Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

REPOSISI KADER HMI DALAM AKTUALISASI INSAN CITA


AGAR TERWUJUDNYA MASYARAKAT CITA

Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Peserta Intermediate Training

(LK II) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Samarinda

Pada Tanggal 21 – 28 Desember 2019

Oleh :

PIGI ADI MULYONO

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG SAMARINDA

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta shalawat


dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat
rahmat dan hidayahnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini Penulis susun untuk memenuhi persyaratan mengikuti
Latihan Kader II (Intermediate Training) yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Samarinda.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang


sebesar- besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan makalah ini hingga
selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut Penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik, serta


memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

2. Ketua Umum HMI Cabang Samarinda dan Ketua Umum HMI


Komisariat UNTAG 45 Cabang Samarinda. Atas dukungan beliau, saya
dapat yakin dan percaya untuk melanjutkan Training Formal di HMI.

3. Wabilkhusus, seluruh rekan – rekan satu perjuangan di Lingkungan


HMI Komisariat UNTAG 45 Cabang Samarinda yang terus memotivasi
saya dan banyak memberi saran sehingga terselesaikanlah makalahini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya


atas semua jasa yang telah diberikan kepada Penulis dari semua pihak ini,
semoga Allah SWT membalas kebaikan itu dengan kebaikan pula.

ii
Penulis menyadari penulisan makalah ini belum sempurna, baik dari
segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal


yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis. Aamiin

Samarinda, 04 Desember 2019

Penulis,

Pigi Adi Mulyono


DAFTAR ISI

Contents
Oleh................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................5

A. Latar Belakang..................................................................................5

C. Maksud dan Tujuan Penulisan........................................................8

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................9

A. Mengembalikan HMI Sesuai Dengan Fitrahnya............................9

B. Menerapkan Kualitas Insan Cita HMI.........................................10

C. Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur (Masyarakat Cita).....13

BAB III PENUTUP....................................................................................16

A. Kesimpulan 16

B. Saran 17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18

LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................19

......................................................................................................................21

FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA.............................................33


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai pandangan kritis yang ditujukan kepada HMI, memperlihatkan


banyaknya indikator-indikator kemunduran HMI yang secara empiris dapat
dilihat dan dibuktikan. Pengalaman selama 42 tahun aktif di HMI Agussalim
Sitompul menemukan setidaknya ada empat puluh empat indikator kemunduran
HMI. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan, penghayatan, pemahaman,
pengamalan ajaran agama islam di kalangan anggota dan pengurus. (Agussalim
sitompul, 44 indikator kemunduran HMI). Suatu sistem ajaran agama, tidak akan
berfaedah dan tidak akan membawa perbaikan hidup yang dijanjikannya jika
tidak dilaksanakan. Suatu ijtihad untuk melaksanakan suatu ajaran,
bagaimanapun akan melibatkan kemestian mengetahui secara tepat Sumber daya
manusia yang bermutu tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan produktif. Serta meneladani sifat-
sifat para Nabi terdahulu, terutama Nabi Muhammad SAW.

Lalu bagaimana peran kader HMI di masa kini dalam mewujudkan


kepemimpinan profetik-transformatif melalui pengaktualisasian insan cita agar
terwujudnya masyarakat cita ?

Organisasi yang lahir sebagai anak kandung umat dan bangsa


Indonesia,tepatnya pada 5 Februari 1947 bertepatan dengan 14 rabiul awal 1366
H, sejarah telah mencatat itu. Keberadaan HMI adalah keberadaan manifestasi
atas gerakan intelektual, moral dan spiritual di Indonesia. Tentu saja hal tersebut
tidak dapat dilepaskan dari beberapa syarat utama dari kelahiran sekaligus
keberadaan HMI itu sendiri. Sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam
tertua dan terbesar di Indonesia, HMI didirikan bukan tanpa alasan yang jelas dan
ideologis. HMI didirikan berangkat dari kekhawatiran dan kesadaran kritis atas
kondisi Islam dan Indonesia pada waktu itu. Berangkat dari sebuah keyakinan
5
yang diletakkan

6
sebagai prinsip dasar kesadaran dalam berfikir dan bertindak, maka kader-kader
HMI diharapkan mampu menjadi generasi emas serta SDM yang optimal agar
terwujudnya masyarakat cita seperti yang dicita-citakan oleh para kader HMI.
Semenjak berdirinya 1947 hingga 2019 telah berapa banyak insan-insan yang
telah lahir dari rahim perkaderan HMI. Gambaran insan cita HMI sebagaimana
termuat dalam tafsir tujuan HMI dengan kriteria, karakteristik dan kualitas-
kualitas yang harus dimilikinya. Sebagaimana termuat dalam pasal 5 AD HMI itu
adalah jalan menuju insan cita HMI, akan tetapi ada beberapa watak azasi yang
harus dimiliki dan ini harus senantiasa melekat pada diri seorang insan HMI
sebagaimana termuat dalam pedoman perkaderan HMI. Diantaranya adalah
cenderung kepada kebenaran, bebas dan merdeka, obejktif, progresif, kreatif dan
selalu menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang dinafasi islam sebagai sumber
nilai.

Bagi insan HMI, ilmu pengetahuan adalah sebuah candu yang dimana
kader HMI selalu haus akan ilmu pengetahuan dan setiap gerak geriknya itu
selalu dinafasi dengan islam. Sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan
mereka yang berjuang di jalanku (kebenaran) maka akan aku tunjukkan jalannya
(mencapai tujuan) Sesungguhnya tuhan itu cinta pada orang-orang yang selalu
berbuat (progresif)”. (QS.Al-Ankabut:69).

Penulis menyadari betapa pentingnya kontribusi Himpunan Mahasiswa Islam


dalam mencetak kader sebagai SDM yang optimal dalam mewujudkan
masyarakat cita, maka disini penulis akan mencoba memberanikan diri untuk
membahas mengenai : REPOSISI KADER HMI DALAM AKTUALISASI
INSAN CITA AGAR TERWUJUDNYA MASYARAKAT CITA.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam suatu penulisan makalah di perlukan untuk


memberi kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan
ditelitinya sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta
memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian dan
latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Mengembalikan HMI sesuai dengan fitrahnya

b. Menerapkan kualitas Insan Cita HMI

c. Mewujudkan masyarakat adil makmur (masyarakat cita)


C. Maksud dan Tujuan Penulisan
Guna menjawab permasalahan di atas, maka yang menjadi maksud dan
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami upaya mengembalikan HMI sesuai dengan fitrahnya.

2. Untuk memahami penerapan kualitas Insan Cita HMI.

3. Untuk memahami terwujudnya masyarakat adil makmur (masyarakat cita).

4. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate Training (Latihan


Kader 2) tingkat nasional di HMI Cabang Samarinda.

Dari pokok – pokok permasalahan di atas, diharapkan dapat memberikan


beberapa faedah dan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi penulis,


sehingga dapat memperluas pengetahuan penulis.

2. Secara Praktis, diharapkan menjadi bahan koreksi dan informasi mengenai


pentingnya mereposisi kader HMI dalam aktualisasi Insan Cita demi
terwujudnya masyarakat cita, serta mendapatkan petunjuk dalam mengatasi
masalah yang dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengembalikan HMI Sesuai Dengan Fitrahnya

Kemajuan zaman merupakan sebuah keharusan yang harus dihadapi oleh


seluruh umat manusia, budaya modern mengasumsikan jarak yang tak
terjembatani antara sains, filsafat dan agama. Sebagian orang, seperti yang
dimetaforakan dengan shalih merasa perlu terus menerus “mengetuk pintu” agar
sains, filsafat, dan agama terintegrasi dengan sempurna. (Tasawuf Mulla Shadra,
khalid-alwalid). Begitupun dengan HMI. HMI adalah organisasi yang menjadikan
Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai
organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan berperan sebagai
organisasi perjuangan serta bersifat independen.
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa
bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki
keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi,
iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual
dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Atas faktor
tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal
4 AD HMI yaitu
:
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI
YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS
TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI
ALLAH SUBHANAHU WATAALA”.

Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena
Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah
juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk
kepada fitrah kemanusiannya. Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah
kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara
seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materil dan kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan)
yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal
kemanusiaaan inilah manusia akan dapatkan kebahagiaan dan kehidupan yang
sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan
dengan “kehidupan yang adil dan makmur”. Yang biasa diartikan sebagai
‘Masyarakat Cita” di dalam HMI.
Untuk menciptakan kehidupan yang demikian . Anggaran dasar
menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-
nilai ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam
Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada ALLAH SWT.
Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal
saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara
benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu
pengetahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan
manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja
kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada
hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan,
manusia mendapatkan kebahagiaan.

B. Menerapkan Kualitas Insan Cita HMI

Kualitas Insan Cita HMI merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI
di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta
mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana
dalam pasal tujuan (Pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
a. Kualitas Insan Akademis
a) Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif dan kritis.
b) Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan.
c) Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan
sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

b. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta


a) Sanggup melihat kemungkinaan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-
bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan
kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
b) Bersifat independen; terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari
dengan sikap demikian potensi, sehingga dengan demikian kretifnya
dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
c) Dengan memiliki kemampuan akademis dan mampu melaksanakan
kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.

c. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi


a) Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan ummat dan bangsa.
b) Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya sanggup
membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi di sekelilingnya
menjadi baik.
c) Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah insan yang
bersungguh- sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan
ilmunya untuk kepentingan umat dan bangsa.
d. Kualitas Insan yang bernafaskan Islam : Insan Akademis, pencipta dan
pengabdi yang bernafaskan Islam
a) Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman
dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai
karyanya.
b) Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah
dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai
warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa
kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

e. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil


makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
a) Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.
b) Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar
dalam menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian
moral.
c) Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d) Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
e) Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
f) Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khalifah fill ard” yang harus melaksankan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya Insan Cita HMI merupakan “man of future” insan
pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap
terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-
citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif
bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan.Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI
adalah “man of inifator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress”
insan yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil, dan jujur
tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia
yang beriman, berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang
maksimal (insan kamil). (basic taining ciputat, 2016).

C. Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur (Masyarakat Cita)

Modernitas (kemodernan) adalah salah satu masalah paling muskil dan


penting yang menghadapi kita , rakyat dari negara non-Eropa dan masyarakat
Islam. Masalah yang lebih penting adalah hubungan antara modernisasi yang
dipaksakan dan peradaban sebenarnya. Selama masa 150 tahun yang lalu
Barat telah menjalankan tugas “memodernkan” manusia dengan semangat
misionaris. Semua bangsa non-Eropa ditempatkan dalam hubungan yang rapat
dengan Barat dan peradaban Barat, serta akan diubah menjadi bangsa-bangsa
“modern”. Dengan kedok “memperadabkan” bangsa-bangsa, menyertainya
dengan kebudayaan, mereka menghadiahkan “modernitas” yang terus
menerus mereka katakan sebagai peradaban ideal.
(Ideologi Kaum Intelektual,Ali Syari’ati)

Orang-orang Eropa sadar bahwa dengan menggoda penduduk timur


dengan keinginan yang kuat akan modernisasi, maka ia akan bekerjasama
dengan mereka untuk menolak masa lampaunya sendiri, menodai dan
menghancurkan dengan tangannya sendiri unsur pokok kebudayaan, agama
dan kepribadiannya yang unik. Demikianlah, godaan dan hasrat akan
“modernisasi” timbul di sepanjang Timur Jauh, Timur Tengah, Timur Dekat
dan di negara- negara islam dan kulit hitam. Dari eropa mengimpor bentuk
baru kehidupan dan produk modern, seraya tidak menggunakan tipe-tipe baru
produk dan gaya
hidup yang dikembangkan dari asal-usul dan masa lampau nasionalnya
sendiri. Dan salah satu negara yang terkena pengaruh modernitas barat ini
adalah Indonesia. (Ideologi Kaum Intelektual, Ali Syari’ati).
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia lengkap dengan
sumber daya alam yang melimpah. Seharusnya dengan sumber daya alam
yang berlimpah, sebuah negara dapat memakmurkan rakyatnya. Jika
berdasarkan data BPS, pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia
mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen). Masyarakat yang adil dan makmur
merupakan salah satu tujuan utama bangsa Indonesia yang tertera pada sila
ke-5 yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Untuk
mencapai kata kadilan sosial, maka dari sila pertama hingga sila keempat,
secara keseluruhan harus diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Maka
dapat dipastikan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk
mendapat hidup yang penuh keadilan dan makmur dapat tercapai.
Kemudian, mampu dianalisis bahwa tidak terwujudnya kemakmuran di
Indonesia, salah satunya disebabkan oleh tidak termanfaatkannya sumber daya
alam secara maksimal. Tentang sumber daya alam yang tidak maksimal itu
dipengaruhi langsung oleh pemimpin Indonesia yang tidak mampu untuk
mengelolanya dengan baik. Pemimpin yang baik mampu membuat pengikut-
pengikutnya itu tunduk karena keinsafan karena ketaatan, bahkan tunduk
karena merasa bersyukur mendapat bimbingan, dan secara ikhlas menjalankan
perintah-perintah dan instruksi dari pemimpin bukan karena takut.

Dalam hal ini, HMI berhasil menciptakan kultur yang mantap dan mapan,
hal tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi kader-kader HMI
dalam memperbaiki diri dan organisasi hingga HMI menjadi pencetak
pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia, tentu saja yang berkualitas, baik
dan melawan penindasan. Di dalam ber-HMI atau berorganisasi pada
hakikatnya adalah melatih “kesabaran” dan belajar “melayani”. Salah satu
cara paling ampuh untuk menaklukkan sifat angkuh adalah dengan “rendah
hati” atau mendedikasikan diri untuk melayani orang-orang. Nabi Muhammad
SAW berkata “belum sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR.Bukhari dan
Muslim). Karena
ketika hal tersebut dilakukan secara tulus dan bertujuan, semua itu menjadi
proses penyucian jiwa dan penjernihan emosi (penguatan iman). Bahkan
semua aktifitas keorganisasian menjadi latihan penyeimbang pikiran dan jiwa
dengan tubuh. Dan pada akhirnya akan melahirkan jiwa yang tangguh. Allah
SWT berfirman : “Jadikan Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu”
(QS.alBaqarah 2:45).

Seorang kader yang menempuh jalan untuk memperindah dirinya dengan


kuantitas dan kualitas ibadah dan muamalah terlihat aktif membangun
kelompok-kelompok studi, diskusi, ceramah, bimbingan dan pelatihan. Ia
cenderung mengambil posisi terdepan dalam berbagai kegiatan amar ma’ruf
seperti menginisiasi, mengajak, dan menyuruh orang-orang kepada hal yang
dianjurkan. Pada saat yang sama juga semakin berani untuk melakukan
gerakan-gerakan nahi munkar. Pada dirinya mulai berani untuk menentang
kejahatan seperti korupsi, penipuan, pembodohan, dan penindasan.

Dengan banyaknya dinamika yang terjadi baik itu dari internal dan
eksternal, kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam harus bangkit membenahi
diri dan organisasi. Sebelum merencanakan masa depan yang lebih baik demi
terwujudnya “masyarakat adil makmur (masyarakat cita)”, kader-kader
Himpunan Mahasiswa Islam terlebih dahulu harus bertransformasi. Kader-
kader HMI harus mentransformasikan karakternya terlebih dahulu. Mereka
harus mampu menyisihkan karakter buruk manusia Indonesia dan berubah
menjadi manusia yang berkarakter sesuai ajaran islam.

Amal shaleh yang dipegang teguh sebagai prinsip dalam kehidupan,


dikerjakan dengan ikhlas, tulus demi menebar kebaikan, dan melahirkan
kebermanfaatan. Konsisten selalu berjalan di jalan yang lurus berpondasi
kokoh agar tak goyah diterpa derasnya arus zaman. Seorang kader HMI yang
terlahir dari kesungguhannya dalam berproses muncul sebagai manusia-
manusia berkualitas tinggi, yang dalam bahasa HMI disebut berkualitas “insan
cita”. Insan cita akan mengaplikasikan kualitasnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Melahirkan “masyarakat cita” yaitu masyarakat adil makmur
hingga menuju
capaian cita-cita dari tujuan HMI “Ridha Allah SWT”. Ridha Allah SWT
merupakan arah perkaderan dan perjuangan HMI. Bahwa awal dan akhir dari
segala pencapaian, adalah untuk memperoleh kecintaan Allah SWT.

Kelima kualitas insan tersebut juga disebut dengan kader yang memiliki
maksimalisasi “iman-ilmu-amal”. Mereka inilah muslim intelektual dan
profesional, atau akder yang berakhlakul karimah. Mereka ini memiliki
kesalehan individual (mampu memimpin dirinya sendiri). Serta memiliki
kesalehan sosial (mampu memimpin masyarakat). Inti dari tujuan hidup atau
cita-cita para insan ilahiyah ini semata-mata hanya untuk mendapatkan
keridhaan Allah SWT, baik bagi dirinya maupun masyarakatnya, di dunia dan
akhirat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisa pada bab sebelumnya penulis dapat mengambil


kesimpulan, sebagai berikut :

1. Menghadapi era modern yang penuh dengan lajunya arus globalisasi yang
didominasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
mengharuskan HMI kembali ketujuan awal membentuk manusia Indonesia
menjadi manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Dengan menyelaraskan antara dunia dengan ukhrawi.

2. Mengimplementasikan pasal 4 AD HMI sebagai sumber-sumber nilai pada


Karakter kader HMI, dan juga berjuang sesuai cita-cita HMI.

3. Keyakinan, ilmu pengetahuan, dan amal perbuatan haruslah diupayakan


secara bersamaaan. Karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan, demi terwujudnya masyarakat cita ditengah-tengah serangan
modernisasi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dari uraian pada bab sebelumnya mengenai


Reposisi Kader HMI Dalam Aktualisasi Insan Cita Agar Terwujudnya
Masyarakat Cita, Penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya HMI harus kembali kepada marwahnya. Sebagai organisasi


Mahasiswa Islam tertua di Indonesia yang terus konsisten dalam mencetak
insan yang beriman, berilmu dan beramal shaleh. Karena ditangan para
kader- kadernyalah masa depan bangsa ini berada.

2. HMI bukan sebuah organisasi yang hidup pada ruang hampa. Ia tumbuh dan
berkembang diatas dunia, pada sebuah wilayah yang disebut Indonesia.
Dunia dan segala sesuatu yang ada diatasnya terus mengalami perubahan
dan perkembangan, termasuk Indonesia. Maka HMI harus mampu merespon
perubahan zaman yang beragam, menerjemahkan tujuan, dan melakukan
visualisasi terhadap masa depan, tanpa meninggalkan marwah dan cita-cita
awalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Said Muniruddin, 2014, “Bintang Arasy”, Penerbit Syiah Kuala University Press,
Banda Aceh.

PB HMI, 2015, “ Tujuan HMI”, dalam Hasil-Hasil Keputusan Kongres HMI XXIX
di Pekanbaru PB HMI, Jakarta.

Ali Syari’ati , “Ideologi Kaum Intelektual” , Penerbit Free Islamic Literatures Inc,
Housten, Texas.

Basic Training : Panduan untuk kader HMI , Penerbit Bidang PA HMI Cabang
Ciputat, Periode 2016-2017.

Drs. H. Solichin 2010, HMI Candradimuka Mahasiswa , Penerbit Sinergi


Persedatama Foundation , Jakarta Pusat.

Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul , 44 Indikator Kemunduran HMI

Suharsono, 1997, “HMI: Pemikiran dan Masa Depan”, Penerbit CIIIS Press,
Yogyakarta.

PB HMI, 2000, Hasil Lokakarya Rekontruksi Pedoman Perkaderan HMI:


Konvegensi Paradigma Islam dalam upaya Rekayasa Peradaban
Kader menuju Harmonisasi Iman, Ilmu, dan Amal, PB HMI, Jakarta.

Khalid Alwalid, Tasawuf Mulla Shadra, konsep ittihad al-Aqil wa al-Ma’qul


dalam Epistemologi Filsafat Islam dan Makrifat Illahiyyah, Penerbit
Mutahhari Press, Bandung.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
20
FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA

Nama : Pigi Adi Mulyono

Tempat /Tanggal Lahir : Kutai Kartanegara, 14 September 1997

No. Telepon 082115591820

E-mail : pigiadim@gmail.com

Alamat : Jl. Sultan Alimuddin rt.21 Selili, Samarinda ilir

Asal Cabang : HMI Cabang Samarinda

Asal Komisariat : HMI Komisariat Untag’45

Jenjang Training yang di ikuti : LK II

Tujuan Mengikuti LK II : Melanjutkan jenjang training formal di Himpunan


Mahasiswa Islam sebagai upaya menuju
pengembangan dan pengabdian diri.

Demikian data yang saya berikan benar adanya dan saya bersedia menjadi calon
peserta pada pelaksanaan intermediate training (LK II) tahun 2019 yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda dengan mengikuti ketentuan dan
aturan yang ada.

Billahi Taufiq Walhidayah

Samarinda, 06 Desember 2019

Hormat saya

Pigi Adi Mulyono

Anda mungkin juga menyukai