Anda di halaman 1dari 24

LANDASAN SOSIOLOGI SEBAGAI SALAH SATU

LANDASAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Siliwangi

Disusun Oleh:
Sofandra Krismadana W P 172154013
Nurul Habibah 172154065
Khairati Hanifah 172154073
Ela Nurlaela 172154090
Nadya Herdyana 172154105

JURUSANPENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Landasan Sosiologi
Sebagai Salah Satu Landasan Pendidikan di Indonesia” ini dapat tersusun hingga
selesai.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk mengetahui dan
memahami bagaimana peran landasan sosiologi dalam lingkungan pendidikan
yang ada di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak pihak
yang ikut berkontribusi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dede Nurul Komariah, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Landasan
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi;
2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian makalah ini; dan
3. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, dan masukan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 15 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Makalah................................................................ 2
D. Manfaat Makalah.............................................................. 2
BAB II ISI
A. Sejarah Teori-teori Sosiologi .................................................. 3
B. Pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan.......................................... 5
C. Perantara dan Ruang Lingkup Landasan Sosiologi Pendidikan........... 6
D. Tujuan Landasan Sosiologis Pendidikan.............................................. 7
E. Fungsi Kajian Landasan Sodiologis Pendidikan................................... 9
F. Implikasi Landasan Sosiologi Dalam Pendidikan................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................ 13
B. Saran.............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antar sesama
individu. Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi
ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat
itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling
dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak
terlepas dari unsur sosial budaya.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan tingkah laku
anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya. Unsur sosial yang terdapat
dalam proses Pendidikan merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek
tersebut sudah ada semenjak manusia dilahirkan.
Kajian sosiologi tentang pendidikan mencakup semua jalur pendidikan,
baik sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka  pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan
lembaga sosial pertama  bagi setiap manusia. Kegiatan pendidikan yang sistematis
terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja di bentuk oleh masyarakat.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong generasi millenial tentu akan
terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era
globalisasi. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam
dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah
cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.
Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia
pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak yang
berlandaskan sosiologi.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis merasa perlu untuk menggali lagi
pengetahuan mengenai landasan sosiologi yang dijadikan sebagai salah satu
landasan pendidikan di Indonesia. Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik

1
2

membuat makalah yang bejudul ”LANDASAN SOSIOLOGI SEBAGAI SALAH


SATU LANDASAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dan teori sosiologi?
2. Bagaimana pengertian landasan sosiologi pendidikan?
3. Apa saja ruang lingkup landasan sosiologi pendidikan?
4. Bagaimana tujuan landasan sosiologi pendidikan?
5. Bagaimana fungsi kajian landasan sosiologi pendidikan?
6. Bagaimana implikasi landasan sosiologi dalam pendidikan?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
dengan tujuan sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui sejarah dan teori sosiologi.
2. Untuk mengetahui definsi landasan sosiologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup landasan sosiologi pendidikan.
4. Untuk mengetahui tujuan landasan sosiologi pendidikan.
5. Untuk mengetahui fungsi kajian landasan sosiologi pendidikan.
6. Untuk mengetahui implikasi landasan sosiologi dalam pendidikan.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaa baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pemahaman
tentang landasan sosiologi sebagai landasan pendidikan. Secara praktis makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya pada materi landasan sosiologi sebagai landasan pendidikan.
3

2. Pembaca, sebagai media informasi atau pengatahuan tentang landasan


sosiologi sebagai landasan pendidikan.
BAB II
ISI
A. Sejarah dan Teori-Teori Sosiologi
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak,
sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan sosial
yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial dimulai dari
hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga lingkungan
sekitar yaitu tetangga.Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses
pengenalan dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai,
norma dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan
masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Kenyataan sosial menunjukkan suatu perubahan yang terjadi begitu cepat
dalam masyarakat. Perubahan sosial yang cepat tersebut terjadi di abad ke-19,
sebagai akibat revolusi industri di Inggris. Akibat perubahan tersebut menurut Mc
Kee, menyebabkan terjadinya apa yang dinamakian keterkejutan intelektual
kelompok pandai yang salah satu diantaranya adalah para sosiolog. Lester F.
Ward dapat dikatakan sebagai pencetus gagasan timbulnya studi baru tentang
Sosiologi Pendidikan. Gagasan tersebut muncul dengan idenya tentang evolusi
sosial yang realistik dan memimpin perencanaan kehidupan pemerintah-an
(Vembriarto, 1993). John Dewey (1859-1952) secara formal dikenal sebagai
tokoh pertama yang melihat hubungan antara pendidikan struktur masyarakat dari
bentuk semulangan yang masih bersahaja.
Payne (1928) menjelaskan bahwa Sosiologi Pendidikan merupakan sebuah
ilmu pengetahuan yang menjadi alat (mean) untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan institusi, kelompok sosial, dan proses sosial yang merupakan
hubungan sosial di dalamnya individu memperoleh pengalaman yang
terorganisasi.
Sosiologi Pendidikan di dalam menjalankan fungsinya untuk menelaah
berbagai macam hubungan antara pendidikan dengan masyarakat, harus
memperhatikan sejumlah konsep-konsep umum. Sosiologi pendidikan merupakan
suatu disiplin ilmu yang masih muda dan belum banyak berkembang. Atas dasar

4
5

tersebut dikalangan para ahli Sosiologi Pendidikan timbul beberapa kecendrungan


yang berbeda yaitu:
a. Golongan yang terlalu menitikberatkan pandangan pendidikan daripada
sosiologinya.
b. Golongan Applied Educational (Sociology) terutama terdiri atas ahli-ahli
sosiologi yang memberikan dasar pengertian sosial kultural untuk pendidikan.
c. Golongan yang terutama menitikberatkan pandangan teoritik.
Lester Frank Ward, adalah pencetus pertama kali lahirnya Educational
Sociology sebagai cabang ilmu yang baru dalam sosiologi pada awal abad ke-20.
Fokus kajian Educational Sociology adalah penggunaan pendidikan sebagai alat
untuk memecahkan permasalah sosial dan sekaligus memberikan rekomendasi
untuk mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri.
Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan
masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Para pendukung politis etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya
keterpurukan kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah
jajahan melakukan politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui
edukasi, irigasi, dan emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidikan itu
amat elitis, namun selanjut berjalan dengan baik, meluas dan meningkat ke arah
yang makin populis sampai penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini.
Pelopor pendidikan pada saat itu antara lain: Van Deventer, R.A.Kartini, dan
R..Dewi Sartika.
1. Teori-teori Sosiologi
a. Teori Struktural Fungsional
Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah
keseluruhan sistem yang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas
sosial. Teori ini sering disebut juga perspektif fungsionalisme, dicetuskan
oleh Emile Durkheim. Durkheim banyak mengkaji tentang tatanan sosial
dan bagaimana masyarakat dapat hidup harmonis. Fungsionalisme fokus
pada struktur sosial yang levelnya makro. Beberapa tokoh sosiologi yang
6

terpengaruh oleh teori fungsionalisme Durkheim diantaranya, Talcott


Parsons dan Robert K. Merton.
Dalam kacamata fungsionalisme, institusi sosial akan eksis apabila
berhasil menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Bila tidak, institusi
sosial akan lenyap dengan sendirinya. Dalam sosiologi, beberapa institusi
sosial yang dimaksud antara lain: keluarga, pemerintah, ekonomi, media,
agama, dan sebagainya. Jika institusi sosial tidak bekerja sebagaimana
mestinya, maka sistem sosial akan collapse dan perlu waktu lama untuk
pulih seperti semula. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat
bagaimana teori struktural fungsional bekerja dalam sebuah sistem.
Sebagai contoh, pemerintah yang mendirikan sekolah dalam rangka
menyelenggarakan pendidikan untuk warganya. Murid-murid dipersiapkan
untuk mengisi lapangan kerja dan posisi-posisi di pemerintahan nantinya.

b. Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan
sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi- kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini
didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat. Teori ini kebalikan dari teori
structural fungsional dimana teori structural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Sedangkan teori konflik
melihat pertikaian dan konflik dalam system sosial. Buktinya di dalam
masyarakat pasti akan selalu ada konflik. Namun konflik ini tidak selalu
negative. Konflik dapat merupakan proses penyatuan dan pemeliharaan
struktur sosial.
c. Teori Fenomenologi
Pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna
peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah assumsi yang berlainan
7

dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan


maksud menemukan ‘fakta’  atau ‘penyebab’.

d. Teori Interaksi Simbol


Titik tolak pemikiran interaksi simbolik berasumsi bahwa realitas
sosial sebagai proses dan bukan sesuatu yang bersifat statis. Dalam hal ini
masyarakat dipandang sebagai sebuah interaksi simbolik bagi individu-
individu yang ada didalamnya. Teori ini membentuk suatu makna melalui
komunikasi. Komunikasi adalah proses pembentukan makna melalui pesan
verbal maupun non verbal. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi
tanpa adanya makna yang dibagikan.

B. Pengertian Landasan Sosiologi Pendidikan


Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber
dari kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidah-
kaidah sosiologi tersebut menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya termasuk
makhluk individu, bermasyarakat, serta berbudaya. Dalam hidup bermasyarakat
manusia memiliki norma-norma yang mereka bentuk dan mereka anut yang
akhirnya menghasilkan suatu kebudayaan yang mencirikan kekhasan suatu
masyarakat tertentu.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis, peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya
yang bias disimpan dalam waktu lama dan dapat di wariskan.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi
dan terjadinya perubahan di masyarakat.
4. Nonetis, teori ini menceritakan apa adanya tentang individu dan masyarakat,
tidak menilai itu baik atau buruk.

Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan,


maka pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia
8

pendidikan. Dalam bab landasan sejarah telah dijelaskan bahwa akibat aliran
liberalisme manusia di dunia tidak pernah merasa hidup damai, yang
merangsang munculnya aliran kemasyarakatan dalam pendidikan. Aliran ini
berusaha membuat manusia bias merasa tenang melalui pendidikan. Ini berarti
proses pendidikan harus diubah.
Pendidikan yang diingikan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses
pendidikan yang bias mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup
dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat
membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi
petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina
para siswa agar mereka bias memiliki kebiasaan hidup yang harmonis,
bersahabat, dan akrab sesame teman.
Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Kita lihat bagaimana
bagian-bagian sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam wujud
sosiologi pendidikan. Pertama-tama adalah konsep proses social, yaitu cara
berhubungan antar individu atau antar kelompok atau individu dengan
kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses social atau
sosialisasi ini menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi
atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya
semakin meningkat. Mereka akan semakin akrab dan mudah bergaul.
Proses sosisal dimulai dari interaksi social dan dalam proses sosisal itu
selalu terjadi interaksi social. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-
faktor berikut:
1. Imitasi atau peniruan bias bersifat positif dan bias pula bersifat
negative. Kalau anak meniru orang tua dan gurunya berpakaian rapih,
maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara positif baik terhadap
orang tuanya maupun terhadap gurunya. Tetapi kalau anak misalnya
meniru orang-orang meminum-minuman keras, ia melalukan
sosialisassi negative.
2. Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada
pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang
9

atau mayoritas. Di sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang


berwewenang misalnya kepala sekolah, dan yang mayoritas misalnya
pendapat sebgaian besar temannya. Sugesti ini memberi jalan bagi
anak itu untuk mensosialisasikan dirinya. Namun kalau anak terlalu
sering mensosialisasikan lewat sugesti dapat membuat daya berpikir
yang rasional terhambat.
3. Identifikasi yaitu berusaha mencoba menyamakan dirinya dengan
orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar. Kata identifikasi
berasal dari kata identic yang artinya sama. Seorang anak bias saja
mengidentifikasi gurunya dalam lompat tinggi sebab guru itu juara
lompat tinggi.
4. Simpati adalah factor terakhir yang membuat anak mengadakan proses
social. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada
orang lain. Factor perasaan memegang peranan penting dalam simpati.
Sebab itu perlu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru
dengan peserta didik agar simpati itu mudah muncul, sosialisasi mudah
terjadi dan anak-anak akan tertib mematuhi peraturan-peraturan kelas
dalam belajar.

Dalam proses social terdapat interaksi social, yaitu suatu hubungan social
yang dinamis. Interaksi social akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai
berikut :
1. Kontak sosial, kontak sosial ini dapat berlangsung dalam 3 bentuk
yaitu:
a. Kontak antaraindividu. Misalnya anak dengan seorang ibu, siswa
dengan seorang guru. Sudah tentu kontak-kontak ini memiliki
maksud –maksud tersendiri, seperti minta penjelasan sesuatu atau
bertanya tentang suatu hal.
b. Kontak antar individu dengann kelompok. Misalnya seorang
remaja ingin ikut perkumpulan sepak bola, seorang guru yang
mengajar dikelas, dll.
10

c. Kontak antarkelompok misalnya rapat orang tua siswa dengan


guru-guru.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah
alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang
dimaksud adalah :
a. Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti
berbisik-bisik, halus, kasar, dank eras bergantung kepada tujuan
pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
b. Melalui mimic, seperti raut muka, pandangan dan sikap.
c. Dengan lambing, misalnya bicara bahasa isyarat untuk orang-
orang yang tuna rung, menggelengkan kepala, menganggukan
kepala dan sebagainya.
d. Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik seperti radio, televisi,
telepon, dan sejumlah media cetak seperti buku, majalah, koran
dan surat kabar.

Sesudah mempelajari syarat-syarat interaksi sosial, adapun bentuk-


bentuk interaksi sosial yaitu :
1. Kerja sama, misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-
anak, kerja sama antar guru-guru dan sebagainya.
2. Akomodasi, adalah usaha untuk meredakan pertentangan mencari
kestabilan, serta kondisi berimbang di antara para anggota.
Contohnya ialah interaksi orang tua siswa yang tidak setuju dengan
kenaikan SPP dengan guru-guru yang akhirnya diadakan musyawarah
untuk mengambil jalan tengahnya.
3. Asimilasi atau akulturasi, adalah usaha mengurangi perbedaan
pendapat antar anggota serta usaha meniingkatkan persatuan pikiran,
sikap, dan tindakan dengan memperhatikan tujuan bersama.
11

4. Persaingan, sebagai bentuk interaksi sosial yang negative. Misalnya


persaingan untuk mendapatkan nilai akademik tertinggi dan
persaingan dalam berbagai perlombaan.
5. Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjjukkan pertentangan atau
konflik satu dengan yang lain. Banyak hal yang dapat menimbulkan
konflik seperti perbedaan kepentingan, kebudayaan, dan pendapat.
Sekolah seharusnya bias berusaha meniadakan sumber-sumber
pertentangan ini.

C. Perantara dan Ruang Lingkup Landasan Sosiologi Pendidikan


Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi pendidikan mengkaji lebih mendalam
pada bidangnya dengan cara bervariasi. Antara ahli sosiologi pendidikan yang
satu dengan yang lain berbeda-beda. Pokok bahasan utama dalam sosiologi
pendidikan adalah institusi pendidikan formal, dan institusi pendidikan formal
terpenting dalam masyarakat adalah sekolah yang menawarkan pendidikan formal
mulai jenjang prasekolah sampai dengan jenjang pendidikan tinggi, baik yang
bersifat umum maupun khusus. Di samping pendidikan formal yang menjadi
pokok bahasan utama sosiologi pendidikan, pendidikan non formal dan informal
pun tidak luput dari perhatian para ahli sosiologi.
Merurut Katamto Sunarto, Guru Besar pada FISIP Universitas Indonesia,
para ahli sosiologi pendidikan membagi tiga pokok bahasan sosiologi pendidikan,
yaitu:
1. Sosiologi pendidikan makro, yang mempelajari hubungan antara
pendidikan dan institusi lain dalam masyarakat: misalnya hubungan pendidikan
dengan agama, sampai sejauh mana lembaga pendidikan dapat memberikan
pengaruh terhadap anak didik dalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
Hubungan pendidikan dan politik; sampai sejauh mana sekolah menjalankan
perannya dalam proses sosialisai politik. Hubungan antara pendidikan dan
ekonomi; sampai sejauh mana sistem pendidikan formal berperan dalam
mempersiapkan tenaga kerja di sektor formal yang telah siap pakai, atau sejauh
12

mana orang yang menikmati fasilitas pendidikan formal yang dibiayai negara
memang merupakan orang yang membayar pajak secara setara.
2. Sosiologi pendidikan meso, yang mempelajari hubungan-hubungan
dalam suatu organisasi pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekalah
dipandang sebagai suatu organisasi yang menjalankan aturan-aturan tertentu
sehingga dapat mencapai suatu tujuan. Di sini dibahas tentang struktur organisasi
sekolah, peran dan fungsinya dalam organisasi sekolah, serta hubungan organisasi
sekolah dengan strukrur organisasi masyarakat yang lain.
3. Sosiologi pendidikan mikro, yang membahas interaksi sosial yang
berlangsung dalam institusi pendidikan, misalnya pengelompokkan yang
terbentuk di kalangan mereka, sistim status, interaksi di dalam kelas, baik sesama
siswa maupun siswa dengan guru.
Sementara itu ruang lingkup sosiologi pendidikan yang lebih lingkup di
kemukakan oleh Sanapiah Faisal dan Nur Yasik. Mereka memandang ruang
lingkup sosiologi pendidikan itu haruslah membahas masalah-masalah:
1. Analilis terhadap pendidikan selaku alat kemajuan sosial.
2. Sosiologi pendidikan sebagai pemberi tujuan bagi pendidikan.
3. Aplikasi pendidikan bagi pendidikan.
4. Proses pendidikan merupakan proses sosialisasi.
5. Peranan pendidikan dalam masyarakat.
6. Pola interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat.
7. Ikhtisar mengenai berbagai pendekatan terhadap sosiologi pendidikan
Kehidupan masyarakat dipastikan satu kesatuan dengan budaya. Budaya
adalah cara berpikir dan berperilaku, merupakan tradisi suatu kelompok, ide-ide,
kebiasaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang digunakan sebagai aturan bersama.
Sosialisasi mempersiapkan anak-anak untuk berfungsi sebagai induvidu yang
menstransmisikan budaya yang dengan demikian memungkinkan masyarakat
untuk berfungsi secara baik. Keluarga penting bagi pertumbuhan sosial anak-anak,
tetapi dalam era modern, lembaga formal juga membantu dalam menentukan
anak-anak dalam belajar sosial dan kesiapan untuk terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Sekolah merupakan lembaga utama yang berfungsi untuk menjaga
13

dan melestarikan budaya. Perantara sosial yang berperan adalah keluarga, teman
sebaya, sekolah, media massa seperti televisi.

1. Keluarga
Keluarga merupakan perantara sosial paling awal dalam bermasyarakat.
Secara tidak langsung, keluarga lah awal dari transfer nilai-nilai budaya kepada
anak-anak. Keluarga adalah tempat seutuhnya untuk anak-anak, kedua orang
tua mengajarkan hal-hal yang penting bagi kelangsungan hidupnya, mendorong
dan mencegah serta menanamkan sikap kedisiplinan, juga memberi orientasi
anak terhadap dunia. Banyak anak sukses dalam lingkungan bermasyarakat
dikarenakan keharmonisannya terjaga. Akan tetapi, keharmonisan keluarga
yang tidak terbentuk dengan baik, ada kalanya juga mempengaruhi ketidak
mampuan anak-anak untuk terjun dalam kegiatan bermasyarakat.
2.  Teman Sebaya
Sedangkan hubungan keluarga mungkin merupakan pengalaman pertama
seorang anak hidup kelompok, interaksi peer-group segera mulai membuat efek
kuat mereka bersosialisasi. Kelompok sebaya memberi banyak pengalaman
belajar dan cara berinteraksi dengan orang lain, bagaimana dapat diterima oleh
orang lain, dan bagaimana untuk mencapai status dalam lingkup teman. Orang
tua atau guru kadang-kadang dapat memaksa anak-anak untuk mematuhi
aturan mereka, tapi rekan-rekan tidak memiliki kewenangan formal untuk
melakukan hal ini; sehingga anak-anak bisa belajar yang berarti pertukaran,
kerjasama, dan ekuitas lebih mudah dalam pengaturan rekan.
3.  Budaya sekolah
Pendidikan di sekolah, dibandingkan dengan pengalaman belajar di
keluarga atau rekan-kelompok, terjadi dengan cara-cara yang relatif formal.
4. Televisi dan Digital Media
Beberapa ilmuwan sosial menyebut televisi sebagai "kurikulum pertama"
karena muncul untuk mempengaruhi anak-anak dalam hal mengembangkan
keterampilan belajar dan menyesuaikan diri terhadap mengakuisisi
14

pengetahuan dan pemahaman. Meskipun penelitian menunjukkan hubungan


antara prestasi sekolah dan menonton televisi, sifat hubungan ini tidak
sepenuhnya jelas. Beberapa studi menunjukkan bahwa menonton televisi dapat
mengurangi kegiatan membaca siswa. Terlepas dari efek yang mungkin negatif
terhadap prestasi sekolah, televisi dan media lain, seperti film, video game, dan
industri musik, sangat berpengaruh sosialisasi anak dan remaja. Media baik
merangsang dan mencerminkan mendasar perubahan sikap dan perilaku yang
berlaku dalam masyarakat kita.
D. Tujuan Landasan Sosiologis Pendidikan
1. Sosiologi Pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi
Di antara para ahli sosiologi Pendidikan ada yang beranggapan bahwa
seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang studi ini,
mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi
kelakuan individu. Farncis brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh seluruh lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”. Sosiologi
Pendidikan adalah ilmu yang berusaha mengetahui cara-cara mengendalikan
proses Pendidikan dalam keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat.

2. Sosiologi Pendidikan sebagai analisis kedudukan Pendidikan dalam


masyarakat
L.A. Cook mengutamakan fungsi Lembaga Pendidikan dalam
masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai
aspek masyarakat. Dalam kelompok ini termasuk juga mereka yang meneliti
fungsi sekolah yang berhubungan dengan struktur sosial dalam lingkungan
masyarakat tertentu, seperti misalnya Warner Hollingshead dan Stendler.

3. Sosiologi Pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara


sekolah dengan masyarakat
Sebagai cara menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial
dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan
15

kelompok di luar sekolah. Usaha W. Waller adalah percobaan pertama untuk


menganalisis peranan guru baik dalam hubungannya dengan murid maupun
dengan masyarakat. Demikian pula ada penelitian yang menganalisis peranan
sosial tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, juga tentang kepemimpinan,
struktur kelompok. Studi seperti inilah yang menambah pengertian kita tentang
kelompok-kelompok sosial di dalam sekolah.

4. Sosiologi Pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial


Ahli Pendidikan sosial memandang bahwa Pendidikan sosial mampu
memberikan dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah
sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki
masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kemajuan sosial.
Sekolah dapat dijadikan alat control sosial yang membawa kebudayaan ke
puncak yang tinggi.

5. Sosiologi Pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan Pendidikan


Sosiologi Pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan
Pendidikan secara obyektif.

6. Sosiologi Pendidikan sebagai sosiologi terapan


Sejumlah ahli merumuskan sosiologi Pendidikan sebagai aplikasi
sosiologi terhadap masalah-masalah Pendidikan, misalnya mengenai
kurikulum. Sosiologi Pendidikan dianggap bukanlah ilmu murni melaikan ilmu
yang diterapkan untuk mengendalikan Pendidikan.

7. Sosiologi Pendidikan sebagai latihan bagi petugas Pendidikan


Menurut F.G Robbins dan Brown dengan sosiologi Pendidikan
dimaksud ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan
sosial yang mempengaruhiindividu untuk mendapatkan serta mengorganisasi
16

pengalamannya. Sosiologi Pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta


prinsip untuk mengontrolnya.

E. Fungsi Kajian Landasan Pendidikan


1. Fungsi Eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang
termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-
konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik
sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai
hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari
lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi.
Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh
pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-
fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa
disampaikan melalui berbagai media komunikasi.

2. Fungsi Prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan
muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan  itu, tuntutan masyarakat
akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan
eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media
komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan
pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.

3. Fungsi Utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan,
dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
17

Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk


mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman
eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan
fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-
model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara
khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data daninformasi
tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi
pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara
lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lainnya.

F. Implikasi Landasan Sosiologi Dalam Pendidikan


Individu maupun masyarakat sebagai suatu kesatuan individu-individu
mempunyai berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut
masyarakat membangun atau mempunyai pranata sosial. Salah satu diantaranya
adalah pranata pendidikan. Pendidikan merupakan pranata sosial yang
berfungsi melaksanakan sosialisasi. Terdapat hubungan antara pendidikan
dengan masyarakat. Berbagai pandangan atau teori sosiologi yang
menggambarkan fungsi atau peranan pendidikan dalam hubungannya dengan
masyarakat. Sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari
individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-peranan. Dalam proses
sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang harus
dijalankannya serta peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui
penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu akan
dapat berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dikatakan melaksanakan
peranannya jika ia melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya.
Dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-
tujuannya, setiap individu maupun kelompok melakukan interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial tersebut mereka melakukan berbagai tindakan sosial.
18

Tindakan sosial yang dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan
peranannya. Implikasi terhadap konsep pendidikan menurut Pidarta (2009:191)
adalah sebagai berikut: (1) keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan
masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya
menjadi agen pembangunan masyarakat, (2) perlu dibentuk badan kerja sama
antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang
tua siswa, untuk ikut memajukan pendidikan, (3) proses sosialisasi anak perlu
ditingkatkan, (4) dinamika kelompok dimnfaatkan untuk belajar. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi dari landasan sosiologi
terhadap pendidikan adalah:
a. Pengembangan teori Pendidikan
Implikasi sosilogi dalam pengembangan teori pendidikan:mendorong lahir
dan berkembangnya sosiologi pendidikan, mendorong lahir dan
berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan dan mendorong lahir dan
berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan.
b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan dapat djadikan ajang pembelajaran bagi siswa untuk
mempersiapkan diri mereka sebelum terjun di masyarakat. Sekolah sebagai
pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga
negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional maka sekolah seharusnya menjadi agen
pembangunan masyarakat. Agar tujuan dari pendidikan nasional bisa tercapai
perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk wakil orang tua siswa, untuk ikut memajukan pendidikan
c. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan harus disusun berdasarkan kondisi social
masyarakat. Kurikulum disusun bukan hanya harus berdasarkan nilai, adat
istiadat, cita-cita dari masyarakat, karena kondisi social senantiasa berubah dan
berkembang sejalan dengan perubahan masyarakat. Maka kurikulum harus
disusun dengan memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat dinamis,
sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat.
19

Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi


kurikulum, sesuai dengan perkembangan dan perubahan sosial yang ada pada
saat itu. Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial.
d. Proses Pendidikan.
Sekolah merupakan bagian dari kelompok sosial yang ada di masyarakat,
maka dari itu dalam sekolah harus melaksanakan nilai-nilai yang dibuat dan
disepakati oleh masyarakat yang bersumber dari norma, pemerintah, agama,
dan pengetahuan. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan jelek kala dirumah maupun di masyarakat. Proses
sosialisasi anak perlu ditingkatkan melalui pelaksanaan strategi dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan siswa agar siswa mudah bersosialisasi
dengan siswa lain, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Implikasi sosiologi sangat berkaitan erat dengan pendidikan, hal itu
disebut sebagai istilah sosiologi pendidikan, yaitu ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan guna mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber
dari kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidah-
kaidah sosiologi tersebut menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya termasuk
makhluk individu, bermasyarakat, serta berbudaya.
Sosiologi Pendidikan bertujuan sebagai analisis proses sosialisasi, analisis
kedudukan Pendidikan dalam masyarakat, analisis interaksi sosial di sekolah dan
antara sekolah dengan masyarakat, alat kemajuan dan perkembangan sosial, dasar
untuk menentukan tujuan Pendidikan, sosiologi terapan, dan sebagai latihan bagi
petugas Pendidikan.
Terdapat hubungan antara pendidikan dengan masyarakat. Berbagai
pandangan atau teori sosiologi yang menggambarkan fungsi atau peranan
pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat. Sosialisasi adalah suatu
proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat. Yang dipelajari individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-
peranan. Dalam proses sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang
harus dijalankannya serta peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain.
Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu
akan dapat berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dikatakan melaksanakan
peranannya jika ia melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya.

B. Saran
Manusia seharusnya menjadikan sosiologi sebagai landasan dalam
pelaksanaan pendidikan. Pendidikan dan sosial tidak dapat dipisahkan karena
akan membentuk karakter dari manusia itu sendiri. Masyarakat sebagai suatu
kesatuan individu-individu mempunyai berbagai kebutuhan. Dalam kehidupan
bermasyarakat kita memiliki peran sosial yang berbeda, oleh sebab itu kita
seharusnya bertindak sesuai dengan peran kita dalam lingkungan sosial yang kita
tempati.
20
DAFTAR PUSTAKA

Mayang, Tamara. (2018). Landasan Sosiologis Pendidikan. [Online] Tersedia:


https://www.academia.edu/37533624/LANDASAN_SOSIOLOGIS_PEN
DIDIKAN. [15 November 2019]

Pidarta, Made. (2009). Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Syatriadin. (2017). Landasan Sosiologi Dalam Pendidikan. [Online] Tersedia:


http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/171.
[15November 2019].

21

Anda mungkin juga menyukai