Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODEL KEPEMIMPINAN RASULULLAH UNTUK MEWUJUDKAN


PEMIMPIN YANG ADIL DAN BIJAKSANA

Disusun:
Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padangsidimpuan

Oleh :
FEBRIZAL RAHMAD ZADID

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) KOMISARIAT


TARBIYAH CABANG PADANGSIDIMPUAN
2020
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi dan Rasul,
Sang Revolusioner sejati, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman kebodohan menuju kehidupan yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Model
Kepemimpinan Rasulullah untuk Mewujudkan Pemimpin yang Adil dan
Bijaksana” ini untuk memenuhi syarat mengikuti Intermediate Training (LK II)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padangsidimpuan.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kanda-kanda, ayunda-ayunda,
dan kawan-kawan yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak ada gading
yang tak retak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari kawan-kawan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti Intermediate
Training (LK II), semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan
tentang peran pemudi dalam pembangunan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................
A. Pengertian Kepemimpinan ............................................................................
B. Gaya Kepemimpinan Rasulullah ...................................................................
C. Implementasi Kader HMI terhadap Kepemimpinan Rasul ..........................
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu wadah atau
tempat beraktivitas bagi mahasiswa Islam dalam mengembangkan berbagai
kemampuan atau potensi yang dimiliki; baik dirinya sebagai mahasiswa,
dirinya sebagai bagian dari alam semesta, maupun dirinya sebagai bagian dari
mahluk ciptaan Tuhan yang Esa.1
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam merupakan sebuah organisasi
yang berada di lingkup nasional pertama sekaligus organisasi tertua di
Indonesia, terbukti bahwa sejak berdiri pada 5 Februari 1947, sampai sekarang
HMI masih tetap mampu menunjukkan jati diri sebagai organisasi mahasiswa
yang diperhitungkan di negeri ini. Sebagaimana tujuan HMI yaitu “terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta‟ala”. Maka dalam mencapai tujuan tersebut, kita selalu
diajarkan di HMI untuk memberikan yang terbaik dari kita untuk bangsa dan
negara. Maka, berikanlah, karena dengan memberi yang terbaik, kita akan
memperoleh yang terbaik juga, baik di dunia maupun di akhirat.2
Setiap lembaga ataupun instansi memiliki tujuan dan cita-cita di
dalamnya sebagai proses untuk mencapai tujuannya. Lembaga atau instansi
dalam beroperasi membutuhkan suatu kesatuan perangkat yang berhubungan
sebagai motor penggerak lembaga atau instansi yaitu kepemimpinan,
manajemen dan organisasi. Kepemimpinan memainkan peranan yang penting
dalam organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan
oleh sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut. Di samping itu faktor
yang sangat berperan penting adalah faktor kepemimpinan. Peran utama

1
Zakiul Fikri, Di Bawah Naungan Khittah Perjuangan HMI, (Yogyakarta: Istana Media,
2018), hlm. 45
2
Azhar, Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesejahteraan: Konteks Indonesia, “Journal of
Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia”, 1 (1).
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan atau kekuasaan yang
digunakan oleh pemimpin untuk menggerakkan para pengikutnya dalam
mencapai visi atau tujuan organisasi. Kepemimpinan dan pemimpin merupakan
dua hal yang berbeda, meskipun keduanya tidak benar-benar dapat dipisahkan.
Pemimpin lebih mengacu kepada seseorang atau sekelompok orang yang
memimpin suatu organisasi (people), sedangkan kepemimpinan diartikan
sebagai sistem atau koordinasi aktivitas dari para pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi (activity). Sistem tersebut mencakup budaya, nilai-nilai,
prosedur dan aturan-aturan yang berlaku untuk menata dan menjadi dasar
semua tindakan, perilaku dan pembuat keputusan.3
Membahas mengenai kepemimpinan tentu merupakan hal yang penting
dalam organisasi HMI, karena berorganisasi sangat membutuhkan seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk berperan dalam meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia. Daswati (2012) menyatakan bahwa para
pemimpin pada sebuah organisasi sedapat mungkin berperan sebagai penentu
arah bagi sumber daya manusia dan sedapat mungkin menjadi agen perubahan,
juru bicara dan pelatih. Berperan tidaknya seorang pemimpin dalam
mensukseskan organisasi tercermin pada gaya kepemimpinan yang diterapkan
untuk mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan yang dimaksud
adalah gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan pengikutnya dengan
maksud mampu membuat pengikutnya beraksi bersama-sama untuk mencapai
tujuan suatu organisasi.4
Sebagai umat Islam tentunya contoh pemimpin yang paling ideal untuk
diikuti adalah Rasulullah Shalallahu „alaihi Wasallam. Kepribadian Rasulullah
SAW sebagai manusia yang kepemimpinannya patut diteladani adalah
ketangguhan beliau untuk menjadi pribadi yang tidak dipengaruhi keadaan
3
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2016), hlm. 24.
4
Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan dengan Gaya Kepemimpinan Menuju
Kesuksesan Organisasi, “Jurnal Academica Fisip Untad”, 04 (01).
masyarakat di sekitarnya yang masih jahiliyah. Kepribadian yang dimiliki oleh
Nabi Muhammad SAW sebagai kepribadian yang terpuji dan sempurna,
terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul Allah, yang meliputi
shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Dalam sejarah tercatat bahwa sosok
Nabi Muhammad SAW berperan tidak hanya sebagai pemimpin dalam satu hal
saja, melainkan sebagai pemimpin dalam segi kehidupan meliputi politik,
ekonomi, militer, maupun dakwah. Rasulullah sangat memperhatikan
kebutuhan masyarakat, mendengar keinginan dan keluhan serta memperhatikan
potensi yang ada dalam masyarakat.5 Gaya kepemimpinan Rasulullah SAW
inilah yang diharapkan dapat diterapkan dalam pribadi kader HMI. Dengan
mencontoh gaya kepemimpinan beliau, kita sebagai kader HMI akan mampu
setidaknya menyempurnakan akhlak kita dan dapat memimpin HMI di masa
mendatang, sehingga diharapkan bisa bangkit kembali dan merajut masa
kejayaan HMI.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan Rasulullah Shalallahu „alaihi Wasallam?
3. Bagaimana implementasi kader HMI dalam mewujudkan gaya
kepemimpinan Rasulullah Shalallahu „alaihi Wasallam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Rasulullah Shalallahu „alaihi
Wasallam.
3. Untuk mengetahui implementasi kader HMI dalam mewujudkan gaya
kepemimpinan Rasulullah Shalallahu „alaihi Wasallam.

5
Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-Sifat
Rasulullah, “Jurnal Al-Bayan”, 22 (33).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris leadership yang berasal
dari kata leader. Kata leader muncul pertama kali pada tahun 1300-an,
sedangkan kata leadership muncul kemudian sekitar tahun 1700-an. Ada
banyak definisi kepemimpinan, salah satunya Ott (1996) mengungkapkan
definisi kepemimpinan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di
dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku orang
lain. Locke et al., (1991) juga mendefinisikan kepemimpinan sebagai
proses dalam membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu
sasaran bersama. Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Soehardi Sigit
dalam bukunya Teori Kepemimpinan Dalam Manajemen, mengutip
pendapat George R. Terry yang mengatakan bahwa, “leadership is the
relationship in which one person, the leader, influences the others to work
together willingly on related task to attain that which the leader desire”
(Kepemimpinan adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang dan
pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk
mencapai keinginan sang pemimpin).6
Sedangkan kepemimpinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah suatu bentuk cara memimpin. Hal tersebut memiliki arti bahwa
kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan atau kemampuan untuk
mempengaruhi atau mengajak orang lain dalam usaha mencapai suatu
tujuan bersama. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan mengenai kepemimpinan, bahwa masalah kepemimpinan
adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik
itu dengan membujuk maupun mempengaruhi. Maka dari itu, dapat
6
Deddy M., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012),
hlm. 75.
dipahami bahwa tugas seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinanannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam
melaksanakan program yang ada, tetapi lebih dari itu ia juga harus mampu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya atau masyarakatnya untuk turut
andil berperan secara aktif, sehingga akan memberikan kontribusi yang
positif pula.7
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan atau kekuasaan yang
digunakan oleh pemimpin untuk menggerakkan para pengikutnya dalam
mencapai visi atau tujuan organisasi. Kepemimpinan dan pemimpin
merupakan dua hal yang berbeda, meskipun keduanya tidak benar-benar
dapat dipisahkan. Pemimpin lebih mengacu kepada seseorang atau
sekelompok orang yang memimpin suatu organisasi (people), sedangkan
kepemimpinan diartikan sebagai sistem atau koordinasi aktivitas dari para
pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi (activity). Sistem tersebut
mencakup budaya, nilai-nilai, prosedur dan aturan-aturan yang berlaku
untuk menata dan menjadi dasar semua tindakan, perilaku dan pembuat
keputusan.

2. Komponen Utama dalam Pengertian Kepemimpinan


a. Visi atau Misi dan Tujuan
Visi adalah gambaran masa depan suatu organisasi yang akan
dicapai atau dibentuk. Visi baru bermakna jika semua pihak yang
terkait menjiwai dan mendukung serta melakukan tindakan yang tepat.
b. Pemimpin dan Kemampuannya
Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan pengikut sangatlah
penting, karena tanpa kemampuan untuk menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas organisasi akan membuat kondisi yang kacau
balau. Kepemimpinan mengatur tata cara yang mempengaruhi aktivitas
para pengikutnya, dan tidak asal memerintah.

7
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
c. Pengikut
Pemimpin tidak dapat bekerja dengan tangan sendiri. Seseorang
dapat menjadi pemimpin jika sekurangnya didukung satu pengikut.
Pemimpin adalah seseorang yang memberi perintah kepada
pengikutnya. Memimpin berarti maju terus, menunjukkan jalan dan
memberi inspirasi kepada pengikut untuk mengikutinya.
d. Proses atau Gerakan
Gerakan pencapaian visi dapat dilakukan dengan salah satu atau
lebih strategi. Gerakan tersebut dapat dipicu berbagai cara seperti
pemberian hadiah/reward kepada pengikut, mengancam pengikut,
memberi penjelasan secara umum (public speaking), persuasi/ motivasi
dan memberi tauladan (role models).
e. Kemampuan
Kemampuan kadang memerlukan kekuasaan. Kemampuan
bukanlah pengetahuan ataupun sains. Kekuasaan dapat dimiliki oleh
pemimpin untuk memerintah atau mendorong proses gerakan
pencapaian visi organisasi. Kekuasaan bisa diperoleh secara pasif
maupun aktif. Pemimpin bisa diangkat menjadi pimpinan atau pejabat
oleh atasan yang lebih tinggi, pemimpin tersebut berarti pasif. Secara
aktif, pemimpin bisa mengangkat dirinya sendiri, karena punya
kekayaan, status, keahlian tertentu atau dipromosikan oleh pihak lain.
Selain itu secara aktif juga bisa terjadi jika calon mempromosikan
dirinya sendiri sebagai pemimpin dihadapan orang-orang yang berhak
memilih.

B. Gaya Kepemimpinan Rasulullah


Nabi Muhammad SAW dikirim sebagai rahmat untuk menunjukkan
kepada umatnya jalan yang lurus serta mengeluarkan mereka dari kegelapan
menuju cahaya, keimanan dan pengetahuan. Kepribadian yang dimiliki oleh
Nabi Muhammad SAW sebagai kepribadian yang terpuji dan sempurna,
terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul Allah, yang meliputi
shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.
1. Shiddiq memiliki arti jujur. Sebagai suri tauladan ummat manusia, Nabi
Muhammad selalu jujur dalam perbuatan dan perkataanya. Begitupun
sebaliknya, akan mustahil bagi Rasululloh untuk melakukan hal tercela
seperti berdusta dan munafik. Sedangkan kejujuran di dunia ini merupakan
hal yang tak ternilai harganya. Mungkin terlihat gampang dilakukan, namun
tanpa sadar mungkin kita pernah beberapa kali berbohong dengan
seenaknya. Yang bisa kita lakukan untuk meniru sifat Nabi yang satu ini
adalah dengan mencoba bersikap jujur tak hanya pada orang lain, namun
mulainya jujur pada diri sendiri. Memang sulit, tetapi lambat laun akan
membuat kita terbiasa. Apalagi menjadi orang yang dapat dipercaya
merupakan sesuatu yang langka dan sulit saat ini.
2. Amanah yang memiliki makna dapat dipercaya. Tak mengherankan jika
Nabi selalu menjadi sosok yang dimintai nasihat dan pendapat oleh para
sahabat karena sifatnya yang dapat dipercaya. Apapun yang dilakukan oleh
Nabi tentu saja dengan pertimbangan matang seperti ketika diminta
memutuskan suatu perkara atau menjadi hakim. Ketika kita sudah memiliki
sifat dasar jujur, maka bukan hal yang sulit untuk membuat diri kita menjadi
orang yang dapat dipercaya. Selalu sampaikan kebenaran maka orang di
sekitar pun akan mempercayai kita sepenuhnya.
3. Tabligh atau menyampaikan. Nabi Muhammad SAW menerima wahyu
berupa kitab suci Alquran yang harus disampaikannya pada seluruh ummat
manusia. Selain itu, Nabi terus berusaha menyebarkan agama Islam lewat
dakwah yang dilakukannya. Kita juga harus mengikuti jejak Nabi untuk
menyebarkan kebaikan dan perintah serta larangan Allah SWT dalam
Alquran.
4. Fathonah atau cerdas. Mustahil bagi Nabi Muhammad memiliki sifat bodoh
atau dungu. Rosululloh merupakan orang yang cerdas dan berwawasan luas
serta selalu memutuskan sesuatu dengan pikiran jernih tanpa melibatkan
emosi. Sama halnya dengan Nabi, kita pun harus memiliki kecerdasan dalam
kehidupan sehari-hari, namun jangan sekali-kali menyalahgunakan
kecerdasan kita untuk perbuatan buruk.
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi
tingkah laku orang lain yang dipimpinnya. Istilah pengaruh yang disebutkan
dalam definisi di atas adalah daya yang timbul dari seseorang yang ikut
membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan seseorang
tersebut. Nabi Muhammad SAW membuktikan bahwa seorang pemimpin yang
baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar melayani orang lain untuk
bisa unggul dalam kehidupan. Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai
pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin
sosial, pemimpin agama, pemimpin umat, pemimpin para nabi dan rasul-Nya,
dan pemimpin seluruh alam telah mengeluarkan bangsa Arab khusunya dan
manusia dari jeratan kebodohan akidah dan syariat ketuhanan.8 Kecerdasan,
spiritualitas, serta potensi-potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan
umat Islam saja, namun juga datang dari banyak ilmuwan barat, seperti
Michael H. Hart yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan
tokoh urutan pertama dari seratus tokoh yang paling memberikan pengaruh
dalam sejarah peradaban umat manusia.
Nabi Muhammad SAW selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak pernah memaksakan
kehendakanya kepda orang lain. Beliau meyakinkan pengikutya supaya dapat
mengikuti perintahnya dengan sukarela. Beliau adalah pemimpin yang tegas,
tidak kompromi terhadap kebatilan dan selalu mengakkan kebenaran.
Ketegasan tersebut tercermin dalam peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW
menolak untuk memberikan kekuasaan pemerintah pada dua orang dari Kabilah
al-Asy’ari, nmun beliau justru memberikan jabatan pemerintahan kepada Abu
Musa al-Asy’ari dan Mu’adz ibn Jabal.9

8
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 28.
9
Rifqi Muhammad Fatih, Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,
“Refleksi Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin XII”, 3, 248
Beberapa bukti kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di atas, maka
tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah model pemimpin
umat yang paling agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karisma
kepemimpinanannya bukan hanya keperkasaan, kecerdasan, akhlak karimah,
keimanan, keislaman, ketauhidan dan ketakwaan yang dimilikinya, melainkan
juga anugerah Allah yang menjadikannya manusia pilihan dan manusia
sempurna.

C. Implementasi Kader HMI terhadap Kepemimpinan Rasulullah


Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW selalu didasarkan pada prinsip
musyawarah, terbuka terhadap gagasan orang lain dalam mewujudkan visi atau
tujuannya. Beliau mampu meyakinkan orang lain dan gagasannya menjadi
inspirasi para pengikutnya. Contohnya, dalam perang Uhud, sebelum dimulai
Nabi Muhammad SAW melakukan musyawarah dengan pengikutnya
membahas mengenai strategi perang, mempertimbangkan berbagai pilihan dan
mencapai kesepakatan bersama meskipun beliau memiliki pandangan sendiri
atas persoalan tersebut.
Keadilan juga merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam Nabi
Muhammad SAW yang tidak diragukan lagi. Beliau selalu melerai dan menjadi
penengah pihak yang berselisih ataupun bertikai sehingga hukum bisa
diterapkan. Membahas tentang kesetaraan, Nabi SAW selalu memberikan hak
dan kesempatan yang sama kepada semua warga tanpa memandang ras,
keyakinan ataupun asal-muasal. Kebebasan berekspresi merupakan hak yang
diberikan kepada siapa saja untuk menyuarakan kepedulian, persetujuan atau
saran atas suatu persoalan yang mempengaruhi kesejahteraan. Nabi
Muhammad SAW selalu mendengarkan pandangan orang lain dengan seksama,
dengan tubuh condong ke arah orang yang sedang berbicara tersebut sebelum
beliau berkomentar dan mengambil keputusan.10
Integritas Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin universal diakui
oleh pengamat Barat dan non-muslim. Karakteristik yang ada pada Nabi

10
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, hlm. 46.
Muhammad SAW melambangkan jenis kepemimpinan yang harus dimiliki
setiap pemimpin, terutama para kader HMI, baik itu dalam mengelola tim,
organisasi dan bangsa. Karakter Nabi Muhammad SAW merupakan
perwujudan suri tauladan kepemimpinan yang baik bagi semua orang dan
sangat patut dicontoh oleh kader-kader HMI. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Ismail Noor, keagungan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW merupakan
sumber inspirasi oleh berbagai tipe orang berpengaruh baik itu negarawan,
militer, pemimpin politik maupun pemimpin agama. Para kader HMI sudah
seharusnya meneladani kepemimpinan dan gaya kekuasaan Nabi Muhammad
SAW. Penggunaan kekuasaan dinyatakan sah apabila dipakai secara adil dan
dengan cara yang baik serta etis untuk mencapai tujuan organisasi. Kader-kader
HMI inilah yang diharapkan dalam menggunakan kekuasaan dan menjadi
pemimpin akan mempengaruhi tingkah laku dari pengikutnya untuk suatu
kebaikan dari organisasi bukan keuntungan pribadi.
Berdasarkan hasil penelusuran kriteria dan gaya kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW menunjukkan bahwa beliau memiliki karakter teladan
kepemimpinan yang baik bagi semua orang terutama bagi kader HMI. Beliau
adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh pada manusia.
BAB III
KESIMPULAN

Gaya atau model kepemimpinan yang ditemukan dan dicontohkan pada


Nabi Muhammad SAW memenuhi kriteria dan teori bahasa kepemimpinan
yang telah dicetuskan oleh pakar kepemimpinan di abad modern ini. Maka dari
itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar
seorang pemimpin dengan dibuktikannya melalui bahasa yang digunakan. Gaya
atau model kepemimpinan yang digunakan Nabi Muhammad SAW ketika
menjadi seorang pemimpin lebih dominan menggunakan gaya ketika
memberikan penghargaan dan hukum aturan yang dibuat daripada memberikan
sebuah ancaman atau hukuman.
Karakteristik yang ada pada Nabi Muhammad SAW melambangkan jenis
kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin, terutama para kader HMI,
baik itu dalam mengelola tim, organisasi dan bangsa. Karakter Nabi
Muhammad SAW merupakan perwujudan suri tauladan kepemimpinan yang
baik bagi semua orang dan sangat patut dicontoh oleh kader-kader HMI.
Kader-kader HMI inilah yang diharapkan dalam menggunakan kekuasaan dan
menjadi pemimpin akan mempengaruhi tingkah laku dari pengikutnya untuk
suatu kebaikan dari organisasi bukan keuntungan pribadi. Keadilan juga
merupakan tonggak kedua kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang tidak
diragukan lagi yang patut dicontoh para kader HMI. Dalam mewujudkan
pemimpin yang adil kader HMI bisa meneladani salah satu dari beliau yaitu
selalu melerai dan menjadi penengah pihak yang berselisih ataupun bertikai
sehingga hukum bisa diterapkan. Kemudian membahas tentang kesetaraan,
Nabi SAW selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada semua
warga tanpa memandang ras, keyakinan ataupun asal-muasal.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Azhar, Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesejahteraan: Konteks Indonesia,
“Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia”, 1 (1).
Daswati, Implementasi Peran Kepemimpinan dengan Gaya Kepemimpinan
Menuju Kesuksesan Organisasi, “Jurnal Academica Fisip Untad”, 04 (01).
Deddy M., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Press,
2012.
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad.
Rifqi Muhammad Fatih, Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,
“Refleksi Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin XII”, 3, 248
Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan dalam Islam (Kajian Historis Filosofis)
Sifat-Sifat Rasulullah, “Jurnal Al-Bayan”, 22 (33).
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangannya,
Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Zakiul Fikri, Di Bawah Naungan Khittah Perjuangan HMI, Yogyakarta: Istana
Media, 2018.

Anda mungkin juga menyukai