MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Evolusi, Jurusan
pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ai Annisa 172154071
Desi Lestari 172154091
Fhifi Dora Maya Sari L.R 172154062
Crisna Maulana 1721540
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“Proses Evolusi berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada dan berdasarkan
penyebab terjadinya” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Evolusi.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah supaya dapat
membantu dalam melakukan proses pembelajaran. Selama penyusunan makalah
ini, penulis mendapat banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Romy Faisal Mustofa, S,Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah umum
Evolusi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi.
2. Ibu Dr. Purwati Kuswarini, M. Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi.
3. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi.
4. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta
doa kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini.
5. Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan, dan masukan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Sehubungan dengan hal ini, kami memohon kritik dan
saran yang membangun terhadap makalah yang kami susun. Kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................3
D. Manfaat Makalah...........................................................................3
BAB 2 ISI .........................................................................................................4
A. Pengertian Landasan Pendidikan ..................................................4
B. Pengertian Agama .........................................................................4
C. Peran Agama dalam hidup Manusia ...........................................21
D. Hubungan Agama dengan Pendidikan ........................................21
E. Bagaimana Agama dapat Menjadi salah satu
Landasan Pendidikan ....................................................................4
F. Urgensi Landasan Agama Sebagai Landasan Pendidikan ..........21
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................
A. Simpulan ...................................................................................48
B. Saran .........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................49
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evolusi menurut para ahli?
2. Apa saja bukti adanya fosil yang ditemukan di lapisan bumi?
3. Bagaimana bukti dari Anatomi perbandingan
4. Bagaimana bukti dari biokimia?
5. Bagaimana bukti dari distribusi geografis?
6. Bagaimana bukti dari observasi terhadap seleksi alam?
1
7. Bagaimana bukti dari observasi terhadap spesiasi?
8. Bagaimana bukti dari selesi artifisial?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Evolusi menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui bukti adanya fosil yang ditemukan di lapisan
bumi.
3. Untuk mengetahui bukti dari anatomi perbandingan
4. Untuk mengetahui bukti dari biokimia.
5. Untuk mengetahui bukti dari distribusi geografis.
6. Untuk mengetahui bukti dari observasi terhadap seleksi alam.
7. Untuk mengetahui bukti dari observasi terhadap spesiasi.
8. Untuk mengetahui bukti dari seleksi artifisial.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini bermanfaat
sebagai pengetahuan mengenai pentingnya landasan agama sebagai salah
satu landasan pendidikan. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan penambah pengetahuan dalam mempelajari
Landasan Pendidikan.
2
BAB II
ISI
1. Pengertian Evolusi
3
B. Aristoteles (384 – 322 SM)
D. Weissman
4
F. Charles Darwin (1809 – 1882)
5
Dalam keadaan khusus, seluruh tubuh suatu organisme setelah mati
dapat diawetkan. Anak dinosaurus yang ditemukan secara utuh menjadi
fosil pada batu ambar di selatan Italia dapat dipelajari dengan mudah
seakan-akan baru mati. Bangkai (karkas) mammoth yang beku, suatu
kerabat gajah yang telah punah, kadang-kadang ditemukan di Seberia.
Meskipun telah membeku selama 40.000tahun, dagingnya masih cukup
baik untuk digunakan dalam studi biokimia
6
Akan tetapi, pengawetan total organisme secara utuh jarang terjadi.
Biasanya setelah mati, bagian-bagian lunak tubuh dengan cepat dirusak
oleh pemakan bangkai atau busuk karena bakteri. Bagian keras seperti
tulang atau cangkang lebih tahan terhadap pengrusakan, karena itu
kemungkinannya lebih besar untuk menjadi fosil. jika dikelilingi oleh
sedimen tanah liat atau pasir, bagian tersebut dapat menjadi fosil yang
dengan mudah dapat dikenali ratusan juta kemudian, lama setelah
sedimen yang membungkusnya berubah menjadi batuan seperti serpihan
atau batu pasir Fosil-fosil ini malahan dpat mengandung sisa bahan
organik untuk jangka waktu yang sangat lama. dari beberapa fosil yang
berumur lebih dari 300 juta tahun telah ditemukan asam amino dan
peptida.
7
Fosil reptilia terdapat dilapisan tanah yang secara geologi lebih muda,
sedangkan fosil cacing terdapat dalam lapisan yang lebih tua.
Perlu diperhatikan bahwa dalam satu lokasi kita tidak akan pernah
menemukan sejarah fosil yang tidak terputus. Pergolakan geologi tanah
selalu diikuti erosi. Oleh karena itu sebagian dari sejarah catatan fosil
akan lenyap (missing link).
8
Meskipun kita mungkin tidak akan pernah mampu merunut evolusi
semua makluk hidup melalui fosil moyangnya, tetapi adanya fosil dan
penyebarannya yang telah ditemukan memberikan pada kita beberapa
bukti nyata dari evolusi.
9
Bertahun-bertahun geologiwan hanya dapat secara kasar mengestimasi
umur dari berbagai strata dan temuan fosil. Ini dilakukan dengan mengestimasi
waktu pembentukan batuan sedimen lapisan demi lapisan. Saat ini, dengan
pengukuran proporsi elemen radioaktif dan stabil pada suatu batuan, umur fosil
dapat diukur lebih presisi. Teknik ini disebut radiometric dating.
Melalui rekam fosil, banyak spesies yang tampak pada awal tingkat
stratigrafis tak tampak pada level selanjutnya. Dalam evolusi, ini berarti
menunjukan waktu dimana spesies muncul dan menjadi punah. Daerah-daerah
geografis dan kondisi iklim telah berubah-ubah sepanjang sejarah bumi. Karena
organisme beradaptasi terhadap lingkungan khusus, perubahan kondisi yang terus
–menerus akan menguntungkan spesies yang beradaptasi terhadap lingkungan
baru melalui seleksi alam.
Banyaknya rekaman fosil
Charles Darwin mengoleksi fosil di Amerika selatan dan menemukan
fragmen cangkang yang ia duga sebagai versi raksasa dari kulit armalldilo
modern yang hidup di sekitar tempat itu. Ketikakembali, anatomiwan Richard
Owen mwnunjukan kepada Darwin bahwa fragmen tersebut adalah gliptodon
raksasa yang sudah punah, berkerabat dengan armallido. Ini adalah satu dari pola-
pola distribusi yang membantu Darwin mengembangkan teorinya.
Terlepas dari jarangnya diperoleh kondisi yang sesuai untuk terjadi
fosilisasi, diperkirakan ada sekitar 250.000 spesies fosil yang diketahui hinngga
saat ini. Jumlah fosil untuk masing-masing spesies berbeda-beda antara spesies
yang satu dengan yang lain, namun berjuta-juta fosil yang sudah ditemukan;
sebagai contoh, lebih dari tiga juta fosil dari zaman es terakhir sudah ditemukan
dari la brea tar pits di Los Angles. Masih banyak fosil yang belum digali, di
bebagai formasi geologi yang diketahui memiliki densitas fosil tinggi,
memungkinkan estimasi kandungan total fosil yang ada.
Satu contoh untuk ini ditemukan di formasi Beaufort Formation di Afrika Selatan
(bagian dari Karoo Supergroup, yang mencangkup sebagian besar Afrika
Selatan), yang kaya akan fosil vertebrata, termasuk terapsida (bentuk transisi
reptil/mamalia). Diestimasi bahwa formasi ini mengandung 800 miliar fosil
vertebrata.
10
Keterbatasan:
Ada gap sekitar 100 juta yahun antara awal periode Cambrian dn akhir
periode Ordovician. Periode awal Cambrian adalah periode dimana banyak
diemukan fosil sponge, Cnidaria (mis. ubur – ubur), Echinodermata (mis.
Eocrinoida), Moluska (mis. Siput) dan Atropoda (mis trilobita). Hewan pertama
yang memiliki fitur tipikal vertebrata, Arandaspis, diketahui sudah ada pada
periode Ordovician akhir.
11
i. Berdasarkan biodiversitasyang ada saat ini, tampak bahwa fosil – fosil
yang ditemukan mempresentasikan hanya sebagian kecil saja dari begitu
banyak spesies organisme yang pernah hidup di masa lampau.
Contoh Spesifik
Evolusi kuda
Karena hampir lengkapnya rekama fosil pada deposit sedimen Amerika
Utara dari Eocene awal hingga saat ini, kud amemberikan contoh terbaik
dalam sejarah evolusi (filogeni)
Evolusi kuda dimulai denganhewan kecil yang disebut Hyrachoterium
(umumnya disebut Eohippus) yang hidup di Amerika Utara sekitar 54 juta
tahun lalu, dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Asia. Sisa fosil
Hyrachoterium berbeda dari kuda modern dalam tiga hal penting:
a. Hewan ini berukuran kecil (seukuran rubah), tubuh terbilang ringan, dan
beradaptasi untuk lari;
b. Anggota badan pendek dan ramping, dan kaki memanjang sehingga jari –
jari hampir vertikal, dengan empat digit kaki depan dan tiga digit padakaki
belakang;
c. Gigi taring kecil,molar punya mahkota rendah dengan puncak membulat
lapisi email.
Mungkin perjalanan perkembangan kuda dari Hyrachoterium ke Equus
(kuda modern) melibatkan paling sedikit 12 genera dan beberapa ratsu
spesies. Kecenderungan utama yang tampak pada perkembangan kuda
terhadap kondisi lingkungan yang berubah dapat diringkaskan sebagai
berikut:
a. Meningkat ukurannya (dari 0,4 m menjadi 1,5 m);
b. Pemanjangan anggota tubuh dan kaki;
c. Berkurangnya jari kaki lateral;
d. Peningkatan panjang dan ketebalan jari ketiga;
e. Meningkatnya lebar taring;
f. Pergantian premolar dengan molar; dan
g. Meningkatnya panjang gigi, tingginya mahkota molar.
Tanamann memfosil yang dijumpai pad aberbagai strata menunjukkan
bahwatempat berhutan dan berawa di mana Hyrachoterium hidup perlahan
– lahan menjadi kering . Untuk survival sekarang sangat tergantung pada
posisi kepala yang harus ditinggikanagar pandangan ke sekeliling lebih
luas, dan pada kemampuan meningkatkan kecepaan untuk menghindari
predator, yang mengakibatkan peningkatan ukuran tubuh dan penggantian
dari kaki ang semula terentang ke luar menjadi berkuku.
Tanah yang kering dan keras tidak menguntungkan bagi kaki yang
merentang untuk penopang. Perubahan gigi dapat diterangkan melalui
asumsi bahwa diet berubah dari vegetasi ke rumput. Genus yang dominan
12
dari tiap periode geologis sudah terseleksi untuk menunjukkan perubahan
perlahan keturunan kuda dari moyang ke bentuk modern sekarang ini.
13
Hormon diwariskan dari moyang yang sama tetapi dengan fungsi yang
berubah sesuai dengan cara kehidupan setiap hewan
14
teknik ini telah menjadi jelas. Jumlah perbedaan asam amino antara
rantai beta hemoglobin manusia dengan berbagai spesies (Kimbal,2005)
Manusia 0
Gorila 1
Gibbon 2
Monyrt Rhesus 8
Anjing 15
Kuda, Sapi 25
Tikus 27
Kangguru Kelabu 38
Ayam 45
Kodok 67
Lamprey 125
15
secara independen pada banyak kesempatan berpisah, mereka berbagi
perangkat protein peka-cahaya (opsin) yang sama, menyiratkan asal – usul
yang samam dari semua makhluk hidup berpenglihatan. Contoh penting
lainnya adalah rancangan tubuh vertebrata yang tidak asing, yang
strukturnya dikontrol oleh famili gen homoeboks (Hox).
B. Urutan DNA
C. Retrovirus Endogen
D. Protein
16
kompleks. Bagian inti protein dipertahankan pada semua keturunan untuk
melakukan fungsi yang sama. Organisme tingkat – tinggi telah berevolusi
menghasilkan subunit protein tambahan, sangat mempengaruhi regulasi
dan interaksi protein –protein dari inti.
E. Pseudogen
F. Mekanisme Lain
17
menciptakan isolasi reproduktif. Teori endosimbiotik menjelaskan asal – usul
mitokondria dan plastida (kloroplas), yang merupakan organel sel eukariotik,
sebagai proses inkorporasi sel prokariot tua ke sel eukariot tua.
G. Sitokrom c
Contoh klasik bukti biokimia dari evolusi adalah varians dari protein
ubiquitous (artinya, semua makhluk memilikinya, sebab ia melakukan fungsi
hidup yang sama besar) sitokrom c dalam makhluk hidup. Varians sitokrom c
dari berbagai organisme diukur dalam jumlah asam amino pembedanya, di
mana tiap asam amino pembeda adalah hasil substitusi pasangan basa, yakni
mutasi. Jika setiap asama amino pembeda diasumsikan sebagai hasil dari satu
substitusi pasangan basa, dapat dikalkulasi kapan di masa lalu kedua spesies
ini berpisah dengan cara mengalikan banyaknya substitusi pasangan basa
dengan estimasi waktu yang dibutuhkan suatu pasangan basa substitusi dari
gen sitokrom c untuk berhasil diteruskan. Sebagai contoh, jika waktu rata –
rata suatu pasangan basadari gen sitokrom c untuk bermutasi adalah N tahun,
jumlah asam amino yang membentuk protein sitokrom c pada monyet berbeda
satudari manusia, ini memberikan kesimpulan bahwa dua spesies tersebut
bercabang N tahun yang lalu.
Struktur primer sitokrom c terdiri dari rantai sekitar 100 asam amino.
Banyak organisme tingkat tinggi yang memiliki rantai 104 asam amino.
Molekul aitokrom c banyak dipelajari untuk melihat perannya dalam biologi
evolusi. Ayam dan kalkun mempunyai homologi urutan yang identik (asam
amino dengan asam amino), seperti halnya babi, sapi, dan domba. Manusia
dan simpanse berbagi molekul identik, sedang kera rhesus berbagi semuanya
kecuali satu asam amino: asam amino ke 66 adalah isoleusin pada mansia dan
18
treonin pada simpanse. Ynag menjadikan kemiripann – kemiripan homolog
ini sangat mengindikasi moyang sama dalam kasus sitokrom c, di samping
fakta bahwa filogeni yang diperoleh dari mereka sangat cocok dengan filogeni
lain, adalah tingginya redundansi fungsional dari molekul sitokrom c.
Perbedaan konfigurasi asam amino yang ada tidak signifikan memepengaruhi
fungsionalitas protein, yang menandakan bahwa substitusi pasangan basa
bukanlah bagian dari desain terarah, tapi hasil mutasi – mutasi acak yang tidak
mengalami seleksi.
4. Anatomi perbandingan
19
Disamping itu di alam juga terdapat organ-organ homolog pada
beberapa hewan yang tidak jelas fungsinya. Organ seperti ini sering
disebut dengan istilah organ vestigial. Organ vestigial adalah organ yang
menyusut atau hanya memiliki sebagian fungsi dari organ homolog dari
spesies lain yang berkembang baik. Pembedahan pada beberapa Boa
constrictor (sejenis ular) dan paus mengungkapkan adanya tulang-tulang
yang diduga homolog dengan tulang-tulang pinggul vertebrata yang
lainnya. Tampaknya struktur-struktur tersebut tidak berfungsi. Jika
semua spesies diciptakan secara khusus, maka hal ini merupakan
perencanaan yang kurang baik untuk memasukkan bagian-bagian organ
yang tidak berfungsi. Sebaliknya jika kita mengganggap bahwa ular dan
paus berkembang dari moyang berkaki empat maka kita dapat mengerti
mengapa sisa-sisa peninggalan evolusi mereka masih ada. Juga manusia
mempunyai organ vestigial demikian. Leburan tulang belakang yang
menyusun bagian bawah tulang belakang manusia dianggap sebagai sisa
vestigial dari ekor yang dimiliki moyang kita. Kenyataanya kadang-
kadang ada bayi lahir dengan ekor pendek. Akan tetapi ekor tersebut
dapat dibuang dengan mudah dan cepat.
20
kata lain, ontogeni merupakan rekapitulasi runutan peristiwa evolusi
dalam filogeni.
21
buatan manusia.Akibatnya, satu spesies dapat menghasilkan bermacam-
macam varietas. Seleksi buatan ini menunjukan tingkat perkembangan
suatu jenis menuju kepada pemisahan suatu spesies baru. Namun, seleksi
buatan akan mempercepat proses alamiahnya.
22
Penyebaran tumbuhan dan hewan di pulau-pulau samudra
menunjang dengan kuat teori evolusi. Pulau-pulau samudra (misalnya
pulau Hawai) adalah yang tidak pernah berhubungan dengan enam
wilayah penyebaran dunia. Banyak pulau-pulau itu timbul dari lautan di
waktu yang relatif baru (secara geologis). meskipun demikian, semua
pulau-pulau tersebut mempunyai kekayaan dan keanekaragaman fauna
dan flora. Jika spesies tidak bermutasi, kita akan berharap bahwa semua
makluk yang menempati pulau-pulau demikian akan merupakan anggota
spesies yang terdapat di benua.
23
Meskipun salah satu diantaranya lebih mirip warbler. Anatomi dalamnya
memperlihatkan hubungan kekerabatan yang sebenarnya.
Reaksi antara antibodi antihuman (berasal dari kelinci) dan serum dari
berbagai mamalia, dengan serum manusia dinilai 100% (Kimbal,2005)
24
Manusia 100%
Simpanse 97%
Gorila 92%
Gibbon 79%
Babaon 75%
Lemur 37%
Babi 8%
25
terkait ramalan fakta-fakta baru. Namun teori evolusi mampu
memberikan penjelasan sederhana yang luas tentang fakta kehidupa
sehingga sangat penting dalam biologi. Setiap aspek dari dunia
kehidupan yang dipelajari manusia dari biokimia, sitologi, antropologi
dan sejarah telah dihidupkan dan diperluas oleh teori ini.
26
b. Eksperimen Evolusi Jangka – Panjang E. Coli
Evolusi eksperimental menggunakan eksperimen terkontrol untuk
menguji hipotesis dan teori evolusi. Dalam satu contoh yang paling
awal, William Dallinger melakukan eksperimen di penghujung 1880,
dengan memanasi mikroba untuk menghasilkan perubahan adaptif
secara paksa. Risetnya berlangsung sekitar tujuh tahun, dan
publikasinya diterima saanagt baik, namun ia tidak dapat meneruskan
eksperimen ini karena kerusakan alat.
Eksperimen evolusi jangka – panjang E. Coli yang dimulai tahun
1988 di bawah pimpinan Richard Lenski masih berlangsung, dan
sudah menunjukkan adaptasi – adapatsi seperti evolusi satu strain E.
colli yang dapat tumbuh di media tumbuh asam sitrat.
c. Manusia
Seleksi alam terobservasi pada populasi manusia modern, di mana
penemuan baru menunjukkan bahwa populasi yan berisiko terjangit
penyakit berbahaya yang mlemahkan, kuru, memiliki varian imun
dari gen protein prion G127V yang proporsinya lebih besar
ketimbang pada alel non–imun. Ilmuwan mempostulasikan satu
alasan cepatnya seleksi varian genetik ini adalah letalitasn dari
penyakit ini pada orang yang non-imun. Beberapa tren evolusi
lainnya pada populasi lain tercatat meliputi pemanjangan periodee
reproduksi, berkurangnya kadar kolesterol dalam darah, turunnya
kadar gula darah, dan tekanan darah.
27
e. Bakteri Pemakan Nilon
Bakteri pemakan-nilon adalah satu strain Flavobacterium yang
mampu mencerna limbah nilon. Ada konsensus ilmiah bahwa
kapasitas mensisntesis nylonase sangat mungkin muncul sebagai
mutasi satu-tahap yang survive karena ia mengingatkan fitness dari
bakteri yang memiliki mutasi ini. Ini contoh evolusi melalui mutasi
dan seleksi alam yang terjadi dan sudah diobservasi.
f. Toleransi PCB
Setelah General Electric membuang polychlorinated biphenyls (PCB)
di sungai Hudson dari tahun 1947 hingga 1976, tomcod yang hidup di
sungai ditemukan meningkat resistensinya terhadap senyawa toksik.
Mula – mula populasi romcod menurun, namun kemudian meningkat
lagi. Ilmuwan mengidentifikasi adanay mutasi genetik yang
berhubungan dengan resistensi. Mutasi dijumpai pada 99 persen
tomcod yang hidup di sungai, dan hanya 10 tomcod dari badan air
lain.
g. Ngengat Peppred
Salah satu contoh adaptasi klasik dalam merespons tekanan seleksi
lingkungan adalah kasus ngengat peppred. Warna ngengat berubah
dari terang ke gelap dan kembali terang lagi dalam jangka waktu
beberapa ratus tahun karena muncul dan hilangnya polusi akibat
Revolusi Industri di Inggris.
h. Fungsi Radiotrofik
Fungsi radiotrofik adalah fungsi yang tampaknya menggunakan
pigmen melanin untuk mengubah radiasi gamma menjadi energi
kimia untuk pertumbuhan dan pertama kali ditemukan pada tahun
2007 sebagai jamur hitam (black mold) yang tumbuh di dalam dan di
sekitar instalasi nuklir Chernobyl. Riset di Albert Einstein College of
Medicine menunjukkan bahwa tiga jamur mengandung-melanin,
Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan
Cryptococcus neoformans, mengalami peningkatan biomassa dan
mengakumulasi asetat lebih cepat di lingkungan dengan tingkat
radiasi yang 500 kali lebih tinggi dibanding lingkungan normal.
i. Margasatwa Urban
Margasatwa urban adalah margasatwa yang dapat hidup atau tumbuh
subur dalam lingkungan urban. Tipe lingkungan ini dapat melakukan
tekanan seleksi pada organisme, sering menyebabkan terbentuknya
28
adapatsi baru. Misalnya, rumput liar Crepis sancta yang dijumpai di
Prancis memiliki dua tipe yakni rumput yang kasar dan halus. Yang
kasar tumbuh dekat tanaman induk, sedang biji – biji yang halus
menjauhi dan mengambang karena angin.
Di lingkungan urban, biji yang mengandung jauh sering jatuh di
aspalyang infertil. Dalam 5-12 generasi, runput liar yang kasar ini
lebih banyak menghasilkan biji kasar dibanding kerabatnya
yanghidup di pedesaan. Contoh lain satwa liar urban adalah merpati
batu (rock pigeon) dan spesies gagak yang beradaptsi dengan
lingkungan kota di seluruh dunia: penguin Afrika di Simons Town;
baboon di Afrika Selatan; berbagai macam serangga yang hidup di
habitat manusia.
Contoh Spesifik
a. Blackcap
Spesies burung Sylvia atricapillab, umumnya disebut Blackcap,
hidup di Jerman dan terbang ke arah selatan menuju Spanyol
sementara sebagian kecil terbang ke arah utara menuju Inggris Raya
selama musim dingin. Akan tetapi populasi blackcap yang lebih
kecil memutar kembali ke Inggris Raya. Gregor Rolshausen dari
University of Freiburg menemukan bahwa pemisahan genetik kedua
populasi sudah berlangsung. Perbedaan telah muncul dalam 30
generasi.
Dengan pengurutan DNA, individu dapat diletakkan pada
kelompok yang tepat dengan akurasi 50%. Stuart Bearhop dari
University of Exeter melaporkan bahwa burung yang bermusim
dingin di Inggris cenderung kawin antar mereka sendiri, tapi tidak
29
demikian halnya dengan bururngyang bermusim dingin di
Mediterania. Masih masuk akal untuk berkesimpulan bahwa populasi
– populasi tersebut akan menjadi dua spesies yang berbeda, anmun
peneliti menduga bahwa ini disebabkan adanaya pemisahan geografi
dan pemisahan genetik yang berkelanjutan.
b. Drosophila melanogaster
c. Hawthorn fly
30
Populasi-populasi hawthorn yang berbeda ternyata memakan buah
yang berbeda.
31
pipiens). Hipotesis Byrne dan Nichol adalah adaptasi lingkungan
bawah-tanah ini muncul hanya di London sekali saja.
f. Molly
g. Thale cross
32
menguji ini, Bomblies menyilangkan 280 strain berbeda dari
Arabidopsis dalam 861 cara berlainan dan menemukan bahwa 2
persen dari hibrid hasilnya adalah nekrotik (selnya mati). Selain
mengalokasikan indikator-indikator yang sama, ke-20 tanaman juga
memiliki kumpulan aktivitas genetik yang setara dalam sekumpulan
1.080 gen. pada hamper semua kasus, Bomblies menemukan bahwa
hanya diperlukan dua gen untuk menyebabkan respon autoimun ini.
Bomblies melihat satu hibrid secara detil dan menemukan bahwa
satu dari kedua gen berasal dari kelas NB-LRR, sekelompok gen
resisten penyakit biasa yang terlibat dalam mengenali infeksi baru.
Ketika Bomblies membuang gen yang bermasalah, perkembangan
hibrid akan normal. Setelah beberapa generasi berturutan,
inkompatibilitas ini bisa membentuk pembagian antara strain-strain
tanaman yang berbeda, mengurangi peluang kesuksesan kawin dan
mengubah strain-strain yang berlainan menjadi spesies-spesies
terpisah.
i. Beruang Kutub
33
jari-jari kaki mereka berfungsi sebagai dayung saat berenang.
Evolusi beruang kutub juga menghasilkan papilla kecil dan cangkir
penghisap mirip-vakuola di telapak kakinya untuk mencegah
tergelincir di es: kaki yang dilindungi lapisan tebal untuk melindungi
bagian bawah dari udara dingin dan memberi gesekan; telinga yang
lebih kecil untuk mengurangi hilangnya panas; kelopak mata yang
bekerja seperti kacamata anti-silau; akomodasi untuk diet mereka
yang berupa daging; kapasitas lambung besar untuk makan
oportunistik; dan kemampuan untuk puasa hingga sembilan bulan
sambil mendaur-ulang ureanya.
j. Raphanobrassica
k. Salsify
34
Tragopogon mirus, juga alopoliploid, namun moyangnya adalah T.
dubius dan T. porrifolius. Spesies-spesies baru ini biasanya disebut
“the Ownbey hybrids” mengambil nama botaniwan yang pertama
kali mendeskripsikannya. Populasi T. mirus tumbuh terutama dengan
cara reproduksi anggota-anggotanya sendiri, namun terus terjadi
hibridasi lanjutan yang menambah populasi T. mirus.
l. Welsh Groundsel
m. York Groundsel
35
reproduksi, menunjukkan adanya sawar perkawinan yang kuat antar
hibrid baru ini dan induknya.
DAFTAR PUSTAKA
36
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
LIPI. Peran Ilmu Stratigrafi dan Paleontologi dalam Penerapan Ilmu Kebumian:
Pemahaman Peran Biostratigrafi dalam Proses Penentuan Umur Batuan.
Situs : www.penerbit.lipi.go.id. Diakses 22 April 2009
Wijana, Nyoman. 2004. Buku Ajar Evolusi. Singaraja : Institut Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Singaraja
Zaim, yahdi. Studi Stratigrafi Endapan Fosil Vertebrata di Jawa Tengah. Situs :
www.worldcat.org. Diakses 22 April 2009
37