Anda di halaman 1dari 40

PROSES EVOLUSI BERDASARKAN PETUNJUK-PETUNJUK YANG

ADA DAN BERDASARKAN PENYEBAB TERJADINYA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Evolusi, Jurusan
pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Disusun oleh :
Kelompok 1

Ai Annisa 172154071
Desi Lestari 172154091
Fhifi Dora Maya Sari L.R 172154062
Crisna Maulana 1721540

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“Proses Evolusi berdasarkan petunjuk-petunjuk yang ada dan berdasarkan
penyebab terjadinya” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Evolusi.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah supaya dapat
membantu dalam melakukan proses pembelajaran. Selama penyusunan makalah
ini, penulis mendapat banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Romy Faisal Mustofa, S,Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah umum
Evolusi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi.
2. Ibu Dr. Purwati Kuswarini, M. Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi.
3. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi.
4. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta
doa kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini.
5. Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan, dan masukan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Sehubungan dengan hal ini, kami memohon kritik dan
saran yang membangun terhadap makalah yang kami susun. Kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca makalah ini.

Tasikmalaya, 16 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................3
D. Manfaat Makalah...........................................................................3
BAB 2 ISI .........................................................................................................4
A. Pengertian Landasan Pendidikan ..................................................4
B. Pengertian Agama .........................................................................4
C. Peran Agama dalam hidup Manusia ...........................................21
D. Hubungan Agama dengan Pendidikan ........................................21
E. Bagaimana Agama dapat Menjadi salah satu
Landasan Pendidikan ....................................................................4
F. Urgensi Landasan Agama Sebagai Landasan Pendidikan ..........21
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................
A. Simpulan ...................................................................................48
B. Saran .........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Evolusi merupakan cabang ilmu biologi yang secara khusus
mempelajari tentang perubahan makhluk hidup secara perlahan dalam
rentan waktu yang panjang. Dalam kajian biologi menurut wikipedia
Evolusi adalah
perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme
dari satugenerasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tigaproses utama: variasi, reproduksi, dan
seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawaoleh gen yang
diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi
dalamsuatu populasi. Proses evolusi membutuhkan waktu yang lama dan
berlangsung secaraterus menerus
Dalam hal ini untuk membentuk suatu generasi yang mumpuni dan
unggul maka pendidikan saja tidak cukup untuk itu dalam membuat
landasan pendidikan diperlukan pula landasan agama. Dengan adanya
agama dalam pendidikan maka manusia dapat lebih mudah
mengkontaskan mana yang benar dan mana yang salah. Maka berdasarkan
pernyataan diatas kami menyusun sebuah makalah yang akan membahas
tentang perlunya landasan agama dalan pendidikan dengan judul ‘’Proses
Evolusi Berdasarkan Petunjuk-Petunjuk yang Ada dan Berdasarkan
Penyebab Terjadinya”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evolusi menurut para ahli?
2. Apa saja bukti adanya fosil yang ditemukan di lapisan bumi?
3. Bagaimana bukti dari Anatomi perbandingan
4. Bagaimana bukti dari biokimia?
5. Bagaimana bukti dari distribusi geografis?
6. Bagaimana bukti dari observasi terhadap seleksi alam?

1
7. Bagaimana bukti dari observasi terhadap spesiasi?
8. Bagaimana bukti dari selesi artifisial?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Evolusi menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui bukti adanya fosil yang ditemukan di lapisan
bumi.
3. Untuk mengetahui bukti dari anatomi perbandingan
4. Untuk mengetahui bukti dari biokimia.
5. Untuk mengetahui bukti dari distribusi geografis.
6. Untuk mengetahui bukti dari observasi terhadap seleksi alam.
7. Untuk mengetahui bukti dari observasi terhadap spesiasi.
8. Untuk mengetahui bukti dari seleksi artifisial.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini bermanfaat
sebagai pengetahuan mengenai pentingnya landasan agama sebagai salah
satu landasan pendidikan. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan penambah pengetahuan dalam mempelajari
Landasan Pendidikan.

2
BAB II
ISI
1. Pengertian Evolusi

Evolusi merupakan perubahan sifat-sifat terwariskan suatu populasi


organisme dari 1generasi menuju generasi yang selanjutnya. Perubahan ini
terjadi karena kombinasi 3proses utama yakni : variasi, seleksi dan reproduksi,
adapun sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan
turun menurun ke suatu makhluk hidup dan menjadi baragam dalam suatu
populasi.

Teori Evolusi dan Pandangan Evolusi Menurut Para Ahli

Pengertian dan teori evolusi yang dimaksud disini yakni ialah evolusi


dalam kajianbiologi untuk kamu yang lagi materi pelajaran tentang evolusi,
kami mempunyai informasi tentang salah satu ilmu biologi ini. Sebagaimana
yang telah kita maklumi bersama, bahwasannya ada beberapa teori
evolusi menurut para ahli seperti teori evolusi menurut ahli berikut ini,
diantaranya ;

A. Jean Baptise Lamarck (1744-1829)

Evolusi merupakan suatu bentuk perubahan yang terjadi dalam suatu


individu yang disebabkan adanya faktor lingkungan yang bisa diturun
menurunkan. Adapun teori Baptise Lamarck ini banyak dikenal
dengan “Teori Lamarckisme”.

Contohnya yakni seperti berikut ini, Jean Baptise Lamarck


berpendapat bahwa jerapahh tersebut dulunya memiliki leher yang pendek,
karena dari menanggapi makanan yang berada di atas pohon yang cukup
tinggi itulah yang menjadi penyebab leher jerapah tersebut tertarik selama
bertahun – tahun dan membuat leher jerapah tersebut menjadi panjang seperti
yang sering lihat saat ini.

3
B. Aristoteles (384 – 322 SM)

Menurutnya evolusi tersebut bisa terjadi karena didasarkan pada suatu


metafisika alam. Adapun arti detafisika yakni ialah mengubah organismeserta
habitatnya (tempat tinggal) dari bentuk yang sederhana ke dalam bentuk yang
kompleks.

Dan evolusi terjadi karena adanya peristiwa seleksi alam. Makhluk


hidup yang bisa beradaptasi dengan lingkungan akan bertahan hidup =˃
struggle for life (perjuangan untuk hidup)

C. Erasmus Darwin (1731 – 1802)

Seperti yang tercantum dalam bukunya yang berjudul ”Zoonomia or


the Laws of Organic Life”, Evolusi ini terjadi pada makhluk hidup disini
ialah manusia dan juga percaya Erasmus Darwin bahwa karakteristik yang
diperoleh orang tua akan terjadi secara turun – temurun.

D. Weissman

Perubahan sel somatik diakibatkan karena pengaruh pengaruh


lingkungan tidak akan diwariskan, (evolusi yakni ialah proses seleksi alam
terhadap faktor genetika)

Beberapa bentuk yang bisa kita gunakan untuk menhgetahui adanya


proses evolusi antara lain: adanya fosil, homologi, variasidan fisiologi,
analogi, embriologi dan anatomi perbandingan, dan petunjuk biokimia.

E. William Paley (1743 – 1805)

Seperti yang tercantum dalam bukunya yang berjudul “Natural


Thurology” bahwa ia berpendapat kekomplex makhluk hidup merupakan
suatu bukti kerjasama sang pencipta.

4
F. Charles Darwin (1809 – 1882)

Charles Darwin berpendapat bahwa evolusi tersebut bisa terjadi akibat


adanya seleksi alam.  Seleksi alam menurutnya, ialah didasarkan pada hasil
dari observasi yang dibuatnya yaitu sebagai berikut:

Lebih utama atau lebih untuk keturunan yang dihasilkan bila


disbanding harus benar – benar dapat bertahan hidup. Pada suatu spesises itu
tidak ada individu yang sama dikarenakan selalu terjadi variasi dan juga
beberapa individu yang memiliki sifat – sifat yang cocock dengan kondid
lingkungan yang terdapat dibandingkan denganindividu yang lainnya.

Setiap populasipada biasanya akan terus bertambah ini dikarenakan


reproduksi pertambahan populasi dibatasi oleh – oleh faktor –faktor pembatas
yang membuat kenaikan populasi tidak berjalan lancer dengan adanya seleksi
alam yang bisa membuat individu tersebut harus beradapatsi dengan
lingkungannya dan yang dapat bertahan hidupnteresebut akan bisa
mewariskan sifat – sifat keturunannya.

2. Bukti-bukti berdasarkan fosil hewan yang sudah mati

Bukti evolusi yang lain adalah fosil. Kita dapat mendefinisikan


fosil sebagai setiap macam sisa organisme yang hidup dalam zaman
geologi yang lampau. Usia fosil dapat diperkirakan berdasarkan usia
berbagai usia berbagai lapisan tanah atau batuan yang menyusun bumi.
Fosil satu jenis hewan mungkin dapat ditemukan di beberapa lapisan
pemukaan bumi. Dari fosil-fosil yang berasal dari berbagai lapisan bumi,
ilmuwan dapat menurut proses perubahan yang terjadi pada spesies
tersebut. Terdapat pula fosil berupa jejak sehingga bentuk binatang dapat
direkonstruksi secara umum atau untuk mengetahui bagaimana binatang
bergerak. Selain fosil jejak, noda-noda pada tulang tempat menempel otot
dan ukuran serta bentu otot, memungkingkan rekontruksi keseluruhan
bentuk binatang. Paleontologi adalah ilmu yang khusus mempelajari
mengenai fosil.

5
Dalam keadaan khusus, seluruh tubuh suatu organisme setelah mati
dapat diawetkan. Anak dinosaurus yang ditemukan secara utuh menjadi
fosil pada batu ambar di selatan Italia dapat dipelajari dengan mudah
seakan-akan baru mati. Bangkai (karkas) mammoth yang beku, suatu
kerabat gajah yang telah punah, kadang-kadang ditemukan di Seberia.
Meskipun telah membeku selama 40.000tahun, dagingnya masih cukup
baik untuk digunakan dalam studi biokimia

6
Akan tetapi, pengawetan total organisme secara utuh jarang terjadi.
Biasanya setelah mati, bagian-bagian lunak tubuh dengan cepat dirusak
oleh pemakan bangkai atau busuk karena bakteri. Bagian keras seperti
tulang atau cangkang lebih tahan terhadap pengrusakan, karena itu
kemungkinannya lebih besar untuk menjadi fosil. jika dikelilingi oleh
sedimen tanah liat atau pasir, bagian tersebut dapat menjadi fosil yang
dengan mudah dapat dikenali ratusan juta kemudian, lama setelah
sedimen yang membungkusnya berubah menjadi batuan seperti serpihan
atau batu pasir Fosil-fosil ini malahan dpat mengandung sisa bahan
organik untuk jangka waktu yang sangat lama. dari beberapa fosil yang
berumur lebih dari 300 juta tahun telah ditemukan asam amino dan
peptida.

Kita tahu bahwa fosil bahwa fosil telah menimbulkan


keingintahuan manusia paling tidak sejak zaman Yunani kuno. Sering
ditemukan fosil yang bentuknya tidak ada pada organisme yang hidup di
bumi sekarang ini. Lalu bagaimana kita dapat menjelaskan adanya
organisme tersebut? Sebagai penjelasan kadang-kadang diktakan adanya
serangkaian penciptaan khusus yang diikuti bencana alam yang
memusnahkan organisme diseluruh dunia. Tetapi teori evolusi
memberikan jawaban yang lebih memuaskan. Ada gagasan yang
menyatakan bahwa semua organisme yang hidup sekarang ini pada suatu
periode dalam sejarahnya mempunyai moyang yang sama. Secara tidak
langsung hal ini menyatakan bahwa pada waktu yang lampau terdapat
lebih sedikit jenis makluk hidup dan keadaanya lebih sederhana. Hal ini
sesuai dengan bukti-bukti fosil yang ditemukan. Jika kita menuruni
Grand Canyon di Amerika Serikat, kita akan melihat secara jelas lapisan
demi lapisan batu batuan sedimen, lapisan terdalam adalah ialah lapisan
yang tertua. Makin dalam kita menuruni lembah tersebut makin
berkurang jumlah jenis fosil. Selanjutnya juga terdapat fakta, sifat
organisme yang terdapat di lapisan yang lebih dalam itu kurang
kompleks bila dibandingkan dengan yang terdapat di lapisan atasnya.

7
Fosil reptilia terdapat dilapisan tanah yang secara geologi lebih muda,
sedangkan fosil cacing terdapat dalam lapisan yang lebih tua.

Perlu diperhatikan bahwa dalam satu lokasi kita tidak akan pernah
menemukan sejarah fosil yang tidak terputus. Pergolakan geologi tanah
selalu diikuti erosi. Oleh karena itu sebagian dari sejarah catatan fosil
akan lenyap (missing link).

Sebagian besar kecaman terhadap Darwin datang terkait kegagalan


para paleontologi untuk menemukan missing link, merupakan kelemahan
besar bagi gagasan bahwa organisme yang sekarang ini berkembang dari
organisme yang ditemukan sebagai fosil. Tetapi seiiring dengan waktu,
ahli paleontologi telah banyak menemukan missing link. Fosil
Archeopteryx adalah salah satunya, berbentuk peralihan antara burung
dan reptilia yang diduga menjadi moyangnya. Kesenjangan pada data
fosil masih sangat mencolok pada hewan bertubuh lunak dan pada
manusia. Hal ini tidak mengherankan bila kita ingat bahwa peluang
kedua tipe organisme dan hewan darat lainnya (terutama primata yang
cerdas) mati ditempat dimana dia akan tertutup dengan cepat oleh
sedimen adalah kecil.

Kemudian, juga harus diingat bahwa jangan berharap untuk


menemukan informasi secara lengkap selain bagian-bagian catatan fosil.
Sebagian besar fosil yang pernah terbentuk masih ada di pegunungan,
dalam tanah dan lautan, mungkin juga telah rusak oleh gejolak geologi
berikutnya Rintangan terbesar menemukan missing link ialah evolusi
spesies baru dari tumbuhan atau hewan umumnya terjadi dalam populasi
kecil pada organisme yang kurang mengalami spesialisasi.

8
Meskipun kita mungkin tidak akan pernah mampu merunut evolusi
semua makluk hidup melalui fosil moyangnya, tetapi adanya fosil dan
penyebarannya yang telah ditemukan memberikan pada kita beberapa
bukti nyata dari evolusi.

2. Bukti dari paleontology


Rekam fosil
kita bias mencari tahu bagaimana sekelompok organisme tertentu
berevolusi dengan cara mengatur rekam fosilnya secara kronologis. Urutan ini
dapat ditentukan sebab fosil biasanya ditemukan pada batuan sedimen. Batuan
sedimen terbentuk oleh lapisan silt atau lumpur yang saling tumpuk. Jadi batuan
hasilnya mengandung dari sederetan lapisan horizontal, atau strata.
Tiap lapisan mengandung fosil yang tipikal untuk periode waktu tertentu
pembentukan mereka. Strata terendah terdiri dari batuan tertua, sedang strata
paling atas adalah batuan yang paling muda dan fosil-fosil yang lebih baru.
Suksesi hewan dan tanaman dapat juga tampak dari penemuan fosil ini.
Dengan mempelajari jumlah dan kompleksitas berbagai fosil pada berbagai
lapisan stratigrafi, tampak bahwa batuan berfosil yang lebih tua mengandung
jenis organisme fosil yang lebih sedikit, dan mereka semua memiliki struktur yang
lebih sederhana, sedang batuan yang lebih muda memiliki jenis fosil yang lebih
beragam, sering kali dengan struktur yang semakin kompleks.

9
Bertahun-bertahun geologiwan hanya dapat secara kasar mengestimasi
umur dari berbagai strata dan temuan fosil. Ini dilakukan dengan mengestimasi
waktu pembentukan batuan sedimen lapisan demi lapisan. Saat ini, dengan
pengukuran proporsi elemen radioaktif dan stabil pada suatu batuan, umur fosil
dapat diukur lebih presisi. Teknik ini disebut radiometric dating.
Melalui rekam fosil, banyak spesies yang tampak pada awal tingkat
stratigrafis tak tampak pada level selanjutnya. Dalam evolusi, ini berarti
menunjukan waktu dimana spesies muncul dan menjadi punah. Daerah-daerah
geografis dan kondisi iklim telah berubah-ubah sepanjang sejarah bumi. Karena
organisme beradaptasi terhadap lingkungan khusus, perubahan kondisi yang terus
–menerus akan menguntungkan spesies yang beradaptasi terhadap lingkungan
baru melalui seleksi alam.
Banyaknya rekaman fosil
Charles Darwin mengoleksi fosil di Amerika selatan dan menemukan
fragmen cangkang yang ia duga sebagai versi raksasa dari kulit armalldilo
modern yang hidup di sekitar tempat itu. Ketikakembali, anatomiwan Richard
Owen mwnunjukan kepada Darwin bahwa fragmen tersebut adalah gliptodon
raksasa yang sudah punah, berkerabat dengan armallido. Ini adalah satu dari pola-
pola distribusi yang membantu Darwin mengembangkan teorinya.
Terlepas dari jarangnya diperoleh kondisi yang sesuai untuk terjadi
fosilisasi, diperkirakan ada sekitar 250.000 spesies fosil yang diketahui hinngga
saat ini. Jumlah fosil untuk masing-masing spesies berbeda-beda antara spesies
yang satu dengan yang lain, namun berjuta-juta fosil yang sudah ditemukan;
sebagai contoh, lebih dari tiga juta fosil dari zaman es terakhir sudah ditemukan
dari la brea tar pits di Los Angles. Masih banyak fosil yang belum digali, di
bebagai formasi geologi yang diketahui memiliki densitas fosil tinggi,
memungkinkan estimasi kandungan total fosil yang ada.
Satu contoh untuk ini ditemukan di formasi Beaufort Formation di Afrika Selatan
(bagian dari Karoo Supergroup, yang mencangkup sebagian besar Afrika
Selatan), yang kaya akan fosil vertebrata, termasuk terapsida (bentuk transisi
reptil/mamalia). Diestimasi bahwa formasi ini mengandung 800 miliar fosil
vertebrata.

10
Keterbatasan:

Rekam fosil adalah sumber pentingbagi ilmuwan dalam melacak sejarah


evolusi organisme. Namun keterbatasana inheren dalam rekaman mengakibatkan
tidak adanya skala yang bagus untuk nentuk – bentuk intermediet antara spesies –
spesies yang berkerabat. Kurangnya rekaman fosil yang kontinu ini adalah
keterbatasan utama dalam melacak penuruna – penurunan kelompok –kelompok
biologis.

Jika ditemukan fosil transisional yang menunjukkan bentuk intermediet


padaapa yang sebelumnya menjadi suatu gap dalam pengetahuan, fosil ini akan
disebut sebagai “missing link” (mata rantai yang hilang)

Ada gap sekitar 100 juta yahun antara awal periode Cambrian dn akhir
periode Ordovician. Periode awal Cambrian adalah periode dimana banyak
diemukan fosil sponge, Cnidaria (mis. ubur – ubur), Echinodermata (mis.
Eocrinoida), Moluska (mis. Siput) dan Atropoda (mis trilobita). Hewan pertama
yang memiliki fitur tipikal vertebrata, Arandaspis, diketahui sudah ada pada
periode Ordovician akhir.

Jadi sedikit, bahkan mungkin tidak ada, tipe intermediet antara


invertebrate dan vertebrata yang ditemukan, walaupun ada beberapa kandidiat ang
mirirp seperti hewan Burgess Shale, Pikaia gracilens, dan kerabatnya
Myllokunmingia , Yunnanozoon, Haikouella lanceolata, dan Haikouichthys.

Beberapa alasan ketidaklengkapan rekam fosil adalah:

a. Secara umum probabilitas suatu organisme memfosil sangat rendah;


b. Beberapa spesies atau kelompok kurang dapat memfosil karena bertubuh
lunak;
c. Beberapa spesies atau kelompok menfosil karena mereka hidup (dan
mati)dalam kondisi yang tak menguntungkan untuk terjadinya fosilisasi;
d. Banyak fosil yang rusak karena erosi dan gerakan tektonik;
e. Kenbanyakn fosil terfragmentasi;
f. Beberapa perubahan evolusi terjadi dalam populasi pada batas – batas
kisaran ekologis suatu spesies, dank arena populasi ini cenderung kecil,
probabilitas fosilisasiny apin rendah.
g. Demikina pula, ketika kondisi lngkungan berubah, populasi spesies
cenr=derung sangat tereduksi, sehingg asetia perubahan evolusi akibat
kondisi baru ini cenderung tidk terfosilisasi,
h. Kebanykan fosil hanya menginformasikan bentuk eksternal, namun halnya
sedikit sekali mengenai fungsi organisme;

11
i. Berdasarkan biodiversitasyang ada saat ini, tampak bahwa fosil – fosil
yang ditemukan mempresentasikan hanya sebagian kecil saja dari begitu
banyak spesies organisme yang pernah hidup di masa lampau.

Contoh Spesifik
Evolusi kuda
Karena hampir lengkapnya rekama fosil pada deposit sedimen Amerika
Utara dari Eocene awal hingga saat ini, kud amemberikan contoh terbaik
dalam sejarah evolusi (filogeni)
Evolusi kuda dimulai denganhewan kecil yang disebut Hyrachoterium
(umumnya disebut Eohippus) yang hidup di Amerika Utara sekitar 54 juta
tahun lalu, dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Asia. Sisa fosil
Hyrachoterium berbeda dari kuda modern dalam tiga hal penting:
a. Hewan ini berukuran kecil (seukuran rubah), tubuh terbilang ringan, dan
beradaptasi untuk lari;
b. Anggota badan pendek dan ramping, dan kaki memanjang sehingga jari –
jari hampir vertikal, dengan empat digit kaki depan dan tiga digit padakaki
belakang;
c. Gigi taring kecil,molar punya mahkota rendah dengan puncak membulat
lapisi email.
Mungkin perjalanan perkembangan kuda dari Hyrachoterium ke Equus
(kuda modern) melibatkan paling sedikit 12 genera dan beberapa ratsu
spesies. Kecenderungan utama yang tampak pada perkembangan kuda
terhadap kondisi lingkungan yang berubah dapat diringkaskan sebagai
berikut:
a. Meningkat ukurannya (dari 0,4 m menjadi 1,5 m);
b. Pemanjangan anggota tubuh dan kaki;
c. Berkurangnya jari kaki lateral;
d. Peningkatan panjang dan ketebalan jari ketiga;
e. Meningkatnya lebar taring;
f. Pergantian premolar dengan molar; dan
g. Meningkatnya panjang gigi, tingginya mahkota molar.
Tanamann memfosil yang dijumpai pad aberbagai strata menunjukkan
bahwatempat berhutan dan berawa di mana Hyrachoterium hidup perlahan
– lahan menjadi kering . Untuk survival sekarang sangat tergantung pada
posisi kepala yang harus ditinggikanagar pandangan ke sekeliling lebih
luas, dan pada kemampuan meningkatkan kecepaan untuk menghindari
predator, yang mengakibatkan peningkatan ukuran tubuh dan penggantian
dari kaki ang semula terentang ke luar menjadi berkuku.
Tanah yang kering dan keras tidak menguntungkan bagi kaki yang
merentang untuk penopang. Perubahan gigi dapat diterangkan melalui
asumsi bahwa diet berubah dari vegetasi ke rumput. Genus yang dominan

12
dari tiap periode geologis sudah terseleksi untuk menunjukkan perubahan
perlahan keturunan kuda dari moyang ke bentuk modern sekarang ini.

3. Bukti dari Biokimia

Studi anatomi perbandingan memperlihatkan adanya homologi anatomi,


demikian pula studi biokimia dari macam-macam organisme telah
mengungkapkan homologi biokimi. Pada kenyataanya, persamaan
biokimia organisme hidup adalah salah satu ciri yang mencolok dari
kehidupan.

Enzim-enzim sitokrom terdapat pada hampir setiap organisme


hidup. Salah satunya adalah sitokrom c yang terdiri darirantai
polipeptida yang terdiri atas 104 sampai 112 asam amino (tergantung
jenis organisme). Pada tahun-tahun belakangan ini telah ditentukan
urutan asam amino yang pasti pada sitokrom c dari bergam organisme
seperti manusia, kelinci, pinguin raja, ular gerincing, ikan tuna, ngengat
dan neurospora. Meskipun terdapat banyak variasi dalam urutan terutama
bagi organisme yang diduga berkerabat jauh, ternyata ada juga sejumlah
besar persamaanya. Urutan asam amino pada manusia berbeda dengan
urutan pada monyet rhesus hanya pada satu tempat dalam rantai.
Sitokrom c dari tanaman gandum berbeda dari manusia dalam 35 asam
amino. Akan tetapi, 35 asam amino lainnya dalam rantai terbukti sama
pada setiap spesies yang diuji. Hal ini termasuk satu bagian yang terdiri
atas 11 asam amaino yang beruntun (No. 70-80) yang terdapat pada
semua organisme yang kita kenal. Kita mengetahui bagaimana urutan
nukleotida dalam molekul DNA yang mengkode urutan asam amino
dalam protein. Terdapatnya gen untuk sitokrom c yang begitu banyak
mengandung informasi genetik yang sama pada begitu banyak jenis
organisme tidak dapat dijelaskan tanpa menggunakan teori evolusi.
Jelaslah fenomena ini berti bahwa kita semua mewarisi gen itu dari nenek
moyang yang sama, sekalipun dengan akumulasi mutasi.

Alasan yang sama dapat diterapkan pada persamaan biokimia lain


diantara organisme-organisme. studi mengenai urutan asam amino pada
hemoglobin mamalia memperlihatkan persamaan yang dekat, terutama
pada organisme yang diduga berkerabat dekat. DNA dan RNA terdapat
setiap organisme hidup dan sepanjang pengetahuan kita mengandung
mekanisme pengkodean hereditas yang sama. Selanjutnya sebagaian
besar vertebrata mempunyai hormon-hormon yang sama atau mirip.
Prolaktin misalnya terdapat pada berbagai vertebrata seperti ikan, burung
dan mamalia, meskipun fungsinya pada masing-masing berbeda.

13
Hormon diwariskan dari moyang yang sama tetapi dengan fungsi yang
berubah sesuai dengan cara kehidupan setiap hewan

Keseragaman yang mencolok dari susunan biokomia yang


mendasari keanekaragaman yang luar biasa dari makluk hidup sulit untuk
dijelaskan dengan cara lain kecuali dengan teori evolusi. Diduga
molekul-molekul ini terbentuk sangat awal dalam sejarah kehidupan dan
hampir semua bentuk kehidupan sekarang mewarisi kemampuan
membuat dan menggunakannya.

Jika seseorang menyuntikkan protein serum manusia pada kelinci


(kelinci hanya merupakan hewan yang mudah digunakan, hewan apapun
juga dapat digunakan), kelinci akan membuat berbagai molekul antibodi
yang sangat bervariasi terhadap semua determinan antigen yang asaing
baginya. Bila serum darah kelinci yang mengandung antibodi anti human
ini dicampur dengan serum manusia dalam tabung reaksi, terbentuklah
kompleks antigen-antibodi yang berbentuk endapan. Jumlah endapan
yang terbentuk dapat diukur dengan mudah. Apa yang membuat reaksi
ini menarik sehubungan dengan apa yang kita uraikan ini ialah antibodi
antihimun ini juga akan bereaksi dengan serum darah mamalia tertentu,
akan tetapi tidak begitu hebat yaitu jumlah endapan yang terbentuk
sedikit. Antibpodi antihimun yang dicampur dengan serum manusia,
kera, monyet Dunia Lama, monyet Dunia Baru dan babi (masing-masing
dalam 5 tabung reaksi yang terpisah) menghasilkan endapan dalam setiap
tabung. Akan tetapi, banyaknya endapan yang terbentuk berkurang dari
manusia ke babi (Tabel 2). Seperti yang kita lihat dalam Bab 40, hal ini
ewrat hubungannya dengan pendapat yang sekarang kita terima
mengenai hubungan kekerabatan derajat kita dengan mamalia lain.

Metode ini (disebut serologi perbandingan) tidak saja


membenarkan beberapa hubungan evolusi yang telah disetujui, tetapi
juga membantu memastikan hubungan, karena bukti –bukti anatomi
gagal untuk memberikan jawaban dengan jelas. Misalnya kelinci
memperlihatkan beberapa persamaan struktur dengan hewan pengerat,
tetapi walaupun demikian mereka diletakkan dalam ordo tersendiri, ialah
ordo Lagomorpha. Satu alasan penting untuk ini ialah bahwa uji serologi
memperlihatkan sedikit afinitas antara kelinci dengan hewan mengerat,
malahan kelinci tampaknya berkerabat lebih dekat dengan ungulata
berkuku genap seperti babi. Demikian puls iksn paus, secara serologi
memperlihatkan hubungan yang lebih dekat dengan ungulata berkuku
genap daripada dengan ordo mamalia lainnya. Bahkan protein tumbuhan
telah digunakan sebagai antigen dan beberapa teka-teki evolusi dengan

14
teknik ini telah menjadi jelas. Jumlah perbedaan asam amino antara
rantai beta hemoglobin manusia dengan berbagai spesies (Kimbal,2005)

Spesies Jumlah perbedaan asam amino

Manusia 0

Gorila 1

Gibbon 2

Monyrt Rhesus 8

Anjing 15

Kuda, Sapi 25

Tikus 27

Kangguru Kelabu 38

Ayam 45

Kodok 67

Lamprey 125

Siput Lautan(moluska) 127

Kedelai (leghemoglobin) 124

A. Organisme biokimia universal dan pola variasi molekuler

Semua organisme yang diketahui survive hingga sekarang memiliki dasar


proses biokimiawi yang sama: infomasi genetic dikode sebagai asama
nukleat (DNA, atau RNA untuk virus), ditranskripsi menjadsi RNA, lalu
ditranslasi menjadi protein (yaitu polimer asma amino) oleh ribosom yang
sangat terkonservasi. Mungkin yang paling jelas adalah Kode Genetik
(“tabel translasi” antara DNA dan asama amino) adalah sama pada
hampirsemua organisme yang berarti bahwa potongan DNA pada bakteri
mengkode asma amino yang smaa seperti pada sel manusia. ATP dipakai
bakteri energy bagi semua makhluk hidup yang ada saat ini. Pemahaman
yang lebih mendalam mengenai biologi perkembangan menunjukkan bahwa
morfologi yang sama pada kenyataannya adalah produk elemen genetic
bersama. Sebagai contoh, walau mata mirip- kamera diyakini berevolusi

15
secara independen pada banyak kesempatan berpisah, mereka berbagi
perangkat protein peka-cahaya (opsin) yang sama, menyiratkan asal – usul
yang samam dari semua makhluk hidup berpenglihatan. Contoh penting
lainnya adalah rancangan tubuh vertebrata yang tidak asing, yang
strukturnya dikontrol oleh famili gen homoeboks (Hox).

B. Urutan DNA

Perbandingan urutan DNA memungkinkan organisme


dikelompokkan berdasarkan kemiripan urutan, dan pohon filogenetik
hasilnya sangat kongruen dengan taksonomi tradisional, dan sering
digunakan untuk memeperkuat dan mengoreksi klasifikasi taksonomi.

Perbandingan urutan dipandang sebagai ukuran yang cukup kuat


untuk dipakai mengoreksi kesalahan asumsi pad apohon filogenetik pada
saat bukti – bukti yang lain sanagat sedikit. Sebagai contoh, urutan DNA
manusia netral kurang lebih divergen 1,2% (berdasarkan substitusi) dari
urutan DNA kerabat genetik terdekat mereka, simpanse, 1,6% dari gorita,
dan 6,6% dari babun. Jdi bukti urutan genetic memungkinkan inferensi
dan kuantifikasi hubunga genetic antar manusia dengan ape (kera besar).
Urutan dari gen Rrna 16s, gen vital yang mengkode sebagian ribosom,
digunakan untuk menemukan hubungan filogenetik yang luas antar semua
kehidupan yang survive.

Analisis ini, awalnya dilakukan oleh Carl Woese, menghasilkan


sistem tiga – domain, mejelaskan dua pemisahan utama pada awal evolusi
kehidupan. Pemisahan pertama menghasilkan bakteri modern dan
pemisahan selanjutnya menghasilkan archaea dan eukariota modern.

C. Retrovirus Endogen

Retrovirus endogen (endogenous retrovirus, ERV) adalah urutan


sisa pada genom yang tertinggal dari infeksi virus di masa lalu dalam suatu
organisme. Retrovirus (atau virogen) selalu diteruskan ke generasi
selanjutnya dari organisme terinfeksi. Ini membuat virogen tetrtinggal
pada genom. Karena kejadian ini jarang dan acak, penemuan posisi
kromosom identik suatu virogen pada dua spesies berbeda menunjukkan
bahwa mereka satu moyang.

D. Protein

Bukti proteomik juga mendukung moyang universal kehidupan.


Protein viral seperti ribosom, DNA polymerase, dan RNA polymerase,
ditemukan pada semua bakteri primitif hingga mamalia yang paling

16
kompleks. Bagian inti protein dipertahankan pada semua keturunan untuk
melakukan fungsi yang sama. Organisme tingkat – tinggi telah berevolusi
menghasilkan subunit protein tambahan, sangat mempengaruhi regulasi
dan interaksi protein –protein dari inti.

Kemiripan menonjol lain antara semua garis keturunan organisme


yang survive, seperti DNA, RNA, asam amino, dan lipid dua – lapis,
mendukung teori keturunan bersama. Analisis filogenetik terhadap urutan
protein dari berbagai organisme menghasilkan pohon – pohon hubungan
yang mirip antara semua organisme. Kiralitas DNA, RNA, dan asam
amino terkonservasi pada semua makhluk hidup. Karena tak ada
keuntungan fungsional terhadap kiralitas tangan-kanan atau tangan-kiri,
maka hipotesis tersederhananya adalah bahwa pilihan diambil secara acak
oleh organisme awal dan diteruskann ke semua kehidupan yang survive
melalui keturunan yang sama. Bukti lanjut mengenai rekonstruksi silsilah
moyang datang dari DNA sampah seperti pseudogen, gen “mati”yang
terus mengakumulasi mutasi.

E. Pseudogen

Pseudogen disebut juga noncoding DNA, adalah DNA ekstra pada


genom yang tidak ditranskripsi menjadi RNA untuk mensintesis protein.
Beberapa dari noncoding DNA ini diketahui fungsinya, namun kebanyakan
tidak, sehingga dikenal dengan dengan nama “DNA sampah”. Ini merupakan
contohh sisa sebab replikasi gen ini menggunakan energy, menjadikannya
sampah dalam banyak kasus. Pseudogen menyusun 99% genom manusia (1%
DNA yang bekerja).

Pseudogen dapat diahsilkan ketika suatu gen pengkode mengakumlasi


mutasi yang mencegahnya untuk ditranskripsi, gen ini dapat hilang tanpa
mempengaruhi fitness, terkecuali ia memeberikan fungsi bermanfaat baru
sebagai non – coding DNA. Pseudogen nonfungsional dapat diwariskan ke
spesies selanjutnya, menjadikan spesies ini disebut sebagai keturunan dari
spesies sebelumnya.

F. Mekanisme Lain

Banyak juga bukti molekuler untuk sejumlah mekanisme lain untuk


perubahan evolusi yanh besar, di antaranya: duplikasi genom dan gen, yang
membantu evolusi cepat dengan memberikan banyak materi genetik pada saat
tekanan seleksi tidak ada atau lemah; transfer gen horizontal; proses transfer
materi genetik ke sel lain yang bukan ke organisme anak, memungkinkan
spesies memperoleh gen yang bermanfaat satu sama lain; dan rekombinasi,
mampu mengatur kembali sejumlah besar alel yang berlainan dan

17
menciptakan isolasi reproduktif. Teori endosimbiotik menjelaskan asal – usul
mitokondria dan plastida (kloroplas), yang merupakan organel sel eukariotik,
sebagai proses inkorporasi sel prokariot tua ke sel eukariot tua.

Teori ini tidak mengatakan organel eukariotik berevolusi perlahan –


lahan, tapi menawarkan mekanisme lompatan evolusi yang tiba – tiba dengan
cara menginkorporasikan materi genetik dan komposisi biokimia dari spesies
yang terpisah, predator, ia menelan sel algea hiaju, yang lalu berprilaku
sebagai endosimbion,memberi makan Hetena, yang kemudian kehilangan
apparatus makannya dan berprilaku sebagai autotroph.

Karena proses metabolism tidak meninggalkan fosil, riset pada evolusi


proses seluler dasar banyak dilakukan dengan membandingkan organisme
hidup. Banyak silsilah yang bercabang saat muncul proses metabolism yang
baru, dan secara teoritis kita bisa menentukan proses metabolik tertentu yang
muncul melalui perbandingan sifat keturunan dari moyang yang sama atau
mendeteksi manifestasi fisiknya. Sebagai contoh, munculnya oksigen di
atmosfer bumi berhubungan dengan evolusi fotosintesis.

G. Sitokrom c

Contoh klasik bukti biokimia dari evolusi adalah varians dari protein
ubiquitous (artinya, semua makhluk memilikinya, sebab ia melakukan fungsi
hidup yang sama besar) sitokrom c dalam makhluk hidup. Varians sitokrom c
dari berbagai organisme diukur dalam jumlah asam amino pembedanya, di
mana tiap asam amino pembeda adalah hasil substitusi pasangan basa, yakni
mutasi. Jika setiap asama amino pembeda diasumsikan sebagai hasil dari satu
substitusi pasangan basa, dapat dikalkulasi kapan di masa lalu kedua spesies
ini berpisah dengan cara mengalikan banyaknya substitusi pasangan basa
dengan estimasi waktu yang dibutuhkan suatu pasangan basa substitusi dari
gen sitokrom c untuk berhasil diteruskan. Sebagai contoh, jika waktu rata –
rata suatu pasangan basadari gen sitokrom c untuk bermutasi adalah N tahun,
jumlah asam amino yang membentuk protein sitokrom c pada monyet berbeda
satudari manusia, ini memberikan kesimpulan bahwa dua spesies tersebut
bercabang N tahun yang lalu.

Struktur primer sitokrom c terdiri dari rantai sekitar 100 asam amino.
Banyak organisme tingkat tinggi yang memiliki rantai 104 asam amino.
Molekul aitokrom c banyak dipelajari untuk melihat perannya dalam biologi
evolusi. Ayam dan kalkun mempunyai homologi urutan yang identik (asam
amino dengan asam amino), seperti halnya babi, sapi, dan domba. Manusia
dan simpanse berbagi molekul identik, sedang kera rhesus berbagi semuanya
kecuali satu asam amino: asam amino ke 66 adalah isoleusin pada mansia dan

18
treonin pada simpanse. Ynag menjadikan kemiripann – kemiripan homolog
ini sangat mengindikasi moyang sama dalam kasus sitokrom c, di samping
fakta bahwa filogeni yang diperoleh dari mereka sangat cocok dengan filogeni
lain, adalah tingginya redundansi fungsional dari molekul sitokrom c.
Perbedaan konfigurasi asam amino yang ada tidak signifikan memepengaruhi
fungsionalitas protein, yang menandakan bahwa substitusi pasangan basa
bukanlah bagian dari desain terarah, tapi hasil mutasi – mutasi acak yang tidak
mengalami seleksi.

4. Anatomi perbandingan

Teori dasar mengenai bukti-bukti evolusi berdasarkan anotomi


perbandingan adalah bahwa semua hewan sama, tersusun oleh sel dengan
banyak gambaran umum. Jika setiap spesies diciptakan terpisah, hewan
bervariasi atau beragam dalam struktur tanpa pola yang konsiten dan
yanpa korelasi antara organ-organ yang mempunyai fungsi-fungsi sama.
Namun, hewan-hewan yang sekarang ada mempunyai sistem organ yang
sama untuk sistem rangka, peredaran darah, percernaan, ekskresi, dan
fungsi lainya yang penting.

Contoh kesamaan struktur anggota gerak bagian depan adalah


kesamaan pada sayap burung dengan kelelawar, sirip ikan, dengan
lumba-lumba, dan kaki depan kuda. Contoh-contoh diatas
memperlihatkan bahwa anggota gerak yang serupa tersebut berasal dari
bagian yang sama , walaupun digunakan dalam fungsi yang berbeda.
Sayap burung digunakan untuk terbang dan sirip ikan untuk berenang.
Organ-organ yang memiliki kesamaan struktur, seperti yang telah
disinggung diatas, disebut organ Homolog (homologi). Jadi organ
homolog (homologi) adalah Struktur dasarnya mengalami perkembangan
sehingga menimbulkan variasi. Sebaliknya, organ yang struktur dasarnya
berlainan tetapi mempunyai fungsi yang sama disebut organ analog
(analogi). Contoh organ analog adalah sayap serangga dan sayap
bururng. Kedua organ tersebut sama-sama digunakan untuk terbang
tetapi struktur dasarnya berbeda.

19
Disamping itu di alam juga terdapat organ-organ homolog pada
beberapa hewan yang tidak jelas fungsinya. Organ seperti ini sering
disebut dengan istilah organ vestigial. Organ vestigial adalah organ yang
menyusut atau hanya memiliki sebagian fungsi dari organ homolog dari
spesies lain yang berkembang baik. Pembedahan pada beberapa Boa
constrictor (sejenis ular) dan paus mengungkapkan adanya tulang-tulang
yang diduga homolog dengan tulang-tulang pinggul vertebrata yang
lainnya. Tampaknya struktur-struktur tersebut tidak berfungsi. Jika
semua spesies diciptakan secara khusus, maka hal ini merupakan
perencanaan yang kurang baik untuk memasukkan bagian-bagian organ
yang tidak berfungsi. Sebaliknya jika kita mengganggap bahwa ular dan
paus berkembang dari moyang berkaki empat maka kita dapat mengerti
mengapa sisa-sisa peninggalan evolusi mereka masih ada. Juga manusia
mempunyai organ vestigial demikian. Leburan tulang belakang yang
menyusun bagian bawah tulang belakang manusia dianggap sebagai sisa
vestigial dari ekor yang dimiliki moyang kita. Kenyataanya kadang-
kadang ada bayi lahir dengan ekor pendek. Akan tetapi ekor tersebut
dapat dibuang dengan mudah dan cepat.

A. Perkembangan embrio pada hewan.

Embriologi Perbandingan setiap spesies hewan berasal dari satu


zigot. Zigot adalah telur yang sudah dibuahi. Namum, setiap spesies
selalu melalui suatu tahapan embrio dengan ciri-ciri yang sama. Bukti
embrio menjadi penting evolusi karena perkembangan embrio merupakan
pengulangan sejarah evolusi bintang. Ontogeni adalah perkembangan
individu suatu spesies mulai dari telu sampai dewasa. Filogeni adalah
perkembangan spesies dalam proses evolusinya. Pada tahap-tahap
tertentu, embrio spesies mengulangi evolusi nenek moyangnya. Dengan

20
kata lain, ontogeni merupakan rekapitulasi runutan peristiwa evolusi
dalam filogeni.

Sebagai contoh, adanya ekor pada tingkat awal embrio manusia


menunjukkan adanya suatu pengulangan dari nenek moyangnya. Catatan
fosil menunjukkan bahwa vertebrata air bernapas dengan insang. Bentuk
kehidupan ini sudah ada sebelum adanya bentuk kehidupan darat yang
bernapas dengan paru-paru. Berdasarkan wakti urutan kemunculan
hewan, mulai dari ikan, amfibia, reptilia, burung sampai mamalia.
Amfibia mewakili fase tranisi. Hal ini ditandai adanya perubahan struktur
respirasi air menjadi respirasi darat. Persamaan bentuk embrio terdapat
juga pada manusia, babi, salamander dan ikan, yaitu pada stadium
perkembangan celah insang. Pada fase ini, tangan dan kakinya masih
berupa tonjolan dan hanya suatu organ spesifik.

B. Variabilitas pada tumbuhah dan hewan

Bukti adanya evolusi berdasarkan variabilitas tumbuhan dan


hewan, terutama dipelajari pada tumbuhan dan hewan yang
dibudidayakan oleh manusia sebagai hasil penelitian. Penelitian-
penelitian ditujukan pada tumbuhan dan hewan karena evoluis
berlangsung sangat lambat sehingga sulit dilihat oleh manusia. Contoh
peristiwa ini dapat dilihat pada tumbuhan kol yang berubah menjadi
beberapa varietas.

Perubahan ini merupakan hasil seleksi buatan manusia dengan cara


pemuliaan tanaman. Contoh lainnya adalah pada budidaya hewan, seperti
kuda dan sapi.Ada berbagai macam varietas hewan sebagai hasil seleksi

21
buatan manusia.Akibatnya, satu spesies dapat menghasilkan bermacam-
macam varietas. Seleksi buatan ini menunjukan tingkat perkembangan
suatu jenis menuju kepada pemisahan suatu spesies baru. Namun, seleksi
buatan akan mempercepat proses alamiahnya.

C. Taksonomi pada tumbuhan dan hewan.

Dari taksonomi dapat diketahui bahwa hewan dan tumbuhan


dapat dispesifikasikan dalam berbagi tingkatan, mulai spesies sampai
kelas. Pengelompokan didasarkan atas kesamaan karakteristik secara
umum, tingkatan hirarki dan perbedaan-perbedaan pada organ-orgen
tertentu. Hal ini dapat dilakukan sehubungan dengan adanya suatu
perbedaan yang gradual. Perbedaan itu menunjukkan keteraturan.
Penggolongan ini juga dimungkinkan karena adanya suatu mata rantai
yang hilang yang disebut missing link. Hilangnya tingkatan tertentu ini
mungkin disebabkan adanya kepunahan dari spesies tersebut.

5. Bukti dari distribusi geografis

Pada tahun 1876, penyelidik alam dari Inggris Alfred Wallece


(yang terpisah dari Darwin) mengemukakan bahwa daerah-daerah benua
di Dunia dapat dibagi menjadi menjadi enam wilayah terpisah dari
wilayah utama berdasarkan populasi hewannya (gambar).
Keanekaragaman terbanyak dari makluk hidup terdapat di dua wilayah
tropis , yaitu Ethiopia (Afrika tropis) dan Oriental (Asia tropis dan pulau-
pulau dekat lepas pantai). Bukti fosil menunjukan bahwa wilayah-
wilayah itu kebanyakan tanaman dan vertebrata dominant telah
berevolusi., begitu pula wilayah Palearktik Eropa dan Asia Utara
sedangkan Amerika Utara ialah wilayah Nearktik. Penyebaran tumbuhan
dan hewan ked an melalaui wilayah ini sering dibatasi secara keras oleh
beruknya iklim. Kedua wilayah benua lainnya ialah Neotropis (amerika
Selatan) dan Australian (Australia, Delandia Baru dan Irian). kehidupan
hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) yang tidak lazim di kedua wilayah
ini dapat dijelaskan oleh isolasi intermin yang dialaminya dengan daratan
didekatnya. Pada waktu itu wilayah Australia terisolasi, sedangkan
wilayah Neotropos mempunyai jembatan dengan wilayah Nearktik
selama dua juta tahun terakhir.

22
Penyebaran tumbuhan dan hewan di pulau-pulau samudra
menunjang dengan kuat teori evolusi. Pulau-pulau samudra (misalnya
pulau Hawai) adalah yang tidak pernah berhubungan dengan enam
wilayah penyebaran dunia. Banyak pulau-pulau itu timbul dari lautan di
waktu yang relatif baru (secara geologis). meskipun demikian, semua
pulau-pulau tersebut mempunyai kekayaan dan keanekaragaman fauna
dan flora. Jika spesies tidak bermutasi, kita akan berharap bahwa semua
makluk yang menempati pulau-pulau demikian akan merupakan anggota
spesies yang terdapat di benua.

Pada waktu berumur 26 tahun, Darwin mengunjungi sekelompok


pulau demikian yaitu pulau Galapagos yang berhadapan dengan Ekuador.
Dia menemukan bahwa burung-burung laut disana sama dengan burung-
burung pulau-pulau di Pasifik. Namun Darwin juga menemukan tiga
belas spesies burung daratan yang tidak dijumpai dimanapun di dunia ini
(Gambar). Beberapa memiliki paruh yang besar untuk memakan biji,
yang lainnya mempunyai paruh yang sesuai untuk memakan insekta.
berbagai ukuran. Satu spesies memiliki paruh seperti burung pelatuk dan
menggunakannya untuk membuat lubang di kayu. Akan tetapi, burung ini
tidak memiliki lidah yang panjang sebagaimana pelatuk yang umum
dijumpai yang menggunakan lidah untuk menangkap insekta dari kayu.
Sebagai gantinya burung ini menggunakan duri kaktus yang dipegang
pada paruhnya untuk menggali insekta keluar. Dibawah keanekaragaman
bentuk luar ini ketigabelas spesies burung ini adalah burung finch.

23
Meskipun salah satu diantaranya lebih mirip warbler. Anatomi dalamnya
memperlihatkan hubungan kekerabatan yang sebenarnya.

Dengan demikian kepulauan Galapagos memiliki sekelompok


burung yang tidak terdapat dimanapun di dunia. Hal ini merupakan hal
yang aneh bagi teori penciptaan. Jauh lebih masuk akal adalah pemikiran
Darwin bahwa setiap jenis burung ini adalah hasil keturunan yang
mengalami perubahan evolusi dari nenek moyang finch biasa yang secara
kebetulan mencapai pulau-pulau tersebut dari daerah asalnya di amerika
Selatan. Kita telah melihat bahwa Darwin mengumpulkan beberapa
macam bukti untuk memperkuat pendiriannya bahwa spesies dapat
berubah dan merupakan hasil evolusi. Tetapi agaknya tidak ada bukti

6. Bukti Dari Domestikasi

Domestikasi adalah pembudidayaan tumbuhan dan hewan dengan


sengaja oleh manusia selama ribuan tahun. Dua abad belakangan ini
manusia telah mengembangkan varietas atau jenis tanaman dan hewan
yang menghasilkan makanan yang lebih memenuhi kebutuhan. Melalui
proses domestikasi manusia telah menciptakan bentuk-bentuk spesies
yang berbeda dari moyangnya.

Reaksi antara antibodi antihuman (berasal dari kelinci) dan serum dari
berbagai mamalia, dengan serum manusia dinilai 100% (Kimbal,2005)

Spesies Reaksi antibodi antihuman

24
Manusia 100%

Simpanse 97%

Gorila 92%

Gibbon 79%

Babaon 75%

Monyet laba-laba* 58%

Lemur 37%

Landak kecil (insektivora) 17%

Babi 8%

Sebagai contoh adalah keanekaragaman anjing yang luar biasa dari


mulai Chihuahua sampai Saint Bernard menunjukan kemampuan kita
mengubah spesies dengan cara perkawinan selektif. Tanaman jagung (Zea
mays) juga telah mengalami perubahan begitu besar sehingga tidak dapat
hidup tanpa bantuan manusia. Jenis-jenis kuda, sapi, kambing, domba,
ayam dan kelinci yang kita liat sekarang adalah bukti dari variabilitas dan
menunjukan kemampuan kita menciptakan perubahan evolusi yang
menguntungkan.

Standar yang dalam menilai suatu teori adalah kemampunya


menjelaskan sebanyak mungkin fakta dengan cara paling sederhana
sehingga memungkinkan meramal fakta-fakta baru, demikian juga teori
evolusi ini. Perubahan evolusi yang lambat telah menghambat penjelasan

25
terkait ramalan fakta-fakta baru. Namun teori evolusi mampu
memberikan penjelasan sederhana yang luas tentang fakta kehidupa
sehingga sangat penting dalam biologi. Setiap aspek dari dunia
kehidupan yang dipelajari manusia dari biokimia, sitologi, antropologi
dan sejarah telah dihidupkan dan diperluas oleh teori ini.

Penyebaran hewan berdasarkan geografis telah memberikan


Darwin bukti yang paling kuat bahwa evolusi telah terjadi, maka
penelitiannya tentang proses domestifikasi memberikan kunci bagaimana
evolusi itu terjadi. Inilah teori tentang mekanisme perubahan evolusi
yang benar-benar membuat The Origin of Spesies menjadi karya
bersejarah.

7. Bukti dari observasi terhadap Seleksi Alam

Contoh bukti evolusi sering berasal dari observasi langsung seleksi


alam di alam dan laboratorium. Ilmuwan telah mengobservasi dan
mendokumentasikan banyak kejadian di mana seleksi alam berperan.
Contoh – contoh paling terkenal adalah resistensi antibiotik di bidang
medis dan juga eksperimen – eksperimen laboratorium baru yang
mendokumentasi kejadian seleksi alam. Seleksi alam serupa dengan
keturunan yang sama karena kejadiannya keanekaragaman kehidupan di
bumi yang kita lihat sekarang ini. Semua adaptasi, baik yang
didokumentasikan ataupun yang tidak, disebabkan oleh seleksi alam (dan
beberapa proses lain yang sifatnya minor). contoh – contoh berikut
hanyalah sebagian kecil saja dari eksperimen dan observasi yang telah
dilakukan.

a. Resistensi Pestisida dan Antibiotik


Perkembangan dan penyebaran bakteri kebal – antibiotik, seperti
halnya penyebaran bentuk – bentuk tanaman dan serangga resisten-
pestisida, adalah bukti evolusi spesies, dan perubahan dalam spesies.
Jadi munculnya Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
vancomycin, dan bahayanya terhadap pasien rumah sakit adalah hasil
langsung evolusi melalui seleksi alam. Munculnya strain Shigella
yang tahan terhadap antibiotik buatan dari kelompok sulfonamid juga
menunjukkan generasi informasi baru proses evolusi. Demikian pula,
munculnya resistensi nyamuk Anopheles terhadap DDT, dan
munculnya resistensi myxomatosis pada populasi kelinci yang
dikembangbiakan di Australia, semuanya merupakan bukti adanya
evolusi saat ada tekanan seleksi evolusi pada spesies di mana
generasinya tumbuh dengan cepat.

26
b. Eksperimen Evolusi Jangka – Panjang E. Coli
Evolusi eksperimental menggunakan eksperimen terkontrol untuk
menguji hipotesis dan teori evolusi. Dalam satu contoh yang paling
awal, William Dallinger melakukan eksperimen di penghujung 1880,
dengan memanasi mikroba untuk menghasilkan perubahan adaptif
secara paksa. Risetnya berlangsung sekitar tujuh tahun, dan
publikasinya diterima saanagt baik, namun ia tidak dapat meneruskan
eksperimen ini karena kerusakan alat.
Eksperimen evolusi jangka – panjang E. Coli yang dimulai tahun
1988 di bawah pimpinan Richard Lenski masih berlangsung, dan
sudah menunjukkan adaptasi – adapatsi seperti evolusi satu strain E.
colli yang dapat tumbuh di media tumbuh asam sitrat.

c. Manusia
Seleksi alam terobservasi pada populasi manusia modern, di mana
penemuan baru menunjukkan bahwa populasi yan berisiko terjangit
penyakit berbahaya yang mlemahkan, kuru, memiliki varian imun
dari gen protein prion G127V yang proporsinya lebih besar
ketimbang pada alel non–imun. Ilmuwan mempostulasikan satu
alasan cepatnya seleksi varian genetik ini adalah letalitasn dari
penyakit ini pada orang yang non-imun. Beberapa tren evolusi
lainnya pada populasi lain tercatat meliputi pemanjangan periodee
reproduksi, berkurangnya kadar kolesterol dalam darah, turunnya
kadar gula darah, dan tekanan darah.

d. Intoleramsi Laktose pada Manusia


Intoleransi terhadap laktose adalah ketidakmampuan memetabolisir
laktose karena tidak adanya enzim laktase dalam sistem
pencernaan. Kondisi mamalia normalnya adalah spesies ang masih
muda akan mengalami pengurangan produksi laktase pada akhir
masa sapihan (berbeda untuk setiap spesies).
Pada manusia, dalam masyarakat pengkonsumsi non-susu,
produksi laktase biasanya turun sekitar 90% selama 4 tahun
pertama kehidupan, walau kapan tepatnya waktu turun tersebut
sangat bervariasi. Namun populasi manusia tertentu memiliki
mutasi pada kromosom dua yang mengeliminasi penghentian
produksi laktase, memungkinkan populasi tersebut melanjutkan
konsumsi susu mentah dan produk susu segar serta fermentasi lain
sepanjang hidup mereka tanpa kesulitan. Ini tampaknya adalah
adaptasi terbaru evolusi terhadap konsumsi susu, dan terjadi secara
independen baik di Eropa utara maupun di Afrika timur pada
populasi yang memiliki sejarah gaa hidup pastoral.

27
e. Bakteri Pemakan Nilon
Bakteri pemakan-nilon adalah satu strain Flavobacterium yang
mampu mencerna limbah nilon. Ada konsensus ilmiah bahwa
kapasitas mensisntesis nylonase sangat mungkin muncul sebagai
mutasi satu-tahap yang survive karena ia mengingatkan fitness dari
bakteri yang memiliki mutasi ini. Ini contoh evolusi melalui mutasi
dan seleksi alam yang terjadi dan sudah diobservasi.

f. Toleransi PCB
Setelah General Electric membuang polychlorinated biphenyls (PCB)
di sungai Hudson dari tahun 1947 hingga 1976, tomcod yang hidup di
sungai ditemukan meningkat resistensinya terhadap senyawa toksik.
Mula – mula populasi romcod menurun, namun kemudian meningkat
lagi. Ilmuwan mengidentifikasi adanay mutasi genetik yang
berhubungan dengan resistensi. Mutasi dijumpai pada 99 persen
tomcod yang hidup di sungai, dan hanya 10 tomcod dari badan air
lain.

g. Ngengat Peppred
Salah satu contoh adaptasi klasik dalam merespons tekanan seleksi
lingkungan adalah kasus ngengat peppred. Warna ngengat berubah
dari terang ke gelap dan kembali terang lagi dalam jangka waktu
beberapa ratus tahun karena muncul dan hilangnya polusi akibat
Revolusi Industri di Inggris.

h. Fungsi Radiotrofik
Fungsi radiotrofik adalah fungsi yang tampaknya menggunakan
pigmen melanin untuk mengubah radiasi gamma menjadi energi
kimia untuk pertumbuhan dan pertama kali ditemukan pada tahun
2007 sebagai jamur hitam (black mold) yang tumbuh di dalam dan di
sekitar instalasi nuklir Chernobyl. Riset di Albert Einstein College of
Medicine menunjukkan bahwa tiga jamur mengandung-melanin,
Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan
Cryptococcus neoformans, mengalami peningkatan biomassa dan
mengakumulasi asetat lebih cepat di lingkungan dengan tingkat
radiasi yang 500 kali lebih tinggi dibanding lingkungan normal.

i. Margasatwa Urban
Margasatwa urban adalah margasatwa yang dapat hidup atau tumbuh
subur dalam lingkungan urban. Tipe lingkungan ini dapat melakukan
tekanan seleksi pada organisme, sering menyebabkan terbentuknya

28
adapatsi baru. Misalnya, rumput liar Crepis sancta yang dijumpai di
Prancis memiliki dua tipe yakni rumput yang kasar dan halus. Yang
kasar tumbuh dekat tanaman induk, sedang biji – biji yang halus
menjauhi dan mengambang karena angin.
Di lingkungan urban, biji yang mengandung jauh sering jatuh di
aspalyang infertil. Dalam 5-12 generasi, runput liar yang kasar ini
lebih banyak menghasilkan biji kasar dibanding kerabatnya
yanghidup di pedesaan. Contoh lain satwa liar urban adalah merpati
batu (rock pigeon) dan spesies gagak yang beradaptsi dengan
lingkungan kota di seluruh dunia: penguin Afrika di Simons Town;
baboon di Afrika Selatan; berbagai macam serangga yang hidup di
habitat manusia.

8. Bukti Dari Observasi Terhadap Spesiasi

Spesiasi adalah proses evolusi munculnya spesies biologi yang


baru. Spesiasi dapat terjadi dari berbgai penyebab dan dikelompokkan
dalam berbagai bentuk (misalnya alopatri, simpatri, poliploidisasi, dan
sebagainya). Ilmuwan telah mengobservasi banyak contoh spesiasi di
laboratorium serta di alam, namun evolusi menghasilkan jauh lebi banyka
spesies dibanding yang semula diiduga. Misalnya, ada sekitar 350.000
spesies kumbang.

Contoh menarik dari spesiasi datang dari observasi biogeografi


pulau – pulau dan proses radiasi adaptif. Contoh – contoh di bawah ini
memberi bukti kuat keturunan yang sama dan hanya sedikit dari jumlah
contoh yang diamati.

Contoh Spesifik

a. Blackcap
Spesies burung Sylvia atricapillab, umumnya disebut Blackcap,
hidup di Jerman dan terbang ke arah selatan menuju Spanyol
sementara sebagian kecil terbang ke arah utara menuju Inggris Raya
selama musim dingin. Akan tetapi populasi blackcap yang lebih
kecil memutar kembali ke Inggris Raya. Gregor Rolshausen dari
University of Freiburg menemukan bahwa pemisahan genetik kedua
populasi sudah berlangsung. Perbedaan telah muncul dalam 30
generasi.
Dengan pengurutan DNA, individu dapat diletakkan pada
kelompok yang tepat dengan akurasi 50%. Stuart Bearhop dari
University of Exeter melaporkan bahwa burung yang bermusim
dingin di Inggris cenderung kawin antar mereka sendiri, tapi tidak

29
demikian halnya dengan bururngyang bermusim dingin di
Mediterania. Masih masuk akal untuk berkesimpulan bahwa populasi
– populasi tersebut akan menjadi dua spesies yang berbeda, anmun
peneliti menduga bahwa ini disebabkan adanaya pemisahan geografi
dan pemisahan genetik yang berkelanjutan.

b. Drosophila melanogaster

William R. Rice dan George W. Salt menemukan bukti


eksperimental spesiasi simpatrik pada lalat buah. Mereka
mengumpulkan populasi Drosophila melanogaster dari Davis,
California dan meletakkan pupa-nya ke labirin habitat.

Lalat yang baru menetas harus memilih labirin untuk


menemukan makanan. Lalat punya tiga pilihan dalam memilih
makanan.

 terang dan gelap (fototaksis),


 ke atas dan ke bawah (geotaksis),
 bau asetaldehid dan etanol (kemotaksis).

Ini akhirnya akan membagi lalat menjadi 42 habitat spatio-


temporal. Mereka kemudian mengkultur dua strain yang memilih
habitat berlawanan. Satu strain muncul lebih awal, segera terbang ke
atas dalam gelap karena tertarik ke asetaldehid. Strain satunya
muncul kemudian dan segera terbang ke bawah, tertarik pada cahaya
dan etanol. Pupa dari dua strain ini kemudian diletakkan bersamaan
dalam labirin dan dibiarkan kawin di tempat makanan. Kemudian
mereka dikumpulkan.

Diberikan hukuman selektif bagi lalat betina yang berpindah


habitat. Akibatnya, tak satupun dari gamet-gamet mereka yang
diwariskan ke generasi selanjutnya. Setelah dilakukan untuk 25
generasi, uji kawin memperlihatkan adanya isolasi reproduktif antara
kedua strain. Mereka mengulangi eksperimen lagi tanpa memberikan
hukuman untuk perpindahan habitat dan hasilnya adalah sama; yang
berarti isolasi reproduktif telah terbentuk.

c. Hawthorn fly

Salah satu contoh kerja evolusi adalah kasus lalat hawthorn,


Rhagolatis pomonella, juga dikenal sebagai lalat belatung apel
(Apple maggot fly), yang tampaknya melakukan spesiasi simpatrik.

30
Populasi-populasi hawthorn yang berbeda ternyata memakan buah
yang berbeda.

Satu populasi berbeda muncul di Amerika Utara pada abad


ke-19 suatu waktu setelah apel, bukan spesies-asli, masuk ke sana.
Populasi pemakan-apel ini normalnya hanya memakan apel saja, dan
bukan buah kesukaan hawthorn pada umumnya. Populasi hawthorn
yang ada saat ini normalnya tidak lagi memakan buah apel. Beberapa
bukti, seperti fakta bahwa enam dari tiga belas lokus allozimnya
berbeda; bahwa lalat hawthorn matang lebih lambat pada satu musim
dan memerlukan waktu lebih lama matang dibanding yang memakan
apel; dan bahwa ada sedikit bukti saling kawin (peneliti menemukan
adanya 4-6% laju hibridasi) menyiratkan telah terjadinya spesiasi.

d. Nyamuk di London Underground

Nyamuk London Underground (sistem kereta bawah-tanah kota


London) adalah spesies nyamuk dari genus Culex yang dijumpai di
London Underground. Nyamuk ini berevolusi dari spesies bawah
tanah Culex pipiens. Nyamuk ini, walau pertama ditemukan di
sistem London Underground, juga ditemukan di sistem bawah-tanah
manapun di dunia.

Diduga nyamuk ini beradaptasi dengan sistem bawah tanah


buatan-manusia sejak abad lalu dari Culex pipiens lokal di atas
tanah, walau bukti baru menunjukkan nyamuk ini adalah varietas
dari nyamuk selatan yang berkerabat erat dengan Culex pipiens yang
sudah beradaptasi dengan ruang-ruang di bawah tanah yang hangat
di kota-kota bagian utara. Spesies ini berperilaku sangat berbeda,
sangat sulit untuk kawin, dan memiliki frekuensi alel yang berbeda,
konsisten dengan penyimpangan genetik selama founder event.

Lebih spesifiknya, nyamuk ini, Culex pipiens molestus,


kawin sepanjang tahun, tak toleran-dingin, menggigit tikus, mencit,
dan manusia, berbeda dengan spesies atas-tanah Culex pipiens yang
toleran dingin, berhibernasi di musim dingin, dan hanya menggigit
burung. Ketika kedua spesies ini disilangkan, telurnya infertil,
menggambarkan adanya isolasi reproduktif.

Hasil-hasil terpentingnya masih berlaku: data genetik


menunjukkan bentuk molestus pada nyamuk London Underground
tampaknya bermoyang sama, dan bukan bahwa populasi pada tiap
stasiun berkerabat dengan populasi atas-tanah terdekat (mis. bentuk

31
pipiens). Hipotesis Byrne dan Nichol adalah adaptasi lingkungan
bawah-tanah ini muncul hanya di London sekali saja.

Populasi-populasi yang terpisah jauh ini berbeda genetik


sangat kecil, menyiratkan bahwa bentuk molestus ini dikembangkan:
ada beda satu mtDNA di antara populasi bawah-tanah di sepuluh
kota di Rusia; ada beda satu mikrosatelit tetap pada populasi-
populasi mulai dari Eropa, Jepang, Australia, Timur Tengah, dan
pulau-pulau Atlantik.

e. Tikus Rumah Madeira

Tikus Madeira adalah spesies tikus, diturunkan dari tikus rumah


(Mus musculus), yang mengalami spesiasi setelah pulau Madeira
mulai dihuni pada 1420.

f. Molly

Poecilia mexicana adalah ikan kecil yang hidup di gua-gua sulfur


Meksiko. Penelitian tahunan terhadap terhadap ikan ini menemukan
bahwa dua populasi unik molly-ikan dalam dalam yang berwarna
gelap dan ikan permukaan yang terang- makin lama makin divergen
secara genetik. Tidak ada penghalang yang jelas antara keduanya:
tapi ditemukan bahwa molly diburu oleh kutu air berukuran-besar
(Belostoma spp). Tobler mengumpulkan kutu dan kedua tipe molly,
menempatkannya pada botol plastik besar, dan mengembalikannya
ke gua. Setelah sehari, ditemukan bahwa dalam keadaan ada cahaya,
ikan yang beradaptasi di gua ternyata paling terluka, dengan empat
dari lima luka tusukan datang dari bagian-mulut kutu air yang tajam.

Dalam keadaan gelap, situasinya berlawanan. Indra molly


dapat mendeteksi ancaman predator di habitatnya sendiri, namun
bukan di habitat lain. Berpindah dari satu habitat ke habitat lain akan
meningkatkan risiko kematian. Tobler merancang eksperimen
lanjutan, tapi ia meyakini bahwa ini merupakan contoh bagus
tentang kemunculan suatu spesies baru.

g. Thale cross

Kirsten Bomblies menemukan bahwa dua gen diwariskan dari tiap


induk dari tanaman thale cross, Arabidopsis thaliana. Ketika gen-
gen ini diwariskan, tanaman ini memicu reaksi pada tanaman hibrid
yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuhnya sendiri untuk
melawannya. Pada induk, gen-gen ini tidak merusak, namun merea
berevolusi terpisah dan bereaksi-merusak ketika bergabung. Untuk

32
menguji ini, Bomblies menyilangkan 280 strain berbeda dari
Arabidopsis dalam 861 cara berlainan dan menemukan bahwa 2
persen dari hibrid hasilnya adalah nekrotik (selnya mati). Selain
mengalokasikan indikator-indikator yang sama, ke-20 tanaman juga
memiliki kumpulan aktivitas genetik yang setara dalam sekumpulan
1.080 gen. pada hamper semua kasus, Bomblies menemukan bahwa
hanya diperlukan dua gen untuk menyebabkan respon autoimun ini.
Bomblies melihat satu hibrid secara detil dan menemukan bahwa
satu dari kedua gen berasal dari kelas NB-LRR, sekelompok gen
resisten penyakit biasa yang terlibat dalam mengenali infeksi baru.
Ketika Bomblies membuang gen yang bermasalah, perkembangan
hibrid akan normal. Setelah beberapa generasi berturutan,
inkompatibilitas ini bisa membentuk pembagian antara strain-strain
tanaman yang berbeda, mengurangi peluang kesuksesan kawin dan
mengubah strain-strain yang berlainan menjadi spesies-spesies
terpisah.

h. Fertilitas atau Hibridasi Antarspesies

Berdasarkan studi laboratorium dan contoh-contoh spesiasi yang


teramati di alam, mencari spesies yang mampu bereproduksi dengan
baik atau membentuk hibrid antara dua spesies berbeda memberi kita
kesimpulan bahwa hubungan mereka sangat dekat. Bersama-sama
dengan ini, diketahui bahwa hibridasi ternyata merupakan prekursor
bagi pembentukan spesies baru karena menjadi sumber gen yang
baru untuk suatu spesies. Contoh di bawah ini hanyalah sebagian
kecil dari spesiasi yang teramati melalui hibridasi.

i. Beruang Kutub

Satu contoh spesifik evolusi skala-besar adalah beruang kutub


(Ursus maritimus). Beruang kutub berkerabat dengan beruang coklat
(Ursus arctos) namun mereka masih bisa interbreeding dan
menghasilkan keturunan fertil. Namun hewan ini telah mendapatkan
perbedaan fisiologi yang signifikan dari beruang coklat. Perbedaan
ini memungkinkan beruang kutub survive dalam kondisi-kondisi di
mana beruang coklat tidak, seperti berenang hingga enam puluh mil
atau lebih dalam suatu waktu dalam air dingin, tubuh diselimuti
salju, dan tetap hangat di lingkungan kutub.

Selain itu, pemanjangan leher mempermudah kepala mereka


untuk tetap bisa di atas air ketika berenang dan selaput besar antara

33
jari-jari kaki mereka berfungsi sebagai dayung saat berenang.
Evolusi beruang kutub juga menghasilkan papilla kecil dan cangkir
penghisap mirip-vakuola di telapak kakinya untuk mencegah
tergelincir di es: kaki yang dilindungi lapisan tebal untuk melindungi
bagian bawah dari udara dingin dan memberi gesekan; telinga yang
lebih kecil untuk mengurangi hilangnya panas; kelopak mata yang
bekerja seperti kacamata anti-silau; akomodasi untuk diet mereka
yang berupa daging; kapasitas lambung besar untuk makan
oportunistik; dan kemampuan untuk puasa hingga sembilan bulan
sambil mendaur-ulang ureanya.

j. Raphanobrassica

Raphanobrassica mencangkup semua hibrid intergenerik antar


genera Raphanus (lobak) dan Brassica (kubis, dsb).
Raphanobrassica merupakan persilangan alopoliploid antara lobak
(Raphanus sativus) dan kubis (Brassica oleracea). Tanaman-
tanaman dari induk ini disebut radicole. Dikenal juga dua bentuk
fertil dari Raphanobrassica. Raparadish, hibrida alopoliploid antara
Raphanus sativus dan Brassica rapa, ditumbuhkan sebagai makanan
hewan.

“Raphanofortii” adalah hibrid alopoliploid antara Brassica


tournefortii dan Raphanus caudatus. Raphanobrassica adalah
tanaman yang menarik, sebab, meskipun hibrid, ia tidak steril. Ini
menyebabkan beberapa Botaniwan menduga bahwa hibridasi
kebetulan dari suatu bunga oleh polen dari spesies lain di alam bisa
saja menjadi mekanisme spesiasi yang umum pada tanaman tinggi.

k. Salsify

Salsify adalah satu contoh spesiasi hibrid yang sudah diobservasi.


Pada awal abad ke-20, manusia mengintroduksi tiga spesies
goatbeard ke Amerika Utara. Spesies ini adalah salsify barat
(Tragopogon dubius), salsify padang rumput (Tragopogon
pratensis), dan tanaman oyster (Tragopogon porrifolius), yang
sekarang adalah rumput yang banyak dijumpai di tanah terlantar
daerah perkotaan. Pada tahun 1950-an, botaniwan menemukan dua
spesies baru di daerah Idaho dan Washington, di mana ketiga spesies
yang sudah diketahui sebelumnya saling overlapping.

Satu spesies baru, tragopogon miscellus, merupakan hibrid


tetraploid dari T. dubius dan T. pratensis. Spesies baru lainnya,

34
Tragopogon mirus, juga alopoliploid, namun moyangnya adalah T.
dubius dan T. porrifolius. Spesies-spesies baru ini biasanya disebut
“the Ownbey hybrids” mengambil nama botaniwan yang pertama
kali mendeskripsikannya. Populasi T. mirus tumbuh terutama dengan
cara reproduksi anggota-anggotanya sendiri, namun terus terjadi
hibridasi lanjutan yang menambah populasi T. mirus.

T. dubius dan T. pratensis disilangkan di Eropa tetapi tak


pernah dapat berhibridasi. Sebuah studi yang dipublikasikan pada
Maret 2011 menemukan bahwa ketika dua tanaman ini
diintroduksikan ke Amerika Utara pada 1920-an, mereka bisa kawin
dan menggandakan jumlah kromosom pada hibrid mereka
Tragopogon miscellus yang memungkinkannya “me-reset” gennya,
yang, pada gilirannya, memungkinkan variasi genetik yang lebih
tinggi.

Profesor Doug Soltis dari University of Florida mengatakan


“Kita menangkap evolusi sedang beraksi…pola-pola ekspresi gen
yang baru dan berbeda memungkinkan spesies baru beradaptasi
dengan cepat di lingkungan baru”. Kejadian teramatinya spesiasi
melalui hibridasi ini semakin mempertegas bukti keturunan yang
sama dari organisme dan kerangka waktu di mana spesies baru
tersebut muncul dalam lingkungan yang baru. Hibridasi telah
dihasilkan secara artifisial di laboratorium dari 2004 hingga saat ini.

l. Welsh Groundsel

Welshgroundsel adalah tanaman alopoliploid, yang mengandung set


kromosom yang berasal dari dua spesies berbeda. Moyangnya adalah
Senecio × baxteri, suatu hibrid infertil yang bisa muncul secara
spontan bila groundsel yang berkerabat dekat (Senecio vulgaris) dan
Oxford ragwort (Senecio squalidus) tumbuh berdekatan. Pada suatu
waktu di awal abad ke-20, ada penggandaan jumlah kromosom yang
terjadi secara kebetulan pada tanaman S. × baxteri yang
menyebabkan terbentuknya spesies fertil yang baru.

m. York Groundsel

York groundsel (Senecio eboracensis) adalah spesies hibrid Senecio


squalidus yang self-inkompatibel dan Senecio vulgaris yang self-
kompatibel. Serupa S. vulgaris, S. eborancensis juga self-
kompatibel, namun hanya menunjukan sedikit atau tak ada
persilangan dengan spesies induknya, sehingga terisolasi secara

35
reproduksi, menunjukkan adanya sawar perkawinan yang kuat antar
hibrid baru ini dan induknya.

Tanaman ini adalah hasil dari persilangan balik (backcross)


dari hibrid F1dari induk-induknya dengan S. vulgaris. S. vulgaris
adalah asli Inggris, sedang S. squalidus diintroduksikan dari Sisilia
padda awal abad ke-18; jadi, S. eboracensis telah berspesiasi dari
dua spesies ini dalam 300 tahun terakhir.

Diketahui juga hibrid-hibrid lain yang berasal dari dua induk


yang sama. Beberapa infertile seperti S. × baxteri. Hibrid fertil lain
juga diketahui, meliputi S. vulgaris var. hibernicus, sekarang banyak
dijumpai di Inggris, dan aloheksaploid S. cambrensis, yang
berdasarkan bukti molekuler kemungkinan muncul secara
independen setidaknya tiga kali di lokasi-lokasi yang berlainan.
Bukti genetik dan morfologi mendukung status bahwa S.
eboracensis adalah terpisah dari hibrid-hibrid lain yang dikenal.

9. Bukti dari Seleksi Artifisial


Seleksi artifisial memperlihatkan keanekaragaman yang bisa terjadi
pada organisme – organisme yang bermoyang sama namun relatif
baru. Pada seleksi artifisial, satu spesies dikawinkan secara selektif
pada tiap generasi, sehingga hanya organisme dengan ciri – ciri
diinginkan saja yang bisa bereproduksi.
Ciri – ciri ini akan semakiin berkembang baik pada generasi
selanjutnya. Seleksi artifisial sudah berhasil dilakukan jauh sebelum
sains menemukan landasan genetiknya. Contoh seleksi artifisial
adalah breeding pada anjing, modifikasi makanan secara genetik,
breeding tanaman berbunga, kultivasi makanan seperti kubis dan
sebgainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Evolusi Manusia. Wikipedia. Alamat website : http :


//in.wikipedia.org/wiki/evolusi manusia/ [diakses 23 Mei 2009].

APA Style: human evolution. (2009). Encyclopædia Britannica. Ultimate


Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica

36
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Database Riptek, Situs: www.dbriptek.lipi.go.id. Diakses 22 April 2009

LIPI. Peran Ilmu Stratigrafi dan Paleontologi dalam Penerapan Ilmu Kebumian:
Pemahaman Peran Biostratigrafi dalam Proses Penentuan Umur Batuan.
Situs : www.penerbit.lipi.go.id. Diakses 22 April 2009

Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation. All rights


reserved.

MLA Style: "human evolution." Encyclopædia Britannica. Ultimate Reference


Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica, 2009

Wijana, Nyoman. 2004. Buku Ajar Evolusi. Singaraja : Institut Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Singaraja

Zaim, yahdi. Studi Stratigrafi Endapan Fosil Vertebrata di Jawa Tengah. Situs :
www.worldcat.org. Diakses 22 April 2009

37

Anda mungkin juga menyukai