Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

oleh

Dimas Adam

NPM 2018330016

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Lingkungan

2018
i

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Islam dan Organisasi Masyarakat “ORMAS” Islam di Indonesia)

oleh
Dimas Adam NPM 2018330016

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Lingkungan
Jakarta
2018

i
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan1 kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, dan dengan segala kekurangan yang
penyusun miliki, makalah Pendidikan Agama Islam mengenai Islam
dan Organisasi Masyarakat (ORMAS) Islam di Indonesia dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Terselesaikannya laporan ini tidak luput dari dukungan berbagai


pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Idris S.Ag.M.E.I, selaku Dosen Pendidikan Agama Islam


– USAHID Jakarta.
2. Orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik
moral maupun moril.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
laporan ini.Sebagai koreksi bagi penulis, dengan besar hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kemajuan di masa mendatang dari pembaca.
3.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan mengenai Agama Islam dan ORMAS Islam
di Indonesia bagi pembaca khususnya penulis sendiri.

Bogor, 29 Oktober 2018

Penulis,

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ISI ............................................................................................. 3
A. Sejarah .............................................................................................................. 3
1. Persatuan Islam (Persis) ......................................................................................... 3
2. Muhammadiyah ..................................................................................................... 4
3. Nahdlatul ‘ Ulama (NU) .......................................................................................... 6
4. Salafi ....................................................................................................................... 8
5. Syi’ah....................................................................................................................... 9
6. Sarekat Islam (SI) .................................................................................................. 11
7. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ............................................................. 11
8. HTI ......................................................................................................................... 12
9. Jamaah Tabligh ..................................................................................................... 13
B. Pola Fikir / Ajaran ......................................................................................... 14
1. Persis ..................................................................................................................... 14
2. Muhammadiyah ................................................................................................... 14
3. NU ......................................................................................................................... 14
4. Salafi ..................................................................................................................... 14
5. Syi’ah..................................................................................................................... 15
6. SI............................................................................................................................ 15
7. LDII ........................................................................................................................ 15
8. HTI ......................................................................................................................... 15
9. Jamaah Tabligh ..................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 18
A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................... 18

iii
iv

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iv
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nusantara adalah sebuah wilayah yang sangat besar, dengan


kekayaan yang melimpah ruah, wilayah agraris serta maritim yang sangat
kaya akan sumber daya alam. Penduduk yang sangat ramah serta
keterbukaan dalam menerima pendatang, sehingga wilayah nusantara
menjadi daerah rebutan negara – negara adi kuasa, baik barat, maupun
timur yang memiliki peradaban yang jauh lebih maju dari pada nusantara.
Maraknya kolonialisme serta imperialisme menjadi faktor utama3
perjalanan misi glory, gold, dan gospel.
Latar belakang penduduk yang masih tertinggal, menjadi faktor
kelemahan masyarakat nusantara, sehingga misi para negara adi kuasa
berjalan dengan baik, dengan prinsip glory dan gold. Perjuangan para
penduduk yang kuat, dengan prinsip kesatuan nusantara untuk
membangun negara sendiri sangatlah kuat. Kegigihan para pahlawan
dengan niat yang kuat, memberikan perlawanan kepada para kaum
kolonialis.
Dalam perintisan negara kesatuan ini, tak terlepas dari beberapa
pihak yan mendukung serat bersatu untuk membangun negeri tercinta.
Maka lahirlah pergerakan serta organisasi dengan tujuan membangun
negeri. Islam yang pada saat itu hampir menguasai bidang religi nusantara
tak tinggal diam dalam pembangunan negeri. Mereka ikut andil dalam
mendukung misi ini dengan mendirikan pergerakan dan organisasi dengan
dengan prinsip kesatuan ukhuwah islamiyah, yang di antaranya, persatuan
Islam (PERSIS), Muhammadiyah, Nahdlatul ‘Ulama (NU), Serikat Islam
(SI) serta masih banyak lagi pergerakan dan organisasi yang lahir baik dari
kalangan muslimi, nasionalis, pelajar dsb.

Islam sebagai agama mayoritas tentunya memiliki peranan serta


gerakan penting dalam membawa kemajuan negeri. Pembahsan kali ini
lebih dominan membahas sejarah organisasi islam di Indonesia.
2

B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan kali ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan kita bahas, diantaranya :
a. Bagaimana pergerakan organisasi islam di Nusantara (Indonesia)?
b. Organisasi islam apa sajakah yang mendominasi nusantara ?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan laporan Prakerin ini diantaranya adalah:


1. Memantapkan siswa dalam pengembangan dan penerapan pelajaran
Agama Islam.
2. Mampu mengetahui serta memahami peranan organisasi islam bagi
Indonesia.
3

BAB II PEMBAHASAN ISI


A. Sejarah

1. Persatuan Islam (Persis)


Persatuan Islam (PERSIS)
merupakan salah satu organisasi Islam yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia.
PERSIS didirikan di Bandung pada tanggal
17 September 1923 oleh seorang ulama
asal Palembang, K.H. Zamzam (1894 –
1952). Ketika menuntut ilmu di Mekah, K.H.
Zamzam sudah berkenalan dengan
pemikiran Wahabi, Muhammad Abduh serta
Rasyid Rida. Tokoh utama Persatuan Islam
(PERSIS) adalah Ahmad Hassan (1887 –
1958). Lahir dan besar di Singapura, Ahmad
Hassan sejak remaja sudah mengenal
gagasan pembaruan yang disebarkan majalah al – imam.
Satu lagi organisasi yang menyatakan secara tegas sebagai penerus
gerakan pembaharuan Muhammad Abduh dan Rasyid Rida adalah Persatuan
Islam, yang disingkat Persis. Persisi didirikan di Bandung pada tanggal 17
September 1923 oleh seorang ulama asal Palembang, K.H Zamzam (1894-1952).
Ketika menuntut ilmu di Mekah, K.H Zamzam sudah berkenalan dengan pemikiran
Wahabi, Muhammad Abduh dan Rasyid Rida. Tokoh utama persatuan Islam
adalah Ahmad Hassan (1887-1958). Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan
sejak remaja sudah mengenal gagasan pembaruan yang disebarkan majalah Al-
Imam. Sebagai anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu, Ahmad Hassan
menulis banyak artikel mengenai pentingnya umat Islam kembali kepada ajaran
Al-Qur’an dan Hadits. Ahmad Hassan menulis banyak artikel mengenai pentingnya
umat Islam kembali kepada ajar Al – Qur’an dan Hadits. Ahmad Hassan yang di
kenal sebagai seorang yang keras dan konsisten. Maka tak heran jika PERSIS
berdiri dan berkembang dengan prinsip keras, konsisten dan tidak ada kompromi.
PERSIS memilki cita – cita yang sama dengan Muhammadiyah, tetapi
metode keduanya berbeda. Muhammadiyah lebih condong pada pendekatan
sosialis, seperti sekolah fasilitas umum dsb. Sedangkan PERSIS lebih kepada
dakwah dan penyebaran agama langsung, seperti media massa, media sosial dsb.
Selain itu,PERSIS mempunyai prinsip idealis dalam mengembangkan
organisasinya. Bidang akademik menjadi titik utama faktor perekrutan
keanggotaan PERSIS. Sehingga tak heran jikalau PERSIS memiliki basi
akademisi yang kuat. Mereka lebih suka bertukar fikiran dengan akademisi
lainnya. Diantara perdebatan yang penting ialah perdebatan dengan Ahmadiah
Qadiani pada tahun 1930 selama tiga kali, yaitu tentang pendapat yang
dikeluarkan golongan Ahmadiah bahwa pendiriannya diakui oleh4 para
pengikutnya sebagai seorang Nabi dan Nabi Isa meninggal di Kashmir, selain itu
PERSIS juga pernah mengadakan perdebatan-perdebatan dengan golongan lain,
seperti Ijtihadul Islamiyah Sukabumi, Majelis Ahlu Sunnah di Bandung, dan
4

Nahdhatul Ulama di Cirebon tahun 1936. Organisasi ini memiliki beberapa alat
publikasi yang diantaranya berupa majalah Pembela Islam terbitan Bandung, Al-
Fatwa yang ditulis denga huruf Jawa berbahasa Indonesia, At-Taqwa dengan
menggunakan bahasa Sunda dan berbagai Pamflet, Brosur, dan Buku-buku.
Meskipun sering di gadang – gadang mirip dengan Muhammadiyah, dalam
ranah perluasan wilayah, PERSIS lebih memiliki prinsip idealis dalam merekrut
dan membangun keanggotaanya. Dibanding dengan Muhammadiyah, PERSIS
tidaklah terlalu giat dalam membentuk . banyak cabang. Pembentukan suatu
cabang tergantung kepada inisiatif dan tidak ditentukan oleh program pimpinan
pusat. Jika Muhammadiyah berusaha menggiring orang masuk, lalu kemudian
membina orang tersebut didalam organisasi, maka PERSIS mengutamakan
dahulu diluar lalu yang dianggap sudah layak baru direkrut menjadi anggota.
Tidaklah mengherankan jika organisasi PERSIS jauh lebih kecil dibanding
Muhammadiyah dalam jumlah anggota dan aktivitasnya. Persatuan Islam hanya
memiliki 200 cabang diseluruh Indonesia, yang menangani ratusan sekolah dan
pesantren.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan salah satu


organisasi besar umat yang ada di Indonesia sampai
saat ini. Organisasi muhammadiyah merupakan
organisasi sosial Islam yang berdiri pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H, di Yogyakarta atau pada tanggal 18
November 1912 M. Organisasi ini dipelopori oleh K.H
Ahmad Dahlan atas saran murid-muridnya dan
beberapa orang anggota Budi Utomo untuk
mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat permanen. Ahmad Dahlan dilahirkan
di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama Muhammad Darwis. Bapaknya
adalah seorang pegawai masjid Kesultanan (Khatib) dan ibunya adalah anak
seorang Penghulu yang bernama Haji Ibrahim Bapaknya bernama K.H Abu Bakar
bin Kyai Sulaiman.
Sewaktu kecil ia belajar agama (mengaji) dengan menggunakan sistem
lama di psantren yang biasa ditemui pada waktu itu. Setelah menyelesaikan
pendidikan dasarnya pada ilmu Nahwu, Fiqh, dan Tafsir di daerahnya, ia
melanjutkan belajar ke Mekkah pada tahun 1890. Salah seorang gurunya adalah
Syaikh Ahmad Khatib. K.H Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang berpengaruh
dan terkenal dilingkungan kesultanan Yogyakarta, yang secara genealogis
ditelusur akan sampai pada Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi.
Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan hasil
pengalamannya aktif di organisasi Budi Utomo, Jamiat Khair, dan Sareat Islam.
beliau mengamati bahwa belum ada organisasi masyarakat pribumi yang
berorientasi pada gerakan modernisme islam.
K.H Ahmad Dahlan merumuskan tujuan pendirian Muhammadiyah yakni
“Menyebarkan Pengajaran Nabi Muhammad SAW kepada Penduduk Bumiputra
dan memajukan Agama Islam kepada anggotanya”. Sejak Kelahirannya
Muhammadiyah menetapkan Khittah (garis perjuangan) untuk bergerak dibidang
5

dakwah,sosial,dan pendidikan. Karena itu Ahmad Dahlan berusaha mendirikan


lembaga pendidikan, mengadakan Tabligh, mendirikan masjid, serta menerbitkan
buku, brosur, surat kabar, dan majalah. Inti dari cita-cita Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran islam dari praktek menyimpang yang
tidak terdapat dalam Al - Qur’an dan Sunah Nabi SAW.

Organisasi Muhammadiyah dalam tahun-tahun awal tidak mengadakan


pembagian tugas yang jelas diantara anggota pengurus . sekurang-kurangnya
sampai tahun 1917, ruang gerak kegiatan organisasi ini masih sangat terbatas
pada daerah kauman Yogyakarta dan sekitarnya. Dan barulah setelah tahun 1917,
organisasi ini mempunyai daerah operasi yang lebih luas. Di Jawa,
Muhammadiyah begitu cepat tersebar disebabkan juga oleh kegiatan misionaris
Kristen. Di bidang sosial, Muhammadiyah juga mencontoh kegiatan misionaris
Kristen seperti mendirikan rumah yatim Piatu, merawat fakir miskin, dan
membangun klinik kesehatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. Dan
meluasnya keanggotaan Muhammadiyah didukung faktor lain seperti cara dakwah
Muhammadiyah yang cenderung toleran. Cara tersebut sungguh cara yang cerdik
yang dilakukan oleh Ahmad Dalan dalam menyerbarkan paham darinya melalui
cara seperti misionaris Kristen ini. Karena pada tahun-tahun berikutnya
Muhammadiyah diketahui membangun cabang-cabang di luar pulau jawa
khususnya di Minangkabau.
Faktor lain yang mendukung tersebarnya Muhammadiyah adalah tablig-
tablig/dakwahnya mengarah langsung ke amal perbuatan ditengah-tengah
masyarakat yang lebih luas sehingga dapat menarik para patriot dan memberikan
dasar-dasar yang teguh bagi setiap jiwa pada saat itu. oleh karena itu, tidak
mengherankan jika pada saat itu sedang hebatnya reaksi pemerintah Hindia -
Belanda, Muhammadiyah dapat menarik kelompok intelektual, yang biasanya
hanya tertarik oleh gemerlapnya teori belaka. Suatu bagian yang sangat penting
dalam suatu organisasi Muhammadiyah adalah majelis Tarjih yang terbentuk pada
tahun 1927 melalui utusan kongres organisasi tersebut di pekalongan. Fungsi dari
majelis ini adalah memberikan fatwa atau menjelaskan hukum masalah-masalah
yang sering menjadi pertikaian.
Fatwa-fatwa yang dikeluarkan majelis Tarjih tidak langsung disampaikan
kepada masyarakat dan tidak pula masyarakat Muhammadiyah sendiri, namun
lebih dahulu disampaikan kepada pimpinan pusat dari organisasi untuk
melaksankannya. Perkembangan organisasi, Muhammadiyah sampai pada tahun
1935 telah mempunyai 110 cabang dengan anggota kurang lebih 250 ribu orang
anggota. Dan hingga sekarang organisasi Muhammadiyah merupakan salah satu
organisasi yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan di negeri
Indonesia dengan berhasilnya membangun prasarana pendidikan dari tingkat
Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi atau
Akademi. Disamping itu, juga mempunyai berbagai macam sarana sosial seperti
Rumah Sakit, Yayasan Yatim Piatu, dan sebagainya.
Dengan demikian, organisasi Muhammadiyah selalu menunjukan adanya
grafik peningkatan dalam berbagai keberhasilan yang tengah diraih dalam rangka
6

ikut serta membangun umat dan mengisi pembangunan bangsa dinegeri


Indonesia.

Dalam berorganisasi, Muhammadiyah berorinetasi penuh pada Al-Qur’an


surat Ali-Imran ayah 104. Ayat tesebut mengandung isyarat untuk bergeraknya
umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak,
yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir
ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan
amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung
makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai
dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti
asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

3. Nahdlatul ‘ Ulama (NU)


Paham yang dianut
adalah Ahlusunnah Waljama’ah
atau jalan tengah diantara ekstrim
aqli (rasionalis) dan ekstrem naqli
(skripturalis). Sumber hukum
warga NU adalah Al-Qur’an dan
as-Sunnah, juga kemampuan
akal dan realitas empirik. Ilmu
fiqih yang diterapkan adalah
Mazhab Imam Syafii. NU juga
mengakui mahzab lainnya, yakni Mahzab Hanafi, Mahzab Maliki dan Mahzab
Hanali. Ilmu tasawuf yang dijalankan oleh warga NU adalah menurut Al-Ghazali
dan Syeikh Jenid al-Bagdadi. Nahdhatul ‘Ulama (Ar : Nahdhah al –‘Ulama =
Kebangkitan Ulama). didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau tanggal 26
Januari 1926 di Surabaya atas prakarsa KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab
Hasbullah; Disingkat NU. Disamping di bantu oleh KH Wahab Hasbullah, dalam
mendirikannya KH Hasyim Asy’ari juga dibantu oleh ulama-ulama lain diantaranya
yaitu :
a. K.H. Bisri Jombang
b. K.H. Ridwan Semarang
c. K.H. Nawawi Pasuruan
d. K.H. R. Asnawi Kudus
e. K.H. R. Hambali Kudus
f. K. Nakhrowi Malang
g. K.H. M. Alwi8Abdul Aziz
h. K.H. Doromuntaha Bangkalan dan lain-lain.
7

Nahdhatul Ulama Lahir dengan melalui proses yang panjang. Secara


organisatoris, hal ini dimulai ketika para tokoh islam pesantren, Wahab Hasbullah
dan Mas Mansur mendirikan madrasah yang bernama Nahdhatul Wathan pada
1916 di Surabaya. Staff pengajar Nahdhatul Wathan didominasi oleh ulama
pesantren, seperti Bisri Syansuri (1886-1980), Abdul Hakim Lei Munding dan
Abdullah Ubai (1899-1938). Pada 1918, Abdul Wahab Hasbullah dan K.H Ahmad
Dahlan dari Kebondalem mendirikan Tashwirul Afkar, yaitu sebuah forum diskusi
ilmiah keagamaan yang mempertemukan kelompok pesantren dan modernis.
Pada tahun yang sama Abdul Wahab Hasbullah bersama K.H Hasyim Asy’ari
mendirikan sebuah koperasi dagang yang bernama Nahdhatul Tujjar. Hanya saja
memasuki tahun 1920-an, kebersamaan dan upaya saling pengertian antara
kelompok Islam pesantren dan modernis berubah menjadi persaingan yang
mengelompok.
Menjelang kelahiran NU, ditingkat internal umat Islam Indonesia telah
terbentuk forum formal kongres Al-Islam, yang berfungsi untuk mempertemukan
para tokoh Islam di Indonesia. Pada 1921 para Ulama menyelenggarakan kongres
Al-Islam di Cirebon untuk mengurai persoalan khilafiah sehingga diharapkan
tercipta iklim yang lebih sejuk. Kemudian pada bulan Desember 1922 kongres Al-
Islam kedua digelar di Garut menyusul kemudian kongres luar biasa Al-Islam di
Surabaya pada 1924. Diantara tokoh-tokoh Islam yang intens mengikuti
pertemuan-pertemuan tersebut adalah HOS. Tjokroaminoto, K.H Abdul Wahab
Hasbullah, K.H Mas Mansur, H. Agus Salim, K.H Abdul Halim Majalengka, K.
Sangadji, R. Wondoamiseno, dan lainnya. Sebelum kongres luar biasa
berlangsung, K.H Abdul Wahab Hasbullah menyatakan Mundur dari kepanitiaan.
Untuk memperkuat perjuangan umat Islam, NU bersama-sama organisasi
Islam lainnya, seperti Muhammadiyah, mengambil keputusan untuk membentuk
partai politik Indonesia dalam wadah Masyumi. Dari situlah awal dari berubahnya
NU dari hanya organisasi keagamaan menjadi organisasi politik juga. Dalam
perkembangan Selanjutnya NU sekarang ini merupakan organisasi sosial
keagamaan. Namun, sebagian dari tokoh-tokohnya masih merupakan orang-
orang yang aktif dalam kegiatan politik secara tersebar.
Dalam organisasi NU, tidak dikenal istilah anggota namun dikenal istilah
warga NU yang terdiri dari anggota, pendukung atau simpatisan dan juga muslim
tradisionalis yang sepaham dengan organisasi ini. Pendukung atau simpatisan
dalam organisasi NU meliputi partai politik dan masyarakat yang memiliki paham
yang sama dengan NU (45% dari santri di Indonesia merupakan simpatisan dari
NU). Nahdlatul Ulama mulai terjun ke dunia politik pada tahun 1952 dengan
menganut politik praktis dan mulai mengikuti pemilu 1955 bergabung dengan
NASAKOM. Sampai pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk
‘kembali ke Khittah 1926’ alias tidak lagi berpolitik praktis. Namun, semenjak tahun
1998, bermunculan partai yang mengatas namakan NU.
Sekarang, Nahdlatul ulama di pimpin oleh KH. Ma’ruf Amin sebagai Rais Aam
Syuriyah dan dengan ketua umum Ttanfidziyah yaitu Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj,
MA.
8

4. Salafi
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada al-Salaf. Kata al-
Salaf sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup
sebelum zaman kita. Adapun makna al-Salaf secara terminologis yang dimaksud
di sini adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah saw
dalam haditsnya:
“Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti
mereka, kemudian yang mengikuti mereka…”
Berdasarkan hadits ini, maka yang dimaksud dengan al-Salaf adalah para
sahabat Nabi saw, kemudian tabi’in, lalu atba’ al-tabi’in. Karena itu, ketiga kurun
ini kemudian dikenal juga dengan sebutan al-Qurun al-Mufadhdhalah (kurun-kurun
yang mendapatkan keutamaan).
Sebagian ulama kemudian menambahkan label al-Shalih (menjadi al-Salaf
al-Shalih) untuk memberikan karakter pembeda dengan pendahulu kita yang lain.
Sehingga seorang salafi berarti seorang yang mengaku mengikuti jalan para
sahabat Nabi SAW, tabi’in dan atba’ al-tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan
pemahaman mereka. Sampai di sini nampak jelas bahwa sebenarnya tidak
masalah yang berarti dengan paham Salafiyah ini, karena pada dasarnya setiap
muslim akan mengakui legalitas kedudukan para sahabat Nabi SAW dan dua
generasi terbaik umat Islam sesudahnya itu; tabi’in dan atba’ al-tabi’in atau dengan
kata lain seorang muslim manapun sebenarnya sedikit-banyak memiliki kadar
kesalafian dalam dirinya meskipun ia tidak pernah menggembar-gemborkan
pengakuan bahwa ia seorang salafi. Sebagaimana juga pengakuan kesalafian
seseorang juga tidak pernah dapat menjadi jaminan bahwa ia benar-benar
mengikuti jejak para al-Salaf al-Shalih, ini sama persis dengan pengakuan
kemusliman siapapun yang terkadang lebih sering berhenti pada taraf pengakuan
belaka.

Namun kemudian, penggunaan istilah Salafi ini secara khusus mengarah


pada kelompok gerakan Islam tertentu setelah maraknya apa yang disebut
“Kebangkitan Islam di Abad 15 Hijriyah”. Terutama yang berkembang di Tanah Air,
mereka memiliki beberapa ide dan karakter yang khas yang kemudian
membedakannya dengan gerakan pembaruan Islam lainnya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa gerakan Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan
gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di
kawasan Jazirah Arabia. Menurut
Abu Abdirrahman al-Thalibi, ide pembaruan Ibn ‘Abd al-Wahhab diduga
pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal
Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah
air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu
tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung
dalam kurun waktu 1803 hingga sekitar 1832. Tapi, Ja’far Umar Thalib mengklaim
dalam salah satu tulisannya bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai muncul
bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1637). Sedangkan menurut
M.Imdadun Rahmat dalam bukunya “Arus Baru Islam Radikal” menyatakan bahwa
9

munculnya gerakan salafi di tanah air ini diawali dengan datangnya Syekh Abdul
Aziz Abdullah Al-Ammar, seorang murid tokoh paling penting salafi di seluruh
dunia Syech Abdullah bin Baz ke Jakarta dengan mendirikan Lembaga
Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) yang sekarang ini dirubah namanya menjadi
LIPIA.
Adapun tokoh-tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh terhadap Gerakan
Salafi Modern ini di samping Muhammad ibn ‘Abd al- Wahhab tentu saja- antara
lain adalah:
1. Ulama-ulama Saudi Arabia secara umum.
2. Syekh Muhammad Nashir al-Din al-Albany di Yordania (w. 2001)
3. Syekh Rabi al-Madkhaly di Madinah
4. Syekh Muqbil al-Wadi’iy di Yaman (w. 2002).

5. Syi’ah
Menilik dari sejarahnya, ajaran Syi’ah berawal pada sebutan yang ditujukan
kepada pengikut Ali, yang merupakan pemimpin pertama ahl al-Bait pada masa
hidup Nabi sendiri. Kejadian-kejadian pada munculnya Islam dan pertumbuhan
Islam selanjutnya, selama dua puluh tiga tahun masa kenabian, telah
menimbulkan berbagai keadaan yang meniscayakan munculnya kelompok
semacam kaum Syi’ah di antara para sahabat Nabi Akar permasalah umat Islam,
termasuk munculnya madzhab Syi’ah bermula dari perselisihan mereka terkait
siapa yang paling layak menjadi pemimpin setelah Rasulullah SAW wafat. Sebab,
Rasulullah sebelum wafat tidak menentukan siapa yang akan menggantikannya
sebagai pemimpin umat dan negara.
Sementara kaum muslimin sesudah wafatnya Rasul merasa perlu
mempunyai khalifah yang dapat mengikat umat Islam dalam satu ikatan kesatuan.
Sebelum dikebumikan kaum Anshar berkumpul di Bani Sa’idah. Mereka
berpendapat bahwa kaum Ansharlah yang paling layak menjadi pengganti Rasul,
lalu menyodorkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin. Di waktu yang sama,
Umar mengajak Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Ketiganya berangkat ke
pertemuan kaum Anshar. Di hadapat kaum Anshar Abu Bakar berpidato tentang
keistimewaan kaum Anshar dan kaum Muhajirin, di antaranya bangsa Arab tidak
akan tunduk kecuali kepada kaum Muhajirin, bahkan Allah dalam Al-Qur’an
mendahulukan kaum muhajirin daripada kaum Anshar. Sesudah perdebatan
persoalan pemimpin itu, kemudian secara aklamasi kedua belah pihak memilih
Abu Bakar menjadi pemimpin mereka. Dengan demikian hilanglah perselisihan
paham dan umat Islam kembali bersatu. Permasalahan kemudian muncul, ketika
saat itu Ali tidak turut hadir dalam sidang tersebut. Setelah mendengar pembaiatan
Abu Bakar, nampak ketidak puasan Ali bin Abi Thalib. Belakangan orang-orang
yang menjadi pengikut Ali, Abu Bakar dan Umar menelikung Ali sebagai khalifah.
Timbullah pendapat bahwa yang berhak memegang khalifah adalah keluarga
Nabi, dan Ali lah yang paling pantas. Karena ia adalah menantu Rasul, orang yang
paling besar jihadnya, paling banyak ilmunya, keluarganya adalah seutama-utama
keluarga Arab. Namun demikian, akhirnya Ali turut membaiat Abu Bakar sesudah
beberapa waktu berlalu. Setelah Abu Bakar Wafat, khalifah dipegang oleh Umar
bin Khatab, banyak daerah yang bisa dikuasai pada masa Umar.
10

Setelah Umar bin Khattab terbunuh, Utsman didapuk menjadi khalifah.


Pada masa Utsman ini bani Umayyah mengambil manfaat untuk diri mereka
sendiri. Utsman merasakan bahwa Bani Umayyah benar-benar ikhlas dan
membantunya dengan penuh kejujuran. Lalu Utsman mengangkat banyak
pembantu dari Bani Umayyar. Masyarakat muslim melihat Utsman menempuh
jalan lain yang ditempuh dua khalifah sebelumnya. Munculah ketidak puasan atas
kepemimpinan Utsman sehingga Utsman akhirnya terbunuh. Sayyidina Ali
akhirnya dibaiat oleh sebagian besar kaum muslimin, termasuk mayoritas kaum
Muhajirin. Namun beberapa sahabat nabi yang enggan membaiat Ali, yaitu Zubair
dan Thalhah, dengan persetujuan Aisyah keduanya menentang Ali dan
berkecamuklah perang Jamal antara pasukan Ali dan Pasukan Aisyah, Zubair dan
Thalhah gugur dalam pertempuran tersebut. Di sisi lain, Muawiyah dari keluarga
Bani Umayyah yang menjadi Gubernur Syam mempresur Ali untuk mengusut
secara tuntas dan menghukup orang yang membunuh Utsman. Atas ketidak
puasan bani Umayyah ini, Muawwiyah memberontak khalifah Ali. Terjadilah
pertempuran di lembah Shiffin. Setelah agak terdesak, dan hampir-hampir
pasukan Ali memenangkan pertempuran, Muawiyah menyuruh salah satu
tentaranya untuk mengangkat mushaf di atas lembing yang tinggi, sebagai tanda
menyerah dan permintaan perdamaian. Beberapa orang dari pasukan Ali merasa
tidak puas atas keputusan damai tersebut, sebab mereka merasa pasukan Ali
hampir menumpaskan pasukan pemberontak.
Peristiwa tahkim ini tidak malah menyebabkan perdamaian antara dua
belah pihak, namum memunculkan faksi-faksi di tubuh umat Islam menjadi tiga (3)
kelompok:
1. Kelompok Syi’ah, yaitu golongan yang memihak pada Ali dan kerabatnya dan
berpendapat bahwa Ali dan keturunannya lah yang berhak menjadi khalifah.
2. Kelompok Khawarij, yaitu golongan yang menentang Ali dan Muawiyah, mereka
berpendapat bahwa tahkim itu menyalahi prinsip agama.
3. Kelompok Murjiah, yaitu golongan yang menggabungkan diri kepada salah
satu pihak dan menyerahkan hukum pertengkaran itu kepada Allah semata.
Kelompok Syi’ah di atas, mula-mula merupakan orang-orang yang
mengagumi Sayyidina Ali, sebagai pribadi dan kedudukan istimewa di sisi
Rasulullah, sehingga ia mempunyai pengaruh yang besar dan muncullah rasa
cinta sebagian kaum muslimin kepadanya. Sebagian sahabat yang sangat
mencintainya menganggap bahwa Ali merupakan sosok paling utama di antara
para sahabat, dan dialah yang paling berhak atas kedudukan khalifah daripada
yang lainnya. Namun, kecintaan itu telah bergeser menjadi fanatisme yang buta
dua abad selanjutnya. Sehingga menjadi perbedaan yang besar an esensial
antara pandangan sekelompok sahabat tersebut terhadap Ali ra. dengan prinsip-
prinsip yang dianut oleh kaum Syi’ah dua abad kemudian. Sebagai misal,
kelompok sahabat pecinta Ali tersebut tidak mungkin dinamai Syi’ah dalam artian
istilah yang dikenal sekarang. Meskipun mereka mencintai Ali melebihi kecintaan
kepada sahabat lainnya (termasuk kepada para khalifah sebelum Ali). Mereka juga
membaiat para khalifah yang telah disepakati oleh para sahabat pada waktu itu.
11

Berdasarkan penjelasan di atas, maka merupakan kekeliruan besar bagi


kaum Syi’ah yang fanatis yang menganggap bahwa sahabat-sahabat yang sangat
mencintai Ali merupakan pengikut Syi’ah sebagaimana pengikut-pengikut Syi’ah
yang sekarang ini dengan doktrin menghukumi kafir para sahabat lainnya, seperti
Abu Bakar, Umar, Aisyah, Thalhah, Zubair dan lainnya. Sementara para penganut
Syi’ah sekarang telah terjadi selisih pendapat terkait dengan masalah-masalah
madzhab dan aqidah. Mereka telah terpecah belah menjadi beberapa kelompok;
sebagian dari mereka bersikap ekstrim, sehingga bisa dikatakan doktrin mereka
telah keluar dari ajaran Islam. Sedangkan, sebagian pengikut Syi’ah lain bersikap
moderat, sehingga hampir-hampir menyerupai kaum ahlussunnah wa al-jama’ah.

6. Sarekat Islam (SI)


Sarekat Islam (SI) merupakan organisasi Islam sekaligus perwakilan politik
Islam dalam perjuangan kemerdekaan. Gerakan modernisme Islam di Indonesia
pada awal abad ke-20 tidak hanya membuahkan organisasi pembaharuan
keagamaan, melainkan juga organisasi politik yang membangkitkan semangat
umat Islam melawan penjajah. Dapat dikatakan bahwa Syarikat Islam adalah
organisasi rakyat terbesar pada awal abad ke-20.
Syarikat Islam didirikan di Solo pada tahun 1911, tiga tahun setelah
berdirinya organisasi Budi Utomo. Persaingan yang terjadi di nusantara,
penjajahan baik dari segi ekonomi maupun politik, menjadi latar belakang
berdirinya organisasi ini. Pada asalnya organisasi ini bernama Syarikat Dagang
Islam (SDI) di bawah pimpinan H. Samanhudi yang kemudian berganti nama
menjadi Syarikat Islam (SI) dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
Tujuan Organisasi ini sebagai mana tercantum dalam Anggaran Dasarnya
ialah untuk mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-
anggota yang menderita kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang
mempercepat naiknya derajat Bumiputra dan menentang pendapat-pendapat
yang keliru tentang Islam.
Kalau pada mulanya organisasi ini banyak berwujud perdagangan dan tidak
berisikan muatan politik, maka selanjutnya atas usaha yang dilakukan oleh
Cokroaminoto, telah menjadi satu partai politik yang besar dan berpengaruh. Dan
selanjutnya, Syarikat Islam menjadi Partai Politik tertua di Indonesia.

7. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)


Menurut sejarah perkembangan LDII masuk dan berkembang di Kabupaten
Kerinci adalah sekitar tahun 1980-an. Menurut Manan, organisasi ini telah ada
sejak akhir 70-an atau awal tahun 80-an. Demikian juga diakui oleh Pimpinan
12

Daerah Kabupaten Kerinci LDII mula bertapak di wilayah Kerinci tahun 1980-an.
Kewujudan LDII Kabupaten Jambi tidak berbeda dengan induk organisasi yang
berkedudukan LDII di Kabupaten Kerinci dan Jakarta iaitu metamorfosis dari
organisasi organisasi Lembaga Karyawan Indonesia, atau Lembaga Karyawan
Dakwah Indonesia yang dikenali dengan nama LEMKARI.
Sejak didakwahkan awal 1980-an hingga saat kini, persebaran LDII berpusat
di Kecamatan Kayu Aro, Kayo Aro dan beberapa kecamatan di lainnya. Sehingga
kini LDII di Kabupaten Kerinci struktur dari Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang
dan Pimpinan anak cabang. Perkembangan LDII di Kabupaten Kerinci dilakukan
oleh para mubaligh dan warga LDII utamanya berasal dari Jawa yang telah
memperoleh pendidik di Pondok Pesantren Burengan Kendiri Jawa Timur.
Secara garis besar penyebaran LDII di Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh
dua faktor iaitu faktor dalaman (intern) dan faktor luaran (exstern). Faktor dalaman
(intern) penyebaran LDII sebagai berikut; pertama, LDII merupakan organisasi
dakwah Islamiah yang bertujuan menyeru kepada seruan agama Islam yang
menjadi tanggungjawab setiap individu untuk mendakwahkan ajaran Islam (al-amr
ma‟ruf wa nahi wa al-munkar); kedua, tujuan ditubuhkan organisasi LDII adalah
untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara; ketiga, dakwah Islamiah mudah dilakukan melalui
organisasi yang resmi berbanding dakwah yang dilakukan secara individual;
keempat, Melalui organisasi berbagai
program dalam dakwah Islam boleh dilakukan; kelima, mewujudkan ajaran
Islam sesuai dengan al-Qur‟ān dan Hadith Nabi s.a.w Sedangkan faktor luaran
(exstern) didakwahkan faham LDII di kabupaten Kerinci seperti;pertama,praktikal
ajaran Islam yang bercampur unsur tahayul, bidaah, syirik dan khurafat; seperti
bercampurnya ajaran Islam dengan tradisi animisme, ajaran agama Hindu dan
Budda; kedua, kewujudan perkara syirik kepada Allah S.W.T. yang dilakukan di
tengah-tengah komuniti Muslim amnya dan Kabupaten Kerinci khususnya; ketiga,
kegagalan dan belum sepenuhnya terwujudnya dakwah Islamiah yang telah
dilakukan oleh berbagai institusi agama membawa masyarakat kepada ajaran
Islam yang sempurna.

8. HTI
Organisasi Hizbuttahrir didirikan pada tahun 1953 di Jerussalem oleh
Taqiyuddin An-Nabhani. Kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan adalah
kegiatan yang bersifat politik,baik sebelum maupun sesudah mengambilalih
pemerintahan (melalui umat).
Kegiatan Hizbut Tahrir bukan di bidang pendidikan, karena ia bukanlah
madrasah (sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya ber sifat nasehat-nasehat
dan petunjuk-petunjuk. Namun kegiatannya bersifat politik dengan cara
mengemukakan ide-ide (konsep-konsep) Islam beserta hukum-hukumnya untuk
dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan
pemerintahan. Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat
diterapkan dalam kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah dapat menjadi dasar
negara dan dasar konstitusi serta Undang-Undang.
13

Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang menjadi dasar
pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar politik) yang
melahirkan aturan untuk memecahkan masalah manusia secara keseluruhan, baik
di bidang21 politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain. Metode yang ditempuh
Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah adalah hukum-hukum syara', yang
diambil dari thariqah (metode) dakwah Rasulullah SAW, sebab thariqah itu wajib
diikuti.
Menurut pemikiran Hizbut Tahrir kondisi kaum muslimin saat ini hidup di
Darul Kufur karena mereka menerapkan hukum-hukum kufur yang tidak
diturunkan Allah SWT maka keadaan mereka ingin serupa dengan Makkah, ketika
Rasulullah SAW diutus (menyampaikan risalah Islam). Hizbut Tahrir mengambil
metode dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukannya pada seluruh tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuri teladani
kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasululah SAW dalam seluruh tahapan
perjalanan dakwahnya.
Berdasarkan sirah Rasulullah SAW tersebut, Hizbut Tahrir menetapkan metode
perjalanan (strategi) dakwahnyadalam 3 (tiga) tahapan berikut:
1. Tahapan pembinaan dan pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang
dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan
metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukankerang ka tubuh partai.
2. Tahapan berinteraksi dengan umat ( Marhalah Tafa'ul Ma'a Al Ummah),yang
dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam,hingga umat
menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agarumat berjuang untuk
mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
3. Tahapan pengambilalihan kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang
dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh danmengemban
risalah Islam ke seluruh dunia.

9. Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh atau Tablighi Jama'at (“Society for Spreading Faith”)
adalah gerakan pendidikan dan da'wah global yang tujuan utamanya adalah
membangun pengakuan sejati Allah dengan undangan yang diadopsi oleh Nabi
Suci Muhammad untuk memperbaiki iman dan tindakan pada periode awal
ketidaktahuan di Semenanjung Arab. Saat ini Jamaah Tabligh beroperasi di sekitar
150 negara di seluruh dunia, termasuk di Eropa Barat. Jamaah Tabligh menjauhi
dunia luar yang keras, dan menciptakan suasana spiritualitas, solidaritas, dan
tujuan di antara mereka yang terbukti sangat menarik. Jamaah Tabligh didirikan
oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab Hanafi,
Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi (1303-1364 H). Syeikh Ilyas dilahirkan di
Kandahlah sebuah desa di Saharnapur, India. Ilyas sebelumnya seorang pimpinan
militer Pakistan yang belajar ilmu agama.
Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak
melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak membahas masalah keagamaan
yang bersifat khilafiyah. Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan
bertolak belakang secara diametral dengan gerakan dakwah Islam lainnya.
14

B. Pola Fikir / Ajaran


1. Persis
a. Penyebaran Agama tertuju melalui Dakwah,Tabligh, dan Pendidikan
b. Menempatkan kaum muslimin pada ajaran aqidah dan syariah yang
murni
c. Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam segala ruang dan waktu
d. Bela Islam dengan cara Haq dan Ma’ruf yang sesuai dengan ajaran Al-
Qur’an dan As-Sunnah
e. Memelihara ruh jihad dan ijtihad dikalangan umat Islam
f. Membasmi munkarat, Bid’ah, Kharafat, Tahhayul dan Syirik.

2. Muhammadiyah
a. Ajaran agama Islam yang otentik (sesungguhnya) adalah apa yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan bersifat absolut. Oleh
karena itu, semua orang Islam harus memahaminya.
b. Hasil pemahaman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah yang kemudian
disusun dan dirumuskan menjadi kitab ajaran-ajaran agama (Islam)
bersifat relatif.
a. Penyebaran paham agama dilakukan melalui pendekatan sosial yang
toleran dan melalui dakwah dan lembaga pendidikan

3. NU
a. Pembela paham Ahlusunnah Waljamaah
b. Memurnikan paham tauhid umat Islam
c. Memusnahkan semua yang menimbulkan bid’ah dan khurafat
d. Menyeru untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
e. Mementingkan pengajaran agama Islam melalui pendidikan

4. Salafi
a. Berpegang pada nash-nash yang ma’shum (suci), bukan kepada
pendapat para ahli atau tokoh.
b. Mengembalikan masalah-masalah "mutasyabihat" (yang kurang jelas)
kepada masalah "muhkamat" (yang pasti dan tegas). Dan
mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath’i.
c. Memahami kasus-kasus furu’ (kecil) dan juz’i (tidak prinsipil), dalam
kerangka prinsip dan masalah fundamental.
d. Menyerukan "Ijtihad" dan pembaruan.Memerangi "Taqlid" dan
kebekuan.
e. Mengajak untuk ber-iltizam (memegang)
15

5. Syi’ah
a. Pendukung Ali bin Abi Thalib ra
b. Khalifah atau pemimpin haruslah merupakan keturunan dari Rasulullah
SAW
c. Syi’ah menganut teori hak legitimasi berdasarkan hak suci Tuhan
d. Seseorang yang memangku jabatan Imam haruslah berdasarkan nash
(dalil agama) dan washiyat dari Imam sebelumnya.
e. Pengangkatan Imam merupakan hak suci Tuhan bukan berdasarkan
prinsip demokratis.

6. SI
a. Asas Islam sebagai dasar perjuangan organisasi
b. Asas kerakyatan sebagai dasar himpunan organisasi
c. Asas Sosial Ekonomi sebagai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang umumnya berada dalam taraf kemiskinan dan
kemelaratan

7. LDII
a. Orang Islam diluar kelompok LDII adalah najis
b. Wajib taat kepada amir atau imam
c. Mati dalam keadaan belum baiat kepada imam LDII maka akan mati
jahiliyah/kafir
d. Haram mengaji AL-Qur’an dan Hadits kecuali kepada Imam/Amir

8. HTI
a. Memutlakkan konsep Khilafah sebagai model pemerintahan
b. Tidak mempercayai konsep NKRI yang berdaulat
c. Tidak mempercayai Pancasila, UUD dan konstitusi NKRI
d. Menomorduakan warga non-Islam
e. Partai politik haruslah merupakan partai politik Islam
f. Pemilu dilakukan melalui keputusan organisasi majelis ulama
g. Tidak mempercayai parlemen
h. Keputusan Khalifah harus selalu dituruti
i. Anti keragaman hokum
16

9. Jamaah Tabligh
a. Menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab
menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf
sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini.

b. Pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf,
tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab
Jamaah Tabligh sangat meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan
hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman. Mengutamakan ibadah
mahdhoh.

c. Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar.

D. Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap anggota tidak
berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan
pemerintahan.
17

BAB III PENUTUP


PEMBAHASAN
Indonesia merupakan Negara yang beragam bbudaya dan suku. Tidak
terkecuali dengan Oganisasi Islam. Dikarenakan Perkembangan Islam di
Indonesia sangatlah pesat, dapat dilihat dengan lahirnya organisasi islam,
perjuangan kaum muslim dalam kemerdekaan Indonesia, menjadi agama
mayoritas sehingga Indonesia menjadi negara islam terbesar. Perjuangan islam di
Indonesia tidak terlepas dari para pewaris ulama yang menyebarkan islam di
Indonesia. Organisasi yang didirikan memberikan beberapa dampak baik dampak
positif maupun negatif terhadap budaya serta karakter negara Indonesia. Di
Indonesia sendiri banyak sekali organisasi-organisasi Islam yang menyebarkan
paham Islam melalui berbagai media seperti dakwah, pengajaran melalui
pendidikan, koran, majalah, dsb. Beberapa organisasi Islam memberikan dampak
positif bagi agama Islam salah satunya adalah dapat memperkuat posisi Islam di
Indonesia dan memajukan Islam disegala aspek. Namun tidak sedikit pula
organisas-organisasi yang mengatas namakan Islam namun bersifat radikal atau
tidak mementingkan Ideologi Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika sehingga dapat
menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Oleh karna tu diperlukan Memilah
mana yang baik dan benar , juga saling menghargai antara satu dan lain nya.
18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Setelah kita telah mengenai organisasi-organisasi Islam di Indonesia,


maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Ada banyak sekali organisasi-organisasi Islam di Indonesia yang mana
memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan pemahaman
masing-masing organisasi
2. Setiap organisasi memiliki paham dan caranya sendiri dalam berdakwah
dan memiliki dampak yang beragam bagi keutuhan NKRI.
3. Beberapa organisasi berdakwah secara toleran namun ada juga beberapa
organisasi yang bersifat radikal dan menyebabkan perpecahan bagi Bangsa
Indonesia.
B. Saran

Manusia dengan sifat sifatnya, merupakan individu paling berharga di sisi


Allah. Kita sebagai umat manusia diharapkan dapat bersikap bijaksana dalam
mengambil pelajaran dari setiap ajaran yang kita terima dan dapat memilah-
milah mana yang baik dan mana yang buruk, jangan sampai terdoktrin oleh
ajaran-ajaran yang dapat memecah belah NKRI, karena Islam yang
sebenarnya adalah Islam yang cinta kedamaian dan menghargai perbedaan.
Jangan sampai hanya karna perbedaan organisasi yang sama sama memiliki
tujuan yang sama dapat membuat umat manusia terpecah belah.
19

DAFTAR PUSTAKA
 Faizin. 2016.Pemikiran Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).Malaysia:
Universiti Kebangsaan Malaysia
 Atabik, Ahmad. 2015. Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 3, No. 2.
Kudus : STAIN Kudus.
 Anonimus.Tahun. Pemikiran Salafi. Tanpa Kota :
Anonimus.http://members.tripod.com/abu_fatih/Salafi.html.Jakarta, 01/11/18
pukul 16:55 WIB.
 Anonimus.Tahun.10 Sesat Pikir Hizbut Tahrir. Tanpa Kota :
Anonimus.http://www.madinaonline.id/wacana/perspektif/10-sesat-pikir-
hizbut-tahrir/.Jakarta, 01/11/18 pukul 16:55 WIB

Anda mungkin juga menyukai