Disusun Oleh:
NIM : 1401417335
Rombel 09
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta kasih-Nya, atas anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima,
dan petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan serta kemudahan bagi saya
dalam penyusunan makalah ini. Di makalah ini saya selaku penyusun dengan hanya
sebatas ilmu, kami sajikan dengan topik “Permasalaan Pendidikan Seni di
Masyarakat”. Di mana topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari
khususnya pengetahuan permasalaan pendidikan seni dan solusi yang berkaitan
dengan hal tersebut di masyarakat.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Atip Nurharini, S.pd.,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah pendidikan seni, atas bimbingan serta
dukungannya, dan untuk teman-teman atas kerjasamanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas,
pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut
meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui
cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan seni
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah pembelajaran seni di
sekolah dasar
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja solusi dari permasalahan pembelajaran
pendidikan seni di sekolah dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan seni merupakan bagian dari peradaban. Pendidikan seni telah ada
sebelum manusia mengenal peradaban modern, yang tujuannya selalu mengalami
perubahan.
Seni sebagai salah satu unsur budaya manusia keberadaannya telah mengalami
perkembangan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Dimulai dari bentuk seni
yang sederhana di zaman prasejarah hingga mencapai bentuk yang lebih kompleks
di zaman modern sekarang ini. Istilah seni dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Sanskerta yang berarti permintaan atau pencarian. Kata Art (Inggris)
bermakna kemahiran, art (s) dapat diartikan sebagai kegiatan atau hasil pernyataan
perasaan keindahan manusia (Sofyan Salam, 2001).
Saat ini, seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah
pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada umumnya. Pengertian umum
3
tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud, 1989:816).
Mata pelajaran Seni, Budaya, dan Keterampilan adalah salah satu mata
pelajaran yang menuntut keterampilan seorang guru dalam mengorganisasi materi
pembelajaran dan memberikan demonstrasi seni pada siswa. Hal ini
mengindikasikan bahwa mata pelajaran Pendidikan Seni dibelajarkan melalui teori
dan praktek itu sendiri. Dalam mencapai suatu yang baik pasti ditemui kendala dan
permasalahan yang merintangi tercapainya tujuan kita.
4
Pendidikan seni di sekolah dasar juga memiliki banyak kendala. Kendala yang
muncul dapat dilihat dari dua aspek, Pertama: aspek peserta didik, kendala yang
dihadapi di lihat dari segi peserta didik biasanya berasal dari minat anak terhadap
metode pendidikan seni yang didapatkannya. Kejadian ini kerap terjadi terutama
bagi anak yang terlibat dalam pendidikan seni secara aktif, baik seni musik, seni
tari dan lainnya. Mungkin anak merasa bosan karena ia tidak menemukan sesuatu
yang menarik dan menyenangkan.
Kedua: aspek guru, kendala yang dihadapi di lihat dari aspek guru adalah
mengenai pembelajaran pendidikan seni yang diberikan oleh guru tersebut.
Apakah sudah mengakomodir ketertarikan peserta didik, menciptakan suasana
yang menarik dan menyenangkan. Berdasarkan fenomena di atas,contoh
permasalahannya dapat diidentifikasi dengan proses pembelajaran Pendidikan
Seni Musik yang terkesan seperti ”hanya menyanyikan beberapa lagu, setelah
itu pulang” dan bagaimana seorang guru dapat menciptakan pembelajaran
pendidikan seni musik secara kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik, serta
berujung pada peningkatan semangat belajar perserta didik terhadap mata pelajaran
lain.
1). pendidikan seni masih belum dianggap penting oleh sebagian masyarakat
maupun sekolah itu sendiri, pendidikan seni masih dipandang sebagai mata
pelajaran pelengkap;
2). Guru-guru pendidikan seni terbawa arus oleh persepsi yang salah terhadap
hasil pendidikan, sehingga menganggap bahwa peserta didik yang berhasil
adalah peserta didik yang serba tahu tentang seni, pandai melukis, pandai
menyanyi, pandai menari dan seterusnya. Pada hal tujuan utama mata
pelajaran ini sebenarnya adalah pembentukan sikap mental peserta didik.
Dengan sendirinya model pembelajaran yang diterapkan sekarang ini jelas
menjadi tidak sesuai dengan tujuan mata pelajaran seni yang sebenarnya;
5
3). Lingkup kompetensi yang harus dicapai cukup banyak yang meliputi: seni
rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama, sementara alokasi waktu sangat
terbatas yaitu 2 jam per minggu;
4). Terbatasnya kemampuan guru untuk menyampaikan ke empat bidang seni
tersebut. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya guru seni budaya yang
bukan berlatar belakang pendidikan seni sehingga terjadi miskonsepsi
tentang pendidikan seni;
5). Selama ini pendidikan seni masih belum banyak diperhatikan, baik dalam
aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk
penilaiannya. Kondisi ini berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan
dalam pembelajaran seni;
6). Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi
lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran
seni. Padahal setiap daerah memiliki potensi budaya dan kesenian yang
sangat kaya ragam sebagai media pembelajaran.
(c) kurangnya alokasi waktu pembelajaran pada setiap pertemuan di kelas; dan
Dalam perkembangan global saat ini, ada dua sisi dilematis yang sulit
diakomodasi dalam pendidikan seni budaya sekarang ini. Di satu sisi adalah
kuatnya minat masyarakat (lokal dan global) terhadap pentingnya memahami
6
budaya setempat (lokal), dan disisi lainnya adalah sistem pendidikan seni yang
berjalan belum mengarah pada kepentingan tersebut. Ketidaksesuaian ini terjadi
karena bahan ajar pendidikan seni sejak semula tidak didasarkan pada keberagaman
budaya lokal yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
Harus diakui bahwa sistem pendidikan kita saat ini merupakan warisan
pemerintah kolonial. Karena itu pendekatan yang digunakan berdasarkan persepsi
Eropa Barat, kendatipun materinya berbeda. Dalam bidang-bidang ilmu
pengetahuan umum dan eksakta, hal ini tidak menjadi soal karena dasar ukuran
keilmuannya berasal dari Barat dan tidak culture spesific. Akan tetapi, dalam
bidang kebudayaan, persoalannya lebih sulit. Jika mata pelajaran seni budaya yang
diajarkan di sekolah berdasarkan kaidah seni Barat Modern (yang salah kaprah
sering dianggap ’universal’ atau ’standart’ seperti bidang ilmu), maka kaidah itu
akan berhadapan dengan nilai-nilai spesifik yang terdapat dalam setiap budaya
lokal. Hal ini dapat mengakibatkan kesenian lokal dianggap ’seni yang kurang
bermutu’ atau bahkan dianggap bukan seni.
Berangkat dari berbagai kondisi di atas, penulis memandang bahwa salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran seni adalah
dengan mengoptimalkan peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.
Guru harus mempunyai perencanaan yang matang, strategi pembelajaran,
pendekatan-pendekatan, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan
mengakomodir kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik menuju
ke arah pembelajaran yang bermakna serta guru harus siap untuk berubah dari
metode yang konvensional kepada metode pembelajaran yang terkini dengan
mengikuti perubahan zaman dan globalisasi. Sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik sekolah dasar yang berada pada tingkat berpikir kongkrit dan
mengakomodasi kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor mereka, maka
pembelajaran yang dilakukan harus disertai dengan pendekatan-pendekatan dan
metode pembelajaran yang membawa peserta didik kepada pembelajaran yang
7
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Dengan adanya perlakuan seperti ini
diharapkan peserta didik akan terlibat langsung, mempunyai pengalaman secara
langsung dalam pembelajaran sehingga terciptalah sebuah pembelajaran yang
bermakna bagi peserta didik itu sendiri.
8
didik. Peserta didik yang hanya belajar melalui membaca saja retensinya hanya
10% peserta didik yang belajar melalui membaca dan mendengar saja retensinya
20 % sementara bila dia juga melihat retensinya bertambah menjadi 30 %. Peserta
didik yang mengucapkan apa yang dilakukan dan mengajarkan kepada orang lain
akan memiliki tingkat retensi paling tinggi yaitu 90 – 95%.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seni di sekolah dasar menyediakan peluang bagi para siswa untuk
mengidentifikasi, menilai dan memperluas kemampuan akademis, kemampuan
sosial dan pribadinya dengan menawarkan berbagai jalan dalam belajar. Hal yang
fundamental dalam proses ini yaitu stimulant untuk mengakui, menghormati, dan
membangun pengetahuan budaya yang membawa semua orang kepada situasi
belajar.
3.2 Saran
Guru seni harus memiliki sikap dan nilai sebagaimana dimilki oleh seorang
seniman sekaligus seorang guru/pendidik yang baik, diantaranya:
10
mengapresiasi dan mengevaluasi seni terutama karya seni khususnya
karya murid-murid;
3). Pendidik/guru seni harus telah menemukan nilai pendidik dalam
jiwanya sebagai norma tugasnya yang terbabar dalam wujud sikap yaitu
pendidik/guru seni.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://seputarsenibudaya.blogspot.com/2016/05/pengertian-pendidikan-seni.html
http://utakatikituk.blogspot.com/2014/07/pendidikan-seni.html
https://bobyrara.wordpress.com/2009/11/27/artikel-pendidikan-seni/
https://desyandri.wordpress.com/2008/12/22/1/
https://sumutpos.co/search/masalah+pendidikan+seni
Kasiyan. Konsep Pendidikan Seni.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Konsep+Pendidikan+Seni
.pdf
Ramalis, Hakim. 2012. Pembelajaran Seni Budaya di Era Global (Sebuah
Tantangan Baru yang Dihadapi oleh Pendidik Seni).
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/isla/article/download/3986/3197.
12