Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING (LK II)

Landasan Ideologis HMI Dalam Membangun Pemimpin


Yang Demokratis di Kota Gorontalo

DISUSUN:
Untuk Melengkapi Syarat Mengikuti Training (LKII)
HMI Cabang Mojokerto

Oleh:
Ulfiyah Olii

Komisariat FIS UNG


HMI Cabang Gorontalo
2021
DAFTAR ISI

BAB I …………………………………………………………………………. 3

Latar Belakang ………………………………………………………................ 3

Pendahuluan …………………………………………………………………… 3

Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 4

Tujuan ………………………………………………………………………..... 4

BAB II ………………………………………………………………………… 5

Pembahasan …………………………………………………………………… 5

Pola Kepemimpinan HMI …………………………………………………….. 5

- Karakteristik Kepemimpinan …………………………………………. 6


- Kepemimpinan yang Efektif ………………………………………….. 7
- Ciri-ciri Pemimpin Dalam Islam ……………………………………... 9

Kepemimpinan HMI di Gorontalo ………………………………………….... 11

Kepemimpinan Demokratis ………………………………………………..… 13

Karakteristik Kepemimpinan Demokratis …………………………………… 15

BAB III

Kesimpulan ………………………………………………………………….. 16

Saran ………………………………………………………………………… 17

Daftar Pustaka……………………………………………………………….. 18

2
BAB I
Latar Belakang

I.I Pendahuluan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirkan pada tahun 1947 yang dipelopori oleh
Kakanda Lafran Pane bersama-sama dengan Kartono, Dahlan Husein dan Misroh Hila.
Semuanya merupakan mahasiswa aktif Sekolah Tinggi Islam, yang kemudian akhirnya
membicarakan bagaimana seharusnya mengahdapi tantangan zaman dan menyusun
pedoman sebagai penyalur cita-cita para cendikiawan Muslim muda agar sambil
mengejaar pendidikan akademisnya, juga menjunjung agama islam pada saat itu. Lafran
Pane menegaskan bahwa, keputusan yang tergesa-gesa untuk mendirikan organisasi
HMI disebabkan oleh kebutuhan mendesak bagi para cendikiawan muslim muda untuk
turut serta di dalam perjuangan kemerdekaan nasional. Ini bagi dirinya sendiri, berarti
tugas untuk melestarikan dan mengamankan ajaran-ajaran islam.
HMI memiliki watak kebebasan berpikir dan bertindak, hal yang demikian sangat
diperlukan untuk menemukan kebenaran akademis dan untuk menghindari sikap
membebek pada suatu golongan atau siapa pun itu. Hal yang demikian telah disepakati
bersama terhadap fitrah manusia (watak asli). Yang di mana sejak Tuhan menciptakan
manusia, bahwa umat manusia telah dikaruniai kebebasan bertindak dan berpikikir
kepadanya, supaya manusia dapat menjadi kreatif, dinamik, dan inovatif. Dengan
menjadi sebuah organisasi yang merdeka itu, HMI berharap untuk mampu lebih
tanggap, tangguh terhadap tugas-tugas pengawalan kepentingan nasional.
Dengan memiliki tujuan terhadap kepentingan bersama HMI demi terwujudnya
masyarakat adil makmur dan kepentingan nasional lainnya, yang diridhoi oleh Allah
SWT, Himpunan Mahasiwa Islam ( HMI) dapat menjadi proses dalam membentuk
kader sebagai calon pempimpin akan datang atau sebagai wadah pembentukan
kepemimpinan yang ideal menurut Agama dan Negara khususnya di Gorontalo. Semua
dapat dilihat dari tujuan HMI yang sangat mulia, yakni, terbinanya insan akademis,

3
pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat yang adil, dan makmur, yang di ridhoi Allah SWT.
HMI yang juga merupakan organisasi pengaderan, dengan menyediakan metode
pembelajaran ( basic training, intermediate training dan advent training ) menjadi
landasan para mahasiwa muslim guna memberikan keteremampilan krepemimpinan
pada setiap kader, dimaksudkan agar seluruh keterampilannya terarah dan dapat
merealisasikan segenap potensi dan kemampuannya guna berperan dalam pembangunan
bangsa Indonesia. Pembinaan kader HMI tersebut, berarti mempersiapkan kader-kader
muda untuk menjadi tenaga-tenaga kepemimpinan dan calon-calon pemimpin yang
tangguh, juga berkepribadian pancasila dan berdisipilin nasional yang sesuai asas HMI
yaitu, Pancasila.

II.I Rumusan Masalah


1. Peran Ideologis dalam kepemimpinan HMI?
2. Bagaiman Pengaruh kepemimpinan HMI di Gorontalo?
3. Bagaimana HMI Mewujudkan Pemimpin yang Demokratis?

III.I Tujuan Penelitian


Tulisan ini dibuat untuk menilik kembali masalah-masalah dalam kepemimpinan
HMI di Gorontalo
- mengidentifikasigaya kepemimpinan HMI serta
- menganalisis kepemimpinan HMI di Gorontalo
- Dapat memperbaiki kepemimpinan HMI di Gorontalo yang demokratis
- Sebagai bahan acuan referensi peneliti

4
BAB II

PEMBAHSAN

II.II Pola Kepemimpinan HMI

Memiliki kepribadian yang berjiwa kepemimpinan dan berkualitas bukanlah


sesuatu hal yang mudah. Masyarakat Indonesia telah mengalami fluktuasi tentang hal
itu. Sejarah bangsa telah melakukan sebuah proses pengujian terhadap komitmen,
konsisten, dan kapabilitas seorang pemimpin dalam membangun bangsa dan negara
(Noer, 1980 dan 1983; Rahardjo, 1993; Suryanegara, 1995; dan Saleh, 1996). Resistensi
masyarakat terhadap pola kepemimpinan seseorang merupakan indikasi lain terhadap
kualitas kepemimpinan pimpinan nasional. Dengan kata lain, gejala ini memberikan
sebuah inspirasi bahwa fenomena kepemimpinan, kualitas, atau leadership style,
menyimpan misteri tentang pola pembelajaran dan pemberdayaan kepemimpinan
seseorang (cf Cribbin, 1982; Dhofi er, 1982; Adiwikarta, 1984; dan Sunindhia &
Widiyanti, 1993). Implikasi dari pemikiran ini adalah terdapat satu kebutuhan untuk
mengeksplorasi, merumuskan dan mencuatkan pola pendidikan di luar sekolah sebagai
proses pengaderan anak bangsa untuk menjadi seorang pemimpin yang visioner dengan
tetap berlandaskan pada nilai-nilai moral, kebangsaaan, kemanusiaan, serta
kemoderenan.

Kepemimpinan adalah bagian cerminan dari suatu sistem sosial dan budaya; dan
inilah pertama-tama yang menentukan dan memberi warna pada corak kepemimpinan
yang berlaku (Burns, 1977; Cribbin, 1982; dan Keating, 1986). Oleh karena itu,
kepemimpinan harus berfungsi dalam melestraikan system sosial dan budaya dalam
suatu system sosial budaya yang bersangkutan. Dengan demikian, seorang pemimpin
(imam) adalah penguasa yang memegang otoritas dalam memutuskan sesuatu dan
mengikat orang banyak yang dipimpinnya (Mubarok, 2001:9).

5
Kepemimpinan ( leadership), memiliki banyak definisi yang berebda-beda dari
setiap orang. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.

Definisi tersebut memiliki implikasi sebagai berikut:

Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.


Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok
membantu menentukan status atau kedudukan pemimpin dan membuat proses
kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang
manajer akan menjadi tidak relevan.

Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak


seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para
anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara
langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.

Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau


pengikut, pemimpin dapat juga mengguunakan pengaruh-nya. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga
dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah-nya. Sebagai contoh
dalam perusahaan, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam
menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.

Karakteristik Kepemimpinan

Sifat-sifat Rosul Sebagai Etos Kerja


Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda Rasulullah
Saw. “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggngjawab terhadap
kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim) Setiap manusia pasti memerankan

6
suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh
dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan
bertanggungjawab terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh di keluarganya dan
bertanggungjawab terhadap asuhan-nya. Wanita adalah pengasuh di rumah suami-nya
dan bertanggungjawab pada asuhan-nya, pembantu adalah pengasuh harta majikan-
nya dan bertanggungjawab pada asuhan-nya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).
Dimensi Moral Kepemimpinan
Akhlak seorang muslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk diri-nya. Tidak
merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu. Apabila
diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup memikul,
hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus
memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa, dan
bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini
menjelaskan hal tersebut di atas : · Jangan meminta dan jangan memberikan amanah
kepada orang yang berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi
memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari kiamat.
Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan
alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R Bukhari &
Nasai) ·
Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan Dari Abu Dzar katanya “Aku
masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua orang anak, pamanku, satu di
antaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu amanah dan
(dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali bagi orang
yang mengambil dengan benar dan melaksanakan amanah yang diberikan kepada”
(H.R. Muslim)
Kepemimpinan yang Efektif
- Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
- Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan tersebut.

7
- Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota. · Memberi
motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota untuk mencpai
tujuan organisasi.
Menurut Hall dan Quin (1991), menyebutkan ada lima model keefektifan
organisasi dan implikasinya bagi pemimpin
1. Manurut model sumber budaya, keefektifan organisasi adalah kemampuan untuk
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga
kelangsungan fungsi organisasi ( dari Sashore dan Yutchman , 1967). Pemimpin
organisasi mempunyai tanggung jawab mengeksploitasi dan menggunakan sumber
daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi organisasinya. Pemimpin
yang efektif seharusnya bisa menunjukkan kemampuannya untuk itu.
2. Menurut model tujuan, terdapat dua model tujuan yaitu model sederhana dan
komplek. Model sederhana mendefinisikan keefektifan sebagai tingkat
kemampuan organisasi merealisasikan tujuannya ( Etzioni, 1964). Sedangkan
model komplekterjadi bilamana organisasi memiliki tujuan yang banyak,beragam,
dan berbeda-beda, bahkan bertentangan. Pemimpin yang efektif dapat mencapai
tujuan organisasi betapapun bertentangan. Pemimpin yang efektif, dapat mencapai
tujuan organisasi betapapun kompleknya tujuan. Pemimpin juga menunjukkan
kemampuannya untuk membuat yang komplek menjadi sederhana, dan
menunjukkan tujuan-tujuan yang bebas konflik.
3. Menurut model kepuasan partisipan, organisasi yang efektif adalah organisasi yang
dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang mampu mengatur dan menggunakan sumber daya organisasi
sehingga dapat mengatur dan mengusahakan sumber daya organisasi sehingga
dapat memenuhi sumber daya anggotanya.
4. Menurut model fungsi sosial, organisasi yang efektif adalah organisasi sesuatu atau
lebih hal bagi masyarakat. Tarcot Parsons yang melihat organisasi sebagai system
menyatakan bahwa semua system sosial harus memecahkan empat masalah dasar,
yaitu: adaptasi. Integrasi, pencapaian tujuan, dan latensi.
- Organisasi bertanggung jawab melakukan adaptasi yaitu mengakomodasi
tuntutan lingkungan masyarakat dan alam pada ingkungan organisasi.

8
- Organisasi harus berusahan menentukan tujuan, melegitimasi tujuan, dan
memobilisasi sumber daya untuk mencapainya.
- Organisasi harus melakukan integrasi yaitu, menentapkan, mengorganisasikan,
mengkoordinasikan, dan menyatukan hubungan-hubungan diantara anggota-
anggota sebagai satu entitas
- Organisasi harus memperhatikan, memelihara hal latensi atau keberlanjutan
pola-pola kultural dan motivasi system organisasi.

Ciri-ciri Pemimpin Islam


- Setia, pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah ·
- Tujuan Islam secara menyeluruh
- Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
- Pengemban amanat / bertanggungjawab.

Dalam lingkungan HMI Cak Nur menjadi tauladan dalam mencetak kader HMI
yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Islam. Para kadernya tak jarang
mengutip pemikiran-pemikirannya. Karya-karya Cak Nur seperti menjadi referensi
wajib bagi mereka, sehingga gagasan-gagasan mereka memiliki 3 kemiripan intelektual
yang nyaris seragam. Sebagai rujukan, Cak Nur memang menempati posisi dominan
dibanding dengan tokoh-tokoh lainnya dan ini menyebabkan generasi muda setelah Cak
Nur dikritik sebagai generasi yang tidak mandiri dan sangat bergantung pada sosok Cak
Nur (Sitompul 2007, hal. 63).

Fakta-fakta ini kiranya cukup untuk menyebut bahwa Cak Nur berjasa dalam
meletakkan dasar-dasar perubahan bagi masyarakat. Dalam konteks pengkaderan, Cak
Nur berjasa bagi pembentukan bakat-bakat intelektual muda di lingkungan kampus dan
organisasi HMI. (Sitompul 2007, hal. 81).

Pengaruh Cak Nur semakin terasa ketika selama masih aktif di HMI, Cak Nur
menyusun sebuah dokumen sebagai bagian dari silabus perkaderan HMI, khususnya
menyangkut materi keislaman yang saat itu dianggapnya kurang mendapat tempat yang
memadai ketimbang materi-materi organisasi dan politik. Materi yang disusun Cak Nur

9
ini dikenal dengan “Nilai-Nilai Dasar Perjuangan, selanjutnya disingkat NDP HMI.”
(Azhari Akmal Tarigan 2007,hal. 23). Menurut Cak Nur, bahwa selain keindonesiaan
dan kemahasiswaan, kualifikasi 4 HMI sebagai gerakan pemuda adalah keislaman,
maka selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keindonesiaan dan
kemahasiswaan, HMI juga harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keislaman.

NDP sangat penting, karena HMI bukan organisasi massa, tetapi organisasi
kader. Dengan demikian, kader wajib memiliki karakter nilai-nilai yang integral.
Sehingga nantinya diharapkan apapun status dan peran kadernya di arena pengabdian
tetap mewarnai aktivitasnya dengan nilai-nilai keislaman, kemanusiaan dan
keindonesiaan. Tegasnya, kualitas kader HMI cabang Palembang terletak pada amal
salehnya via proses perkaderan lewat materi NDP. (M. Hasyim Zamzam, Wawancara,
28 April 2017).

Dalam kepemimpinan, HMI selalu mengambil jalan tengah dalam suatu


persoalan, ketika pada saat Sukarno menggunkan kekuasaan-kekuasaan
konstitusionalnya yang baru yang revolusioner dan memerintah dengan dekrit, pada saat
itu, sambil turut serta di dalam persengketaan tersebut, HMI mendukung sepenuhnya
pemerintahan sukarno, oleh karenanya, maka dalam tahun 1960, ketika masyumi
dilarang, pada kongresnya yang ke-6, HMI hanya mencetuskan hal-hl penting yang
secara politik tidak menimbulkan pertentangan sebagai dasar bagi programnya, seperti
berikut:

1. Tetap setia kepada isalm dan tanah air Indonesia


2. Meneruskan kepemimpinannya di tengah umma umumnya dan meneruskan
pertanggungjawabannya untukmempersatukan anasir yng beraneka ragam di
dalam ummat
3. Melanjutkan kepemimpinan di tengah-tenagh gerakan mahasiswa Indonesia
4. Malanjutkan penyiaran asas-asas masyarakat ke-islam-an di tengah masyarakat.

II.II Kepemimpinan HMI di Gorontalo

10
Gorntalo sebagai kota yang berkembang dan terdiri dari masyarakat yang berbagai
macam suku, ras, etnis, sosial, kebudayaan, agama, pendidikan, ekonomi, yang
merupakan wujud kemajemukan sebagai miniatur Indonesia. Hal ini juga akan
membentuk kualitas sumber daya pemudanya yang berbeda pula.
Himpunan Mahasiwa Islam yang berasakan pada agama dan pancasiala, menjadi
dasar keberpijakkan dalam berorganisasi,tentunya yang dituntut adalah menciptakan
sumber daya manusia yang memililiki akademisi yang baik, jiwa kepemimpinan yang
mempuni, memiliki karakter yang kuat dan turut andil di masyarakat serta mampu
menjaga nilai-nilai islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan Hadits. Hal ini melekat
pada implementasi dari Nilai Dasar Perjuangan (NDP HMI) sebagai ideology
organisasi. Diharapakan mampu menghasilkan jiwa-jiwa kepemimpinan kader yang
yang visioner dan egaliter di Gorontalo.
Akan tetapi, organisasi ini tidak memiliki satu internalisasi yang sama. Proses
internalisasi di HMI sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural
menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-indonesiaan dan ke-islaman dengan
didasari menurut subyek dan waktunya.
Pola ke-HMI-an yang berbeda-beda baik dalam struktur kepemimpinan maupun
internal di dalamnya, cukup menjadi acuan dalam fenomena kepemimpinan setiap
komisariat. Ada pun pola kepemimpinan HMI pada masa periode 2018-2019 di Cabang
Kota Gorontalo menjadi momok yang perlu diperhatikan. Kepemimpinan yang sudah
tidak terstruktur serta ketertutupan kepemimpinan memberikan kekacauan pada
organisasi ini di Gorontalo. Bahkan beberapa waktu lalu anggota tiap komisariat
melakukan kampanye dengan menyebaran twibon ganti ketum di Cabang Gorontalo,
karna dinilai tidak bermutu dalam memimpin organisasi ini.
Seperti yang dirumuskan oleh Nasir Tamara bahwa, tantangan dunia memasuki
abad 21 akan lebih keras, kompleks, interdependen, dan penuh muatan teknologi
canggih. Manusia yang 5.5 miliar, kini, akan mencapai 8.5 miliar pada tahun 2025.
Artinya, makin banyak lagi yang mesti berebut ruang dan sumber daya alam. Keinginan
dalam partisipasi politik makin meningkat. Oleh karena itu, kepemimpinan masa depan
adalah kunci, masyarakat tidak boleh salah memilih pemimpin mereka. Maka, dengan
sendirinya, kriteria-kriteria utama diciptakan untuk menjaring pemimpin yang sejati. Di

11
antaranya, pemimpin itu harus mempunyai visi, strategi, dan kemampuan untuk
menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan (dalam Republika, 9/12/1996).
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua komisariat dan 5 orang anggota
komisariat, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel Wawancara

NO Pertanyaan Jawaban
1 Selama 10 bulan terakhir, Kepemimpinan HMI Cab
menurut anda, seperti apa Gorontalo, tidak teratur. Karena
kepemimpinan ketua HMI Ketua Umum tidak mementingkan
cabang Gorontalo periode organisasi, tidak bisa
2019-2020 ? membedakan prioritas HMI. HMI
merupakan organisasi
pengkaderan. Ketika pada saat
pelaksanaan pengkaderan,
seringkali ketua hanya
memberikan mandat pada orang
lain, dan tidak terbuka.
2 Apakah ketua cabang Hanya saat pengaderan, ketika
sering memberikan ketua hadir dalam pengaderan.
motivasi kepada anggota?
3 Apakah ketua cabang Diskusi yang menyertai ketua
sering mengisi diskusi hanya, hanya pada saat beliau
bersama anggota HMI cab menjadi pemateri dalam
Gorontalo? pengaderan.
4 Seberapa aktif HMI HMI komisariat yang ada di
disetiap komisariat ruang Gorontalo, telah banyak
lingkup HMI cab menghasilkan kader/anggota.
Gorontalo? Sehingga banyak yang aktif dan
banyak pula yang tidak aktif.

12
II.III Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin merupakan factor penentu gagal atau suksesnya suatu organisasi.
Pemimpin sebagai nahkoda organisasi yang mennetukan arah roda organisasi untuk
mencapai tujuan. Pemimpin ada dalam organisasi, agar kepemimpinan dalam organisasi
tumenetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadapa masa depan, kemudian
mereka menyatukan orang dengan menyatukan visi ini dan mengilhami mereka untuk
mengatasi rintangan. Keadaan ini mengambarkan bahwa kepemimpinan sangat
diperlukan, jika suatu hari ada organisasi memiliki perbedaan dengan yang lain, dapat
dilihat, sejauh mana pemimpinnya bekerja dengan efektif.
Setiap organisasi mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Salah
satu gaya kepemimpinan yang sering di terapkan adalah gaya kepemimpinan yang
demokratis. Gaya kepemimpinan ini sedikit mirip dengan politik demokratis. Gaya
kepemimpinan demokratis tidak menunjukan hierarki. Pemimpin yag demokratis selalu
memberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif pada tiap anggota dalam
mengambil keputusan.
Rivai (2006) kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur
yang pengembanganya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis, bawahan cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Menurut Robbins dan Coulter (2002) dalam jurnal Andika, Budiono dkk (2012),
gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan,
mendorong partisipasi anggota organisasi dalam mennetukan bagaimana metode kerja
dan tujuan yang ingin dicapai, dan memnadang umpan balik sebagai suatu kesempatan
untuk melatih karyawan.

13
Menurut Siagian (2003:27) tipe yang demokratik adalah seorang pemimpin
yangdemokratik, dihormati, dan disegani dan bukan yang ditakti karena perilakunya
dalam kehidupan organisasional. Perilakunya mendorong para anggota organisasi dalam
mengembangkan dan menumbuhkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-
sungguh ia mendengarkan pendapat, saran, dan bahkan kritik ornag lain terutama
bawahannya.
Munawar (2008) kepemimpinan yang demokratis ditunjukkan dengan adanya
partisipasi atau ikut sertanya kelompok dalam penentuan tujuan, setiap pemikiran
anggotanya dihargai dalam setiap pemecahan persoalan-persoalan. Oleh karena itu
kepemimpinan yang demokratis mendorong laihirnya inisiatif dari pada yang dipimpin.
(Tanja 1991, hal. 16). Dan Zurnali (2010, hal. 24) menyatakan, bahwa perhatian
umum dan tujuan kunci dari organisasi SDM adalah untuk mencari pengukuran yang
dapat mengestimasikan secara akurat komitmen para pekerjanya dan mengembangkan
program-program dan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan komitmen pada organisasi.
Menurut Griffin dalam (Nurdin dan Usman 2004, hal. 78), komitmen organisasi
(organizational commitment) adalah sikap yang 14 mencerminkan sejauh mana
seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang
memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
organisasi.
Dessler (dalam Zurnali 2010, hal. 29) memberikan pedoman khusus yang dapat
membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri
anggota:
- Pertama berkomitmen pada nilai manusia; membuat aturan tertulis,
memperkerjakan menejer yang baik dan tepat, dan mempertahankan
komunikasi.
- Kedua, memperjelas dan mengkomunikasikan misi; memperjelas misi dan
ideologi; berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai;
menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi
- Ketiga, menjamin keadilan organisasi; memiliki prosedur penyampaian keluhan
yang komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif

14
- Keempat, menciptakan rasa komunitas; membangun homogenitas berdasarkan
nilai; keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim,
berkumpul bersama.
- Kelima, mendukung perkembangan anggota; melakukan aktualisasi;
memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan
memberdayakan; mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas
perkembangan; menyediakan keamanan kepada anggota tanpa jaminan.

Karakteristik Kepemimpinan Demokratis

Dari Cleverism, seorang psikolog organisasional keturunan Jerman-Amerika, Kurt


Lewin, mengatakan ada tiga elemen inti dari kepemimpinan demokratis, yaitu:

 Pemimpin mengahrapkan bawahan untuk melapor mengenai proses tugas.


 Leader mengharapkan bawahan menunjukkan kepercayaan diri dan kemampuan
maksimalnya untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pengawasan terus-menerus
 Pemimpin mengahrapkan awahan melibatkan orang lain dalam proses
pengambilan keputusan dan tidak bertindak sendiri.

Salah satu contoh pemimpin yang demokratis adalah presiden Indonesia ketiga
yaitu, BJ Habibie, ketika beliau menjabat sebagai presiden RI di masa transisi orde baru
ke reformasi, beliau telah membuat banyak kemajuan di Indonesia bahkan disebut-
sebut bapak demokratis.

Dilansir daro kompas.com, Habibie dinilai sukses dalam melepaskan label orde
lama ke reformasi, salah satunya kebebasan pers, HAM dan pembentukan lembaga
independen. Dengan di berlakukannya kebebasan pers, berarti adanya sikap yang
demokratis yang meluas di tanah air. Habibie berhasil membuka pintu demokrasi di
Indonesia, kebebasan pers di buka dan penghargaan HAM dipromosikan.

15
BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang merupakan organisasi islam yang
berskala pengkaderan dan berasakan pancasila, sudah menjadi tanggung jawab dalam
memanifestasikan nilai-nilai yang di anut dalam jiwa tiap kader. Kepemimpinan HMI
tidak hanya berintelektual namun juga mengedepankan nilai-nilai ke-islam-an yang
berdasarkan pada AL-Quran dan Hadist dan Pancasiala. Dengan nilai-nilai ini, akan
muncul jiwa-jiwa demokratis yang akan membawa perubahan untuk bangsa.

III.II Saran
Dalam usaha dan ikhtiar mencapai tujuan dalam membentuk kepemimpinan yang
demokratis, sehingga menghasilkan generasi yang visioner dan mempunya misi yang
sama dalam ruh HMI, setiap anggota komisariat perlu mempertimbangkan pemimpin
yang akan di pilih pada periode selanjutnya, dengan mengukur kapabilitasnya sebagai
seorang pemimpin yang dapat diamati pada perilakunya sehari-hari, bagaimanana ia
mengambil keputusan dari kemungkinan-kemungkinan dalam perbedaan dan
memberikan dorongan pada orang lain. Karna pemimpin yang benar bukanlah ia yang
dipilih karna labelitasnya, melainkan ia karna pengaruh yang dia bawah dalam
organisasi itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Sabarudin., dkk. (2016). Basic Training. Ciputat: Bidang PA HMI Cabang
Ciputat Periode 2016--2017.

Abu Amar, Hasan. (1992). Ringkasan Logika Muslim. Jakarta: CV Firdaus.

Tanja,Victor.(1982).Himpunan Mahasiswa Islam. Jakarta:Sinar Harapan

Mukhtar, Sidratahta(2006).HMI & Kekuasaan.Jakarta:Prestasi Pustaka

Ratrioso, Imam(2015).Rakyat Nggak Jelas.Jakarta: Renebook

Heriyeti(2012).Implementasi Nilai Dasar Perjuangan HMI Dalam Pembinaan Kader

https://republika.co.id/berita/mwgzqk/hmi-berkontribusi-besar-siapkan-
kader-pemimpin-bangsa

http://repository.radenintan.ac.id/6439/2/03%20Abstrak%201.pdf

http://repository.radenfatah.ac.id/6290/1/HARYATI.pdf

http://yohannes-suraja.blogspot.com/2012/08/kepemimpinan-yang-
efektif.html

17
18

Anda mungkin juga menyukai