disajikan.
10. Tahap evaluasi (evaluating): Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang
berbeda dari topikyang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok
terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa
penilaian individual atau kelompok. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam
pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah
mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya

b. Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah


dilaksanakan

c. Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

E. Implikasi Group Investigation dalam Pembelajaran

Model pembelajaran group investigation menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi


dan sosial untuk mencapai kesuksesan tim. Dibutuhkan kerjasama untuk menyatukan gagasan
dan informasi yang diperoleh menjadi satu ide pokok. Untuk itu, model pembelajaran ini
sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi berhubungan dengan halhal semacam
penguasaan, analisis, sintesa informasi dengan upaya menyelesaikan masalah. Topik yang
dipilih bersifat multi aspek dapat menimbulkan rasa ingin tahu, menambah pengalaman, dan
wawasan dalam
menggali informasi (Sharan,1992). Slavin (2009:216) menyatakan tugas akademik harus
menyediakan kesempatan bagi setiap kelompok peserta didik untuk memberikan berbagai
macam konstribusi dan bukan dirancang hanya sekadar untuk bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat faktual.

Pendidik merancang sebuah topik yang cakupannya luas, dimana pserta didik selanjutnya
membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Subtopik merupakan sebuah hasil perkembangan
dari ketertarikan peserta didik untuk bertukar gagasan satu sama lain. Peserta didik mencari
informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber informasi seperti
buku, jurnal, media massa, institusi, maupun orang dengan berbagai gagasan, opini, data,
maupun solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Peserta didik kemudian
melakukan evaluasi dan sintesa informasi yang disumbangkan oleh setiap anggota kelompok
yang menghasilkan sebuah karya kelompok.

Materi yang cocok digunakan dalam implementasi group investigation ialah materi
yang kompleks dan menarik dimana dapat digali informasi berdasarkan teori pengetahuan
maupun pengalaman peserta didik. Misalnya materi pencemaran lingkungan, perkembangan
bioteknologi, dan konservasi lingkungan.

Hasil penelitian Setiawan (2009) menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep


materi kerusakan lingkungan dan pencemaran yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat
diketahui dari hasil tes kognitif. Berdasarkan tabel nilai rata-rata kelas semakin meningkat
dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus adalah sebesar 79,48 nilai rata-
rata siklus I adalah 89,74 dan siklus II sebesar 100. Hal ini berarti penerapan metode
pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP
Negeri 10 Surakarta. Metode pembelajaran Group Investigation merupakan metode
pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, siswa
yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan metode Group
Investigation sudah cukup inovatif sebanyak 39 siswa (95,12%) dan siswa yang setuju bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation dapat menambah referensi
belajar siswa sebanyak
39 siswa (95,12%). Pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation
denganmenggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode Group
Investigation siswa lebih berkreatifitas dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab.

Sangadji (2016) menyatakan pula bahwa cooperative learning metode GI dapat


meningkatkan prestasi belajar pada mahasiswa D3 Universitas Negeri Malang. Penelitian
dilakukan dalam dua siklus menggunakan kerangka kerja dari Joyce dan Weil. Hasil
penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan pada hasil pre-post test sebesar 25,87 %
siklus I dimana rata-rata nilai pre-test 49,83 sedangkan rata-rata nilai post-test 62,72 dan
post-test siklus II degan rata-rata nilai 79.78 peningkatan sebesar 27,20 %.

Kerans (2013) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa metode GI dapat


meningkatlan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas X D SMA negeri 1 Depok pada
pokok bahasan Ekosistem. Pada siklus I keaktifan sebesar 56,25% dan meningkat pada siklus
II menjadi 87,5%. Untuk hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 59,37% dan mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 100% siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM. Hasil
belajar siswa dilihat dari rata-rata kelas sebesar 71,45 dan mengalami peningkatan menjadi
82,17. Parchment (2009) mendukung bahwa GI merupakan metode yang efektif digunakan
dalam pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil penelitiannya pada topik dampak manusia bagi
lingkungan di kelas 9 tahun akademik 2008/2009 yang dibagi menjadi lima grup yang
heterogen dan membuat poster.

F. Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation dalam Pembelajaran


Adapun kelebihan group investigation bagi peserta didik adalah :

a. Melatih peserta didik untuk merencanakan dan mengorganisasikan peran setiap


anggota kelompok

b. Melatih peserta didik bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing dalam


kelompok
c. Meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi karena diharuskan dapat
menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi

d. Meningkatkan kreativitas supaya kelompoknya mendapatnya hasil yang terbaik

e. Melatih keterampilan berkomunikasi dengan baik karena diharuskan mampu


memberikan informasi yang diperoleh dan mengemukakan gagasan

Selain kelebihan group investigation, terdapat pula kekurangannya antara lain :

a. Hanya topik pembelajaran tertentu yang cocok menggunakan model group


investigation

b. Membutuhkan waktu yang cukup lama agar materinya tercapai dan dapat dipahami

c. Membutuhkan bimbingan dan pengawasan agar setiap anggota kelompok

d. Materi yang disampaikan dalam satu kali pertemuan tidak dalam cakupan

SOAL LATIHAN

1. . Sebutkan Dan Jelaskan Teori yang membuat kelompok kerja dapat berjalan?

2. Jelaskan Sejarah Group Investigation?

3. Sebutkan Tahap Tahap Group Investigation?

4. Sebutkan Kelebihan Group Investigation dalam Pembelajaran?

5. Sebutkan Kekurangan Group Investigation dalam Pembelajaran?


DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. and Weil, M. (1980). Model of Teaching. New Jersey : Prentice-Hall

Kerans, G. (2013).Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X D SMA
Negeri 1 Depok Yogyakarta pada Pokok Bahasan Ekositem melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Parchment, G.L. (2009). A Study Comparing Cooperative Learning Methods : Jigsaw and
Group Investigation. (Online). Tersedia : http://fisherpub.sjfc.edu/mathcs_etd_masters
(30 September 2018).

Sangadji, S. (2016). Implementation of Cooperative Learning with Group Investigation


Model to Improve Learning Achievement of Vocational School Students in Indonesia.
International Journal of Learning and Development. 6, (1), 91-103.
BAB 12
MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE TAI

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE TAI


1. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini
dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk
pemecahan masalah, ciri khas Pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok yang sudah dibentuk untuk didiskusikan dan
saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.Model pembelajaran kooperatif tipe
TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen
dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain
yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa
yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat
terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
TAI singkatan dari Team Assisted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran yaitu
untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan
siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam
pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok
diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan model pembelajaran kooperatif dan
model

pembelajaran individual, model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk
pemecahan masalah. Ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah: setiap siswa secara
individual belajar model pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama.

Suyitno (Arwadi, 2006:6) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap
siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam metode ini, diterapka bimbingan dalam kelompok
kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan
siswa yang le,ah dapat terbantu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu,
terdapat pula bantuan individu dari guru kepada siswa yang membutuhkan. Sharan, 2014
menyatakan, model pembelajaran TAI menjadi suatu model pengajaran yang dapat melibatkan
siswa berpartisipasi pada kelompoknya melalui pembelajaran individual.
2. Komponen-komponen Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif lainnya, Team Assisted Individualization terdiri atas delapan
unsur yang sangat berangkaian satu sama lain (Slavin, 2015) yaitu teams, placement test, teaching
group, student creative, team study, whole class units, fact test, team score dan team recognition.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki delapan komponen, yaitu :
a. Teams atau kelompok, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 6
siswa.
b. Placement test atau tes penempatan, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam
bidang tertentu.
c. Student Creative atau kreativitas siswa yaitu, kreativitas siswa melaksanakan tugas
dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team Study atau belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan secara individual kepada
siswa yang membutuhkannya.
e. Team Scores and Team Recognition atau skor kelompok dan pengakuan kelompok,
yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok da memberikan criteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara ce,erlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group atau pengajaran kelompok, yakni pemberian materi secara singkat
dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts Test atau tes fakta, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h. Whole Class Units atau unit-unit kelas keseluruhan yaitu pemberian materi oleh guru
kembali di akhir waktu pembelajaran deangan statergi pemecahan masalah.
3. Langkah-langkah dalam Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran TAI mempunyai langkah atau sintak pembelajaran untuk
diimplemetasikan dikelas menurut (Ariani, 2017) sebagai berikut.
1. Langkah pertama yaitu placement test, dimana tahap ini guru mengadakan tes awal
(pre-tes) pada siswa yang berfungsi guna mencari kelemahan dan kelebihan siswa
pada bidang yang dimiliki siswa.
2. Setelah melakukan pre-test langkah kedua yaitu teams, pada langkah ini guru
menyusun tim kecil dengan jumlah 4-5 siswa heterogen dilihat dari hasil pre-test
masing-masing siswa.
3. Langkah ketiga teaching group dilakukan setelah guru membentuk siswa dalam
kelompok, pada langkah ini guru menyediakan materi dengan ringkas sebelum tugas
berkolompok disampaikan pada siswa.
4. Langkah keempat yaitu student creative yaitu, guru menegaskan serta menyampaikan
pengertian pada siswa bahwa kesuksesan individu keberhasilan setiap individu
ditetapkan atas kesuksesan setiap kelompok masing-masing.

5. Langkah kelima yaitu team study, siswa belajar dengan tim mereka dengan
menyelesaikan soal dari guru disetiap kelompok. Guru menyediakan bantuan
individual pada masing-masing siswa, dibantu oleh siswa dengan kemampuan
akademis yang baik di tiap tim dan bertugas sebagai tutor sebaya.
6. Langkah keenam yaitu whole class units, ditahap ini setiap wakil kelompok
menyampaikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok laiinya menaggapi dengan
berbagai pertanyaan serta pada tahap
7. Langkah ketujuh yaitu fact test, pada tahap ini guru melaksanakan post-tes dan
peserta dil mengerjakan secara mandiri
8. penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara ce,erlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
9. Teaching Group atau pengajaran kelompok, yakni pemberian materi secara singkat
dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
10. Facts Test atau tes fakta, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
11. Whole Class Units atau unit-unit kelas keseluruhan yaitu pemberian materi oleh guru
kembali di akhir waktu pembelajaran deangan statergi pemecahan masalah
i.
4. Langkah-langkah dalam Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran TAI mempunyai langkah atau sintak pembelajaran untuk
diimplemetasikan dikelas menurut (Ariani, 2017) sebagai berikut.
1. Langkah pertama yaitu placement test, dimana tahap ini guru mengadakan tes awal
(pre-tes) pada siswa yang berfungsi guna mencari kelemahan dan kelebihan siswa
pada bidang yang dimiliki siswa.
2. Setelah melakukan pre-test langkah kedua yaitu teams, pada langkah ini guru
menyusun tim kecil dengan jumlah 4-5 siswa heterogen dilihat dari hasil pre-test
masing-masing siswa.
3. Langkah ketiga teaching group dilakukan setelah guru membentuk siswa dalam
kelompok, pada langkah ini guru menyediakan materi dengan ringkas sebelum tugas
berkolompok disampaikan pada siswa.
4. Langkah keempat yaitu student creative yaitu, guru menegaskan serta
menyampaikan pengertian pada siswa bahwa kesuksesan individu keberhasilan setiap
individu ditetapkan atas kesuksesan setiap kelompok masing-masing.
5. Langkah kelima yaitu team study, siswa belajar dengan tim mereka dengan
menyelesaikan soal dari guru disetiap kelompok. Guru menyediakan bantuan
individual pada masing-masing siswa, dibantu oleh siswa dengan kemampuan
akademis yang baik di tiap tim dan bertugas sebagai tutor sebaya.
6. Langkah keenam yaitu whole class units, ditahap ini setiap wakil kelompok
menyampaikan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok laiinya menaggapi dengan
berbagai pertanyaan serta pada tahap
7. Langkah ketujuh yaitu fact test, pada tahap ini guru melaksanakan post-tes dan
peserta didil mengerjakan secara mandiri.
8. Langkah kedelapan yaitu team score dan team recognition merupakan langkah
terakhir, dimana guru mengumumkan nilai setiap tim pada satu siklus serta
memberikan penghargaan pada kelompok yang paling baik dan hebat.
Menurut Sutirm (2013:36-37), Langkah-langkah model kooperatif tipe Team Assistes
Individualzation (TAI) sebagai berikut:

1. Tes penempatan; sebagai dasar pembentukan kelompok.


2. Pengelompokan; pembagian kelompok siswa dengan tingkat kemampuan yang
berbeda.
3. Memberikan bahan ajar; siswa diberikan lembar kerja yang berisi petunjuk belajar.
4. Belajar dalam kelompok; siswa lain dalam kelompok bertugas mengecek hasil kerja
temannya.
5. Penilaian dan poenghargaan kelompok.
5. Ciri-ciri kooperatif tipe TAI
Ciri-ciri model pembelajaran TAI (Team Assisted-Individualization atau Team
Accelerated):

1. Belajar bersama dengan teman

2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman

3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5. Belajar dalam kelompok kecil

6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

7. Keputusan tergantung pada siswa sendiri

8. Mahasiswa aktif dan yang paling utama adalah setiap siswa secara

6. Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif Tipe TAI

1. Kelebihan

a. Meningkatkan hasil belajar


b. Meningkatkan motivasi belajar
c. Mengurangi perilaku yang mengganganggu dan konflik antar pribadi
d. Program ini bisa membantu siswa yang lemah/ siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi belajar.
e. Model pembelajaran Team Assisted Individualization membantu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak
peserta didik bahwa matematika itu sulit.
f. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualizationpeserta didik
mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.

2. Kelemahan

a. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI).
b. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui,
kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri
dan sebagian mengganggu antar peserta didik lain.

Menurut Shoimin (2014:200) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TAI sebagai
berikut.

Kelebihan Model Pembelajaran TAI

1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.


2. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
3. Adanya tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.
4. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.
5. Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety).
6. Menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.
7. Menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan saling kerja sama
(cooperation).
8. Melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.
9. Mereka dapat berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan gagagsan,
konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.
10. Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (takeresponsibility) terhadap
teman lain dalam proses belajarnya.

Kekurangan Model Pembelajaran TAI

1. Sesuatu yang harus dipelajarai dan dipahami belum seluruhnya dicapai siswa.
2. Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah
beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.
3. Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh
prestasi atau pencapaian kelompok.
4. Tidak ada persaingan antar kelompok.
5. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.

SOAL LATIHAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang model pembelajaran kooperatif TAI?
2. Apakah kamu sudah mencoba model pembelajaran kooperatif TAI?
3. Bagaimana tanggapanmu?
4. Sebutkan langkah-langkah apa saja dalam model pembelajaran kooperatif TAI!
5. Jelaskan yang dimaksud model pembelajaran kooperatif TAI menurut para ahli!

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman, A. M. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada.
Sharan, S. 2014. The Handbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan
Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa Di Kelas. Grup Relasi Inti Media
Slavin, R. E. 2015. Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktek. Nusa Media.
Trianto. 2012. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi dan Tenaga
Kependidikan. Kencana
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning.Surabaya: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai