Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Arman Maulana mahasiswa STAI Al-Gazali

Bulukumba, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi

Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas V MIS PADI Kabupaten

Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017, Tujuan Penelitian ini adalah

mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap

prestasi belajar pendidikan agama islam siswa kelas V MIS PADI Kabupaten

Bulukumba. Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan

antara penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa

Pendidikan Agama Islam kelas V MIS PADI Kabupaten Bulukumba. Ini

dibuktikan dengan hasil perhitungan rxy diperoleh koefisien korelasi (r hitung ) =

0,469 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel signifikan 5 % untuk N: 30,

nilai rxy product moment (rtabel) = 0,361. Jadi r hitung lebih besar dari r tabel.1

b. Penelitian yang dilakukan Syahrul mahasiswa STAI Al-Gazali Bulukumba,

Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Keagamaan di MIS PADI

Kabupaten Bulukumba, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah

pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dalam membentuk perilaku keagamaan

siswa MIS PADI Kabupaten Bulukumba. Hasil penelitiaan ini adalah adanya

1
Arman MAulana, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas V MIS PADI Kabupaten Bulukumba Tahun Pelajaran
2016/2017, (Bulukumba : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah STAI Al-Gazali Bulukumba, 2015), Skripsi
tidak di publikasikan.

6
7

pengaruh yang signifikan pendidikan agama islam terhadap perilaku keagamaan di

MIS PADI Kabupaten Bulukumba. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan r xy

diperoleh koefisien korelasi (r hitung ) = 0,355 dan setelah dikonsultasikan dengan

tabel signifikan 5 % untuk N= 57 nilai r xy product moment (rtabel) = 0,260. Jadi r

hitung lebih besar dari r tabel.2

Dari penelitian di atas terdapat kesamaan dengan penelitian yang peneliti teliti

yaitu berbicara tentang pengaruh penggunaan media Pengajaran terhadap proses

pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan penelitian saya adalah:

1. Dilihat dari subjek yang diteliti, penelitian yang pertama subjeknya kelas V,

penelitian yang kedua subjeknya siswa adalah kelas 1 sampai kelas 6, sedangkan

penelitian saya subjeknya siswa kelas IV.

2. Dilihat dari segi metode penelitiannya, penelitian di atas menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan desain penelitian tindakan kelas, sedangkan

penelitian saya menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian tindakan kelas.

3. Dilihat dari segi analisis datanya, penelitian yang pertama dan kedua

menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian saya

menggunakan metode deskriptif kuantitatif

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

2
Syahrul, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Keagamaan di SDN 24
Salemba Kabupaten Bulukumba, (Bulukumba : Perpustakaan Fakultas Tarbiyah STAI Al-Gazali
Bulukumba, 2017), Skripsi tidak di publikasikan.
8

Kata media berasal dari bahasa “Latin” dan merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Jadi

media adalah perantara atau pengantar pesan. Gelarch dan Ely mengatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku, teks, dan lingkungan sekolah merupakan

media. Secara lebih khusus, pengertian media didalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.3

Media Audio Visual adalah Media instruksional modern yang sesuai dengan

perkembangan zaman, dimana jenis media ini selain mengandung unsur suara media

audio-visual juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Media pembelajaran

merupakan alat komunikasi, baik dalam proses penyampaian pesan dari sumber pesan

dari guru melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Sumber pesan

adalah saluran atau media penerima pesan adalah komponen proses komunikasi.

Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada di buku

materi ajar yang menjadi sumber pesan adalah guru, orang lain ataupun penulis buku

dan proses melalui dasar media.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (message) merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa

sehingga dapat mendorong proses belajar.4


3
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Cet. 1; PT. Raja Grafindo Persada, 2017), h.3.
4
H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Cet. IX; Bandung: Sinar Baru,
2016), h. 89
9

Dari beberapa pengertian media pembelajaran yang telah dikemukakan, maka


Santoso S, Hamidjoyo juga mengemukakan bahwa
Pengertian media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan/menyebar ide, sehingga ide
atau pendapat atau gagasan yang dikemukakan/disampaikan itu bisa sampai
pada penerima.5

Selain yang telah dikemukakan oleh Santoso S. Hamidjoyo, juga Mc. Luhan

mengemukakan pengertian media pembelajaran adalah “saluran (Chanel) yang

menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima pesan itu”.6

Sedangkan menurut Roestiah dalam Zakiah Daradjat:


Media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.7

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan tersebut diatas, penulis dapat

memahami bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat membantu

guru dalam proses belajar mengajar, karena media tersebut dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan yang dapat merangsang perhatian dan minat siswa. Dengan

demikian media pembelajaran dapat mendorong peningkatan Mutu Pembelajaran.

Media pembelajaran juga disimpulkan sebagai semua alat bantu yang digunakan

dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan informasi pembelajaran dari

sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (anak didik atau warga belajar).

Media juga merupakan salah satu bagian dari kurikulum untuk menyajikan bahan

pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian yang dapat

mendorong siswa dalam hal proses belajarnya.

b. Kegunaan Media Pembelajaran

5
John D. Latuhere, Media Pembelajaran dalam Proses Mengajar Masa Kini, (IKIP Ujung
Pandang, 2013), h.11
6
Ibid, h. 13
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 80.
10

Dalam proses belajar mengajar tentunya media pembelajaran merupakan

suatu alat yang sangat penting untuk keberadaannya. Oleh karena itu, guru dituntut

untuk menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan Mutu Pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pembelajaran membantu guru dalam

menyampaikan materi pelajaran meskipun yang dihadapi itu adalah kelompok yang

berjumlah sangat besar. Dengan penggunaan media pembelajaran yang di gunakan

oleh guru, semua akan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik

dan proses belajar mengajarpun akan menjadi semakin efektif.

Beberapa ahli memberikan penjelasan tentang penggunaan media

pembelajaran, salah satu di antaranya Hamalik dalam Azhar Arsyad:

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat


membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.8
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi pelajaran

saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran

juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman. Guru menyajikan data yang

menarik dan terpercaya serta memudahkan penafsiran data.

Pada prinsipnya penggunaan media pembelajaran memang sangat penting.

Oleh karena itu, di samping membantu keefektifan proses pembelajaran juga dapat

meningkatkan Mutu Pembelajaran. Akan tetapi penggunaan media itu baru akan

berhasil bilamana pengantar dan penerima pesan mempunyai kesadaran masing-

Azhar Arsyad, Op. Cit., h. 15.


8
11

masing. Dalam artian bahwa guru harus menggunakan media sesuai dengan

kebutuhan siswa dan juga siswa harus memperhatikan pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT. Di dalam alquran surah Ar-

Raad, ayat 11 yang berbunyi:

        


           
           
     
Terjemahannya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya;dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.9

Ayat tersebut diatas, jika dikaitkan dengan pengguaaan media pembelajaran

dapat dipahami bahwa sebaik apapun media yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pelajaran tanpa kesiapan para siswa dalam menerima

pelajaran, mustahil tujuan pembelajaran yang kita ingin capai akan terpenuhi.

Secara umum kegunaan media pembelajaran menurut Arif S. Sadiman:10

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme,

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film atau model.

2) Obyek yang terlalu kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film atau

gambar.

Depertemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Mahkota Surabaya, 1989), h.
9

370.
10
Arif S. Sadiman, Media Pendidikan, (Cet. II; Jakarta: CV Rajawali, 2010), h. 16.
12

3) Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan fhotograhy.

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilakan lewat

rekaman film, vidio, dan lain-lain.

5) Obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung merapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain)

dapat difisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan berpariasi dapat

diatasi dengan sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pembelajaran berguna

untuk:

1) Menimbulkan kegairahan belajar,

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dengan kenyataan,

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan

minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan

bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi jika latar belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini bisa diatasi dengan

media pembelajaran. Yaitu dengan kemampuannya didalam:

a) Memberikan perangsang yang sama,


b) Mempersamakan pengalaman
13

c) Menimbulkan persepsi yang sama.11


Pengunaan media diatas tidak dilihat atau di nilai dari segi kecanggihan

medianya. Akan tetapi yang lebih penting adalah fungsi peranannya dalam membantu

memperlancar proses pengajaran.

Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran sangat bergantung pada

tujuan penyampaian bahan pengajaran. Kemudahan memperoleh media yang

diperlukan serta kemampuan guru menggunakannya dalam proses belajar mengajar.

Nana Sudyana mengemukakakan bahawa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertinggi

mutu pengajaran, yakni:

Pertama, guru perlu pemahaman media pembelajaran antara lain jenis dan
manfaat media pembelajaran, kriteri memilih dan menggunakan media
pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut pengunaan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa. Kedua, guru terampil
menggunakan media pembelajaran sederhana untuk keperluan pengajaran,
terutaman media dua dimensi atau media grafis dan beberapa media tiga
dimensi dan media proyeksi. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menilai keefektifan media dalam proses belajar mengajar.12
Dalam menggunakan media pembelajaran sebagai alat komunikasi khususnya

dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, kiranya harus berdasarkan pada

kriteria pemilihan media yang obyektif. Sebab penggunaan media pembelajaran tidak

sekedar menampilkan program pengajaran di dalam kelas, akan tetapi harus dikaitkan

dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai.

Sehubungan dengan penggunaan media tersebut, Harjanto mengemukakan

beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran,

setidak-tidaknya media digunakan pada situasi sebagai berikut:


11
Ibid. h. 17.
12
Nana Sudyana dkk, Media Pengajaran, (Cet. III; Bandung: CV Sinar Baru, 2017), h. 4
14

a. Bahan pelajaran yang dijelaskan oleh guru kurang dipahami siswa. Dalam
situasi seperti ini sangat bijak apabila guru menampilkan media untuk
memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya
menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau
model-model yang berkenaan dengan isi bahan pelajaran.
b. Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku
sumber atau tidak semua bahan pelajaran ada dalam buku sumber. Situasi
seperti ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk
media, misalnya peta atau globe yang dijadikan sumber pelajaran bagi siswa.
c. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pelajaran melalui penuturan
kata-kata (verbal) akibat lelah disebabkan terlalu lama mengajar. Dalam
situasi seperti ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi
siswa. Misalnya guru menampilkan bagan dan grafik serta siswa diminta
untuk memberi analisa atau menjelaskan materi yang tersirat dalam gambar
atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok.
d. Perhatian siswa terhadap pelajaran mulai berkurang akibat kebosanan
mendengarkan uraian dari guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh
guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan siswa.
Apabila cara guru dalam menjelaskan kurang menarik. Dalam situasi seperti
ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan
kembali perhatian belajar para siswa.13

Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, dalam penggunaan dan

pemafaatan media pembelajaran , hal tersebut menjadikan pembelajaran lebih

bermakna dalam pengajaran dapat membuat pendidikan dan pengajaran lebih efektif

dan efesien dengan meningkatkan semangat belajar serta meningkatkan motivasi para

siswa. Kemudian dengan menggunakan media pembelajaran memungkinkan cara

guru mengajar lebih sistematis pengaturannya sehingga pelaksanaan dan penggunaan

media pembelajaran dapat dilakukan dengan tertib dan proses belajar mengajar lebih

bermutu.

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


kegiatan pemilihan media pembelajaran ini, merupakan kegiatan yang tak

terpisahkan pada proses penggunaan media pembelajaran. Apabila salah dalam

memilih media dalam pembelajaran, itu berarti keberhasilan proses berikutnya akan

13
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2017), h. 241.
15

terpengaruh, terutama bagi peningkatan kaulitas pembelajaran. Memilih media

pembelajaran haruslah dikaitkan dengan tujuan intruksional, strategi belajar mengajar

serta sistem evaluasi yang digunakan.

Media pembelajaran sangat banyak ragamnya, dari yang sederhana sampai

kepada yang kompleks, berawal dari yang termurah sampai kepada yang termahal.

Para ahli melalui berbagai penelitian belum berhasil menemukan media pembelajaran

yang paling tepat yang dapat digunakan untuk segala jenis bentuk materi pengajaran

serta segala kondisi dan situasi.

Sekarang yang perlu dipikirkan adalah apa yang dapat dijadikan sebagai

landasan untuk guru di dalam memilih media pembelajaran sehingga kesalahan dalam

pemilihan media tersebut dapat dihindari. Adapun kriteria-kriteria pemilihan media

pembelajaran sebagai berikut:

a. Tujuan pemilihan media yang akan digunakan harus dalam pembelajaran


berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan
media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat
umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu yang kosong. Lebih
spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau individual, apakah
untuk sasaran tertentu seperti, TK, SD, SMP, SMU, jaga diperhatikan untuk
tuna runggu, tuna netra, masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan.
Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai jenis media.
b. Karakteristik media pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
Memahami berbagai karakteristik media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan
keterampilan memilih media pembelajaran.
c. Alternatif pilihan. Memilih pada hakekatnya adalah membuat keputusan dari
berbagai alternatif pilihan. Guru dapat menentukan pilihan media mana yang
akan digunakan apabila terdapat media yang dapat dipilah. Sedangkan apabila
media pembelajaran itu hanya satu, berarti guru tidak akan bisa memilih,
tetapi menggunakan apa adanya.14

14
Sudirman N. dkk, Ilmu Pendidikan, (Cet. III; Bandung: CV. Remaja Karya, 1989), h. 206-
207
16

Nana Sudjana dan Ahmad Rifai dalam Sudirman N mengemukakan kriteria

pemilihan pemilihan media pembelajaran sebagai berikut:

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran. Artinya media pembelajaran harus


dipilih atas dasar tujuan intruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Artinya bahan pelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media.
c. Kemudahan memperoleh media. Artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d. Keterampilan guru dalam menggunakannya. Artinya apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat mempergunakannya dalam proses
pembelajaran.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
berguna bagi siswa selama pelajaran berlangsung.
f. Dengan taraf kemampuan berfikir siswa, memilih media untuk pelaksanaan
pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang
terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.15

Berbagai kriteria-kriteria pemilihan media pembelajaran yang telah

dikemukakan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa guru dapat lebih

mudah menggunakan media yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah

tugas-tugas sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan

dipaksakan, sehingga mempersulit tugas guru. Tetapi harus sebaliknya yakni

mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.

Oleh sebab itu, media bukanlah keharusan tetapi sebagai pelengkap jika

dipandang perlu untuk mempertinggi Mutu Pembelajaran.

d. Jenis dan Manfaat Media Pembelajaran


1) Media Cetak
Dalam media cetak seperti buku teks, modul, buku petunjuk, lembar lepas,

lembar kerja , dan sebagainya pada umumnya berisi materi pembelajaran yang dapat

diakses dan dibaca oleh siswa langkah demi langkah sesuai dengan yang diinginkan.

Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, Media Pengajaran, (Cet. III; Bandung: CV Sinar Baru,
15

2017), Op. Cit., h. 5.


17

Untuk media yang berupa buku teks biasanya dilengkapi uraian materi, contoh soal,

dan latihan soal.

Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling dikenal adalah buku teks,

buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut

enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format,

organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

a) Konsistensi

(1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar

tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf;

(2) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris

pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.

Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih dan oleh karena

itu tidak memerlukan perhatian sungguh-sungguh.

b) Format

(1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai;

sebaliknya, jika paragraph tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan

lebih sesuai.

(2) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

(3) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan

dilabel secara visual.

c) Organisasi

(1) Upayakan untuk selalu menginformasikan siswa/ pembaca mengenai di

mana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus
18

mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka membaca. Jika

memungkinkan, sipakan piranti yang memberikan orientasi kepada siswa

tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.

(2) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasinya mudah diperoleh.

(3) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

d) Daya tarik

Perkenalakan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini

diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.

e) Ukuran huruf

(1) Pilihlah huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya.

(2) Hindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks karena dapat

membuat proses membaca itu sulit.

f) Ruang (spasi) kosong

(1) Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk

membantu kontraks. Hal ini penting untukmemberikan kesempatan

siswa/pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat

matanya bergerak menyusuri teks.

(2) Susulkan spasi antarbaris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat

keterbacaan,

(3) Tambahakan spasi antarparagraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan.

2) Media Visual

Media visual ialah media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan

visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik. Media berbasis visual
19

memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat

memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula

menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi

pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaliknya ditempatkan

pada konteks yang bermakana dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk

meyakinkan terjadinya proses informasi.

Bentuk visual bisa berupa (a) gambar refresentasi seperti gambar, lukisan
atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan
struktur isi material, (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang
antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart
(bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau antarhubungan
seperangkat ganbar atau angka-angka.16

Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh

peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari faktor-

faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku,

kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi hal

tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari,

maka obyeknyalah yang di bawa ke peserta didik. Obyek yang di mkasud bisa dalam

bentuk nyata

Dengan demikian media visual sangatlah berperan penting dalam proses

belajar mengajar, karena media visual memiliki peran yaitu memudahkan dalam

penyampaian materi kepada peserta didik serta mampu memperlihatkan objek secara

langsung.

3) Media Audio

16
Azhar Arsyad, Op. Cit., h. 87-89
20

Media audio berkaitan dengan indera pendengar, di mana pesan yang

disampaikan dituangkan dalam lambing-lambang auditif, baik verbal maupun non

verbal. Salahsatu jenis media berbasis visual yang dapat digunakan dalam

pembelajaran ialah radio.

Berkat kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, orang dapat

menciptakan radio. Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan

untuk mendengarkan berita yang bagus dan actual, dapat mengetahui bebrapa

kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan

sebagainya. Radio juga dapat dijadikan sebagai media dan pengajaran yang cukup

efektif.

Penggunaan radio sebagai media pendidikan perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Penggunaan waktu jam siaran,

b) Tempat serta kondisi-kondisi penerimaan.

Siaran radio harus betul-betul memperhatikan waktu setepat-tepatnya, artinya

mulai pada waktu yang tepat dan juga berakhir pada waktu yang tepat pula.

Pengaturan waktu itu diperlukan untuk mendidik anak-anak menggunakan waktu

dengan sebaik-baiknya juga untuk kepentingan kontinuitas program. Begitu juga

perlu dilakukan pengaturan tempat sebaik-baiknya, perlengkapan-perlengkapan yang

diperlukan harus diatur dengan sebaik-baiknya. Pengaturan volume suara disesuaikan


21

dengan keadaan atau kondisi ruangan dan hindarkan gangguan-gangguan yang

mungkin terjadi. 17

4) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima

oleh indera pendengaran dan indera penglihatan.

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan

tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting dalam media audio

visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang

banyak rancangan dan penelitian.

Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian

disentesis ke dalam apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Narasi ini merupakan

penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana vidio menggambarkan atau

visualisasi materi pelajaran. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukkan

sesuatu yang dapat menarik perhatian semua siswa. Hal ini diikuti dengan jalinan

logis keseluruhan program yang dapat membangun rasa berkelanjutan-sambung-

menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan atau rangkuman.

Kontinuitas program dapat dikembangkan melalui penggunaan cerita atau

permasalahan yang memerlukan pemecahan.18

Media audio visual terdiri atas audio visual diam, yaitu media yang

menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide), film

rangkai suara. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video kaset.
17
Drs. M. Basyiruddin Usman, M. Pd , Media Pembelajaran, (Cet I ; Jakarta ; Ciputat pers,
2012). h.86.
18
Azhar Arsyad, Op. Cit., h. 91-92
22

Kemajuan teknologi dibidang pendidikan sangat mendorong untuk

menunjangnya Mutu Pembelajaran pula, banyak hal yang diperhatikan dalam proses

pembelajaran termasuk penggunaan media pembelajaran. Namun bagaimanapun

media yang digunakan dalam pembelajaran pasti mempunyai kekurangan seperti

halnya dalam penggunaan media audio visual, walaupun mempunyai banyak

kelebihan tetap masih terdapat kekurangan, berikut akan dibahas tentang kelebihan

dan kekurang media audio visual.

Dari penjelasan di atas, kita dapat simpulkan bahwa media audio visual adalah

media yang lengkap, di mana media tersebut menggunakan ke dua dari jenis media

yakni audio dan visual, tetapi dalam media audio visual juga ditemukan beberapa

kekurangan. Berikut ini akan dibahas tentang Kelebihan & Kelemahan Media Audio-

Visual, yaitu:

Beberapa Kelebihan atau kegunaan media Audio-Visual pembelajaran:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk

kata-kata, tertulis atau lisan belaka)

2) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

(1) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai,

film atau model

(2) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau

gambar

(3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse

atau high speed photografi


23

(4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal

(5) Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model,

diagram.

(6) Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di

visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar.

Dan adapun beberapa kelemahan, yaitu:

1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan

tetap memandang materi audio-visual sebagai alat Bantu guru dalam mengajar.

2) Terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya

dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat Bantu guru dalam proses

pembelajaran. Media yang beoriantsi pada guru sebernarnya

3) Media audio visual cenderung menggunakan model komunikasi satu arah.

4) Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karna

media audio-visual cenderung tetap di tempat

Gambar Media Berbasis Audio Visual

5) Manfaat Media Pembelajaran


24

Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut:

(1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

(2) Mengatasi keterbatas ruang, waktu dan indera seperti ;

(3) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan denga proyektor, mikro, film,

gambar atau model.

(4) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor, mikro, film atau gambar.

(5) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, vidio atau foto.

(6) Obyek yang terlalu kompleks bisa disajikan dengan model atau diagram.

(7) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim) dapat

divisualkan dalam bentuk film atau gambar.

Dengan menggunakan media pembelajaran bermanfaat untuk:

(1) Menimbulkan kegairahan belajar

(2) Memungkinkan interkasi yang lebih langsung antara peserta didik dengan

lingkungan dan kenyataan.

(3) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri sesuai kemampuan dan minatnya

(4) Dengan sifat yang unik pada setiap peserta didik ditambah dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap peserta didik. Maka guru akan mengalami

kesulitan bilamana itu harus diatasi sendiri, maka masalah seperti itu harus

diatasi dengan kemampuan guru dalam:

(a) Memberikan perangsang yang sama


25

(b) Mempersamakan pengalaman

(c) Menimbulakan persepsi yang sama.19

2. Pembelajaran Luring

Memasuki new normal era, masyarakat Indonesia kini mulai menjalani

aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Namun, demi menjaga keselamatan dan

kesehatan para siswa, sejumlah sekolah menerapkan sistem online atau virtual tanpa

tatap muka langsung. Sistem ini juga dikenal dengan sistem pembelajaran daring.20

Istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu bentuk pola

pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini. Daring merupakan

singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita

gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah terjemahan dari

istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran

daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan

aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi

melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan

secara online, komunikasi juga dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan

secara online. Sistem pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa

aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom.

Istilah luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti

kata offline. Kata “luring” merupakan lawan kata dari “daring”. Dengan

19
M. Arief Sardiman dkk., Media Pendidikan (Cet.III; Jakarta: Grafindo Persada, 2013), h. 16-
17
20
Tahrus, Zainun N.H. 2021. Dunia dalam Ancaman Pandemi: Kajian Transisi
Kesehatan Mortalitas Akibat Covid19. https://www.researchgate.net/publication/340224377
26

demikian, pembelajaran luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang

sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet. Sistem

pembelajaran luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media,

seperti televisi dan radio. Jika peserta didik menulis artikel atau mengerjakan tugas di

Microsoft Word dan tidak menyambungkannya dengan jaringan internet, maka itu

adalah contoh aktivitas luring dan Jika siswa melakukan offline conference dengan

bertemu secara langsung tanpa menggunakan internet, hal itu adalah contoh aktivitas

luring.21

Sistem pembelajaran daring dan luring mau tidak mau harus tetap dilakukan

di tengah pandemi COVID-19. Sebab, tidak mungkin peserta didik dibiarkan libur

panjang hingga virus corona pergi. Dan kita tidak tau kapan virus corona ini hilang

dari permukaan bumi.  Dalam proses pembelajaran daring dan luring ada beberapa

kesulitan yang dihadapi siswa, antara lain:

1) Jaringan internet yang lemot. Sistem pembelajaran daring dan luring dapat

berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus. Sebaliknya, ketika jaringan

internetnya jelek/buruk, maka secara otomatis proses Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) online pasti terhambat.

2) Kuota internet terbatas. Orang tua yang terkena dampak COVID-19 pasti akan

kesulitan untuk membeli kuota internet. Terutama orang tua yang secara ekonomi

tidak memadai. Hal ini perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orang tua. Mereka sudah

terbebani karena di-PHK oleh perusahaan, ditimpal lagi oleh beban keharusan

membeli kuota internet.


21
Ibid., h. 43
27

3) KBM tidak efektif. Sistem pembelajaran daring dan luring tentu tidak seefektif

pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya

pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah,

terpaksa hanya mengajar selama satu jam. Dampak lanjutnya, peserta didik akan

kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Apalagi berhadapan dengan mata pelajaran program MIPA: Matematika, Fisika

dan Kimia dan Biologi. Keempat pelajaran ini tentunya membutuhkan waktu

yang cukup lama karena banyak penurunan rumus. Itu artinya, waktu satu jam

sangat tidak cukup.

Luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti

kata offline. Kata “luring” merupakan lawan kata dari “daring”.22

Dengan demikian, pembelajaran luring dapat diartikan sebagai bentuk

pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet

maupun intranet. Perbedaan pemahaman mengenai istilah daring dan luring ini

memang perlu diluruskan. Karena sebagian orang mengklasifikasikan daring

sebagai online yang terhubung ke internet dan luring dianggap sebagai kegiatan

yang terhubung melalui intranet. Intranet sendiri merupakan terminologi dalam

dunia informatika yang merujuk pada sebuah kondisi saling terhubung dalam

jaringan dalam cakupan terbatas.

Jadi intinya dalam aktivitas luring, sama sekali tidak melibatkan jaringan

internet atau intranet. Secara sederhana, misalnya peserta didik

melakukan chat di Whatsapp artinya mereka melakukan aktivitas daring. Akan

Yuliana. 2021. Corona Virus Diseases (Covid19); Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness
22

And Healthy Magazine Volume 2, Nomor 1.


28

tetapi, jika peserta didik menulis artikel atau mengerjakan tugas di Microsoft Word

dan tidak menyambungkannya dengan jaringan internet, maka itu adalah contoh

aktivitas luring.

Misalkan lagi, jika guru dan peserta didik melakukan online

conference melalui aplikasi Whatsapp, Google Hangout, atau Zoom, ini artinya

melakukan aktivitas daring.

Sedangkan jika melakukan offline conference dengan bertemu secara

langsung tanpa menggunakan internet, hal itu adalah contoh aktivitas luring.

Demikian ulasan mengenai pengertian pembelajaran daring dan luring, ciri-ciri,

serta perbedaannya. Semoga bermanfaat.

3. Mutu Pembelajaran
1. Pengertian Mutu Pembelajaran
Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem yang dibentuk untuk

mencapai tujuan tertentu. Sistem menurut Syafaruddin dan nasution adalah

“seperangkat komponen yang saling berinterkasi untuk mencapai tujuan tertentu”.23

Hal senada juga diungkapkan oleh Syah:

Sistem adalah sekolompok bagian-bagian yang bekerja sama sebagai satu


kesatuan fungsi. Mutu dan sifat dasar dari setiap bagian dapat dilhat dalam
hubungannya dengan keseluruhan sistem. Setiap bagian hanya dapat dipahami
dengan memperhatikan pada bagaimana bagian itu berfungsi dalam hubungan
ke dalam kebulatan suatu sistem. 24
Syafaruddin dan nasution mengemukakan bahwa:

Proses suatu sistem dimulai dari input (masukan) kemudian diproses dengan
berbagai aktivitas dengan menggunakan teknik dan prosedur, dan selanjutnya

23
Syafaruddin dan Irwan Nasution,. Manajemen Pembelajaran, (Jakarta; Quantum Teaching,
2015), h, 41.
24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya,2010), h, 22.
29

menghasilkan output (keluaran), yang akan dipakai oleh masyarakat


lingkungannya25

Dalam konteks sistem pendidikan, input di antaranya di wakili oleh siswa,

guru, kepala sekolah, fasilitas, dan sarana prasarana. Proses diwakili pengajaran,

pelatihan, pembimbingan, evaluasi dan pengelolaan. Sementara output meliputi

pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Berkaitan dengan komponen-komponen yang membentuk sistem pendikakan,

lebih rinci Nana Syaodih S., dkk, mengemukakan bahwa

Komponen input diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) raw input, yaitu siswa
yang meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial afektif dan peer group. (2)
instrumental infut, meliputi kebijakan pendidikan, program pendidikan
(kurikulum), personil (kepala sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media,
dan biaya, dan (3) environmental input, meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga sosial, unit kerja. Komponen
proses menurut Nana Syaodih S., dkk, meliputi pengajaran, pelatihan,
pembimbingan, evaluasi, ekstrakurikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output
meliputi pengetahuan, kepribadian dan performansi.26

Berdasarkan pendapat Syafaruddin dan Nana Syaodih di atas, dapat diketahui

bahwa proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang

dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu,

untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, diperoleh pembelajaran yang bermutu

pula.

Dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu, pemerintah

mengeluarkan peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP) sebagai penjabaran lebih lanjut dari undang-undang sistem

pendidikan nasional, yang didalamnya memuat tentang standar proses. Dalam bab I

25
Syafaruddin dan Irwan, Op, cit., h. 43.
26
Nana Syaodih S, Ayi Novi J., dan Ahman, Pengendalian Mutu Pendidikan, (Konsep,
Prinsip dan Instrumen), Bandung: Rafika Aditama, 2016), h. 206
30

ketentuan umum SNP, yang dimaksud dengan standar adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan

untuk mencapai standar kompotensi lulusan. Bab IV pasal 19 ayat 1 ANP lebih jelas

menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menentang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan

psikologis peserta didik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran pada dasarnya terdiri

dari dua bagian yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan factor ekstern adalah

faktor yang ada di luar individu.

1) Faktor Internal

Faktor intern yang dimaksudkan di sini adalah faktor intern yang terjadi

di tempat belajar, yang di dalamnya termasuk guru dan peserta didik. Adapun

faktor yang terpenting dalam proses pembelajaran antara guru dan peserta didik

ada tiga, yakni:

(a) Faktor Jasmaniah

Hal ini senada dengan pendapat Slameto bahwa seorang dapat belajar dengan

baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam bekerja, tidur, makan,


31

olahraga dan rekreasi.27 Oleh karena itu kesehatan jasmani mutlak diperlukan,

karena pada jasmani yang sehat terdapat akal fikiran yang sehat pula.

(b) Faktor Psilkologis

Adapun yang penulis maksudkan di sini adalah mengetahui tingkah laku

yang terjadi dalam proses pembelajaran, di mana dalam hal ini temasuk

pembawaan sebagai faktor dasar yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran, karena belajar dan mengajar merupakan perilaku inti dalam

proses pendidikan di mana antara pelajar dan pembelajar berinteraksi.

(c) Faktor Kelelahan

Faktor kelehan adalah salah satu dari faktor intern yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran, sebab kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk

dipisahkan tetapi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani.28

2) Faktor Eksternal

Faktor ekstern mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

pembelajaran, di mana penulis mengelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:

faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

(a) Faktor Keluarga

Keluarga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup berperan dalam

perkembangan jiwa santri atau pembelajar, karena dalam keluarga santri

pertama kali menerima pendidikan.

(b) Faktor Sekolah


27
Slameto, Belajar dan Factor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2015),
h.17.
28
Slameto, op.cit., h. 57.
32

Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu organisasi dan wadah

kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan

memanfaatkan semua sumber daya secara selektif, efesien dan efektif. Sebab

dalam hidup dan kehidupan manusia, tidak hanya hidup dalam keluarga saja,

melainkan juga pada umur tertentu harus terlepas dari rumah untuk

mendapatkan pengalaman yang lebih luas di luar rumah, baik

(c) Faktor Masyarakat

Masyarakat juga merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat

yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, masyarakat media, teman

bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat disekitarnya.

2. Kerangka Pikir

Guru merupakan ujung tombak paling depan dalam aktifitas pembelajaran.

Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif pada masa pandemi

covid-19, guru harus memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tentang media pendidikan. Media pendidikan yang baik akan menjadikan

pembelajaran siswa secara optimal. Sehingga pengetahuan yang harus dimiliki guru

tersebut meliputi:

1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar.

2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar.

4. Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan.


33

5. Nilai dan manfaat media pendidikan.

6. Memilih dan menggunakan media pendidikan.

7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.

8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata

pelajaran yang diajarkan.

9. Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan.29

Secara ringkas kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

MIS PADI BULUKUMBA

Media Pengajaran

Peningkatan Mutu Belajar

Pembelajaran luring

Urgensi media pengajaran dalam proses belajar mengajar


hubungannya dengan peningkatan mutu belajar siswa melalui
implementasi model pembelajaran luring pada masa pandemi di
kelas IV MIS PADI Bulukumba

Gambar 2.1. Gambar Kerangka Pikir

3. Hipotesis Tindakan

Adapun jawaban sementara dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut:

1. Media pengajaran sangat urgen untuk digunakan dalam proses belajar mengajar

hubungannya dengan peningkatan mutu belajar siswa melalui implementasi

model pembelajaran luring pada masa pandemi di kelas IV MIS PADI


29
Slameto, op.cit., h.52
34

Bulukumba

2. Mutu belajar siswa akan meningkat setelah digunakannya media pengajaran

melalui implementasi model pembelajaran luring pada masa pandemi di kelas

IV MIS PADI Kabupaten Bulukumba

Anda mungkin juga menyukai