Anda di halaman 1dari 18

KONSEPTUALOSASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM

PEMBANGUNAN DAERAH

Disusun untuk melengkapi persyaratan peserta Intermediate Training


(LKII)
OLEH :
AHMAD AKBAR

INTERMEDIATE TRAINING

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG TUAL – MALUKU

i
CURICULLUM VITAE

Nama : Ahmad Akbar

Tempat/tanggal lahir : sungguminasa 3 Maret 2001

Asal komisariat : Komisariat Nobel

Asal Cabang : Makassar

Asal Badko : Sul-SelBar

Asalan mengikuti Lk II : sebagai media belajar dan mengasah nalar nalar kritis,

dan ingin menjadi ketua komisariat

ii
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-nya sehingga makalah yang berjudul “Konseptualosasi kepemimpinan Islam
Dalam Pembangunan Daerah” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalh ini di
susun untuk memenuhi persyaratan mengikuti Latihan Kader II (intermediate
Training) cabang Tual.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada para pihak dan rekan-
rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusun tidak
luput dari kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Makassar, 10 September 2023

Ahmad Akbar

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................5
1.1.Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3.Tujuan Penulisan..................................................................................................6
1.4.Manfaat penelitian...............................................................................................6
1.5.Metode Penulisan.................................................................................................6
1.6.Sitematika penulisan............................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................8
PEMBAHASAN...........................................................................................................8
2.1.pengertian kepemimpinan....................................................................................8
2.2.Syarat Kepemimpinan Islam..............................................................................10
2.3.Perinsip Kepemimpinan Islam...........................................................................10
2.4.Tugas dan fungsi kepala desa/daerah................................................................12
2.5.Sistem Pembangunan Desa................................................................................13
2.6.Pandangan Hukum Islam Terhadap Peran Kepemimpinan Kepala Desa...........14
BAB III.......................................................................................................................16
PENUTUP..................................................................................................................16
3.1Kesimpulan..........................................................................................................16
3.2Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep kepemimpinan dalam islam memiliki dasar-dasar yang sangat kuat


dan tokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun telah
diperaktekkan sejak abad-abad yang lalu.

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau


pemimpin, mempempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
ugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut stoner, kepemimpinan dapat di
definisikan sebagai sesuatu proses pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekolompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Kepemimpinan sebenarnya merupakan keharusan perwujudannya dan


memiliki aturan-aturan. Namun dalam fakta sejar tidak sedikit pemimpin yang
menghalalkan segala cara dalam meraih kursi kepemimpinan nya.

Kehadiran HMI sebagai organisasi islam dan perjuangan di tengah-tengah


perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan menuntut kader-kadernya untuk menjadi
fenomena baru dalam instrumen dakwah perjuangan organisasi islam ditengah
masyarakat. Kader HMI harus mampu menjamin kontinuitas (keberlanjutan)
pergerakan mahasiswa dan mampu membntu masyarakat dalam menghadapi dampak
buruk dari dinamika perubahaan kepemimpinan.

Dengan mengambil basis eksternal, HMI memposisikan dirinya sebagai


organisasi perjuangan yang memiliki peran dan fungsi dalam mengontrol kebijakan-
kebijakan serta setiap perubahaan sosial yang dapat merugikan masyarakat sekaligus
melakukan usaha-usaha pengabdian kepada masyarakat dalam rangka untuk menjaga
negara.

5
1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang serta beberapa teori diatas penulis
merumuskan beberapa masalah pada makalah ini :

1. Apa saja pernan dan fungsi kepempinan dalam padangan islam ?


2. Apa dampak kepemimpinan islam dalam pembangunan daerah ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari isi maklah ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja peran dan fungsi kepemimpinan dalam


padangan islam
2. Untuk mengetahui apa dampak kepemimpinan islam dalam pembangunan
daerah

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapar diperoleh dari isi makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Bagi penulis makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam.
2. Makalah ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan akan peran
dan fungsi kepemimpinan dalam pandangan islam, dan dampak
kepemimpinan islam dalam pembangunan daerah.
3. Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi kader-kader HMI
dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai agen perubahan di
dalam masyarakat.

1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan dalam penyelesaian makalah ini adalah


metode deskriptif yang bersifat studi literatur yang dilakukan untuk mendukung
jalannya penulisan mulai dari awal hingga penyusunan akhir makalah ini. Selain studi
literatur dilaksanakan guna mendapatkan dasar teori yang kuat berkaitan dengan
makalah ini sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembhasaan. Studi

6
literatur meliputi pengumpulan data dan informasi dari buku dan jurnal-jurnal yang
mempunyai relevan dengan bahasa dalam makalah ini, serta masukan dari senior dan
kawan-kawan seperjuangan HMI.

1.6. Sitematika penulisan

1. Pendahuluan
2. Pembahasan
3. penutup

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. pengertian kepemimpinan

kepemimpinan jauh hari sudah dilakukan oleh para ahli manajemen.


Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan dan meyakinkan
bawahan atau staf agar secara suka rela melakukan aktivitas kerjasama mencapai
tujuan. Menurut Soepardi sebagaimana dikutip Mulyasa, kepemimpinan didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak,
mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan
bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi
secara efektif dan efisien.

Dari beberapa konsep kepemimpinan tersebut di atas mengindikasikan, bahwa


di dalam suatu kepemimpinan diperlukan adanya kemampuan kepemimpinan
individu yang diserahi tanggung jawab memimpin, kemampuan komunikasi dengan
bawahan/staf, adanya individu yang menjadi bawahan/staf, dan adanya kepengikutan
bawahan/staf terhadap pemimpin. Keempat hal tersebut menjadikan aktifitas
kepemimpinan dapat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.

Dalam Islam, konsep kepemimpinan diyakini mempunyai nilai yang khas dari
sekedar kepengikutan bawahan dan pencapaian tujuan organisasi. Ada nilai-nilai
transendentalyang diperjuangkan dalam kepemimpinan Islami dalam organisasi
apapun. Nilai-nilai tersebut menjadi pijakan dalam melakukan aktifitas
kepemimpinan. Terkait dengan hal ini, Saksono menyatakan bahwa dengan melihat
akar kata "ra'in" (‫( راع‬yang berarti pemimpin sebagaimana dalam sabda Rasulullah
Saw:

‫ؤل عن رعیتھ‬H‫ كللكم راع فمس‬:‫ال‬HH‫لم ق‬H‫لى هللا علیھ وس‬H‫ ان رسول هللا ص‬.‫حدیث عبد هللا بن عمر رضي هللا عنھما‬
‫ة‬H‫رأة راعی‬H‫ والم‬.‫ؤل عنھم‬H‫و مس‬H‫ل بیتھ وھ‬H‫ل راع على اھ‬H‫ والرج‬.‫فاالمیر الذي على الناس راع وھو مسؤل عنھم‬
‫ اال فكلكم راع و كللكم‬،‫ؤل عنھ‬H‫و مس‬HH‫یده وھ‬H‫ال س‬HH‫د راع على م‬HH‫ والعب‬.‫ؤلة عنھم‬H‫ده وھي مس‬H‫ا وول‬HH‫على بیت بعلھ‬
‫ باب كرھیة التطاول على الرقیق‬17- :‫ كتاب العتق‬490 ‫اخرجھ البخارى فى‬- ‫مسؤل عن رعیتھ‬

Hadits Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “setiap kamu
adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai
pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin
terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah

8
suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang
hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta
pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah
pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.

Berdasarkan pendekatan fenomenologi huruf yang membentuk katanya


terdapat makna kepemimpinan dengan berbagai nilai dan karakter, serta cita-cita yang
harus diperjuangkannya. Pendekatan fenomenologi huruf ini tentu kurang
memuaskan sebagai kajian intelektual. Tetapi beberapa hasil penelusurannya dapat
dijadikan bahan renungan dalam menjalankan aktivitas kepemimpinan Islami. 5
Rahman menyatakan bahwa kepemimpinan Islami adalah upaya mengungkap
kepribadian Muhammad Saw. dalam menjalankan kepemimpinan. Berdasarkan
temuannya, ada beberapa nilai yang menjadikan kepemimpinan Muhammad Saw.
sukses, yaitu: 1) mutu kepemimpinan; 2) keberanian dan ketegasan; 3) pengendalian
diri; 4) kesabaran dan daya tahan; 5) keadilan dan persamaan; 6) kepribadian; dan 7)
kebenaran dan kemuliaan tujuan. Nilai-nilai tersebut dicontohkan langsung, sekaligus
menjadi teladan pengikutnya, sehingga menimbulkan kepatuhan dan kepengikutan
secara sukarela.

Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keterampilan yang mumpuni,


khususnya hal-hal yang bersifat strategis yang menjadi ranah seorang pemimpin.
Menurut Usman ada beberapa keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
dalam menjalankan perannya dengan baik, yaitu:

a Keterampilan manajerial
1. Dalam konsep manajemen strategis syariah seorang pemimpin dituntut
memiliki keterampilan manajerial dalam mengelola organisasi yang
dipimpinnya, antara lain: Membuat rencana bisnis (bussiness plan)
2. Merencanakan struktur organisasi yang sesuai dengan tuntutan organisasi
serta merencanakan kebutuhan SDM yang sesuai rencana bisnisnya.
3. Membuat rencana operasional (operational plan), berupa rencana kerja,
program dan kegiatan, kebutuhan fasilitas dan peralatan operasional.
4. Membuat rencana anggaran tahunan
5. Membuat evaluasi dan pengendalian, melalui monotoring dan laporan secara
berkala mengenai perkembangan organisasi

b Keterampilan teknis

Selain memiliki kemampuan manajerial seorang pemimpin juga dituntut


memiliki keterampilan teknis (technical skill) di bidang yang berkaitan dengan
kegiatan bisnis utama (core bussiness) perusahaan. Pemahaman terhadap kemampuan
teknis ini penting agar pemimpin mengerti bagaimana seharusnya para staf atau
karyawan mengerjakan pekerjaannya. Kemampuan ini juga dapat bermanfaat agar

9
pemimpin mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesalahan yang
dilakukan bawahannya.

c Keterampilan interpersonal

Seorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan interpersonal


(interpersonal skill) yaitu kemampuan untuk membina hubungan baik, berkomunikasi
secara efektif, dan berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja,
bawahan dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam Islam, Rasulullah
SAW memberikan contoh kemampuan interpersonal ini dengan keteladanan dan
akhlak yang mulia. Seorang pemimpin harus berprilaku lurus, konsisten, jujur,
bertanggung jawab, ikhlas dan rela berkorban demi tugas yang diembannya.

d Keterampilan strategis

Keterampilan strategis (strategic skill) modal utama seorang pemimpin yang


sukses. Kemampuan strategis adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
memahami dan menjalankan strategi perusahaan beserta kendala yang dihadapidi
dalam perusahaan (lingkungan internal), memahami kondisi sosial, ekonomi, politik
(lingkungan eksternal) dan lingkungan persaingan industri, serta peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dalam mencapai tujuannya, juga kemampuan
menjalankan manajemen strategi agar tetap dalam koridor Islam.

2.2. Syarat Kepemimpinan Islam


Dalam syariat Islam semua urusan diatur, baik itu urusan yang berkaitan dengan
ketuhanan (hablun minallah) maupun yang berkaitan dengan manusia (hablun
minannas). Setiap manusia yang lahir di muka bumi pada hakikatnya adalah seorang
khalifah. Khalifah berarti makhluk yang mewakili Allah untuk menjaga dan
melestarikan bumi dalam balutan ibadah. Dalam hal kepemimpinan Islami sangat
tegas mengatur bahwa orang yang berhak memimpin suatu kaum haruslah orang-
orang pilihan yang memiliki syaratsyarat yang jelas.

1. Memiliki akidah yang benar


2. Memiliki ilmu pengetahuan
3. Memiliki akhlak yang mulia
4. Memiliki kecakapan manajerial.

2.3. Perinsip Kepemimpinan Islam

a Amanah

Dalam Kamus Kontemporer (al-Ashr) Amanah diartikan dengan kejujuran,


kepercayaan (hal dapat dipercaya).Amanah ini merupakan salah satu sifat wajib bagi
Rasul. Ada sebuah ungkapan “kekuasan adalah amanah, karena itu harus

10
dilaksanakan dengan penuh amanah”. Ungkapan ini menurut Said Agil Husin Al-
Munawwar, menyiratkan dua hal.Pertama, apabila manusia berkuasa di muka bumi,
menjadi khalifah, maka kekuasaan yang diperoleh sebagai suatu pendelegasian
kewenangan dari Allah SWT. (delegation of authority)karena Allah sebagai sumber
segala kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki hanyalah sekedar
amanah dari Allah yang bersifat relative, yang kelak harus dipertanggungjawabkan di
hadapan-Nya.

Kedua,karena kekuasaan itu pada dasarnya amanah, maka pelaksanaannya pun


memerlukan amanah. Amanah dalam hal ini adalah sikap penuh pertanggungjawaban,
jujur dan memegang teguh prinsip. Amanah dalam arti ini sebagai prinsip atau
nilai.Mengenai Amanah ini Allah berfirman:

‫ا‬HHHHHHHH‫أبین أن یحملنھ‬HHHHHHHH‫ال ف‬HHHHHHHH‫ماوات واألرض والجب‬HHHHHHHH‫ة على الس‬HHHHHHHH‫نا األمان‬HHHHHHHH‫ا عرض‬HHHHHHHH‫إن‬

)72 :‫زاب‬HHHHHHH‫وال (األح‬HHHHHHH‫ا جھ‬HHHHHHH‫ان ظلوم‬HHHHHHH‫ إنھ ك‬، ‫ان‬HHHHHHH‫ا اإلنس‬HHHHHHH‫ا وحملھ‬HHHHHHH‫فقن منھ‬HHHHHHH‫وأش‬
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dandipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

b Musyawarah

Musyawarah, apabila diambil dari kata kerja syawara yusyawiru atau syura, yang
berasal dari kata syawara yasyuru, - adalah kata-kata yang terdapat dalam al-Qur’an.
Yang pertama merujuk merujuk pada ayat 159 surat Ali Imran, sedangkan istilah
syura merujuk kepada al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 38. Selain dua istilah di atas
ada juga kata yang maknanya menunjukkan musyawarah yaitu kata i’tamir dalam
surat ath-Thalaq ayat 6. Adapun ayat-ayat tersebut di atas yaitu:

‫ ولو كنت فّظا غلیظ القلب النفضوا من حولك‬،‫فبما رحمة من هللا لنت لھم‬،

‫ فإذا عزمت فتوكل على هللا‬،‫فاعف عنھم واستغفر لھم وشاورھم في األمر‬،

)159 :‫إن هللا یحب المتوكلین (ال عمران‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

c Tanggung Jawab

11
Pengembangan tanggung jawab menjadi ciri dari kepemimpinan Islami.
Pemimpin Islamidiikat oleh suatu tanggung jawab untuk melindungi
bawahan/stafnya, dan memegang tanggungjawab legal terhadap diri sendiri dan
kegiatan bawahan/staf. Dalam terma tertinggi ia harus menjamin bahwa kemanfaatan
bagi seluruh anggota kelompok sebagai citacita tertinggi. Oleh karena itu,
pengembangan tanggungjawab dilakukan dengan bekerja sama antara seluruh
anggota kelompok, bukan sewenang-wenang, dan dengan metode yang manusiawi.

Prinsip tersebut ditegaskan oleh sabda Rasulullah Saw., bahwa setiap orang
adalah penanggungjawab bagi semua yang ada di bawahnya, dan untuk itu akan
dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Atas dasar inilah kepemimpinan
Islamimenuntut setiap personal pemimpin untuk dapat mengembangkan kelompok
masing-masing melalui nasihat, arahan, dan juga pelatihan, sehingga secara efektif
dapat mencapai sasaran dan membawa kebaikan untuk organisasi.

d Tidak Berat Sebelah

Prinsip dasar ini mewajibkan pemimpin Islami untuk tidak main-main dalam
mengambil kebijakan. Ia harus bertindak adil kepada seluruh subyek tanpa melihat
ras, warna kulit, kepercayaan, jenis kelamin, dan asal-usul. Prinsip ini akan
memunculkan kecintaan dan kepatuhan bawahan/staf secara optimal.

Kata “adil” ini merupakan serapan dari bahasa arab‘adl.Dalam Al-Qur’an istilah
adil menggunakan tiga term yaitu ‘adl, qisth dan haqq. Dari akar kata ‘a-d-l sebagai
kata benda, kata ini disebut sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Sedangkan kata
qisthberasal dari akar kata q-s-th, diulang sebanyak 15 kali sebagai kata benda.

2.4. Tugas dan fungsi kepala desa/daerah

Eforia masyarakat desa pascareformasi sangat memberikan pengaruh


terhadap delegitimasi kekuasaan di desa karena bangkitnya semangat kontrol
masyarakat desa terhadap pemerintahan desa. Kekuasaan kepala desa yang
tadinya absolut dan sentralistik secara pelan-pelan semakin dinamis oleh
demokratisasi, sehingga membuatnya lebih “hati-hati” dan bertanggungjawab
dalam mengelola kekuasaan di desa.

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon kepala desa
yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan. Pelaksanaan pemilihan kepala desa
harus bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil. Pemilihan
dilaksanakan pada hari, tanggal dan tempat yang telah ditentukan oleh panitia
pemilihan.

Secara eksplisit Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


Tentang Desa mengatur empat tugas utama Kepala Desa yaitu:

12
Menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa,
melaksanakan pembinaan masyarakat desa; dan memberdayakan masyarakat
desa. Dengan tugas yang diberikan, Kepala Desa diharapkan bisa membawa desa
ke arah yang diharapkan.

Pasal 6 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015
Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa mengatakan
bahwa Kepala Desa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan
ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,
administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.

2. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana


perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.

3. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban


masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.

4. pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi


masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

5. menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga


lainnya.

2.5. Sistem Pembangunan Desa

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa telah


melahirkan semangat baru dalam upaya membangun Indonesia kearah lebih baik.
Meskipun desa adalah tingkat pemerintahan paling rendah di Indonesia, tapi
membangun Indonesia tanpa melibatkan desa di dalamnya adalah suatu hal yang
sangat disayangkan.

Pasal 78 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengatakan


bahwa :

Ayat(1) pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan


masyrakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal,
serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.

Ayat (2) pembangunan desa meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan,


dan pengawasan

13
Ayat (3) pembangunan desa sebagaimana dimaksud ayat (2)
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan dan
kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial.

Dari uraian Pasal 78 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang


Desa, Pembangunan desa merupakan konsolidasi dari program/kegiatan di desa,
penguatan kelembagaan desa, perencanaan dan keuangan desa sekaligus sebagai
penguatan mekanisme representasi dan akuntabilitas di tingkat lokal.

2.6. Pandangan Hukum Islam Terhadap Peran Kepemimpinan


Kepala Desa

Kepala desan dalam periodenya dalam masa kepemimpinannya dinilai jujur


terhadap masyarakat dan bawahannya, sebagaimana dalam hadis yang
diwiriwayatkan oleh Bukhari:seorang pemimpin yang tidak memimpin rakyat dengan
jujur, niscaya tidak memperoleh bau surga.

Dari Ma’qil Ra berkata : saya akan ceritakan suatu hadist yang saya dengar dari
rosullullah, Rasulullah SAW bersabda: “seorang yang telah diberikan tugas oleh
Allah untuk memelihara rakyat, lalu ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya
dia tidak memperoleh bau surga” (H.R. Bukhari)

Hadits ini menerangkan tentangtugas kepemimpinanyang tidak


dilaksanakan dengan baik, berakibat bahwa si pemangku kepemimpinan atau
jabatan kepemimpinan itu tidak akan mencium bau surga. Setiap orang dituntut untuk
melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik

Kepemimpinan di dalam Islam merupakan usaha menyeru manusia kepada


amar makruf nahi mungkar, menyeru berbuat kebaikan dan melarang manusia
berbuat keburukan. Kepemimpinan Islam adalah perwujudan dari keimanan dan amal
saleh.

Setiap manusia yang terlahir dimuka bumi ini adalah pemimpin, setidaknya ia
adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin
pasti akan berimplikasi kepada apa yang ia pimpin. Karena itu, menjadi pemimpin
adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin,
karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu.

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari : setiap orang dari
kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya.

14
Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma berkata bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam
keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung
jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam
urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung
jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu
dalam urusan harta tuannya adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut".
Dia (Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma) berkata: "Aku menduga
Beliau juga bersabda: "Dan seorang anak laki-laki adalah
pemimpin dalam uruan harta bapaknya" (Hadist Riwayat bukhari)

Betapapun rumit suatu pekerjaan sebagai Kepala Desa, jika dihadapi


dengan jujur, amanah dan tanggunngjawab maka pada akhirnya akan dapat
dipecahkannya dan dapat diselesaikan dengan baik, meskipun butuh waktu lama.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kajian tentang konsep kepemimpinan jauh hari sudah dilakukan oleh para ahli
manajemen. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan dan
meyakinkan bawahan atau staf agar secara suka rela melakukan aktivitas kerjasama
mencapai tujuan. Sedangkan kepemimpinan Islami dipahami bukan sekedar
kemampuan individu untuk mempengaruhi seseorang agar bersedia melakukan
aktivitas, tetapi lebih dari itu, kemampuan tersebut diiringi dengan karakteristik
individu yang dekat dengan prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadits.

Di dalam al-Qur’ankepemimpinan diungkapkan dengan berbagai macam istilah


antara lain khalifah, Imam, Ulil Amri, dan yang lainnya. konsepkhalifah menekankan
pada kemampuan memimpin diri sendiri, yakni kemampuan mengarahkan diri sendiri
ke arah kebaikan, serta juga berlaku dalam kemampuan memimpin umat. Konsep
imam meunjukkan pada upaya memerintahkan kepada kebajikan sekaligus
melaksanakannya, dan juga menolong yang lemah sebagaimana yang diajarkan oleh
Allah swt. Sedangkan yang dimaksud dengan uli al-Amri adalah mereka yang
mengurusi segala urusan umum, sehingga mereka termasuk orang-orang yang harus
ditaati setelah taat terhadap perintah Rasul.

3.2Saran

Didalam ajaran kepemimpinan dalam islam agar di perhatikan atau terus di kaji,
karna Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keterampilan yang mumpuni,
khususnya hal-hal yang bersifat strategis yang menjadi ranah seorang pemimpin. Ada
beberapa keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan
perannya dengan baik, yaitu: Keterampilan manajerial (manajerial skill),
Keterampilan Teknis (Technical Skill), Ketrampilan Interpersonal (Interpersonal
Skill), Keterampilan Strategis (Strategic Skill).

Jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya dan juga
jangan melakukan pekerjaan didasari dengan sikap malas, jangan banyak bekerja
tetapi tidak mendatangkan manfaat, seperti pekerjaan-pekerjaan yang dilarang, atau
menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari kehidupan dunia dan meninggalkan
pekerjaan-pekerjaan untuk kehidupan akhirat

16
DAFTAR PUSTAKA

2533ISBN_KEPEMIMPINAN_ISLAMI_BARU.pdf. (n.d.).

354895-ekonomi-pembangunan-sebuah-tinjauan-teor-2c24a58a.pdf. (n.d.).

Buku Kepemimpinan Pendidikan 2020.pdf. (n.d.). Retrieved September 16, 2023,

from https://etheses.uinsgd.ac.id/35104/1/Buku%20Kepemimpinan%20Pendidikan

%202020.pdf

HARYATI.pdf. (n.d.).

Manajemen Kepemimpinan.pdf. (n.d.). Retrieved September 16, 2023, from

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/22249/1/Manajemen%20Kepemimpinan.pdf

17
18

Anda mungkin juga menyukai