Dosen Pengajar:
Oleh Kelompok VI
ANGGOTA :
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2018
MAKALAH ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengajar:
Oleh Kelompok VI
ANGGOTA :
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Karena hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ANTROPOLOGI
PENDIDIKAN” dengan tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang
penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun penyusun berhasil
menyelesaikannya dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Drs. M. Hasan, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jember yang
telah memberikan fasilitas kepada penyusun.
2. Bapak Drs. Didik Sugeng Pambudi, M.S yang telah memberi bimbingan, jasa,
dan pemikirannya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas dengan baik.
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
I.1 Latar Belakang....................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
I.3 Tujuan.................................................................................................2
I.4 Manfaat...............................................................................................2
II. PEMBAHASAN.......................................................................................4
2.1 Konsep Kebudayaan............................................................................4
2.2 Hubungan antara Kebudayaan dengan Kepribadian...........................7
2.3 Hubungan antara Kebudayaan dengan Pendidikan.............................9
2.4 Profil Karakteristik Fisik Manusia Indonesia.....................................13
2.5 Profil Karakteristik Lingkungan Fisik Manusia Indonesia.................16
2.6 Profil Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia...................................18
2.7 Implikasi Profil Karakteristik Sosial Budaya Indonesia terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan.............................................................27
III. PENUTUP................................................................................................35
3.1 Kesimpulan.........................................................................................35
3.2 Saran....................................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dalam arti sempit kebudayaan adalah kesenian, yaitu pikiran, karya, dan hasil
karya manusia yang memenuhi hasratnya dalam keindahan. Adapun dalam arti luas
kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang
tidak berakar kepada nalurinya karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia
sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1984). Dengan kata lain kebudayaan
itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1984).
a. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide- ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan.
b. Wujud sistem sosial, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud fisik, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Sebaliknya dari hal di atas, dalam setiap kelompok masyarakat atau suku
bangsa dan kelompok bangsa dapat dipastikan bahwa anggota-angota suatu
masyarakat, suku bangsa atau bangsa akan bersama-sama memiliki sejumlah besar
unsur-unsur kepribadian yang sama dan umum. Unsur-unsur kepribadian yang sama
dan umum ini bersama-sama membentuk pola yang cukup terintegrasi yang disebut
tipe kepribadian dasar bagi masyarakat atau bangsa itu secara keseluruhan. Tipe
kepribadian dasar itu disebut juga communal personality, basic personality structure
atau national character. Tipe kepribadian inilah yang sering disebut sebagai
kepribadian sesuatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia tipe kepribadian ini antara lain
adalah kehidupan gotong royong, ramah-tamah atau sering juga dikatakan bahwa
Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia (Agraha Suhandi, 1985).
Pendidikan atau enkulturasi yang diterima anak selama masa kanak-kanak dan
masa mudanya bersifat menstabilkan kebudayaan, sebab enkulturasi mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan sosial yang diterima menjadi kepribadian yang makin meningkat
atau matang. Sedangkan dikala dewasa enkulturasi sering mendorong terjadinya
perubahan baik bagi dirinya maupun kebudayaan. Berkenaan dengan ini Herkovits
(Imran Manan, 1985) menunjukkan :
1. Ras Negroid (Negrito): berkulit hitam, rambut keriting, tinggi badan kurang
lebih 1,50 meter, kepala pendek (brachicephali). Unsur ras ini masih tampak
antara lain pada suku bangsa di Irian Jaya (Papua).
Menurut Kleiweg De Zuaan (Agraha Suhandi, 1985) ras tersebut berasal dari
Hindia Belakang yang kemudian di pindah ke Indonesia karena berbagai sebab. Ras
Melayu (Mongolid) ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Pola Perkampungan/Desa
Pola kampung suku bangsa Sunda ada yang berderet, berkelompok, dan ada
pula yang memiliki tanah lapang dilengkapi dengan lumbung padi, saung lisung
(tempat menumbuk padi), kandang ternak, balong (kolam), dan pancuran (tempat
mandi dan cuci).
2. Sistem Kemasyarakatan
Pelapisan sosial. Struktur masyarakat pada masa lalu (zaman kerajaan) adalah
pertama, golongan orang dalam puncak kekuasaan kerajaan, dibentuk oleh sistem
kekerabatan yang mewakili suatu kekuasaan yang bersifat supernatural (dianggap
suci, mempunyai kekuasaan dan kedaulatan yang diterima tanpa bantahan oleh
masyarakat). Kedua, kelompok manusia di sekeliling atau di bawah golongan
pertama yang mengabdi untuk kejayaan kelompok pertama dengan penuh kesetiaan.
Ini dibentuk melalui kekerabatan atau jasa yang luar biasa terhadap kelompok
petama. Ketiga, kelompok lapisan masyarakat biasa.
Kerajaan-kerajaan itu memang sekarang sudah tidak ada lagi, tetapi pola dasar
pelapisan sosial seperti itu pada beberapa suku di Indonesia masih tampak berlaku.
Pada suku bangsa Bugis masih dikenal adanya golongan Andi, Tau Deceng, Tau
Sama; pada suku bangsa Makasar dikenal golongan Karaeng, Daeng, dan golongan
Rakyat Biasa; pada suku bangsa Toraja dikenal golongan Puang, Tomaka, Saluan
Anak; pada suku bangsa Lampung dikenal istilah Ratu, Pangeran, Rakyat Biasa; di
Bali dan sebagainya. Pada dasarnya urutan sebutan-sebutan untuk setiap golongan
masyarakat tersebut menunjukkan hierarki pelapisan status sosial dari mulai yang
tertinggi sampai yang terbawah. Struktur sosial yang demikian ini juga menunjukkan
perbedaan keadaan ekonomi dari mulai golongan kaya sampai dengan yang miskin.
Dewasa ini, pelapisan sosial kriterianya juga ditentukan oleh tingkat pendidikan,
penghasilan.
3. Sistem Kekerabatan
6. Sistem Agama/Kepercayaan
Kemajemukan dalam masyarakat Indonesia juga berkenaan dengan agama
atau kepercayaan yang dianut. Di antara warga masyarakat Indonesia ada yang
menganut agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu Bali, Budha, Kong
Hu Cu. Namun demikian, dalam praktik kehidupan sehari-hari tampak unsur-unsur
kepercayaan yang berada di luar agama-agama tersebut di atas. Berkenaan dengan ini
Agraha Suhandi (1985) mengemukakan bahwa hampir pada setiap suku bangsa
dikenali adanya mite atau mitologi, yaitu kepercayaan tentang kejadian dari sesuatu,
misalnya tentang alam semesta, manusia, tentang mengapa matahari selalu terbit dari
timur, tentang kejadian padi, dan kejadian tentang tempat-tempat tertentu. Dari mite
tersebut dapat diketahui kepercayaan dari suku-suku bangsa tersebut bahwa segala
sesuatu itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi ada yang menyebabkannya
atau menciptakannya.
Pada suku bangsa Nias dikenal mitologi tentang terjadinya alam semesta yang
diciptakan oleh Lowalangi. Pada suku bangsa Batak, bahwa alam semesta ini di
ciptakan oleh Debata Mulajadi na Bolon yang berdiam di langit. Kepercayaan suku
bangsa Batak juga tercermin dalam kain tenun ulos. Di dalam setiap ulos selalu
dibentuk oleh tiga macam warna yang menunjukkan bahwa dunia ini terbagi menjadi
tiga, yaitu dunia bawah, dunia atas, dan dunia tengah. Sedangkan mitologi yang
terdapat pada suku bangsa Flores mengemukakan bahwa alam semesta ini diciptakan
oleh Mori Karaeng atau Deva, sebagai dewa tertinggi. Tentu masih terdapat mitologi
mengenai terjadinya alam semesta ini yang dipercaya oleh suku-suku bangsa lainnya
di Indonesia.
C. Kurikulum pendidikan
D. Wajib belajar
Pada tanggal 2 Mei 1984 pemerintah telah mencanangkan Gerakan Wajib
Belajar sekolah dasar 6 tahun. Tanggal 8 Mei 1990 pemerintah menetapkan
Perintisan Wajib Belajar SUP, dan pada tanggal 2 Mei 1994 Presiden RI telah
mencanangkan Gerakan Wajib Belajar pendidikan dasar adalah suatu gerakan
pendidikan nasional yang diselenggarakan di seluruh Indonesia bagi warga Negara
Indonesia yang berusia 7 sampai 15 tahun untuk mengikuti pendidikan dasar atau
pendidikan yang setara sampai tamat. Jadi wajib belajar ini lamanya sembilan tahun,
diselenggarakan selama enam tahun di SD atau satuan pendidikan yang sederajat dan
tiap tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat.
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah kesenian, yaitu pikiran, karya, dan hasil karya manusia
yang memenuhi hasratnya dalam keindahan. Dalam arti luas kebudayaan adalah
seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada
nalurinya karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar.
Dengan kata lain kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
3.2 Saran
Dengan adanya keberagaman yang dimiliki Indonesia, mulai dari suku, ras,
agama, maupun adat istiadat, kita harus menghormatinya terlebih kita sebagai
manusia yang terpelajar. Dengan banyaknya keanekaragaman yang Indonesia miliki,
membawa banyak pengaruh bagi Bangsa Indonesia. Pengaruh yang ada harus kita
evaluasi dengan baik. Jangan sampai kita kembali terjajah dengan kedatangan bangsa
asing. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang harus kita kelola sepandai-
pandainya agar tidak mudah dikuasai oleh bangsa asing yang akan menjadikan kita
budak di negara sendiri. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengisi
kemerdekaan ini dengan melakukan hal yang berguna bagi negara dan menjaga
keutuhan serta kesatuan wilayah Indonesia supaya dengan keanekaragaman ini kita
dapat membangun bangsa Indonesia yang lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA