Anda di halaman 1dari 34

2016

Revitalisasi Sektor Pertambangan dalam


Perspektif KeIslaman dan KeIndonesiaan

Muhammad Agus
HMI Cabang Samarinda
4/15/2016
REVITALISASI SEKTOR PERTAMBANGAN
DALAM PERSPEKTIF KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN

Oleh:
Muhammad Agus

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
2016

i
PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH

Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan judul:

REVITALISASI SEKTOR PERTAMBANGAN DALAM


PERSPEKTIF KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN

yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti INTERMEDIATE


TRAINING (LK2) HMI Cabang Jakarta Barat, sejauh yang penulis ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan
atau pernah dipakai untuk mengikuti kegiatan serupa di HMI cabang manapun,
kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Samarinda, 15 April 2016

Muhammad Agus

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah LK2 penulis dengan judul “Revitalisasi Sektor Pertambangan Dalam
Perspektif Keislaman Dan Keindonesiaan”, yang penulis tulis berdasarkan
referensi yang penulis miliki. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik, saran
dan usulan demi memperbaiki makalah penulis di kemudian hari. Mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya penulis berharap makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.Terimakasih.

Samarinda, 26 Februari 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH ........................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sektor Pertambangan di Indonesia..................................... 5
2.2 Potensi SDA di Indonesia ..................................................... 8
2.3 HMI sebagai Organisasi Kader dan Perjuangan .............. 10
2.4 HMI Wujudkan Cita-Cita Indonesia .................................. 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 21
3.2 Saran ...................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................. 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Luas wilayah Indonesia 1.919.000 km² dan terdiri dari 17.508 pulau.
Indonesia memiliki Kalimantan sebagai pulau terbesar ke-4 di dunia dengan luas
746.000 km². Meski tak seutuhnya milik Indonesia karena terdapat sebagian
wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam. Bagitu pula dengan Papua yang
bersama Papua Nugini memiliki sebagian wilayah dari luas wialayah secara
keseluruhan 809.000 km² yang menjadi pulau terbesar ke-2 di dunia. Lebih lanjut
Indonesia memiliki Sumatera secara utuh dengan luas 474.000 km² yang
kemudian menjadikan Sumatera sebagai pulau terbesar ke-6 di dunia. Tiga pulau
itu, Kalimantan, Papua, dan Sumatera masuk kedalam 10 kepulauan terbesar
dunia yang dimiliki oleh Indonesia. Kalau hanya sekedar besar akan tetapi tidak
berisi serta tidak mengandung bahan galian berharga mungkin kita bisa
mengatakan bahwa fakta ini biasa-biasa saja. Namun dengan wilayah yang begitu
luas dimiliki Indonesia terutama di tiga pulau tersebut memiliki sumber daya
alam yang tak bisa dipandang dengan sebelah mata. Kandungan sumber daya
alam yang bahkan diakui oleh dunia.
Bumi pertiwi merupakan salah satu The Lords of Industrial Mineral in the
World. Indonesia adalah salah satu raja nikel, timah, tembaga, dan masih banyak
lagi sumber daya alam dengan level produksi kelas dunia. Akan tetapi, lantaran
tak sanggup memaksimalkannya, maka rakyat Indonesia pun terkena sindrom
Resources Wealth: A double-edged sword. Kekayaan sumber daya alam menjadi
pedang bermata dua: menjadi berkah, sekaligus bencana (Simon Felix Sembiring,
2009).
Sumber daya alam yang begitu melimpah di bumi pertiwi ini kerap kali
menggelitik rakyat pribumi dengan pertanyaan mendasar yaitu “kenapa kekayaan
sumber daya alam yang begitu melimpah tidak membawa kesejahteraan bagi
rakyatnya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya kekayaan sumber daya alam
tersebut malah membawa bencana bagi bangsa ini?”. Pertanyaan tersebut sejalan
dengan fenomena kemiskinan dan bencana yang terjadi di Indonesia.
Sektor pertambangan acap kali menjadi pihak tertuduh atas terjadinya
fenomena-fenomena tersebut. Hal ini wajar saja dialami oleh penggiat-penggiat
dari sektor pertambangan dikarenakan sektor pertambangan ini-lah yang menjadi
M u h a m m a d A g u s| 1
pelaku utama atas pengerukan kekayaan alam bumi pertiwi. Kenyataan bahwa
kekayaan sumber daya alam Indonesia yang begitu melimpah tidak berkorelasi
dengan kemakmuran rakyatnya merupakan sebuah anomali yang kemudian
sampai pada sebuah kesimpulan, yakni ada sesuatu yang salah dalam pengelolaan
kekayaan sumber daya alam di Indonesia.
Perlu kearifan dan kejujuran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut diatas. Sehingga cita-cita luhur dari bangsa Indonesia yang telah
dirumuskan oleh Founding Father Indonesia dan dituangkan kedalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” dapat tercapai.
Sudah seharusnya sebagai kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) turut
serta mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan mempergunakan sumber
dayam alam yang kita miliki sebesar-besarnya utnuk kemakmuran rakyat.
Sebagaimana tertuang dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi, yang bernafaskan Isalam dan bertanggu jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT”. Tujuan tersebut merupakan
“motivasi dasar” kelahiran organisasi yang berkeinginan mengimplementasikan
nilai-nilai Islam dalam membangun Indonesia. Dari 19 kata yang membentuk
rumusan tujuan atau visinya, HMI menerjemahkan nya secara singkat dalam dua
misi atau tugas utama. Pertama adalah “ke-Islam-an” dan kedua adalah “ke-
Indonesia-an”. Dua hal ini menjadi kerangka atau konteks yang melalui, atau
dengannya tujuan dilaksanakan. Dengan kata lain, visi masa depan HMI adalah
(1) terbinanya 5 kualitas insan cita dan (2) terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhai Allah SWT”, yang akan tercapai melalui kontinuitas misi atau
perjuangan membumikan nilai-nilai Islam universal (seperti keadilan dan ihsan)
dalam wilayah geografis yang bernama Indonesia.
Untuk itu perlu diadakan perbaikan terhadap sistem pengelolaan
pertambangan yang ada di Indonesia. Sistem pengelolaan pertambangan yang
berlaku saat ini bersifat pluralistik, hal ini disebabkan oleh beragamnya kontrak
atau izin pertambangan yang berlaku di Indonesia. Akibat dari beraneka ragamnya
kontrak atau izin pertambangan yang berlaku membuat kontrak atau izin tersebut
tumpang tindih. Terjadinya tumpang tindih dari kontrak atau izin pertambangan
tersebut tidak lain akibat dari ketidak sinergian antara Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.
M u h a m m a d A g u s| 2
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan landasan pengelolaan sumber daya alam
yang tertuang dalam QS Al Faathir ayat 27, Allah SWT berfirman:

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit Lalu
kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya.
dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka
macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat”

Realitasnya, bahwa sumber daya yang banyak dieksploitasi oleh penggiat


pertambangan berada di gunung. Sumber daya alam yang berada di gunung itu
meliputi emas, tembaga, perak, dan batubara. Kata-kata garis putih dan merah
dalam Al-Qur’an ditafsirkan adalah emas, tembaga, dan perak, sedangkan yang
berwarna hitam pekat adalah batubara.
Allah SWT memberikan peringatan kepada manusia bahwa seluruh sumber
daya alam yang mereka dapati dari bumi adalah suatu rahmat Allah SWT yang
harus mereka syukuri. Salah satu cara mensyukuri nikmat Allah SWT itu adalah
dengan menggunakannya sebagaimana perintah-Nya yang tertuang dalam QS At
Taubah ayat 34-35, Allah SWT berfirman:

“dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas itu dalam neraka
jahannam lalu dibakar dengannya dahi mereka lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpna itu”

Berdasar pada uraian diatas sudah menjadi kewajiban bagi kader HMI yang
memiliki tujuan dalam meningkatkan kualitas dirinya (5 kualitas insan cita) untuk
menjadi khalifah sebagaimana menjadi fitrah manusia (Q.S. Al Baqarah : 30) dan
juga dalam tujuan HMI demi mewujudkan masyarakat adil makmur dengan
memaksimalkan potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia itu sendiri tanpa
melupakan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam yang tidak
terbaharukan untuk mencapai tujuan akhir HMI yang semata–mata hanya
mengharap ridho Allah SWT.

M u h a m m a d A g u s| 3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana HMI dengan kesiapannya menjawab permasalahan yang ada
pada wilayah geografisnya?
2. Bagaimana langkah HMI dalam mengemban misi ke-Indonesia-an dalam
sektor pertambangan?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini terdiri dari dua hal, diantaranya sebagai
berikut:
1. Mengetahui kesiapan HMI dalam menjawab tantangan atau permasalahan
yang ada di wilayah geografisnya.
2. Mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengemban misi
utama HMI dengan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia melalui sektor
pertambangan.

M u h a m m a d A g u s| 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sektor Pertambangan di Indonesia


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. (UU Nomor 4, 2009)
Sebagian besar pertambangan di Indonesia menggunakan sistem tambang
terbuka (surface mining). Pemilihan sistem penambangan atau tambang terbuka
biasa diterapkan untuk bahan galian yang keterdapatannya relatif dekat dengan
permukaan bumi. Kajian utamanya dilakukan melalui perhitungan stripping ratio,
yaitu perhitungan nilai ratio pengupasan tanah penutup atas perolehan bahan
galian dimaksud. Contohnya, stripping ratio penambangan suatu bahan galian
adalah 1:5, artinya untuk memperoleh bahan galian sebesar atau senilai 1, harus
dilakukan penggalian tanah penutup sebesar 5. Sebelum melakukan penggalian
atau pengambilan bahan galian, terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan
pekerjaan penahuluan, yaitu:
1. Pembersihan lahan rencana tambang (land clearing)
2. Pengupasan tanah penutup (over burden)
3. Penggalian atau pembongkaran bahan galian (digging)

Berbeda halnya dengan sistem penambangan tambang terbuka, penggunaan


sistem penambangan dengan tambang bawah tanah sangat ditentukan oleh
beberapa faktor teknis kondisi geologi bahan galian dan yang akan di tambang
dan faktor pendukung lainnya. Faktor-faktor teknis dan pendukung tersebut terdiri
dari:
1. Ukuran bahan galian, yaitu meliputi panjang, lebar dan tebal bahan galian.
2. Kemiringan bahan galian, dibagi kedalam 3 kategori, yaitu:
a. Relatif datar (flat dip), dengan kemiringan 0˚-20˚
b. Menengah (medium dip), dengan kemiringan 20˚-50˚
c. Tegak (streep dip), dengan kemiringan 50˚-90˚
3. Kedalaman bahan galian
4. Proyeksi waktu penambangan
M u h a m m a d A g u s| 5
5. Kualitas bahan galian
6. Fasilitas lokal yang tersedia
7. Kekuatan bahan galian dan batuan samping bahan galian.

Karakteristik dan posisi bahan galian akan menentukan metode


penambangan yang dilakukan, atau dengan kata lain bahwa metode penambangan
telah mempunyai aplikasi nnya masing-masing. (Sudrajat, 2013)
Uraian tersebut diatas merupakan paparan mengenai sistem penambangan
yang biasa diterapkan dalam mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia. Para
founding father Indonesia memiliki visi yang luar biasa seputar pengelolaan
negara beserta kekayaan alam yang ada didalamnya. Salah satu yang menonjol
dalam konteks ini adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat (3). Disana disebutkan: “Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dalam pandangan
founding father Indonesia, posisi negara dalam pemanfaatan kekayaan alam
sangatlah kuat. Kata “...dikuasai oleh negara...” mencerminkan, negaralah yang
memiliki hak (right) atas aset-aset yang ada dalam kandungan wilayah
teritorialnya. Bukan individu atau korporasi. Juga bukan hanya milik daerah
dimana kekayaan alam itu ditemukan. Kekayaan alam Indonesia adalah hak milik
seluruh rakyat Indonesia, dimana pun dia berada. (Simon, 2009)
Dalam konteks hak menguasai negara bidang pertambangan sebagaimana
dimaksud diatas tidak ada ketentuan dalam perundang-undangan, baik UU Nomor
11 Tahun 1967, maupun UU Nomor 4 Tahun 2009, yang menjelaskan tentang
pengertian dan ruang lingkup maksud hak menguasai negara tersebut. Pengertian
hak menguasai negara ditemukan dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA),
memberikan makna “hak menguasai dari negara”, yaitu wewenang untuk:
1. Mengatur dan menyelenggarakan perubahan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut.
2. Menetukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubunga-hubungan hukum mengenai bumi, air,
dan ruang angkasa.

M u h a m m a d A g u s| 6
Selanjutnya, pasal 2 ayat (1) UUPA menyatakan:
“atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) UUD dan hal-hal sebagai yang
dimaksud pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.
Melihat kondisi realita sekarang, dimana dengan sumber daya alam yang
begitu melimpah sebagian besar rakyat Indonesia masih saja berada dalam zona
kemiskinan. Pengelolaan sumber daya alam masih sangat jauh dari apa yang telah
diamanatkan oleh bangsa melalui konstitusi negara. Tuntutan atas muatan dari
pengelolaan sumber daya alam yang harus lebih berpihak pada kepentingan rakyat
dan daerah, merupakan hal yang wajar dan dapat dipahami, karena dijamin oleh
konstitusi negara, persisnya UUD 1945 Pasal 33 ayat (3). Ketentuan dari pasal 33
ayat 3 tersebut, mengandung roh yang menegaskan, bahwa kekayaan alam yang
terdapat di wilayah hukum Indonesia harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Al-‘Assal & Karim (1999: 72-72) mengutip pendapat Ibnu Qudamah dalam
kitabnya al-Mughni mengatakan:

“barang-barang tambang yang oleh manusi didambakan dan dimanfaatkan tanpa


biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia (semacam obat),
petroleum, intan, dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan
individualnya) selain oleh seluruh kaum muslim, sebab hal itu akan merugikan
mereka”

Maksud pendapat Ibnu Qudamah adalah bahwa barang-barang tambang adalah


milik orang banyak meskipun diperoleh dari tanah hak milik khusus. Barang siapa
menemukan barang tambagn atau petroleum pada tanah miliknya tidak halal
baginya untuk memilikinya dan harus diberikan kepada negara untuk
mengelolanya.
Lebih lanjut Allah SWT telha memberitakan mengenai penggunaan bahan
tambang melalui firman-Nya QS. Al-Hadit 57 ayat (25) yang artinya:

“Sungguh, Kami telah Mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata
dan Kami Turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
dapat berlaku adil. Dan Kami Menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat
M u h a m m a d A g u s| 7
dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah Mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.”

Pada fiman Allah SWT tersebut diatas menyebutkan besi yang mempunyai
kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia. Dewasa ini besi sangat
dibutuhkan baik dalam hal pembangunan, pendidikan, kehidupan sehari-hari,
pertahanan, kemanan nasional, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa besi
(barang tambang) mempunya peran yang sangat fundamental di era modernisasi
seperti saat ini.
Berdasarkan pada uraian diatas sistem pengelolaan sumber daya alam yang
dituangkan pada Pasal 33 ayat (3) UUD mengalami kekeliruan dalam pemaknaan,
khusunya dalam pemaknaan “...dikuasai negara...”. Sehingga menyebabkan
kurang optimalnya penggunaan sumber daya alam dalam memakmurkan rakyat
Indonesia. Hak menguasai negara atas bahan galian adalah hak dan kewenangan
negara dalam mengendalikan, mengatur, dan mengambil, manfaat serta hasil atas
pengelolaan dan pengusahaan bahan-bahan galian yang dalam pelaksanaannya
harus lebih mengutamakan kebutuhan dan kepentingan nasional, dalam rangka
menjaga stabilitas pertahanan, keamanan, dan ketahanan ekonomi, negara yang
didistribusikan secara adil dan proporsional untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

2.2 Potensi SDA di Indonesia


Sumber daya alam menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara
definisi sumber daya alam adalah unsur-unsur lingkungan alam, baik fisik
maupun hayati yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan guna
meningkatkan kesejahteraan hidup.
Sedangkan sumber daya alam menurut Isard (1972) mendefinisikannya
sebagai keadaan lingkungan dan bahan-bahan mentah yang digunakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kesejahteraannya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keaadan iklim tropis yang
memiliki ribuan pulau dan lautan yang luas serta kekayaan alam yang sangat
berlimpah. Dengan iklim tropis Indonesia menjadia kawasan yang memiliki suhu
dan curah hujan yang tinggi. Hal ini memungkinkan penduduknya untuk
menanam berbagai macam komoditas pertanian dan perkebunan. Selain itu
M u h a m m a d A g u s| 8
Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Kekayaan sumber
daya alam Indonesia tidak hanya berupa hasil pertanian dan perkebunan, kekayaan
sumber daya alam berupa bahan tambang juga berlimpah.
Untuk mengungkap seberapa hebat kekayaan Indonesia, sering digunakan
rujukan data yang dibuat majalah terkemuka, The Economist. Setiap tahunnya,
majalah yang dewan redaksinya disesaki wartawan bergelar doktor itu
menerbitkan buku World in Figures. Ini semacam data yang merangking posisi
satu lokasi, atau satu negara dengan lokasi serta negara lainnya. Dan untuk edisi
tahun 2007, terpaparkan betapa bangsa Indonesia memiliki posisi yang luar biasa
sebagai penghasil komoditas di pentas dunia. Timah, misalnya dengan produksi
78 ribu ton/tahun, Indonesia adalah penghasil timah nomor dua di dunia. Lalu,
nikel, kita nomor lima di dunia (96 ribu ton/tahun). Kemudian, tembaga juga
nomor lima (842 ribu ton/tahun), sementara batubara dan emas nomor 7 di dunia.
(Simon, 2009)
Tak heran bila bumi pertiwi kaya akan sumber daya alamnya. Bila dilihat
dari segi geologist Indonesia berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng besar
dunia. Lempeng besar itu adalah Eurasia, Australia, dan Pasifik. Hal ini
menggambarkan bahwa berjuta tahun yang lalu sebagian daratan Indonesia berada
di Amerika Serikat (AS), Australia dan Eropa. Daratan-daratan ini bergerak
sehingga akhirnya berhimpun dalam satu deretan pulau di kawasan khatulistiwa
bernama Indonesia dengan panjang seluruh garis pesisirnya mencapai 81.000
kilometer ±14% dari seluruh pesisir di dunia, yang menjadikan Indonesia sebagai
negara yang memiliki kawasan pesisir terpanjang di dunia.
Berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng besar dunia tak selamanya
menjadi kabar gembira bagi rakyat pribumi. Seperti segala sesuatu hal yang ada di
dunia pasti memiliki sisi pro dan kontra tersendiri. Begitu pula pada Indonesia
yang berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng besar dunia menjadikan
Indonesia rawan dengan gempa. Pertemuan da pergerakan tiga lempeng besar itu
menghasilkan ketidakstabilan tanah yang disebut sebagai subduksi (pertemusn
lempeng samudra dengan lempeng daratan). Akibatnya, setiap tahun terjadi
pergeseran 6-7 cm pada segemn-segmen di sepanjang tempat bertemunya
lempeng Eurasia dan Australia, terutama di pesisir barat Sumatra serta seluruh
pantai selatan Jawa. Pertemuan lempeng Australia dan Eurasia tergolong yang
paling aktif di dunia. Namun, pertemuan lempeng Pasifik dengan lempeng Eurasia
di sekitar Papua dan Maluku juga tak kalah hebatnya. Bahkan, pergeseran yang
M u h a m m a d A g u s| 9
ditimbulkannya tergolong paling ekstrem. Disana, pergeseran dapat mencapai 11
cm setiap tahunnya. Tak heran jika daerah Indonesia Timur sering mengalami
gempa.
Kendati terlihat menakutkan, tapi kita bisa melihat sisi lainnya. Pertemuan
tiga lempeng besar yang terjadi jutaan tahun itu juga berarti positif: bahwa
kandungan alam yang dulu ada di AS, Eropa, dan Australia sekarang berada di
Indonesia. Dapat dibayangkan betapa kayanya Indonesia akan gas, minyak,
mineral, dan batubara. Catatan The Economist menunjukkan hal itu.
Dengan segala sumber daya alam yang dimiliki merupakan sebuah ironi
ketika kemiskinan masih merajalela di bumi pertiwi, tindak kriminal sering terjadi
dengan alasan desakan ekonomi. Tahun 1968, ekonom Swedia, Gunnar Myrdal
menulis karya monumentalnya, Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of
Nations yang mengkaji tentang sejumlah negara Asia Selatan dan Tenggara,
Termasuk Indonesia. Gunnar Myrdal menggambarkan, negara-negara di kawasan
itu dirundung kemiskinan, dibayangi ledakan penduduk serta perekonomian yang
suram. Hal ini disebabkan “keterbelakangan” dalam hal modal, sumber daya, serta
tingkat pendidikan. (Simon, 2009)
Selain apa yang disebutkan oleh Myrdal diatas budaya atau etos kerja dari
masyarakat Asia berupa disiplin kerja yang rendah, kebencian terhadap kerja
manual, sulit beradaptasi dengan perubahan, kurang berambisi, sulit bekerjasama,
dan lain sebagainya juga berpengaruh terhadap permasalahan ekonomi yang
dihadapi.
Seperti apa yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwa
seluruh kekayaan sumber daya alam yang dimiliki negara adalah sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Sektor pertambangan merupakan sektor
yang berhubungan langsung dengan kekayaan sumber daya alam Indonesia.
Sehingga sektor pertambangan diharapkan mampu secara optimal memanfaatkan
sumber daya alam yang dimiliki sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

2.3 HMI sebagai Organisasi Kader dan Perjuangan


Kemajuan suatu bangsa sejatinya tidak tergantung pada sumber daya alam
yang dimilikinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kesejahteraan rakyat pada
suatu bangsa, jika rakyatnya acuh tak acuh dibarengi dengan pemimpin yang
dhalim maka bisa dipastikan kesejahtraan itu tidak akan tercapai. Negara-negara
di Afrika bisa dilihat bagaimana kekayaan sumberdaya alam yang mereka miliki
M u h a m m a d A g u s| 10
tak mampu menopang kesejahtraan rakyat mereka bahkan tanah air pun
mengalami hal yang sama. Dimana dengan kekayaan sumber daya alam yang
melimpah akan tetapi dikuasai oleh pihak-pihak asing yang berkolaborasi dengan
pihak lokal. Aset bangsa dieksploitasi segelintir perampok timah, nikel, kayu,
minyak, gas, pasir, emas, batubara dan lain-lain diangkut keluar. Sementara
rakyatnya tidak terdidik dan mengalami busung lapar, kemiskinan merajalela.
Rakyat pribumi yang berada disekitar blok emas freeport diujung timur Indonesia
merupakan salah satu contoh potret marginalisasi keterjajahan bangsa. Dari
Sabang sampai Merauke berjajar perampok kekayaan alam Indonesia.
Sebuah fenomena yang cukup aneh rasanya jika melihat kondisi negara
yang terbatas kekayaan sumber daya alamnya namun berhasil memenuhi
kesejahtraan rakyatnya. Sebaliknya, negara yang kekayaan sumber daya alamnya
berlimpah belum mampu untuk memenuhi kesejahtraan rakyatnya. Jika dilihat
lebih dalam negara-negara yang terbatas akan sumber daya alamnya tersebut
memiliki pemimpin-pemimpin yang handal berbeda halnya dengan negara yang
sumber daya alamnya berlimpah pemimpin-pemimpinnya dirasa belum cukup
handal untuk bersaing dikancah dunia.
Kualitas pemimpin dan rakyat adalah “sumber daya insani”, kualitas
pemimpin dan rakyatnya, yang menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa. Sebuah
negara akan maju, apapun kondisi geografis, geologis, demografis, dan sistem
pemerintahannya, selama memiliki dua hal.
Pertama, pemimpinnya harus “visioner” (memiliki pengetahuan), memiliki
“kepedulian” dan “keberanian mental” untuk membawa perubahan mendasar bagi
bangsanya. Keberadaan pemimpin seperti ini sangat sentral bagi sebuah bangsa.
Kedua, rakyat harus berkualitas. Manusia-manusia berkualitas memiliki
perencanaan hidup, disiplin diri yang tertinggi, serta punya strategi dan taktik
perjuangan untuk memajukan diri dan bangsanya. (Muniruddin, 2014)
Keberadaan HMI adalah keberadaan manifestasi atas gerakan intelektual,
moral spiritual di Indonesia khususnya dan di dunia secara umum. Tentu saja hal
tersebut tidak dapat dilepaskan dari beberapa syarat utama dari kelahiran
sekaligus keberadaan HMI itu sendiri. HMI didirikan bernagkat dari sebuah
kekhawatiran dan kesadaran kritis atas kondisi Islam dan Indonesia pada waktu
itu. Berangkat dari sebuah keyakinan dan sebuah prinsip dasar kesadaran berfikir
serta bertindak yaitu keyakinan bahwa tidak kebenaran selain Islam. Allah SWT
berfirman dalam QS. Al Maidah 5 ayat (3), yang artinya:
M u h a m m a d A g u s| 11
“...........Pada hari ini telah Aku Sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
Cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku Ridai Islam sebagai
agamamu.........”

Pada ayat diatas disebutkan bahwasanya agama Islam telah sempurna dan
Islam merupakan agama yang di ridhai Allah SWT, diperuntukkan untuk
mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai
khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke
hadirat-Nya. Sebagai agama yang sempurna sudah seharusnya Islam menjadi
solusi bagi setiap permasalahan yang ada. Dalam totalitas kehidupan bangsa
Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber
nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa,
berfungsi sebagai organisasi kader dan berperan sebagai organisasi perjuangan
yang bersifat independen.
Berdasarkan hal tersebut HMI mempunyai tujuan akhir dari kader-kader
yang tertuang dalam pasal 4 AD HMI, yang berbunyi:

“Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam dan


Bertanggu Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di Ridhai
Allah SWT”

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah


organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara
kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan
potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk
mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang
sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan
makmur hanya akan terbina dan terwujud dalam suatu pembaharuan dan
pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman,
berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai
kepribadian bangsa.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh
HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan
M u h a m m a d A g u s| 12
serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut
sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif,
dan kritis. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa
yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan kesadaran. Sanggup berdiri sendiri dengan
lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara
teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara
bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu
Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari
perbaikan dan pembaharuan. Bersifat independen dan terbuka, tidak
isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya
dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah. Dengan
ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja
kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau
untuk sesama umat. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya
hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
menjadi baik. Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang
bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan
ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan
pengabdi yang bernafaskan Islam
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam
berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan
demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya. Ajaran Islam telah
berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah
M u h a m m a d A g u s| 13
membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak
pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai
muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya
pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam
Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
oleh Allah SWT. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya
keberanian moral. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis. Rasa tanggung
jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran
aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap setiap langkah yang
berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah
fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. Pada pokoknya
insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor yaitu insan yang
berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli
dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu
bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah
“man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan
yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak
takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-
manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas
yang maksimal (insan kamil).

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam
tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan
kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan
islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT. Insan cita HMI pada suatu
M u h a m m a d A g u s| 14
waktu akan merupakan “Intelektual Community” atau kelompok intelegensi yang
mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat
yang sejahtera spiritual adil dan makmur serta bahagia.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa Islam merupakan sumber nilai yang
ada pada tubuh HMI. Berkat kesempurnaan ajaran yang ada di Islam, Islam sudah
seharusnya menjadi solusi untuk setiap permasalah yang ada. Tidak berlebihan
rasanya jika HMI dikatakan sebagai solusi bagi permasalahan pengelolaan
kekayaan sumber daya alam yang di Indonesia. Dengan berjalannya perkaderan di
HMI “sumber daya insani” diharapakan akan bermunculan dan menjadi jawaban
atas permasalahan yang ada melalui gerakan Intelektual-Moral dan Spiritual. Tiga
hal itulah yang menjadi ruh perkaderan dan perjuangan di HMI dulu, kini, dan
esok.

2.4 HMI Wujudkan Cita-Cita Indonesia


HMI didirikan di Yogyakarta 5 Februari 1947 memiliki misi yang jelas dan
cita-cita tinggi untuk diperjuangkan hingga tercapai dalam kehidupan berbangsa,
bermasyarakat, dan bernegara. Adapun misi HMI itu adalah 1) menegakkan dan
mengembangkan agama islam yang bersumber pada Al Quran adan As Sunnah,
untuk tegaknya keyakinan tauhid, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, yang majemuk, dengan melakukan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar, 2) berperan dan berpartisipasi aktif, konstruktif, proaktif, inklusif,
intergratif, bersama-sama Pemerintah Republik Indonesia serta seluruh kekuatan
bangsa, guna meningkatkan harkat dan martabat serta peradaban bangsa Indonesia
dalam bidang kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, sosial,
politik, kemasyarakatan, dan dimensi kehidupan lainnya, dan hidup berdampingan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, untuk mencapai masyarakat adil makmur,
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang diridhoi Allah SWT, 3) berusaha
menguasai dan mengembangkan ilmu dan teknologi dalam rangka membangun
masa depan bangsa, 4) membina kader-kader intelektual dan pejuang bangsa yang
berwawasan keIslaman, keIndonesiaan, keIlmuan, dan independen, sebagai calon
pemimpin bangsa di masa mendatang untuk mengisi kemerdekaan, 5)
membengdung dan memberantas bahaya laten paham/ajaran komunis dalam
segala bentuk dan manifestasina, serta paham-paham lain yang bertentangan
dengan Islam dan Pancasila, 6) senantiasa mengusahakan persatuan dan kesatuan
umat Islam dan bangsa Indonesia yang majemuk, serta keutuhan negara kesatuan
M u h a m m a d A g u s| 15
Republik Indonesia dar Sabang sampai Merauke, sebagai syarat mutlak
tercapainya cita-cita ummat Islam dan bangsa Indonesia yang besar dan luhur
dalam hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. (Solichin, 2010)
Dengan berwawasan keIslaman-keIndonesiaan, HMI harus senantiasa
menempatkan Islam yang bersifat universal sebagai sumber motivasi dan inspirasi
ditengah-tengah pergumulan paham keberagaman dan ideologi yang beragam.
Pemikiran keIslaman-keIndonesiaan HMI adalah merupakan cerminan realitas
bangsa Indonesia yang plural, dalam suatu negara yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. HMI memilik kewajiban untuk ikut menunjukkan kepada bangsa
Indonesia bahwa agama Islam adalah rahmat bagi seluruh umat manusia, maka
dari itu sangat kondusif sebagai basis ajaran untuk mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT. Islam juga memungkinkan sebagai suatu tugas
kerja kemanusiaan. Pemikiran dan sifat HMI yang independen membuat HMI
mampu menempatkan diri pada posisi yang tepat ditengah-tengah masyarakat
yang pluralistik. Dinamika berpikir, bersikap dan berperilaku seluruh aktivis HMI
mencerminkan watak asasi kader HMI dan teraktualitas secara riil melalui watak
dan kepribadian serta sikap-sikap yang 1) cenderung pada kebenaran (hannif), 2)
bebas terbuka dan merdeka, 3) objektif, rasional, dan kritis, 4) progresif dan
dinamis, 5) demokratis, jujur dan adil. (Agussalim, 2002)
Barang tambang diberikan Allah SWT untuk dimanfaatkan bagi kesejatraan
manusia. Dalam Al Qur’an, hal ini dijelaskan dalam QS Ar-Ra’d 13 ayat (17),
yang artinya:

“Allah telah Menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di
lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk
membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu.
Demikianlah Allah Membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil.
Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang
bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah Membuat
perumpamaan.”

Dewasa ini hampir semua perusahaan menitikberatkan faktor ekonomi


dibanding faktor moral dan lingkungan dalam upaya memanfaatkan sumbe daya
alam yang ada. Upaya dalam pelestarian lingkungan dilakukan hanya pada tataran
M u h a m m a d A g u s| 16
sains dan teknologi untuk mengurangi dmapak lingkungan yang ada. Pada
hakikatnya dalam mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan terhadap
pertambangan, harus didasarkan pada rencan pertambangan yang sistematis
dengan mempertimbangkan aspek perubahan lingkungan dari tahap kegiatan
eksplorasi sampai tahap kegiatan pasca tambang. Islam mempunyai pandangan
dan konsep yang jelas terhadap pengelolaan sumber daya alam, karena pada dasar
manusia merupakan khalifah Allah SWT dimuka bumi yang diperintahkan untuk
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
Pengelolaan sumber daya alam tambang harus tetap menjaga keseimbangan
dan kelestariannya. Karena kerusakan sumber daya alam tambang oleh manusia
harus dipertanggung jawabkan di dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan
dalam QS Al-A’raf 07 ayat (56), yang artinya:

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan


baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”

Dalam upaya pelaksanaan pertambangan yang Islami harus berdasarkan


proses dan mekanisme yang ditentukan. Kegiatan pertambangan diawali dengan
kegiatan prose studi kelayakan yang melibatkan masyarakat pemangku
kepentingan (stake holder), kemudian dilaksanakan dengan ramah lingkungan,
tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan melalui pengawasan
berkelanjutan, dan dilanjutkan dengan kegiatan eksploitasi bahan galian,
rekalmasi, restorasi dan rehabilitas. Selain itu pemanfaatan hasil tambang harus
sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 dan cita-cita bangsa
Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Kementerian Lingkungan Hidup
dalam upaya merubah perilaku dan meningkatkan kesadaran umat muslim sebagai
potensi terbesar bangsa, atas pentingnya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam pemanfaatan sumber daya alam (khususnya
pertambangan) harus sesuai denga syariah. MUI telah menandatangani
memorandum of understanding (MoU) No. 14/MENLH/12/2010 dan Kep-
621/MUI/XII/2010 pada tanggal 15 Desember 2010, telah disepakati bersama
Fatwa Majelis Ulama Indonesia N0. 22 Tahun 2011 tentang Pertambangan Ramah
Lingkungan. Fatwa MUI ini merupakan bentuk pendekatan moral terhadap dalam
M u h a m m a d A g u s| 17
pelaksanaan perlindungan sumber daya alam. Adapun tujuan dari fatwa MUI
adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat penegakan hukum positif terutama dalam upaya
mengendalikan kerusakan lingkunga disektor pertambangan,
2. Memberi penjelasan dan pemahaman yang benar pada seluruh lapisan
masyarakat mengenai hukum normatif (keagamaan) terhadap beberapa
masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidu,
3. Sebagai salah satu upaya untuk menerapkan sanksi moral dan etika bagi
pemangku kepentingan, termasuk masyarakat terhadap perlindunga dan
pengelolaan lingkungan hidup, khususnya disektor pertambangan.

Sekarang ini, sudah sepatutnya Islam bisa menjadi jawaban atas segala
permasalahan yang ada di dunia ini, tidak terkecuali pada sektor pertambangan.
Pertambangan Indonesia yang kini dirasa kurang memberikan keuntungan dalam
segi kesejahtraan masyarkat dan kurang bersahabat dengan lingkungan sudah
sepatutnya berubah. Indonesia dengan kekayaan alam tambangnya harus mandiri,
rakyatnya sejahtera secara ekonomi. Begitu pula dengan pengelolaannya,
Indonesia harus mempertegas batas perubahan rona lingkungan yang ditimbulkan
sebagai akibat dari aktivitas pertambangan. Bahkan sudah seharusnya perusahaan
yang melakukan kegiatan penambangan mengembalikan rona lingkungan menjadi
lebih hijau dan lebih bernilai dari sebelumnya agar manfaat dari kegiatan
penambangan dapat dirasakan baik sebelum, pelaksanaan dan pasca tambang itu
sendiri.
Pemerintah sebagai pemangku kebijan sebenarnya telha merumuskan sistem
pengelolaan akan kekeayaan sumber daya alam sejak beridirinya bangsa Indonesia
ini. Hal ini terumuskan melalui UUD 1945 Pasal 33 ayat 3, dimana kekayaan
sumber daya alam di kuasai oleh negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat Indonesia. Tujuan pengelolaan mineral dan batubara merupakan upaya
untuk mengurus, mengendalikan dan merumuskan dalam pelaksanaan kegiatan
pertambangan. Kemudian untuk mempertegas penguasaan kekayaan mineral dan
batubara, pemerintah Indonesia kembali menyusun sebuah peraturan untuk
pengelolaan sumber daya alam. Peraturan tersebut tertuang dalam UU Nomor 4
Tahun 2009 Pasal 3 dengan tujuan:
1. Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna dan berdaya saing
M u h a m m a d A g u s| 18
2. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan hidup.
3. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau
sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negri.
4. Mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar lebih
mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional.
5. Meningkatkatkan pendapatan masyarakt lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan pekerjaan untuk sebesar-besarnya kesejahtraan
rakyat.
6. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara. (Salim, 2012)

Secara berturut-turut UU Nomor 4 Tahun 2009 mengamanatkan


pertambangan yang baik dan benar terhadap kegiatan eksploitasi mineral dan
batubara. Pasal 95 (a) mengamanatkan bahwa, pemegang IUP wajib menerapkan
kaidah teknik pertambangan yang baik.
Sudah sepatutnya dalam menajalankan pengelolaan dan pengusahaan bahan
galian harus menggunakan pengelolaan kegiatan usaha pertambangan yang baik
dan benar (good mining practice), yaitu membangun peradaban suatu kegiatan
usaha pertambangan yang memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah-kaidah,
dan norma-norma yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya alam
memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Adapun hal-hal
yang menyangkut mengenai good mining practice adalah sebagai berikut:
1. Perizinan
2. Teknis penambangan
3. Penetapan wilayah pertambangan
4. Penghormatan atas pemegang hak atau kepemilikan hak atas tanah
5. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
6. Lingkungan
7. Keterkaitan hulu – hilir/konservasi/nilai tambah
8. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat/wilayah sekitar
9. Rencana penutupan pasca tambang
10. Standarisasi

M u h a m m a d A g u s| 19
Berdasar pada uraian diatas dapat dilihat bahwa pengelolaan dan
pengusahaan pertambangan yang baik dan benar adalah suatu proses kegiatan
usaha pertambangan mulai dari penetapan wilayah, sampai dengan proses
pengelohan dan pemurnian, dilaksanakan dengan cara sistematis, memenuhi
kriteria teknis, menghormati norma-norma, hak-hak dasar masyarakat setempat,
dan keseimbangan lingkungan hidup, sesuai peraturan perundang-undangan,
untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan kemandirian
bangsa.
Baik dalam aspek keIslaman ataupun keIndonesiaan sama-sama
mengamanatkan bahwa dalam pengelolaan kekayaan sumber daya alam adalah
sebesar-besarnya untuk kepentingan bersama (kesejahtraan masyarakat). Sebagai
upaya membumikan nilai-nilai keIslaman sudah seharusnya kita bernafaskan
Islam dalam berkegiatan sehari-hari secara umum maupun dalam melakukan
kegiatan penambangan secara khusus. Melalui sektor pertambanganlah, sektor
yang bersentuhan langsung dengan pengelolaan sumber daya alam (bahan galian
berharga). Dengan demikian tujuan HMI dalam membangun masyarakat
intelektual yang bernafaskan Islam demi terwujudnya masyrakat adil makmur,
dan kemudian selaras dengan cita-cita bangsa Indonesia memajukan kesejahtraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud melalui sektor
pertambangan. Kemudian itu mendapatkan ridho Allah SWT karena penerapan
nilai-nilai Islami sebagai sumber nilai.

M u h a m m a d A g u s| 20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Islam merupakan agama yang sempurna, berkat kesempurnaan Islam itulah
sudah seharusnya HMI mampu menjawab setiap tantangan zaman yang ada.
Hal ini dikarenakan HMI menjadikan Islam sebagai asas dalam
berorganisasi dan juga sebagai sumber nilai dalam perjuangannya. Sebagai
kader HMI diharuskan mampu menganalisis situasi masyarakat yang
majemuk.
2. Kader HMI dengan keilmuannya menganalisis permasalahan yang ada pada
sektor pertambangan lalu kemudian mencari solusi dari permasalahan
tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah keIslaman dan keIndonesiaan.
Penerapan good mining practice merupakan salah satu solusi untuk
permasalahan pertambangan pada dewasa ini. Good mining practice
mempunyai nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan didalamnya.

3.2 Saran
Nurcholis majid berkata “dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat
sederhana, yaitu ber-Iman, ber-Ilmu, dan ber-Amal”. Sebagai bagian dalam
upaya mewujudkan tujuan dari didirkannya HMI. Kader HMI ketika menghadapi
masalah dalam dunia sektor pertambangan, mengkaji permasalahan tersebut
dengan Islam sebagai sumber refrensinya didukung oleh pengetahuan disiplin
ilmunya serta pada akhirnya di implementasikan dalam bentuk pengawasan atau
dalam berkegiatan pemanfaatan sumber daya alam tambang.

M u h a m m a d A g u s| 21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sitompul, Agussalim., 2002, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan


Bangsa, pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI (1947-1997), Logos,
Jakarta
2. Muniruddin, Said., 2014, Bintang Arasy, Syiah Kuala University Press,
Banda Aceh
3. Solichin., 2010, HMI Candradimuka Mahasiswa, Sinergi Persadatama
Foundation, Jakarta
4. Sembiring, Simon. F., 2002, Jalan Baru untuk Tambang: Mengalirkan
Berkah bagi Anak Bangsa, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
5. Sudrajat, Nandang., 2013, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia,
Pustaka Yustisia, Jakarta
6. Salim., 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Sinar Grafika,
Jakarta
7. Badeni., 2013., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung

M u h a m m a d A g u s| 22
LAMPIRAN

M u h a m m a d A g u s| 23
M u h a m m a d A g u s| 24
M u h a m m a d A g u s| 25
M u h a m m a d A g u s| 26
M u h a m m a d A g u s| 27
M u h a m m a d A g u s| 28
M u h a m m a d A g u s| 29

Anda mungkin juga menyukai