Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN IPS

Perbedaan IPS di Indonesia dan di Luar Negeri

Dosen Pengampu:

Muhammad Sadli M.Pd

Disusun oleh:

1. Lilis Juniarti. : 2102060159

2. Maryam Dwiyanti :

PRODI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya ucapkan atas berkah dan Rahmat yang diberikan
Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
dan tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
IPS.Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil kerja keras kami melainkan banyak pihak-
pihak yang memberikan dorongan-dorongan motivasi.

Sekali lagi kami mengucapkan terimakasih atas terselesainya makalah ini.Sebagai


penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
mohon kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.

Mertak Tombok, 28 September 2022

Penulis

Kelompok

i
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ...................................................................................................................3
A. Perbedaan Pendidikan IPS di Indonesia dengan Negara lain ...............................3
B. Perkembangan Pendidikan IPS di Indonesia ........................................................8
C. Sejarah Pertumbuhan Ilmu pengetahuan sosial ....................................................9
BAB III
PENUTUP ...........................................................................................................................12
A. Kesimpulan .........................................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum
sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah
Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies (IPS) ke dalam
kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di berbagai negara di
belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai
kemajuan dan ketercukupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern, tetapi
juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu sosial dan
pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan ekses negatif yang mungkin timbul
di masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai
masalah sosial di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan
pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui pendekatan program
pendidikan formal di tingkat sekolah.
Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi
terhadap social studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara,
terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai negara di Eropa, dan baru berkembang ke
berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.
Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan
pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah
dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu :
1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia
pada tahun 1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975
1
program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui
pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat
SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke
dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies)
dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa perbedaan pendidikan IPS di indonesia dan di negara lain?
2. Bagaimana perkembangan pendidikan IPS di indoensia?
3. Bagaimana perkembangan sejarah pendidikan IPS?
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan pendidikan IPS di indonesia dan di negara lain
2. Mengetahui perkembangan pendidikan IPS di indonesia
3. Mengetahui perkembangan sejarah pendidikan IPS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan Pendidikan IPS di Indonesia dengan Negara lain


1. Perbedaan pendidikan IPS Indonesia dengan Amerika Serikat
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak
menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan
selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865
di mana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai
terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk
menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para
pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk
yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah
satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan
penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National
Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies
dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah di
Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam
ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Jadi Social studies yang dalam istilah Indonesianya disebut Pendidikan IPS,
dalam perjuangannya tentang eksistensi terdapat dalam ”The National Herbart
Society papers of 1896-1897” yang menegaskan bahwa Social Studiessebagai
delimiting the social sciences for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu
sosial untuk kepentingan pedagogik/ mendidik). Memperhatikan pentingnya social
studies bagi generasi muda, istilah IPS (social studies) ini kemudian mulai
digunakan oleh beberapa negara bagian di Inggris dan Amerika untuk
mengembangkan program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah.
Pengertian ini juga dipakai sebagai dasar dalam dokumen ”Statement of the
Chairman of Commitee on Social studies” yang dikeluarkan oleh comittee on
3
Social Studies (CSS) tahun 1913. Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa studi
sosial sebagai specific field to utilization of social sciences data as a force in the
improvement of human welfare (bidang khusus dalam pemanfaatan data ilmu-ilmu
sosial sebagai tenaga dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia).
Sebagai upaya melestarikan program pendidikan IPS dalam kurikulum
sekolah, maka beberapa kelompok pakar yang memiliki kepedulian terhadap
pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah mengembangkan usahanya
agarsocial studies bisa diaplikasikan untuk program pendidikan di tingkat sekolah
dengan membentuk organisasi profesi social studies. Kemudian pada tahun 1921,
berdirilah ”National Council for the Social Studies” (NCSS), sebuah organisasi
profesional yang secara khusus membina dan mengembangkan social studies pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu-
ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan sebagai program pendidikansyntectic.
2. Perbedaan Pendidikan IPS Indonesia dengan Inggris
Sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan
Amerika Serikat, pemasukan studi sosial ke dalam kurikulum sekolah juga
dilatarbelakangi oleh keinginanpara pakar pendidikan, khususnya pakar studi sosial.
Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan
menengah, para siswa: menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan
menjalankan hak-hak dan kewajibannya dapat hidup bermasyarakat secara
seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu kuliah atau
belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah
mendapat bekal pelajaran studi social di sekolah dasar dan menengah.
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah
adalah karena kebutuhan siswa sekolah, dimana kemampuan siswa sangat
menentukan dalam pemilihan program pendidikan lanjut dan pengorganisasian
materi studi social.
3. Perbedaan Pendidikan IPS Indonesia dengan Kurikulum New Zealand
Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam IPS di New Zealand menekankan
pada penguasaan disiplin ilmu sosial (Sejarah, geografi, ilmu politik, civics,
ekonomi) juga mengembangkan delapan ketrampilan penting (essensial skills) yang
4
juga diajarkan pada semua mata pelajaran dan pada semua jenjang pendidikan di
New Zealand, meliputi :

a. Komunikasi
b. Kemampuan dalam matematika
c. Informasi
d. Pemecahan masalah
e. Manajemen diri dan kompetitif
f. Sosial dan koperasi
g. Phisik
h. Pekerjaan dan studi
Kedelapan kemampuan esensial (essential skills) tersebut diramu dalam proses
belajar pendidikan IPS melalui inkuiri, penggalian nilai (values exploration), dan
pengambilan keputusan sosial (social decision making).
4. Perbedaan Pendidikan IPS Indonesia dengan Kurikulum Kanada
Dasar perubahan kurikulum dalan studi sosial (IPS) dan sejarah Kanada
merupakan bagian dari satu rangkaian perubahan kurikulum dalam studi sosial yang
dikerjakan oleh saskatchewan pendidikan. Proses pengembangan kurikulum
dimulai dengan penetapaan gugus tugas studi sosial (IPS) tahun 1981. Gugus tugas
terdiri dari orang-orang refresentatif dari berbagai sektor masyarakat saskatchewan.
Mereka mensurvei pendapat umum dan atas dasar penemuannya dihasilkan suatu
laporan yang menguraikan suatu filosofi untuk pendidikan IPS.
Di dalam kurikulum Kanada dikembangkan core curriculum yang merupakan
kemampuan dasar yang menjadi landasan pembentukan kurikulum sekolah di
Kanada dari jenjang Kidergarten, Elementery level, middle level sampai secondary
level.
Terdapat dua komponen penting dalam core curicullum yaitu Required Areas
of Study dan Common Essential Learning. Pengembangan core curicullum menjadi
Required Areas of Study menjadi tujuh yaitu : language Art, Mathematics, Science,
Social studies, Health education, art education dan physical education.
Pengembangan Common essential learning (CELS) atau kompetensi yag harus

5
dikembangkan terus menerus dan oleh semua mata pelajaran, yang meliputi enam
kemampuan yaitu:
a. Komunikasi (communication), difokuskan pada meningkatkan pemahaman
siswa terhadap bahasa yang digunakan di dalam setiap bidang studi.
b. Kemampuan dalam matematika (numeracy), melibatkan dan membantu siswa
mengembangkan tingkatan kompetensi yang akan mendorong mereka untuk
menggunakan konsep matematika di dalam kehidupan sehari-hari.
c. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), dimaksudkan untuk
membantu para siswa mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan
dengan kritis mengevaluasi gagasan, proses, pengalaman, dan object
berhubungan dengan area masing-masing bidang studi.
d. Melek teknologi (technology literacy), membantu siswa mengapresiasi bahwa
system teknologi merupakan integral dalam system social dan tidak bisa
dipisahkan dari budaya di dalamnya yang mereka bentuk.
e. Nilai dan keterampilan personal dan sosial (personal and social values and
skills) berhadapan dengan pribadi, moral, sosial, dan aspek budaya dari tiap
sekolah dan mempunyai sasaran utama mengembangkan warga negara yang
penuh cinta kasih dan bertanggung jawab, yang memahami dasar pemikiran
(rasional) untuk pengakuan moral.
f. Belajar mandiri (independent learning), melibatkan siswa pada upaya untuk
menciptakan peluang/kesempatan dan pengalaman yang diperlukan siswa
untuk menjadi mampu (capable), percaya diri, motivasi diri, dan pembelajar
sepanjang hayat yang melihat belajar sebagai kegiatan pemberdayaan potensi
diri dan sosial paling berharga.
5. Perbedaan Pendidikan IPS Indonesia dengan Curriculum Hongkong
Arti Pendidikan Kecakapan Hidup adalah pendidikan
kemampuan,kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk
menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya. Kemampuan mencakup
daya pikir, daya kalbu, daya raga. Kesanggupan sangat dipengaruhi oleh
kepentingan yaitu sesuatu yang dianggap penting oleh siapa dalam bentuk apa.
Keterampilan adalah kecepatan, kecekatan, dan ketepatan orang yang terampil.
6. Kurikulum IPS di Perancis
6
Semua siswa di akhir pelajaran pokok di Perancis, dalam seconde kelas the
lycée d'enseignement générale et technologique (LEGT), mengikuti suatu
kurikulum umum, karena yang akhir tahun kedua (post-compulsory) siswa memilih
kuliah pokok spesialis yang tergantung pada kecakapan yang spesifik yang mereka
putuskan. Pelajaran di seconde pada umumnya meliputi pokok atau wajib. Para
siswa memilih pelajaran pokok yang disajikan.
Mata pelajaran pokok antara lain :
 Bahasa Perancis
 Matematika
 Ilmu fisika Dan Ilmu kimia
 Ilmu pengetahuan Bumi
 Bahasa asing modern
 Sejarah dan geografi
 Pendidikan jasmani dan olahraga
 Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum, dan Pendidikan sosial (Social Studies)
Ditambah dengan:
 Dukungan Individual (Individual support)
 Teknologi Informasi (Information technology)
 Jam Kelas (Class hours)
 Workshop Ekspresi Seni/Artistik (Artistic expression workshops)
 Praktek sosial budaya (Social and cultural practices)
7. New Jersey (Standar Is Core Curriculum New Jersey)
Tujuan IPS
Menyediakan para siswa dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
diperlukan untuk menjadi aktif, menguasai informasi, warganegara bertanggung
jawab dan berkontribusi terhadap masyarakatnya.
1. Kompetensi yang harus dimiliki siswa dari IPS
a. Memperoleh suatu pemahaman dan apresiasi dasar tentang Tradisi dan nilai
Amerika berdasarkan pada pengetahuan sejarah dan pengembangan dan
berfungsinya sistem pemerintah konstitusional Amerika.

7
b. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan mereka
melaksanakan ungsi pembelajaran sepanjang hayat dan menguji serta
mengevaluasi isu penting untuk seluruh Amerika.
c. Memperoleh literacy dasar di dalam disiplin inti social studies dan memiliki
pemahaman yang dasar yang diperlukan untuk menerapkan pengetahuan ini
untuk hidup mereka sebagai warga negara.
d. Memahami sejarah dunia sebagai konteks untuk sejarah amerika serikat dan
sebagai record atau catatan kultur dan peradaban yang besar masa lalu dan
sekarang.
e. Berpartisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan kebaikan umum dan
meningkatkan kesejahteraan umum.
2. Keterampilan IPS
Semua siswa akan menggunakan pemikiran historis, pemecahan masalah, suatu
ketrampilan riset untuk memaksimalkan pemahaman terhadap pelajaran
kewarganegaraan, sejarah, geografi, dan ekonomi.

B. Perkembangan Pendidikan IPS di Indonesia


IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,
disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri.
2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social
Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social
Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi :
Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS)
1. Ilmu Sosial (Social Science)
Dalam buku menggagas pembaharuan pendidikan IPS M. Numan Somatri
menjelaskan; Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial adalah
sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang

8
bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin
lanjut makin ilmiah”
2. Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad
Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu
bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahanbahan pelajaran bagi siswa
sejak pendidikan dasar.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat.
Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies”
yang didirikan pada tahun 1913. OTujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai
wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di
tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.

C. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial


Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat,
yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan
dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar
setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan
penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di
Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang
menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai
macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang
datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di
perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan
masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang
dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu

9
Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia,mulai terasa adanya kesulitan,
karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam.
Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan
penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan
penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National
Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies
dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika
Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari
mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di
Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah
juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan
mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa:
(1) Menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak
dan kewajibannya;
(2) Dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan
kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak
perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya
mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah.
Pengembangan Pendidikan IPS SD.
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah
adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian
materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh
siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di
lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi,
teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan
lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.

10
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di
Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di
Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai
akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan
Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di
bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan.
Kelima masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi
kepentingan pembangunan nasional.

Pada tahun 2013 direncanakan kurikulum akan mengalami perkembangan


dengan beberapa penyempurnaan termasuk Materi pelajaran IPS di persekolahan.
a. Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah agar siswa dapat:
1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah
dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab.
3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar
manusia.

11
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum
1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS
merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata
pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan
lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media cetak,
media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-
tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap
peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di
Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di
Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai
akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan
Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974)
B. Saran – saran
Pembelajaran Pendidikan IPS memiliki tingkat kebutuhan yang sangat penting
untuk diperhatiakn, karena itu IPS harus dijadikan Mata pelajaran yang terpadu dengan
mata pelajaran lain karena pembelajaran IPS menyangkut hubungan sosialyang
universal baik dalam hubungan ketatanegaraan maupun dalam hubungan lingkungan
sosial kemasyarakatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Salladin, Z. H. (1996). Pengantar Ilmu Sosial . Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga

Akademik .Somantri, M. N. (2001). menggagas pembaharuan Pendidikan IPS.


Bandung:

Remaja Rosdakarya. Sumaatmaja, N. (2010). Manusia Dalam Konteks Sosial,


Budaya dan Lingkungan Hidup . Bandung: CV Alfabeta.

13

Anda mungkin juga menyukai