Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KELOMPOK 1

1. SAEDI AWAL
2. HELMI SURIYANI
3. IRMA MAHYAYA
4. INRI AYU LESTARI

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

STAI ALGAZALI BULUKUMBA

Tahun Akademik 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena terselesainya tugas
makalah tentang Pola Kegiatan Suatu Perekonomian dalam bentuk yang sederhana ini sebagai bahan
sumber belajar yang di harapkan dapat mengantar pembaca kearah pemahaman tentang pola kegiatan
suatu perekonomian yang ada.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu menyusun makalah ini.Namun demikian kami menyadari bahwa, penulisan makalah ini jauh
dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan masukan dan
penyempurnaan penulisan makalah dimasa mendatang. Mohon maaf bila ada kekeliruan, Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

BULUKUMBA, 25-09-2020

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

Bab Ii Pembahasan

A. Hakekat Ips
B. Sejarah Lahirnya Ips
C. Tujuan Ips
D. Konsep Dasar Ilmu-Ilmu Social

Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

IPS adalah salah satu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi,
seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi,
dan Ekonomi. Selanjutnya dikatakan pula IPS pada jenjang sekolah dasar bersifat integrated. Sehingga
materi yang dipelajarkan dalam IPS merupakan akumulasi dan sejumlah disiplin ilmu sosial. Pola
pembelajaran di IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pemahaman, nilai moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa.Untuk itu, penekanan
pembelajaran bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sebuah konsep dengan
hapalan bekala, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa seperangkap pengetahuan, sikap, nilai
dan ketrampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat sekitar,serta sebagai bekal bagi dirinya
untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Disinilah sebenarnya penekanan misi IPS dalam
pendidikannya disekolah dasar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hakekat ips


2. Bagaimana sejarah lahirnya ips di Indonesia
3. Apa tujuan ips
4. Bagaimana konsep dasar ilmu-ilmu social

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui hakekat ips


2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya ips di Indonesia
3. Untuk mengetahui tujuan ips
4. Untuk mengetahui konsep dasar ilmu-ilmu sosil
Bab II

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT IPS

Pada hakikatnya IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Misalnya di tingkat


SD perpaduannya antara sejarah dan geografi, SMP perpaduannya antara sejarah,
geografi dan ekonomi koperasi, sedangkan di SMA perpaduannya antara sejara, geografi,
ekonomi koperasi, dan antropologi. Dan di perguruan tinggi IPS ini dikenal dengan studi
sosial dimana IPS dan Studi sosial merupakan perpaduan berbagai keilmuan ilmu sosial.
Jadi IPS merupakan penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu Sosial yang
penyajian di persekolahan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan guru
dalam menyampaikan materi tersebut.

Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah sebagai pengetahuan
yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan
perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya
kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat
serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik
untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan dari
sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang baik
daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut. IPS mengemban dua fungsi utama
yaitu, membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi
pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa dan membina sikap yang selaras dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.

Apabila kita hayati lebih lanjut, kehidupan manusia masyarakat dan bermasyarakat
tidak hanya meliputi aspek-aspek lain yang berhubungan satu sama lain. Kehidupan
manusia di masyarakat itu beraspek majemuk atau multiaspek. Tak usah kita melihat
keadaan yang jauh-jauh, hayatilah kehidupan kita masing-masing dalam hubungan hidup
dengan orang lain atau hidup di masyarakat. Tanpa busana atau tidak berpakaian kita tidak
akan berani berhubungan dengan orang lain. Baju atau pakaian atau sandang, merupakan
salah satu kebutuhan pokok untuk hidup bermasyarakat. Kebutuhan pokok lainnya yaitu
makanan atau bahan pangan. Kebutuhan lain yang melekat dengan manusia sebagai
anggota masyarakat adalah kebutuhan tempat berlindung atau rumah atau juga disebut
papan. Rumah ini juga tidak hanya sekedar tempat berlindung, melainkan juga ada gengsi
dan nilai sosialnya. Pemilikan rumah ada kebanggaan sosial tersendiri.

Dari kenyataan yang demikian, dalam kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat,


kebutuhan materi pokok yang meliputi pangan, sandang, dan papan, selain memancarkan
aspek ekonomi dari kehidupan tersebut, juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek
psikologis. Keterkaitan aspek-aspek tersebut, dapat Anda amati dan hayati dari kehidupan
praktis sehari-hari dari pengalaman Anda masing-masing. Kebutuhan hidup manusia
sebagai anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan ekonomi, melainkan
juga meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu seperti yang Anda lakukan
saat ini tanpa menambah pengetahuan dan ilmu, kehidupan kita di masyarakat akan
tersisihkan dalam arti terdesak oleh orang yang lebih tinggi pengetahuan dan ilmunya.
Pengetahuan dan ilmu, sangat membantu kita manusia memanfaatkan sumber daya bagi
kesejahteraan. Oleh karena itu, pengetahuan dan ilmu ini mengembangkan teknologi yang
membantu kita meningkatkan kesejahteraan.

Aspek kehidupan ini, merupakan ungkapan kemampuan manusia memanfaatkan


akal pikirannya. Dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut
merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu ciri kemampuan manusia
memanfaatkan akal pikirannya dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat. Aspek
kehidupan merupakan aspek budaya yang menjadi salah satu ciri kemampuan umat
manusia yang berbeda dengan makhluk hidup non-manusia.

Anda dipersilahkan menghayati, mengamati dan menelaah aspek-aspek budaya ini.


Budaya sesungguhnya berasal dari kata buddhayah (bahasa Sansekerta} yang
berarti “akal”. Dengan demikian, aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak lain aspek
kehidupan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan akal bagi
kepentingan hidup manusia itu sendiri. Jika kita telaah dan hayati secara mendalam,
pengembangan aspek budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi. Anda
menambah pengetahuan, mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi, bukan semata-
mata untuk kepentingan IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan mensejahterakan serta
memakmurkan kehidupan Anda sendiri, yang akhirnya juga mensejahterakan masyarakat.

Selanjutnya, Anda dapat menghayati sendiri penguasaan IPTEK yang makin


meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri, kebanggaan diri dan kemampuan
intelektual dalam menghadapi berbagai masalah. Dengan demikian, aspek budaya ini
berkaitan dengan aspek psikologi.

Cobalah Anda amati video tentang keadaan di sekitar Anda, baik di lingkungan
kabupaten sampai di lingkungan negara.

Betapa cepatnya perubahan lingkungan sebagai akibat pemanfaatan dan penerapan


IPTEK. Pembangunan gedung-gedung, jembatan, jalan dan seterusnya yang makin
menunjang kehidupan, merupakan ungkapan nyata aspek budaya dalam bentuk penerapan
IPTEK tersebut. Namun demikian, kita dapat menelaah ke belakang sekitar 10 atau 20
tahun yang lalu, bagaimana keadaan lingkungan kota atau membandingkan kemajuan hari
ini dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Keadaan lingkungan kota atau desa bahkan Negara
itu?

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, urutan waktu dengan


peristiwa sangat bermakna dalam menelaah perkembangan serta kemajuan. Dengan
menelaah waktu dan peristiwa selain dapat mengkaji perkembangan serta kemajuan, juga
dapat mengembangkan kewaspadaan terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau. Dengan
memperhatikan aspek sejarah ini, kita manusia dapat menghindari keburukan masa lampau
yang merugikan umat manusia. Selanjutnya juga, dengan menelaah aspek sejarah tersebut
kita dapat memproyeksikan kemajuan di masa yang akan datang.

Kehidupan manusia tidak hanya terkait dengan aspek waktu atau aspek sejarah,
melainkan terkait juga dengan aspek tempat atau aspek ruang. Peristiwa kehidupan
manusia, tidak hanya dicirikan oleh waktunya, melainkan terkait dengan ruang dan tempat
kejadiannya. Suatu tempat atau ruang di muka bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi alam dan cuaca, jenis serta kesuburan tanah, sumber daya air,
ketinggian dari permukaan laut, jaraknya dari pantai dan sifat-sifat alamiah lainnya.
Keseluruhan kondisi alam tadi mencirikan karakter alamiah setempat yang memberikan
“peluang” kepada manusia penghuninya untuk mengembangkan suatu pola kehidupan.

Hubungan ke ruangan (spatial relation) antara faktor alam (iklim, kesuburan tanah,
kekayaan sumber daya air, ketinggian dari permukaan taut, jarak dari pantai, bentuk
permukaan, tumbuh-tumbuhan penutup permukaan lahan, dan sebagainya) dengan (jumlah
penduduk, kualitas penduduk, mata pencaharian, penguasaan IPTEK, dan lain-lainnya) di
sesuatu tempat di permukaan bumi, memberikan karakter (ciri khas) pada tempat tersebut.
Keadaan yang demikian itu dalam kehidupan manusia termasuk dalam aspek geografi.
Aspek ini dapat dijadikan petunjuk tentang karakteristik setempat yang berhubungan
dengan masalah kehidupan manusia yang terkait dengan kondisi setempat.

Cobalah Anda amati dan kita hayati kehidupan bermasyarakat itu mulai dari
keluarga, para tetangga sampai di lingkungan yang lebih luas. Anda hayati dan amati
“mengapa “di masyarakat itu terjadi keutuhan seluruh kemantapan kehidupan”. Keadaan
yang demikian itu, tidak dapat dilepaskan karena adanya norma, nilai dan kepemimpinan
yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Meskipun norma dan nilai itu tidak tertulis hitam
diatas putih,  namun menjadi aturan main serta pegangan dalam menggariskan
kepemimpinan, hak dan kewajiban anggota masyarakat dalam hal ini tiap anggota
masyarakat. Dalam masyarakat, khususnya dalam keluarga terdapat pengembangan
kebijaksanaan yang mengatur keluarga itu sebagai suatu bentuk “Pemerintahan” atau suatu
bentuk “Negara”. Aspek inilah menciptakan kesejahteraan, ketentraman dan keamanan
keluarga.

Apabila kita amati dan kita hayati masyarakat “sederhana”, mereka yang belum
memiliki aturan-aturan dan tata tertib yang tertulis seperti di masyarakat “suku anak dalam”
aspek politik pada mereka sangat kuat dalam mengatur hidup serta kehidupan mereka.
Sedangkan di tingkat bangsa dan Negara, aspek politik ini telah ditentukan secara tertulis
dalam Undang-Undang, baik berkenaan dengan hukum dengan peraturannya, maupun
berkenaan dengan hak serta kewajiban para warganya. Aspek politik inilah yang mengatur
kesejahteraan, ketentraman dan keamanan masyarakat dalam hal ini bangsa dan negara.
Kehidupan itu beraspek majemuk, yang meliputi aspek-aspek hubungan sosial,
ekonomi, pisikologi, budaya sejarah, geografi, dan politik. Dalam kajian yang lebih
mendalam, aspek-aspek tersebut dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial. Segala hal yang
berhubungan dengan aspek hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan
permasalahan dan lain-lain sebagainya, dipelajari serta dikaji dalam ilmu yang
disebut sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor dan permasalahan,
dipelajari serta dikaji dalam bidang ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Aspek pisikiogi dengan
segala permasalahanya, dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu yang dinamai pisikologi
sosial.

Sedangkan aspek budaya dengan segala permasalahan dan perkembangannya,


dipelajari dan dikaji dalam bidang ilmu yang disebut antropologi. Aspek sejarah yang tidak
dapat dilepaskan dari perkembangan hidup manusia, dipelajari dan dikaji dalam ilmu
sejarah. Aspek geografi memberikan karakter ruang terhadap kehidupan manusia di
masyarakat dan bermasyarakat, dipelajari serta dikaji lebih lanjut dalam bidang ilmu yang
disebut geografi Dan akhirnya aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan
kesejahteraan masyarakat dipelajari serta dikaji secara lebih mendalam pada bidang ilmu
yang disebut ilmu politik.

Dan hal-hal yang baru kita bahas, tentu Anda akan bertanya kalau aspek norma dan
nilai “termasuk ke mana? Norma, nilai, bahasa, seni dan sebagainya yang menjadi
komponen dalam kehidupan manusia, termasuk dalam bidang keilmuan yang
disebut Humaniora (lumtanity). Aspek-aspek tersebut tidak termasuk dalam bidang ilmu-
ilmu sosial. Namun secara garis besar, norma sosial dipelajari dan dikaji juga dalam
sosiologi sedangkan dalam budaya, seni dan bahasa sebagai bagian dari aspek budaya
dikaji juga dalam antropologi. Apabila kita telaah dengan cermat, ilmu-ilmu sosial dengan
Humaniora dua kajian yang berbeda, namun berkenaan dengan obyek yang sama, yaitu
kehidupan manusia di masyarakat. IPS sendiri, mengintegrasikan keduanya oleh karena itu
ilmu pengetahuan sosial (IPS). Tidak lain adalah “mata pelajaran atau mata kuliah yang
mempelajari kehidupan sosial yang dikajinya mengintegrasikan dalam bidang ilmu-ilmu
sosial dan “Humaniora”.

Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan dalam diri kita masing-masing baik selaku
guru maupun selaku warga masyarakat” mengapa IPS itu harus dipelajari dan diajarkan
kepada anak didik?” padahal pengetahuan sosial itu sesungguhnya telah melekat dalam diri
tiap orang, dan tidak asing bagi kita semua. Memang, pengetahuan sosial yang diperoleh
secara alamiah dan kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing. Namun
hal tersebut belum cukup, mengingat kehidupan bermasyarakat dengan segala
persoalannya makin berkembang. Untuk menghadapi kehidupan yang demikian itu
pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tadi tidak cukup di sini, pendidikan
formal khususnya pendidikan IPS di sekolah menjadi tuntutan yang tidak dapat diabaikan.

Kemudian, tentu akan muncul pertanyaan dalam diri Anda, “Tujuan apakah yang
wajib dicapai dari pendidikan IPS itu ?” Jawaban atas pertanyaan yang baru Anda
kemukakan itu harus dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi tiap orang dalam
kehidupan, terutama tantangan yang akan dihadapi anak didik di hari-hari mendatang.
Sesuai dengan tantangan-tantangan tersebut, pendidikan IPS ini bertujuan “membina anak
didik menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”
untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses belajar mengajar dan membelajarkannya,
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam menghayati serta
menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan
ini. Setelah kita membicarakan tujuan IPS selanjutnya “Apakah fungsi IPS sebagai
pendidikan?” IPS sebagai pendidikan, bukan hanya membekali anak didik dengan
pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka dengan
pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya pendidikan IPS ini juga berfungsi mengembangkan keterampilan,


terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial yaitu
keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan kehidupan
bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong-royong, menolong orang yang
memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di
masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan
dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan
sosial di masyarakat. Hal yang lain dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu
mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di
masyarakat dan bermasyarakat.

Berdasarkan apa yang telah kita bahas, dengan singkat dapat dikemukakan bahwa
fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial
yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta
kepedulian sosialnya sebagai SDM Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan
tujuan nasional.

B. SEJARAH LAHIRNYA IPS DI INDONESIA


Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat
dengan nama asli di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social
Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau
sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri. Pada pertengahan abad 18 di Inggris
terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia
menjadi tenaga mesin. Revolusi industri membawa perubahan yaitu mendatangkan
kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris. Di sisi lain Revolusi Industri menimbulkan
paham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia atau
tidak memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih menghargai faktor produksi,
modal, dan uang daripada tenaga manusia.

Setelah memperhatikan situasi tersebut maka Thomas Arnold bermaksud


menanggulangi proses dehumanisasi, dengan cara memasukkan Social Studies ke dalam
kurikulum di sekolahnya. Adapun tujuannya adalah agar siswa mempelajari masalah
interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (Poerwito,
1991/1992:7). Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras di antaranya
adalah ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa,
dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan
negara tersebut. Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multiras tersebut tidak
menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara Utara dan Selatan
atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun 1861-1865. Amerika
Serikat yang telah menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena
penduduk yang multiras tersebut merasa kesulitan untuk menjadi satu bangsa.

Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar
kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multiras
tersebut menjadi merasa satu bangsa, yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di
negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal
abad 20, sebuah Komisi National dari The National Education Association memberikan
rekomendasi tentang perlunya Social Studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (selanjutnya disebut SD dan SM) Amerika Serikat.
Adapun wujud Social Studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran
sejarah, geografi, dan civics.

Faktor lain yang menyebabkan dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum


sekolah adalah keinginan para pakar pendidikan agar setelah meninggalkan SD dan SM (1)
para siswa menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-
hak dan kewajibannya. (2) para siswa lulusan SD dan SM dapat hidup bermasyarakat
secara seimbang dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat.

Latar belakang pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk
dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI. Setelah keadaan
tenang pemerintah “Orde Baru” melancarkan Pembangunan Lima Tahun (PELITA). Pada
masa Pelita I (1969- 1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima
masalah nasional dalam bidang pendidikan. Lima masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Masalah kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar.
2. Masalah kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3. Masalah relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan.
4. Masalah efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan
dana.
5. Masalah pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi
kepentingan pembangunan nasional.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan


pembaharuan kurikulum sekolah. Pada awal masa Pelita I, pemerintah membentuk Proyek
Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PPKM) yang memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk menciptakan kurikulum sekolah secara lokal. Pemerintah selanjutnya
melakukan pembaharuan sistem pendidikan melalui Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP). Proyek ini menyelenggarakan sekolah percobaan di delapan IKIP, yaitu Padang,
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Ujung Pandang dan Manado.

Dalam kurikulum sekolah tersebut tercantum bidang studi IPS yang merupakan
perpaduan dari sejarah, geografi dan ekonomi; mulai dari SD sampai Sekolah Menengah.
Dalam lingkup yang lebih luas, kemudian pemerintah memberlakukan bidang studi IPS
dalam Kurikulum 1975 bagi semua SD dan SM. Secara singkat IPS diartikan sebagai
bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Untuk SD, IPS merupakan
perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Untuk SMP ditambah
kependudukan dan koperasi. Sedangkan untuk SMA, IPS ditambah lagi Tata Buku dan
Hitung Dagang.

Setelah Kurikulum 1975 dilaksanakan selama hampir sepuluh tahun, pemerintah


memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1984. Belajar dari pengalaman
implementasi Kurikulum 1975 yang tidak memungkinkan penggunaan IPS terpadu untuk
semua jenjang sekolah, maka dilakukan modifikasi. Pada Kurikulum 1984, pengajaran IPS
terpadu hanya dilaksanakan di SD, sedangkan di SMP digunakan pendekatan IPS Terkait
(korelasi), dan untuk SMA tidak lagi dikenal IPS terpadu melainkan diajarkan secara
terpisah sehingga muncullah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi,
sosiologi dan tata negara yang berdiri sendiri.

Pada kurikulum 1994, program pengajaran IPS di SD terdiri dari IPS Terpadu dan
Sejarah Nasional. IPS terpadu adalah pengetahuan yang bersumber dari geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi dan ilmu politik yang mengupas tentang berbagai kenyataan
dan gejala dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sejarah Nasional adalah pengetahuan
mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau sampai dengan
masa kini. Untuk tingkat SMP, IPS hanya mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan
sejarah. Khusus mata pelajaran sejarah mencakup materi yang lebih luas yakni mengenai
proses perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia sejak masa lampau
hingga sekarang. Sedangkan untuk SMA, IPS tetap diajarkan secara terpisah atau berdiri
sendiri.

C. TUJUAN IPS
Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk memberikan
pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal
kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama
atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk
menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk
menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.
Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan
nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa
mengembangkan filsafat hidupnya.

Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), secara umum dikemukakan oleh
Fenton (1967), adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan
kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark dalam bukunya, Social Studies in Secondary
School, A Hand Book (1973) menyatakan bahwa studi sosial menitikberatkan pada
perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan
segala kegiatannya dan interaksi antar mereka. Dalam hal ini anak didik diharapkan dapat
menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka,
mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat
mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin Talut, 1980: 2).

Jadi tujuan utama pengajaran Social Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan


mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam
lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang
demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik (Nursid
Sumaatmaja, 1980: 34).

Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah menciptakan manusia pembangunan


yang berkepribadian Pancasila, yakni manusia pembangunan yang tidak hanya sadar akan
kepentingan hidup masyarakat pada masa kini saja, tetapi juga memiliki kesadaran dan
perspektif kehidupan untuk masa yang akan datang. Selain itu manusia pembangunan
yang berkepribadian Pancasila harus memiliki wawasan hidup dengan segala
permasalahannya pada masa yang akan datang. Kondisi kepribadian semacam itulah yang
merupakan salah satu jaminan lancarnya pembangunan Nasional. IPS sebagai komponen
kurikulum sekolah merupakan kesempatan yang baik untuk membina afeksi,
kognisi, dan psikomotor pada anak didik untuk menjadi manusia pembangunan Indonesia,
dalam hal ini pengajaran IPS berkewajiban membentuk tenaga kerja yang terampil dan
berpendidikan.

Tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah berikut:

1. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan


menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat.
2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan
integralnya.
5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembangan ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).

Hal-hal yang harus dicapai tujuan kurikuler pengajaran IPS di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan harus selalu disesuaikan dengan kadar jenis dan jenjang pendidikan
masing-masing. Akhirnya, penjabaran lebih lanjut kurikuler yang secara operasional harus
dicapai dan dapat diukur pada proses belajar mengajar adalah tujuan instruksional suatu
bidang studi. Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan dari Bloom, tujuan instruksional
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Cognitive Domain, Affective-Domain, dan Psychomotor
Domain. (Bloom Benjamin, 1956:6). Dalam ranah kognitif dapatlah dikatakan bahwa
pembahasan IPS mengenai manusia dan dunianya itu harus dapat dinalar supaya dapat
dijadikan alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat.

Jadi bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan konsep
dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional.
Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat
mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya dapat diterapkan dalam
kehidupannya. Nilai dan sikap merupakan hal yang penting dalam ranah afektif, terutama
nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Sebagai contohnya menghargai
martabat manusia dan peka terhadap perasaan orang lain, lebih-lebih lagi nilai dan sikap
terhadap negara dan bangsa. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan sudah
barang tentu juga meliputi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh
pengetahuan, nilai, dan sikap.

D. KONSEP DASAR ILMU-ILMU SOSIAL


1. Konsep dasar ilmu sejarah

Sejarah dapat disebut sebagai salah satu cabang ilmu social. Sejarah selalu ada kaitannya dengan apa
yang terjadi di masa lalu. Akan tetapi, tidak semua yang terjadi di masa lalu dapat di katakana sebagai
sejarah. Cerita atau dongen yang bersifat fiktif tentang masa lalu atau diragukan pembuktiannya tidak
tepat untuk dapat sebagai pengajaran. Sejarah yang baik menceritakan tentang oranf dan kejadian
dalam semangat pengkajian sehingga mendorong pendengar atau pembacanya berfikir kritis tentang
apa yang benar-benar terjadi.

Sejarah sebagai ilmu memilii ciri-ciri :

A. Empiris
Berasal dari bahasa yunani ‘emperia’ artinya pengalaman. Sejarah santa bergantng pada
pengalaman manusia yag di rekam dalam dokumen
B. Objek
Sejarah memiliki objek tersendiri yang sangat khusus yang tidak memiliki oleh ilmu-ilmu yaitu
waktu dalam kehidupan manusia.
C. Teori
Ilmu sejarah memiliki ilmu yang di sebut dengan filsafat sejarah krisis. Meski sama-sama berupa
pengetahuan tentang waktu, sejarah berbeda dengan mitos. Dalam sejarah waktu harus di
jelaskan secara mendetail. Sejarah juga memiliki teori yang berisi kumpulan kaidah-kaidah
pokok suatu ilmu.
D. Metode
Metode tang digunakan adalah metode pengamatan. Jika suatu pengamatan tidak di dukung
oleh bukti yang jelas maka hasil pengamatan itu di tolak.

Ada lima tahap penilitan sejarah yaitu :

1) Penelitian topic : pemilihan topic harus mencakup 5W + 1H


2) Herristik : tahap pencarian sumber sejarah baik sumber lisan, tulisan atau benda
3) Verifikasi : tahap mengkritis sumber yang sudah di dapatkan. Dan nantinya akan di
dapatkan fakta sejarah
4) Interprestasi : tahap menafsirkan fakta-fakta sejarah tang sudah di dapatkan melalui analisi
dan sintesis
5) Historigrafi : tahap penulusan kembali suatu peristiwa sejarah sebagai suatu bentuk catatn
sejarah

2. Sejarah dasar ilmu geografi

Geografi merupakan ilmu social yang memilii kajian tetang ruang dan jarak yang menjadi tempat tinggal
manusia. Dalam geografi, konsep-konsep yang sering digunakan adalah :

- Lokasi, menentukan lokasi atau menentukan suatu tempat di permukaan bumi ini memerlukan
keterkaitan dengan tempat-tempat yang diketahui.
- Posisi (kedudukan), saat ini ditentukan oleh garis latitude dan longitude.
- Tempat (site), merujuk pada lokasi pada suatu tempat yang pasti dengan suatu gambaran atau
sumber-sumber daya setempat.
- Distribusi (pembagian), berarti dimana orang0oranf hidup diatas bumi
- Arrangement (perencangan), merujuk pada bagaimana benda-benda ditempatkan di tempat
orang-orang hidup.

Konsep-konsep esensial geografi :

1) Lokasi, adalag konsep utama yang digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer, konsep
lokasi dibagi atas :
a. Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
b. Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2) Jarak, yaiti panjang atara dua tempat. Terdiri anatar atas :
a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3) Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang
digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4) Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman,
lipatan patahan dan lain-lain.
5) Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang
membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6) Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya unsur-
unsur yang lebih memberi dampak positif.
7) Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk
hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8) Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi
antara desa dengan kota.
9) Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat
dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
10) Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain
pada suatu tempat.

Geografi mengkaji gambaran fisik dari daerah, faktor–faktor cuaca, kepadatan penduduk,
sumber-sumber alam, penggunaan tanah, produksi pertanian, industry, ekspor dan impor.

3. Konsep dasar ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomeia. Kata ini sebenarnya terdiri dari
dua suku kata yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan. Dengan
demikian arti sesungguhnya dari oikonomeia yaitu mengatur rumah tangga. Rumah tangga di sini adalah
dalam pengertian luas, jadi bukan rumah tangga dalam arti sehari-hari.

Rumah tangga ini berarti setiap bentuk kerjasama manusia untuk mencapai kemakmuran atas
dasar prinsip ekonomi. Misalnya rumah tangga konsumsi, rumah tangga perusahaan, rumah tangga
negara, dll. Kalau kita simpulkan maka ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha
manusia untuk mencapai kemakmuran dalam memenuhi kebutuhannya.

            Ilmu pengetahuan ekonomi lahir pada abad ke-18, yaitu pada saat Adam Smith menuangkan
dalam “inquiry into the nature and causes of wealth of nations” (tahun 1776), mambahas ekonomi
secara sistematis dan bersifat menyeluruh yang dituangkannya di dalam teori-teori ekonomi. Sejak
Adam Smith-lah baru masalah ekonomi diuraikan secara ilmu pengetahuan, sehingga ia dianggap
sebagai bapak ilmu ekonomi. Pendapat-pendapat tentang ekonomi sebelum Adam Smith belum dapat
dianggap sebagai ilmu ekonomi, berhubung pembahasannya belum sistematis dan tidak bersifat
menyeluruh.
Perhatian utama seorang ahli ekonomi adalah pada kemampuan masyarakat untuk
menyesuaikan kebutuhan mereka yang tidak terbatas ke pada sumber–sumber daya mereka yang
terbatas. Seorang ahli ekonomi tertarik pada tindakan masyarakat dalam menggunakan sumber–sumber
daya , baik sumber daya manusia, maupun sumber daya fisik (alam), dalam menghasilkan barang dan
jasa dan pendistribusian pada  masyarakat. Ia akan mencari jawaban terhadap pertanyaan–pertanyaan
tentang apa, bagaimana, kapan dan untuk siapa memproduksi barang tersebut.

Menurut Martin dan Miller (Skeel, 1995:35) masyarakat yang berbeda mengahasilkan sistem
ekonomi yang berbeda. Tugas utama ekonomi adalah menjelaskan persamaan–persamaan esensial dan
hakikat perbedaan–perbedaan dalam kehidupan ekonomi pada masyarakat yang berbeda itu, sehingga
seseorang dapat memahami dengan lebih baik tentang kondisi–kondisi tempat dan hidup dan
memahami alternatif–alternatif yang terbuka baginya.

Konsep – konsep yang paling dasar dalam ilmu ekonomi adalah:

a) Kelangkaan
Kelangkaan berarti bahwa suatu pilihan harus dibuat dalam pengalokasian sumber–sumberdaya
tertetu, apakah uang, waktu atau minyak bumi, yang ingin digunakan masyarakat sesuai
keinginannya, sehingga masyarakat harus membuat pilihan.
Contohnya : Kelangkaan minyak bumi atau Bahan bakar Minyak (BBM) sejak kurun waktu 3
tahun yang lalu mulai mengalami penurunan produksi karena sulitnya atau berkurangny sumber
daya alam yang mengakibatkan kelangkaan minya bumi, Selain itu juga semakin banyaknya
kebutuhan akan minyak bumi adalah salah satu faktor yang menyebabkan semakin sulitnya
untuk memperoleh minyak bumi tersebut.
b) Spesialisasi
Spesialisasi merujuk pada pembuatan pilihan yang sepenuhnya atau seutuhnya hanya pada satu
macam tugas.
Contoh : misalnya dalam suatu perusahaan pembuatan makanan, Beni bekerja hanya
membersihkan kotoran makanan, Gung Ani hanya memotong makanan, dan Eka hanya
membungkus makanan. Tiap–tiap pekerja sudah secara spesialisasi atau secara khusus hanya
mengerjakan satu tugas khususnya.
c) Saling Ketergantungan
Saling Ketergantungan menggambarkan adanya ketergantungan/keterkaitan antara seseoranga
dengan orang lainnya. Seseorang tidak dapat menghasilkan semua hal yang dibutuhkan dan ia
tergantung pada jasa orang lain.
Contoh: Misalnya anda tidak mungkin bisa memenuhi semua kebutuhan anda. Baju, sepatu,
buku, alat tulis, makanan, juga pelayanan jasa yang anda butuhkan sehari–hari tentu anda tidak
dapat memenuhi sendiri. Sehingga anda akan tergantung pada barang–barang dan jasa yang
disediakan oleh orang lain.
d) Pasar
Konsep pasar berarti ada perimbangan antara kebutuhan terhadap barang dan jasa yang telah
dihasilkan atau disediakan.
Contoh: dalam suatu pasar jika kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa tersebut banyak
makan barang dan jasa akan disediakan untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan
oleh masyarakat, sehingga antara kebutuhan dan persediaan antara barang dan jasa menjadi
seimbang.
e) Kebijaksanaan Umum
Konsep kebijaksanaan umum adalah suatu pola membuat keputusan yang menentukan apa
yang akan dan tidak akan diproduksi atau dilakukan.
Contoh: Bila dalam suatu perusahaan memproduksi suatu barang yang akan diperjual belikan,
namun ternyata barang tersebut tidak layak untuk digunakan, maka akan dikeluarkanny
kebijaksanaan umum untuk tidak mengizinkan produk tersebut di edarkan.
4. Konsep Dasar Ilmu Politik dan Pemerintahan

Ilmu politik merupakan ilmu yangmempelajari hal ihwal kenegaraan atau politik. Untuk dapat
memenuhi apakah ilmu polotik dan apa konsep-konsep yang dibahas dalam ilmu politik, maka kita perlu
terlebih dahulu memahami apakah politik itu. Miriam Budiarjo (1972) menyatakan bahwa politik adalah
macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik(atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan.

Politik selalu menyangkut kepentingan tujuan-tujuan dari seluruh masyarakatdan bukan tujuan
pribadi seorang. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
sistem politik itu dilakukan melalui seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas
dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaa umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan
pembagian (distribution) atau alokasi kekuasaan dan sumber-sumber yang ada. Pelaksanaan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang
akan dipakai baik untuk membina kerjasama ataupun untuk menylesaikan konflik yang mungkin timbul
dalam proses ini.

Dari penjelasan di atas dapat kita tarik beberapa konsep pokok ilmu polotik,  yaitu: negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagiankekuasaan, demokrasi, dan lain-lain.
Sementara itu Skeel (1995) menambahkan konsep ilmu politik lainnya yang perlu dipahami yaitu
sosialisasi polotik, keabsahan (ligitimacy), kewenangan (authority) dan perilaku politik (political
behavior).

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat dan mempunyai
kekuasaan berdaulat ke luar dan ke dalam. Setiap negara memiliki sistem politik yaitu pola
mekanisme (pelaksanaan) kekuasaan. Sedangkan yang dimaksud kekuasaan adalah hak dan
kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.  Kekuasaan (negara) mampu
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan ketentuannya. Kekuasaan ini bisa
berada pada tingkat nasianal, kelompok sosial, kelompok keagamaan ataupun pada keluarga.
Keabsahan (ligitimacy) berkaitan dengan legalisasi dan penerimaan masyarakat. Sistem politik bersifat
lebih tinggi daripada kekuasaan masyarakat.
Keputusan adalah penentu pilihan di antara beberapa alternatif.  Sedangkan istilah pengambilan
keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
Menurut Miriam Budiarjo(1972) pengambilan keputusan sebagai konsep pokok ilmu menyangkut
keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat.

Sementara itu yang dimaksud dengan kebijaksanaan (policy) adalah pola kebijaksanaan dan atau
proses penentuan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik (misalnya partai
politik) dalam usaha pemilihan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Pihak
yang membuat kebijaksanaan itu pada prinsipnya mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.
Sedangkan yang dimaksud pembagian dan alikas (distribution and allocatian) adalah pembagian dan
penjatahan dari kekuasaan dalam masyarakat.

Yang dimaksud dengan sosialisasi politik adalah proses pembinaan politik masyarakat agar
mereka memahami hal ihwal politik secara baik dan benar. Dengan kata lain, sosialisasi politik
merupakan upaya agar warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam sistem politik yang berlaku.
Sementara itu, kewenangan (authority) adalah hak yang sah dari individu-individu untuk melaksanakan
kekuasaan terhadap orang lain. Sedangkan perilaku politik(political behavior) adalah suatu cara yang
dilakukan individu-individu dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.

Sehubungan ilmu politik terhadap ilmu pengetahuan sosial adalah menyediakan informasi dasar
mengenai proses, perilaku, dan lembaga-lembaga politik, juga tentang hubungan diantara warga negara,
kebijaksanaan umum, dan gagasan tentang pemerintah, seperti demokrasi, keadilan, dan kesamaan.
Melalui ilmu pengetahuan sosial yang disumbang oleh ilmu polotik ini para siswa dapat belajar
bagaimana kejadian-kejadian politik berpengaruh pada kehidupan mereka begitu juga bagaimana
mereka tersosialisasikan atau belajar untuk berpartisipasi di dalam sistem politiknya (negaranya).

5. Konsep Dasar Sosiologi

Para ahli sosiologi menaruh perhatian pada perilaku dan lembaga serta interaksi antar individu
dan kelompok/asosiasi dalam masyarkat. Konsep-konsep utama dalam sosilogi mencakup kelompok ,
lembaga, peran, norma, nilai, sosialisasi, dan masyarakat.

Konsep  kelompok menunjukan pada sejumlah orang yang hidup bersama dalam mencapai satu
tujuan. Konsep lembaga atau pranata.  Menurut Soerjono Soekanto lembaga atau pranata adalah
himpunan dari  norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan bermasyarakat. Jadi pranata sosial pada dasarnya  bermula dari adanya kebutuhan-
kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi, yang pemenuhannya memerlukan keteraturan.

Peran sebagai konsep sosiologi dapat diartikan sebagai fungsi peran oleh seorang dalam suatu
lembaga sesuai dengan kedudukan atau statusnya. Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses membantu
individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir
kelompoknya,agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Dengan kata lain sosialisasi
merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua  persyaratan lainnya yang diperlukan
untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Konsep norma, menurut Robert MZ Lawang norma adalah patokan prilaku dalam suatu
kelompok tertentu. Sementara itu nilai adalah apa yang dianggap penting atau berharga bagi individu
atau kelompok. Menurut Lawang nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan yang pantas,
yang berharga, yang mempengaruhi prilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu.

Sosiologi memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan sosial berupa pemahaman tentang
bagaimana lembaga-lembaga sosial berkembang dan bagaimana orang-orang berinteraksi didalamnya.

6. Konsep Dasar Antropologi

Antropologi adalah semua hal tentang manusia, dan tidak hanya terpaku pada sebagian
kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari segala
aspek. Secara etimologi, antropologi berasal dari dua kata, yaitu Antrop dan Logos. Antrop berarti
manusia, sedangkan Logos berarti kajian, diskusi, atau ilmu. Ilmu pengetahuan antropologi mengkaji
manusia dalam bermasyarakat, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam suatu masyarakat suku bangsa, kebudyaan, dan
perilakunya.

Macam-macam Jenis Cabang Ilmu Antropologi

I. Antropologi fisik
 Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan evolusi manusia
dengan meneliti fosil
 Somatologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan cirri-ciri fisik.
II. Antropologi budaya
 Prehistori, yaitu ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan budaya manusia
mengenai tulisan
 Etnolinguistik antrologi, yaitu ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia
 Etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat suku bangsa yang ada di dunia
 Etnopsikologi, yaitu yang mempelajari kepribadian bangsa seta peranan individu kepada bangsa
dalam proses perubahan adapt-istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep
psikologi.

Fase-Fase Perkembangan Antropologi

1) Fase Pertama (Sebelum1800)

Pada fase ini, masyarakat pribumi yang ada di Asia, Afrika,dan Amerika mulai didatangi oleh
bangsa Eropa sejak akhir abad ke-15. pada masa itu mulai terkumpul suatu besar himpunan buku-buku
kisah perjalanan, laporan, dan sebagainya yang ditulis oleh para musafir, pendeta, pelaut, ataupun
pegawai pemerintah. Bahan-bahan deskripsi itu kemudian disebut sebagai etnografi, atau deskripsi
tentang bangsa-bangsa. Isi dari deskripsi itu terkesan aneh di mata orang Eropa, namun hal itu amat
menarik perhatian kalangan terpelajar di Eropa Barat di Sebagian orang Eropa menganggap bangsa-
bangsa pribumi itu adalah manusia liar, turunan iblis, dan sebagainya. Sehingga timbul
istilah savages, dan primitives, sebutan bagi penduduk asli di Asia, Afrika, dan Amerika.

i. Sebagian orang Eropa menganggap bahwa manusia dari tanah Asia, Afrika, dan Amerika itu
adlah contoh dari manusia murni, yang belum kemasukan hasutan kejahatan dan keburukan
yang sudah terjadi di Eropa.
ii. Sebagian orang Eropa tertarik dengan adapt-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan
benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa primitive tersebut. Kumpulan itu kemudian
dihimpun menjadi satu dan diperlihatkan kepada umum(museum).
2) Fase Kedua (Pertengahan Abad Ke-19)

Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan
mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, lahirlah antropologi. Ilmu itu
bersifat akademis. Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud mendapatkan
pengertian mengenai tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia
di muka bumi.

3) Fase Ketiga (Permulaan abad 20)

Dalam fase ini, ilmu antropologi menjadi sangat penting. Orang-orang Eropa mempelajari
kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat
suatu pengertian tentang masyarakat kini yang kompleks.

4) Fase Keempat (Sesudah 1930)

Ilmu antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai
bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman metode-metode
ilmiahnya. Pokok atau sasaran para ahli antropologi tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitive yang
ada di luar benua Eropa, melainkan juga daerah di pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut
anekawarna fisiknya, masyarakatnya, serta budayanya.

Difinisi Antropologi Menurut Para Ahli. Ada beberapa definisi mengenai antropologi antara lain:

 Keesing (1981) , Antropologi adalah kajian tentang manusia.


 Haviland (1985), Antropologi adalah studi tentang manusia dan perilakunya dan melaluinya
dibeperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia.
 Kamus Antropologi dan Ariyono Suyono (1985), Antropologi adalah suatu ilmu yang berusaha
mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik,
kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya.
 Koentjaraningrat (1990), Ilmu antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk
hidup yaitu :
- Masalah Perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
- Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya.
- Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh
dunia.
- Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
- Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-
masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang ini.
7. Konsep Dasar Psikologi Sosial

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan


lingkungannya. Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:
"ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis,
psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Ilmu tersebut menguraikan
tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi social, seperti situasi
kelompok, situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil
kebudayanya.

Psikologi social juga merupakan suatu ilmu pengetahuan baru dalam abad modern. Ilmu ini
mulai di rintis pada tahun 1930 di amerika serikat dan kemudian juga di Negara-negara lain. Sebagai
displin ilmu yang relatif baru dalam perkembangannya ia banyak menggunakan materi-materi yang
sudah tersedia dalam disiplin ilmu social lainnya, seperti dari sosiologi dan antropologi misalnya konsep-
konsep tentang norma,sruktur social dan peranan adalah konsep yang di ambil dari disiplin ilmu yang
sudah lebih dahulu berkembang. Pengkajian psikologi social akan dapat memberi gambaran tentang apa
pengertian psikologi social dan apa saja yang menjadi objek dalam studinya. Mempelajari modul
Psikologi Sosial merupakan pangkal otak untuk mengetahui lebih lanjut tentang prinsip-prinsip maupun
proses dan tingkah laku seseorang sebagai mahluk social.

PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun
waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena
kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak
akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia. Pada
tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman.
Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah
ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat
psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula
sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

FUNGSI PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

- Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi.
Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
- Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan
mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
- Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.Perwujudannya
berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta
rehabilitas atau perawatan

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial   mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu:

- Studi tentang pengaruh social terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi,
motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
- Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa,sikap social, perilaku meniru dan
lain-lain
- Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan,
kerjasama dalam kelompok, dan persaingan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu Pengetahuan Sosial memprogramkan pendidikan dengan konsep-konsep terpilih dari ilmu-
ilmu social untuk membina warga negara yang baik. Dalam kaitannya dalam pengajaran terhadan calon
guru sekolah dasar, ilmu pengetahuan social memberikan pemantapan wawasan tentang konsep-
konsep dan keterampilan dasar pendidikan IPS sekolah dasar. Dalam kehidupan sehari-hari IPS
memberikan pedoman tata cara untuk berinteraksis antar individu maupun kelompok dengan baik.

Hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi sangatlah erat, fakta merupakan segala
sesuatu yang dapat dihayati/dipahami yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan
konsep merupakan susunan fakta-fakta secara sistematik yang berkaitan antar fakta didalamnya. Dan
generalisasi merupakan pernyataan tentang hubungan antar konsep yang mengandung fakta-fakta di
dalamnya. Sehingga antar fakta, konsep, dan generalisasi merupakan suatu kepaduan yang utuh dalam
penyusunannya.

Dalam setiap disiplin ilmu sosial akan terdapat konsep-konsep yang terkandung didalmnya. Ada
beberapa konsep yang terdapat dalam ilmu social,yaitu: konsep dasar ilmu sejarah, konsep dasar
geografi, konsep dasar ilmu ekonomi, konsep dasar ilmu politik dan kepemerintahan, konsep dasar
sosiologi, konsep dasar antropologi dan konsep psikologi social.

B. SARANA

Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

i. Kedudukan ilmu sosial di dalam masyarakat hendaknya dijadikan pedoman dalam beriteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
ii. Dalam pembuatan konsep untuk menyusun suatu generalisasi hendaknya kita mencari dan
menggunakan fakta-fakta yang sistematik sesuai dengan konsep dan generalisasi yang akan kita
buat.
iii. Sebagai calon guru SD hendaknya mampu memahami konsep-konsep yang terkandung didalam
setiap disiplin ilmu social dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sanusi, Dt. (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung: IKI

http://andimanwno.wordpress.com/2008/11/14/konsep-konsep-dasar-geografi/

http://mashurzikri.wordpress.com/2099/11/27/pengertian-antropologi-dan-ruang;lingkupnya/
Samlawi Fakih dan Maftuh Bunyamin,1998: Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat JendralPendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Bandung.

Soelaeman, M. Munandar, (2006), "Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial", Bandung, PT. Refika
Aditama.

Tim Pengajar  IPS, Materi IPS, Singaraja: Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai