Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR IPS

SEJARAH PERKEMBANGAN IPS


Dosen Pengampu : Dra. Risma., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2
1. Asyfa Uqalby (1222411034)
2. Azni Wildan (1222411039)
3. Daniel Sinaga (1223111001)
4. Aqillah Nazli (1223111004)
5. Dinda Saskia (1223111005)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami rahmat
kesehatan dan kesempatan-Nya, sehingga kami bisa menyusun makalah kami pada hari ini
dengan judul “Sejarah Perkembangan IPS”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS.

Makalah ini diharapkan mampu menjadi bahan untuk menambah wawasan bagi
pembaca serta bagi penyusun itu sendiri. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ibu Dra. Risma., M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Konsep Dasar IPS yang sudah
mempercayakan tugas ini kepada penyusun, sehingga sangat membantu penyusun dalam
memperdalam ilmu pengetahuan mata kuliah ini.

Tidak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan....................................................................................................................... 2

BAB II.................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3

A. Sejarah Perkembangan dan Pembaharuan IPS di Berbagai Negara ..................... 3

B. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia ................................................................ 6

1. Perkembangan Pemikiran IPS di Indonesia ........................................................ 6

2. Sejarah Perkembangan IPS Dalam Kurikulum Pembelajaran di Indonesia ..... 7

BAB III .............................................................................................................................. 10

PENUTUP ......................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10

B. Saran ....................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologi "Sejarah" berasal dari kata dalam bahasa Arab, syajara yang
berarti terjadi, sedangkan dalam bahasa Arab terdapat kata "Syajarah" atau
"syajaratun"yang berarti pohon, atau syajarah an nasab yang artinya pohon silsilah.
Dalam bahasa Inggris ada kata yang berpadanan dengan sejarah, yakni history kini yang
berarti "masa lampau umat manusia, atau kejadian-kejadian yang dibuat oleh alam".
Asal usul kata history dalam Bahasa Inggris berawal dari bahasa Yunani kuno "Istoria",
yang artinya Ilmu, belajar dengan cara bertanya-tanya. Dalam masyarakat di berbagai
daerah juga dikenal istilah-istilah yang menunjuk pada pengertian sejarah seperti:
silsilah, riwayat, hikayat, tambo dan babad. Secara umum, sejarah dapat didefinisikan
semua kisah tentang masa lampau adalah sejarah. Sedangkan secara khusus sejarah
adalah sebagai sebuah ilmu yang memerlukan persayaratan dan metode ilmiah.
Tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan di dunia akan senantiasa
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini membawa dampak terhadap
eksistensi kurikulum di setiap negara yang akan mengalami perubahan sejalan dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan
IPS sebagai mata pelajaran di sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena
adanya kebutuhan masyarakat yang tengah berkembang menuju masyarakat maju yang
beradab, adil, makmur, dan sejahtera. Arah pengembangan pendidikan ini sejalan
dengan cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara historis, kelahiran IPS sebagai mata pelajaran di Indonesia erat kaitannya
dengan perkembangan Social Studies di negara lain yang telah maju. Sejumlah teori
dan gagasan Social Studies telah banyak mempengaruhi perkembangan mata pelajaran
IPS sebagai bagian dari sistem kurikulum di Indonesia. Oleh karena itu, untuk
memahami IPS di Indonesia, perlu memahami perkembangan Social Studies di negara
lain yang telah lebih dahulu berkembang.
Pendidikan IPS di Indonesia tidak serta merta muncul dan berkembang sesuai
dengan yang ada pada saat ini, akan tetapi mengalami perjalanan panjang dengan penuh
dinamikanya. Namun demikian, perkembangan Pendidikan IPS di Indonesia terdapat
penyesuain dengan kondisi masyarakat dan pemerintahan yang ada di Indonesia

1
sehingga berdampak pada penyusunan kurikulum pendidikan IPS di Indonesia yang
disampaikan pada pembelajaran di Sekolah. Seiring perkembangan teknologi,
pendidikan IPS berkembang dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media
pembelajaran. Selain memanfaatkan kemajuan teknologi, perkembangan meteri
pembelajaran IPS juga masih melibatkan masyarakat yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan IPS di berbagai negara?


2. Bagaimana sejarah perkembangan Pendidikan IPS?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan IPS di berbagai negara.


2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pendidikn IPS.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan dan Pembaharuan IPS di Berbagai Negara

Secara historis, bidang studi IPS berasal dari Amerika Serikat yang di negara
asalnya disebut social studies. Bidang studi social studies pertama kali masuk dalam
kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, sekitar setengah abad setelah
Revolusi Industri (abad ke-18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi Industri membawa perubahan yang
mendatangkan kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris. Pada tahun-tahun
tersebut juga tumbuh subur aliran paradigma pemikiran filsafat rasionalisme yang
merupakan perubahan cara berpikir masyarakat Eropa dari teologi menjadi rasional
yang memosisikan gagasan atau ide manjadi suatu hal yang utama untuk
mengembangakan ilmu pengetahuan (Birsyada, 2014).
Sejarah revolusi industri secara positif sangat berpengaruh pada kemajuan dan
perkembangan IPTEK di negara-negara Eropa khususnya. Penemuan-penemuan baru
atas mesin produksi massal secara singkat berdampak signifikan terhadap para buruh
yang tentunya tidak memiliki modal. Seiring perjalanan waktu, Revolusi Industri
ternyata lebih banyak mudhorot atau negatif daripada khoirotnya atau kemanfaatanya.
Kemudian, Revolusi Industri justru memunculkan paham kapitalis, kolonialis, dan
dehumanis yang memosisikan manusia tidak lagi dihargai sebagai manusia atau tidak
memanusiakan manusia. Hal ini terjadi karena para industrialis lebih menghargai faktor
produksi, modal, dan uang daripada tenaga manusia (Marx and Engels, 1989; Sayers,
2003; Creaven, 2001; Weber, 1978; dan Weber, 2005).
Para buruh terpaksa mengalah dengan kekuatan hegemoni para pemilik modal
(capitalist). Berdasarkan situasi tersebut, Thomas Arnold bermaksud menanggulangi
proses dehumanisasi dengan cara memasukkan social studies ke dalam kurikulum di
sekolahnya. Ini dimaksudkan agar siswa mempelajari masalah interaksi manusia serta
ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat, (Poerwito, 1992: 7). Secara historis,
gagasan dari Thomas Arnold tersebut merupakan sintesa pemikiranya setelah melihat
dampak revolusi industri secara besar-besaran di Inggris yang justru menyebabkan
masyarakat semakin tertindas dan miskin.

3
Kurikulum social studies di Inggris lahir karena desakan dari kelemahan sosial
akibat Revolusi industri, sementara di Amerika Serikat perosalan-persoalan sosialnya
lebih cenderung pada permasalahan ras antara kulit hitam dan kulit putih. Ras asli
Amerika, Negro yang berkulit hitam merasa dalam posisi termarginalkan dengan
kedatangan orang kulit putih dari Eropa. Mereka hanya menjadi pekerja kasar sehingga
terjadi perbudakan oleh para pendatang kulit putih. Bangsa asli Amerika rupanya telah
tersubordinasisasikan oleh hegemoni orang kulit putih.
Dalam kondisi awal penduduk Amerika Serikat yang multiras itu tidak
menimbulkan masalah. Akan tetapi, setelah perang saudara antara wilayah Utara dan
Selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865.
Saat itu, Amerika Serikat yang siap menjadi kekuatan dunia, mulai merasa kesulitan
untuk menjadi satu bangsa karena penduduk yang multiras.
Kesulitan-kesulitan di atas, rupanya juga dijumpai oleh Winerburg sebagai ahli
pendidikan sejarah di Amerika. Dalam hasil penelitianya, Wineburg menemukan
persoalan yang paling mendasar pada anak-anak usia sekolah di Amerika Serikat.
Persoalan tersebut adalah mengenai pola berpikir peserta didik yang masih parsial yang
cenderung tidak terpadu dalam memahami teks-teks sejarah perkembangan Amerika
Serikat. Winerburg (2006) mencontohkan penelitianya perihal bagaimana mengajarkan
sejarah sosial Amerika Serikat secara mendalam dan kritis. Wineburg menyodorkan
dokumen sejarah primer tentang pidato Lincoln dan Douglas secara menyeluruh. Siswa
kemudian diarahkan untuk menganalisis isi pidato dari dua calon Senat tersebut.
Simpulan dari pembelajaran tersebut adalah jawaban anak-anak yang diteliti Wineburg
sangat berbeda antara satu dan yang lain.
Persoalan masalah sosial di Amerika juga menjadi perhatian Wineburg untuk
melihat sejauh mana dampaknya bagi peserta didik di sekolah. Wineburg (2006)
melaporkan bahwa di sekolah dasar Amerika masih banyak terjadi perbedaan atau bias
jender saat pembelajaran Studi Sosial. Siswa SD diarahkan untuk menggambar warga
Amerika pada masa kolonial, mereka siswa putri cenderung menggambar perempuan
dengan pakaian yang mereka lihat selama ini. Sementara itu, siswa putra cenderung
menggambar laki-laki dengan imajinasi pikiran mereka. Ini membuktikan bahwa dalam
pembelajaran social study, khususnya sejarah selama ini masih bias gender. Posisi
perempuan masih kurang dianggap sebagai aktor atau pelaku sejarah dan laki-laki
sering mendominasi setiap cerita sejarah. Persoalan sosial yang sering menimpa
perempuan ini merupakan bukti diskriminasi sosial masih sering nampak di permukaan

4
kehidupan masyarakat. Perempuan dianggap lemah secara fisik dan pikir sehingga
tidak layak menjadi seorang pimpinan di posisi apapun, apalagi pejabat tinggi Negara.
Wineburg menyatakan bahwa peserta didik yang larut dalam bias gender
disebabkan karena budaya dan kebiasaan yang mereka lihat dan alami di lingkungan
sosial mereka sehari-hari. Dengan demikian, siswa perempuan banyak mereka yang
menggambar perempuan sedang memasak, pergi ke pasar, mencuci, dan lain-lain.
Siswa laki-laki menggambar laki-laki dengan gambar pak Tani yang sedang
mencangkul, pergi ke kantor, berpidato, dan lain-lain. Temuan-temuan dari Wineburg
ini menjadi bahan kajian bersama bagi pengembangan IPS di Indonesia untuk
mengatasi persoalan diskriminasi sosial terhadap wanita maupun kelas sosial bawah
yang termarginalkan akibat desakan ekonomi yang menghimpit mereka.
Kesenjangan sosial yang begitu tajam dan multietnik melahirkan persoalan
yang kompleks sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya menjadikan
para pakar ilmu sosial di Amerika berusaha keras untuk mempersatukan masyakarat
Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke
dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah
dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The
National Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social
studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar hingga sekolah
menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan
semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics. Di samping sebagai
reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat,
pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh
keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang
baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat
hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi
dan masyarakat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, peserta didik tidak harus menunggu
belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat
bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Dalam perkembangan IPS di
Indonesia, latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah
sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat (Somantri, 2001; Suud, 2008;
Pramono, 2013).

5
Tujuan Pendidikan IPS ialah mendidik siswa menjadi warga negara yang baik,
warga masyarakat yang konstruktif dan produktif yaitu warga negara yang memahami
dirinya sendiri dan masyarakatnya, mampu merasa sebagai warga negara, berpikir
sebagai warga negara, bertindak sebagai warga negara, dan jika mungkin juga mampu
hidup sebagaimana layaknya warga negara. negarayang memahami dirinya sendiri dan
masyarakatnya, mampu merasa sebagai warga negara, berpikir sebagai warga negara,
bertindak sebagai warga negara, dan jika mungkin juga mampu hidup sebagaimana
layaknya warga negara.
Pada tahun 1915, Committee on Sosial Studies mengeluarkan sebuah dokumen
yang bernama “the Teaching of Community Civics”. Dalam dokumen tersebut
dirumuskan konsep warga negara yang baik sebagai sosok pribadi yang sudah terbiasa
melakukan sesuatu untuk kesejahteraan individu dan masyarakat secara cerdas dan aktif
bekerja sama dengan anggota masyarakat lain hingga akhir hayatnya.
Menurut CSS, pendidikan di lingkungan rumah atau keluarga adalah faktor
pertama dalam pengembangan warga negara yang baik. CSS pun memberikan
rekomendasi konsep sosial studies sebagai sosially oriented education atau lebih
dikenal dengan istilah community civics. Menurut CSS, comunity civics sebagai
elemen terpenting dari warga negara yang baik, merupakan kondisi kewarganegaraan
di dalam konteks komunitasnya. Warga negara yang baik ialah mereka yang memiliki
perasaan sosial, pikiran sosial dan melakukan tindakan sosial.

B. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia

1. Perkembangan Pemikiran IPS di Indonesia

Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia tidak jauh berbeda


dengan perkembangan sosial student di dunia di Indonesia juga banyak dipengaruhi
oleh pemikiran sosial student yang di Amerika serikat latar belakang dimasukkannya
bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia jauh berbeda dengan latar
belakang yang terjadi di Inggris dan Amerika serikat.
Secara historis epistemologis sangat sukar untuk menelusuri perkembangan pemikiran
tentang konsep dasar IPS di Indonesia hal ini karena di Indonesia belum ada lembaga
profesional di bidang IPS seperti NCSS di Amerika, serta perkembangan kurikulum
dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu pendidikan atau disiplin ilmu sampai saat
ini sangat tergantung pada pemikiran pakar yang ditugasi untuk pengembangan

6
perangkat kurikulum yang sifatnya insidental misalnya badan penelitian dan
pengembangan (Balitbang Diknas) dan pusat kurikulum (puskur) .
karena situasi tersebut, untuk mengkaji perkembangan pemikiran mengenai pendidikan
IPS di Indonesia dapat mengkaji dari beberapa dokumen yang berasal dari pertemuan
ilmiah dan penelitian. Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) untuk pertama kalinya
muncul dalam seminar nasional tentang Civic Education 1972 yang dilaksanakan di
Solo, dalam laporan panitia seminar tesebut ada 3 istilah yang digunakan secara
bertukar pakai, yaitu 1) pengetahuan sosial, 2) studi sosial, 3) Ilmu pengetahuan sosial
ketika istilah tersebut diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih
dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar
masalah-masalah sosial dapat dipahami oleh siswa.

2. Sejarah Perkembangan IPS Dalam Kurikulum Pembelajaran di Indonesia

Dalam sejarah perkembangan kurikulum sistem pendidikan di Indonesia


terdapat tiga jenis program pendidikan sosial yang dikenal yakni program pendidikan
ilmu-ilmu sosial (IIS) yang dikaji pada fakultas-fakultas sosial murni; disiplin ilmu
pengetahuan sosial (PDPIS) yang dikaji pada fakultas-fakultas pendidikan Ilmu sosial;
dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) yang dikaji terutama di dalam
pendidikan persekolahan.
Konsep IPS di Indonesia pertama kalinya muncul ke dalam dunia per sekolahan
mulai pada tahun 1972-1973, yakni dalam kurikulum proyek perintis sekolah
pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Hal ini tidak terlepas dari beberapa pakar yang
ikut memberikan sumbangsih pemikirannya saat seminar Civic Education di
Tawangmangu yang berasal dari IKIP Bandung, Achmad Sanusi, Numan Sumantri,
Achmad Kosasih Djahiri , dan Dedi Suhardi. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP
digunakan istilah “pendidikan kewarganegaraan atau studi sosial” sebagai mata
pelajaran sosial terpadu. Dalam kurikulum tersebut digunakan istilah pendidikan
kewarganegaraan negara/ studi sosial sebagai mata pelajaran terpadu yang didalamnya
mencakup sejarah Indonesia, ilmu bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai
pengetahuan kewarganegaraan.
Sementara dalam kurikulum sekolah menengah 4 tahun digunakan istilah “studi
sosial “sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan bendera untuk mata pelajaran
sosial yang teridiri atas geografi, sejarah, dan ekonomi sebagai pelajaran mayor pada
jurusan IPS; Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran inti bagi semua

7
jurusan; dan Civic dan hukum sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS (PPSP
IKIP Bandung 1973-an, 1973b). Kurikulum PPSP tersebut dianggap sebagai pilar
kedua dalam perkembangan pemikiran tentang pendidikan IPS, yakni masuknya
kesepakatan akademis tentang IPS ke dalam kurikulum sekolah. Pada tahap ini konsep
pendidikan IPS diwujudkan dalam tiga bentuk yaitu
a. Pendidikan IPS, terintegrasi dengan nama pendidikan kewarganegaraan atau studi
sosial
b. pendidikan IPS terpisah, di mana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep
payung untuk mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi
c. pendidikan kewarganegaan sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus, yang dalam
konsep tradisi social studies termasuk “citizenship transmission “(Barr, dkk.,1978).
Selanjutnya dalam kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan 4 profil,
yakni (1) pendidikan moral Pancasila menggantikan pendidikan kewarganegaraan
sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi “citizenship
transmission” ; (2) pendidikan IPS terpadu untuk sekolah dasar; (3) pendidikan IPS
kondensasi untuk yang menempatkan IPS sebagai konsep pokok yang menaungi mata
pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan IPS terpisah yang
mencangkup mata pelajaran sejarah geografi dan ekonomi untuk SMA atau sejarah dan
geografi untuk SPG.
Sampai dengan dasawarsa 1990-an bila dilihat dari perkembangan pemikiran
pendidikan IPS pada kurikulum pendidikan IPS di Indonesia mempunyai dua konsep
pendidikan IPS, yakni pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi” citizenship
transmission” dalam bentuk mata pelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
dan sejarah nasional dan pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi “social sciene”
dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMA yang terkonsentrasi di SMP, dan
terintegrasi di SD.
Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai
sekarang ini pendidikan IPS terpilah dalam dua arah, yang pertama, PIPS untuk dunia
persekolah yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, yang diorganisasikan secara psiko – pedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan; dan kedua PIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang pada
dasarnya merupakan penyelesaian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko
- pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan, untuk
tujuan pendidikan profesional guru IPS.

8
Pada tahun 2004 di tingkat persekolahan, pemerintah melakukan perubahan
kurikulum kembali yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam
kurikulum SD IPS berganti nama menjadi pengetahuan sosial. Pengembangan
kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan
setempat.
Tahun 2006 terjadi perubahan kurikulum yang dinamakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPS berdasarkan KTSP disusun secara sistematis
komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan. Dalam KTSP 2006 pembelajaran IPS mengembang empat tujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan .
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu , inkritik,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pada KTS ada KTSP selain materi atau muatan serta tujuan yang ditetapkan di atas juga
disarankan metode mengajar yang lebih dapat mengontekstuaikan pembelajaran IPS,
yakni metode pengajaran yang interaksi edukatif di dalam kelas ( in the classroom
interaction) dan metode mengajar dan interaksinya di luar kelas yaitu (out classroom
interaction)
Selanjutnya pada tahun 2013, terjadi lagi perubahan kurikulum dan IPS pun
mengikuti perubahan-perubahan terutama dengan pengembangnya pendekatan
pembelajaran terpadu tematik. Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program
pemberian IPS disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial.
Pengembangan pembelajaran tematik dapat mengambil topik dari suatu cabang ilmu
tertentu kemudian pembahasannya dilengkapi, diperluas atau diperdalam dengan
cabang ilmu lainnya. Demikian juga topik atau tema dapat dikembangkan dari berbagai
isu, peristiwa dan permasalahan yang berkembang dan pemecahannya juga dapat
dilihat dari berbagai disiplin ilmu atau sudut pandang sehingga pembelajaran IPS lebih
menarik.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertama kali IPS dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby, Inggris pada
tahun 1827, sekitar setengah abad setelah revolusi industri (abad-18). Revolusi industri abad
ke-18 ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Di
Amerika IPS secara formal dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah pada tahun 1892 di negara
bagian Wisconsin. Latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah di Amerika
Serikat berbeda dengan di Inggris. IPS dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Amerika
Serikat disebabkan perbedaan ras yang ada di Amerika Serikat.

Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang
merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang
didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Pada
awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras tidak menimbulkan masalah. Baru setelah
berlangsung Perang Saudara Antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak
yang berlangsung tahun 1861-1865, di mana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi
kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multiras tersebut merasa
sulit untuk menjadi satu bangsa.

Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar
kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras
tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian
Wisconsin pada tahun 1892.

IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas
akademik. Secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum
1975. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di
Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di
Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan
Orde Baru.

10
IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perpaduan dari berbagai bagian konsep
atau materi ilmu-ilmu sosial yang diramu untuk kepentingan program pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Tujuan pembelajaran IPS adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan melatih keterampilan untuk
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri atau
masyarakat.

B. Saran

Demikian makalah yang penulis buat dengan segala kekurangan dan keterbatasan
penulis.oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang kontruktif demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Diharapkan dapat membantu memahami dan mengerti tentang sejarah dari Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).

11
DAFTAR PUSTAKA

Heri, Y. (2021). Bahan Ajar IPS. 4–7.

Hidayat, B. (2020). Tinjauan Historis Pendidikan Ips Di Indonesia. Jurnal Pendidikan IPS
Indonesia, 4(2), 147–154. https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3493

Meilyani Wiguna. (2012). Sejarah IPS di Indonesia. Kompasiana, 232–245.


https://www.kompasiana.com/mell/55179aa4a333114907b65eb1/sejarah-ips-di-
indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai