Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa Yang senantiasa
terhatur kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua
ummat, yakni Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat beliau
yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis
kepada HMI Cabang Mempawah dan juga rekan-rekan kader HMI yang selalu
berjuang, yang selalu memberikan saran, koreksi dan motivasi yang sangat
membangun.
ii
pengetahuan. Dan dengan memanjatkan do’a dan harapan semoga apa yang
kita lakukan ini menjadi amal dan mendapat ridha dan balasan serta ganjaran
yang berlipat ganda dari Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hasil ciptaan manusia modern hingga saat ini karena naluri
bermasyarakat dan berkelompoknya itu tercipta berbagai jenis dan bentuk
organisasi sesuai dengan kepentingannya masing-masing, baik yang berada
dilingkungan kenegaraan maupun diluarnya, seperti organisasi yang bergerak
dibidang keniagaan, dibidang politik, dibidang sosial dan bahkan juga
organisasi-organisasi nirlaba seperti organisasi kemahasiswaan dan lain
sebagainya. Organisasi merupakan setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerjasama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat
seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok
orang yang disebut bawahan.1 Untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi
diperlukan manajemen yang mengatur keseluruhan aktivitas yang berkaitan
dengan organisasi agar berjalan dengan lebih teratur dan lebih terarah.
Menurut Terry, Manajemen adalah aktivitas melakukan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan melalui atau bersama orang lain.2 Perlu diketahui
bahwa hakikat fungsi dari manajemen yaitu untuk melakukan semua kegiatan-
kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam
batasan-batasan kebijakan umum yang telah ditetapkan. 3 Untuk menjalankan
manajemen organisasi tersebut, diperlukan para pemimpin sekaligus manajer
dengan beragam persyaratan yang menyangkut antara lain kemampuan
memimpin, pengetahuan dan keterampilan.
Pemimipin merupakan kunci penggerak dari organisasi. Dengan
begitu pentingnya seorang pemimpin sehingga berbagai usaha dilakukan
Hal.1.
1
secara intensif untuk mempersiapkan orang-orang yang mampu menjadi
pemimpin sekaligus memiliki kemampuan manajerial. Dalam suatu
organisasi, pemimpin merupakan faktor yang menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan organisasi. Sehingga diperlukan pemimpin yang memiliki
kepribadian yang kuat dan baik untuk membangun sebuah organisasi dan
menjalankannya untuk tetap menjaga eksistensinya.
Gordon Allport berpendapat bahwa kepribadian merupakan sesuatu
yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah
kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detailnya
Allport menjelaskan mengenai kepribadian yaitu bagian yang terorganisir
secara dinamis dari system psikofisik individu yang menetukan tingkah laku
dan pikiran individu secara khas.4
Secara bahasa ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kepribadian, diantaranya yaitu : Mentality yaitu situasi
mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental, Personality yaitu sebuah
totalitas karakter personal, Individuality yaitu sifat khas yang menyebabkan
seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lain, Identity yaitu sifat
kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya
terhadap sesuatu dari luar.5
Salah satu organisasi kemahasiswaan yang terbentuk hingga saat ini
yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Didalam HMI terdapat manajemen
yang kompleks dalam bentuk konstitusi HMI yang didalamnya mencakup
Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga(ART) dan Pedoman Pokok
HMI lainnya. Untuk menjalankan manajemen HMI diperlukan pemimpin yang
memiliki kemampuan dan keahlian dalam kepemimpinan yang akan
menduduki posisi sebagai ketua umum, baik tingkat Pengurus Besar (PB),
Badan Koordinasi (BADKO), Cabang maupun Komisariat. Akan tetapi seiring
dengan berjalannya waktu, manajemen yang ada di HMI mulai mengalami
kemunduran dan mengalami pelemahan dalam menjalankannya. Hal ini
ditunjukkan dari pudarnya eksistensi HMI di ranah masyarakat dan
dikalangan mahasiswa, kemudian hilangnya kesadaran kader akan jati dirinya
yang berazaskan islam, tidak konsistennya pengurus untuk menjalankan
tugas-tugasnya. Jika hal ini dibiarkan berlangsung semakin lama, maka HMI
tidak akan menghasilkan kader yang unggul dan siap untuk menjadi pemimpin
4 S. Suryabrata, Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Hal.44
5 Jalaludin, Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Hal.177-178
2
yang berkepribadian baik, karena masih belum memiliki sikap tanggungjawab
dan kesadaran akan dirinya dalam ber-HMI dengan segala aturan yang telah
ditetapkan berdasarkan konstitusi HMI.
Dari masalah-masalah yang muncul akibat melemahnya manajemen
dalam HMI saat ini, dirasa sangat perlu untuk melakukan rekonstruksi
didalam HMI terhadap manajemen perkaderan HMI untuk membangun dan
membentuk kembali kader yang siap untuk menjadi pemimpin yang memiliki
keteladanan dari kepribadiannya untuk masyarakat, bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirusmukan
permasalahnnya yaitu “BAGAIMANA MEREKONSTRUKSI MANAJEMEN
PERKADERAN HMI UNTUK MEMBENTUK PEMIMIPIN YANG
BERKEPRIBADIAN ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
6 Agus Salim Sitompul, 44 Indikator kemunduran HMI Suatu Kritik dan Koreksi Untuk
Kebangkitan Kembali HMI (50 Tahun Pertama HMI 1947-1997), Jakarta: CV Misaka Galiza,
2008, Hal.11
4
teknik diskusi, membentuk forum-forum kajian ilmu, cara menyampaikan
pendapat dengan baik, cara merencanakan suatu kegiatan dan lain sebagainya.
Sehingga dalam berorganisasi di HMI tidak hanya melakukan perkumpulan
ikut serta kegiatan tanpa mendapatkan manfaat yang lebih.
Tujuan mulia HMI merupakan harapan besar untuk menciptakan kader
dengan lima kualitas insan cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan
pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan yang bernafaskan islam dan
kulaitas insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur diridhoi Allah SWT.
Dengan kondisi HMI yang sekarang ini, kualitas insan citanya pun
masih belum terpenuhi dengan baik, yang pertama insan akademis, menjadi
insan akademis bukan hanya menyandang status sebagai mahasiswa akan
tetapi juga menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa yaitu menuntut
ilmu dan menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan tepat waktu,
menciptakan prestasi akademik, kemudian haus akan ilmu sehingga membuat
majelis kajian ilmu baik dalam forum maupun hanya komunikasi secara
personal sehingga membuka wawasan yang lebih luas sehingga mendukung
untuk berfikir secara rasional, objektif dan kritis. Jika seperti ini terus
berlanjut maka hanya akan ada pemimpin yang berintelektual rendah,
sedangkan yang akan dipimpinnya akan beragam tingkat pengetahuan dan
keilmuannya serta tantangan zaman yang akan dihadapinya dimasa yang akan
datang.
Kedua yaitu insan pencipta yang harus mampu memiliki gagasan dan
ide untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk kemajuan dan dapat
memperbaiki dan membangun kembali bagian-bagian yang rusak dengan
memanfaatkan potensi dalam bentuk kreatifitasnya. Seperti menciptakan
suasana yang aman nyaman dan kondusif baik dilingkungan keluarga,
organisasi maupun lingkungan sekitar, membuat suatu gagasan baru untuk
membangun organisasi, memberikan solusi untuk permasalahan yang terjadi
dan lain sebagainya. Sedangkan seorang pemimpin itu tidak hanya memiliki
potensi, akan tetapi juga membantu mengelola dan memfasilitasi potensi
anggotannya atau pengikutnya, jadi jika diri sendiri saja tidak dapat
5
menggunakan potensi diri bagaimana untuk menjadi pemimpin yang akan
menaungi banyak sumber daya yang beragam jenis potensi.
Ketiga insan pengabdi, kader yang seutuhnya menjadi insan pengabdi
ialah yang melakukan sesuatu dengan ikhlas demi kebaikan bersama, bukan
lagi melakukan sesuatu hal hanya untuk kepentingan pribadi lagi. Kader yang
mencapai sebagai insan pengabdi telah ikhlas mengamalkan ilmu, hasil dari
karyanya untuk kepentingan umum sesuatu hal yang salah karena sering
dilakukan dan tidak ditanggapi saat ini menjadi sesuatu hal yang biasa. Jika
saat ini calon pemimpin sudah terbentuk dengan kepribadian yang
individualistik, yang tidak peduli dan tidak tanggap akan lingkungan sekitar
maka belasan tahun atau puluhan tahun akan datang dengan segala
perkembangan dan kemudahan yang diciptakan akan membuat pemimpin
yang menyerahkan segalanya kepada kemauan pengikutnya atau anggotanya.
Atau bahkan anggotanya juga akan bersikap tak acuh dengan pemimpinnya
dan dunia ini akan hancur dengan keadaan seperti ini.
Keempat yaitu insan yang bernafaskan islam yaitu kader yang telah
menjadikan nilai-nilai islam sebagai hidupnya. Menjiwai, menjadikan pola
pikir dan pola perilakunya berdasarkan syariat islam sehingga setiap langkah
dan geraknya berdasarkan pada pedoman islam dan lillahi ta’ala. Kondisi
kader HMI saat ini menjadikan islam sebagai azas organisasinya, islam diakui
sebagai agamanya, akan tetapi islam tidak disertakan dalam segala aspek
kehidupannya. Pengakuan akan islam saat ini hanya sebatas beragama dan
pelaksanaan ibadah, akan tetapi banyak dari kader kita lupa bahwa kesadaran
akan islam bukan hanya sebuah status di KTP dan bukan hanya sebuah agama
turun temurun dari orang tua kita. Akan tetapi sadar secara utuh bahwa diri
mengakui dirinya islam dengan sadar mengucapkan dua kalimat syahadat dan
berserahkan keseluruh hidupnya dengan keyakinan kepada Allah SWT.
Bagian terakhir yaitu insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur diridhoi Allah SWT merupakan tahap perjuangan
yang akan dilakukan guna kemaslahatan umat. Yakin pada diri dan sadar
bahwa berkedudukan sebagai khalifah fil ard yang harus melaksanakan tugas-
tugas kemanusia ke arah kebaikan dan kebenaran. Sehingga kader yang telah
6
mencapai pada tahapan ini berani, yakin dan sanggup secara sadar untuk
mengemban tanggungjawab seluruh masyarakat, termasuk sanggup memikul
akibat-akibat dari apa yang perbuatannya untuk jalan kebenaran dengan
berani.
Dari kelima kualitas insan cita yang menjadi tujuan dari HMI telah
menggambarkan kesiapan HMI yang sebenarnya untuk membentuk kader
pemimpin umat yang berkualitas dan berkepribadian islami. HMI telah
mempersiapkan pemimpin yang ideal dengan kriteria berdasarkan kualitas
insan cita yang memiliki cakupan kecerdasan yang kompleks. Kecerdasan
pemimpin tersebut terbagi menjadi 3 yaitu kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).7
Orang yang memiliki IQ adalah orang yang mampu membedakan mana
yang benar dan mana yang salah. Kemampuan IQ ini memainkan potensi
logika, kemampuan berhitung dan menganalisa. 8 Bagi orang yang memiliki IQ
mempunyai banyak pilihan dalam mengambil suatu keputusan dan akan
mampu memilih yang terbaik baginya dan bagi yang dipimpinnya. Karena
pemimpin yang menggunakan IQ ini selalu menganalisa terlebih dahulu
sesuatu sebelum mengambil keputusan.
EQ adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar)
dan kemampuan dirinya unutk memainkan irama, nada, music serta nilai-nilai
estetika. Pemimpin yang memiliki kecerdasan ini biasanya lebih mudah
bergaul dan lebih supel. Dan yang terakhir yaitu SQ, SQ adalah kemampuan
seseorang untuk mendegarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral
dalam caranya menempatkan diri pada situasi dan lingkungan. IQ dan EQ
harus berdiri diatas SQ, sehingga potensi seorang pemimpin menghantarkan
kepada pribadi yang berakhlak mulia.9
Kelima kualitas insan cita tersebut telah menggambarkan penggunaan
dan kemampuan ketiga kecerdasan tersebut. Pada point pertama dan kedua
yaitu insan akademis dan pencipta merupakan termasuk dalam penggunaan
kecerdasan intelektual, kemudian pada point ketiga insan pengabdi
7 Rudy D. Wibawa dan Theo Riaynto, Siap Jadi Pemimpin ? Latihan Dasar Kepemimpinan,
Yogyakarta: Kanisius, 2012, Hal. 11
8 Arvan Pradiansyah, You are a leader: menjadi pemimpin dengan memanfaatkan potensi
terbesar yang anda miliki : kekuatan memilih!, Jakarta: Elek Media Komputindo, 2003, Hal.9
9 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcedentall Intelligent), Jakarta: Gema Insani, 2006,
Hal.49.
7
dibutuhkan kecerdasan emosional, point keempat yaitu insan yang
bernafaskan islam dibutuhkan kecerdasan spiritual dan point terakhir yang
kelima dibutuhkan ketiga kecerdasan secara bersamaan untuk mencapainya.
Apabila kader HMI memenuhi kelima kualitas insan cita ini maka sudah
terbentuk kepribadian dan kemampuan yang mumpuni untuk menjadi
seorang pemimpin baik bagi diri sendiri, masyarakat, bangasa dan Negara.
Untuk membangun kembali manajemen perkaderan HMI perlu adanya
kesadaran setiap kader untuk berubah dan kembali pada tujuan awalnya
sesuai dengan tujuan HMI. Oleh karena dalam HMI telah memiliki dasar yang
baik dalam memilih calon kader yaitu dengan syarat harus seorang mahasiswa
dan beragama islam, maka untuk membentuk lebih lanjut akan lebih mudah
karena telah memiliki kemampuan dasar. Beberapa cara yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Selalu mengkaji kembali konstitusi HMI agar lebih mengerti dan
memahami tiap pasal dari bab-bab yang terdapat di konstitusi,
sehingga organisasi tidak lagi berjalan dengan meraba-raba.
2. Bangun komunikasi yang lebih baik diantara kader agar dapat saling
bertukar pikiran dan ide serta dapat menjadi sarana memperbaiki dan
meminimalisir masalah akibat kurangnya komunikasi yang
mengakibatkan perbedaan persepsi.
3. Menanamkan kembali nilai-nilai keislaman yang merupakan azas dari
HMI dengan memperdalam ilmu agamanya dan mengamalkannya,
sehingga kader HMI benar-benar utuh menjalankan kehidupan sesuai
dengan syariat islam dengan pendalaman materi NDP dan diskusi
lainnya.
4. Selalu mem-follow up kembali kader-kader yang semangatnya mulai
menurun untuk ber-HMI agar tetap berada dan konsisten berproses.
Dapat juga membangun kembali manajemen perkaderan HMI
berdasarkan fungsi-fungsi dari manajemen. Terlebih dahulu perlu diketahui
beberapa fungsi-fungsi manajemen menurut Amsyah sebagai berikut :10
10 Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, Hal.
6
8
1. Perencanaan (planning) yang mencakup fungsi perencanaan dan
penganggaran (budgeting)
2. Pelaksanaan (operating) yang mencakup fungsi pengarahan
(directing), penggiatan (actuating), pengorganisasian (organizing)
dan koordinasi (coordinating)
3. Pengawasan (controlling) yang mencakup fungsi pengawasan,
penilaian (evaluating) dan pelaporan (reporting).
9
diperlukan komunikasi yang baik dengan cara berkoordinasi satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan kegiatan yang baik.
3. Pengawasan.
Pada tahapan ini kegiatan yang dilaksanakan perlu awasi agar tetap
berjalan sesuai dengan perencanaan dan dapat mengantisipasi secepat
mungkin kendala dan kesalahan yang terjadi pada proses pelaksanaan
kegiatan dengan cara mengevaluasi dan melakuakn pelaporan. Dengan adanya
pengawasan dapat mendeteksi dan melihat masalah yang terjadi terkait
dengan kader dan berhubungan dengan HMI, denga pendeteksian lebih awal
dapat dievaluasi untuk mencarikan solusi atas masalah-masalah para kader
sehingga kader tidak menjadi kader yang berlarut dengan keegosentrisan
akibat masalah yang tercipta dan kader yang lepas tanggungjawab dari
masalah. Kemudian kader seharusnya membiasakan melaporkan kepada
pengurus HMI akan segala permasalahan terkait dengan keberlangsungan
keorganisasian.
Berdasarkan pada tahapan fungsi manajemen diatas manajemen
perkaderan HMI dapat direkonstruksi untuk keberlangsungan organisasi yang
lebih baik. Sehingga dari hasil rekonstruksi manajemen perkaderan ini
menghasilkan kader yang siap menjadi pemimpin dan memiliki kepribadian
yang mulia. Sebagaimana dengan tokoh teladan umat yaitu Nabi Muhammad
SAW.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan lingkungan dan arus perkembangan zaman, berdampak
terhadap manajemen perkaderan HMI, karena sesungguhnya manusia itu
cenderung berubah-ubah. Sehingga banyak menimbulkan permasalahn pada
kader-kader HMI yang berdampak signifikan terhadap organisasi HMI sendiri.
Oleh karena itu dibutuhkan rekonstruksi manajemen perkaderan HMI untuk
membentuk pemimpin yang kepribadian mulia.
Rekonstruksi manajemen perkaderan HMI ini dalam membentuk
pemimpin yang berkepribadian mulia mencakup beberapa hal diantaranya
sebagai berikut : mengkaji kembali konstitusi HMI agar lebih mengerti dan
memahami tiap pasal dari bab-bab yang terdapat di konstitusi, membangun
komunikasi yang lebih baik diantara kader agar dapat saling bertukar pikiran
dan ide serta dapat menjadi sarana memperbaiki dan meminimalisir masalah
akibat kurangnya komunikasi yang mengakibatkan perbedaan persepsi,
menanamkan kembali nilai-nilai keislaman yang merupakan azas dari HMI
dengan memperdalam ilmu agamanya dan mengamalkannya, sehingga kader
HMI benar-benar utuh menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat islam
dengan pendalaman materi NDP dan diskusi lainnya, mem-follow up kembali
kader-kader yang semangatnya mulai menurun untuk ber-HMI agar tetap
berada dan konsisten berproses.
Dapat juga merekonstruksi dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen yaitu dengan beberapa tahapan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan serta pengawasan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Sitompul, Agus Salim. 2008. 44 Indikator kemunduran HMI Suatu Kritik dan
Koreksi Untuk Kebangkitan Kembali HMI (50 Tahun Pertama HMI 1947-
1997). Jakarta: CV Misaka Galiza.
Wibawa, Rudy D. dan Theo Riayanto. 2012. Siap Jadi Pemimpin ? Latihan
Dasar Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius.
Website :
Interwiki. (2016, Juni 11). Zoon Politikon. Retrieved November 13, 2016, from
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon.
12