SYARIAH ENTREPRENEURSHIP
ABSTRAK
Kajian ini mendeskripsikan mengenai definisi kepemimpinan Islam, teori kepemimpinan
entrepreneurship, dan kepemimpinan Islamic entrepreneurship. Kajian ini dilakukan dengan
menggunakan studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu dengan melakukan telaah dan mengeksporasi jurnal, buku dan dokumen pendukung lainnya
yang relevan dengan kajian ini.
PENDAHULUAN
Menurut Kartono (2004), kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban
manusia yaitu sejak zaman nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, kemudian
bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya yang menantang kebuasan
binatang dan alam di sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerja antarmanusia dan ada unsur
kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang
paling kuat, paling cerdas dan paling berani. Seorang pemimpin adalah orang yang
mengarahkan, mempengaruhi, dan memimpin orang lain (bawahan dan pengikut) untuk
mencapai tujuan. Pemimpin dapat dikatakan baik apabila memiliki sikap kepercayaan diri,
menciptakan visi dan memotivasi orang lain untuk mencapai visi mereka. Menurut James M.
Black dalam Rivai (2009) menyatakan bahwa kepimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang
lain supaya bekerja sama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau
melakukan suatu tujuan tertentu. (Arifah et al., 2020)
Hampir seluruh umat manusia di seluruh belahan dunia, khususnya umat Islam
mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman yang telah diangkat oleh
Allah SWT menjadi utusan (Rasulnya) untuk memimpin umat manusia dan membimbing untuk
selalu berada di jalan Allah SWT. Sifat kepemimpinannya yang jujur, dan amanahnya dalam
segala hal, melahirkan kesenangan dan kepercayaan penuh terhadap dirinya dari semua orang
yang berinteraksi dengannya, tak terkecuali kerabat dan orang yang memusuhinya. Dan sangat
pantaslah beliau diaulic Al- Shiddiq yang berarti benar ( dalam perkataan dan perbuatannya) dan
Al- Amin yang berarti (dapat dipercaya).
Nabi Muhammad SAW tak hanya dari segi kepemimpinan beliau ,tetapi juga dari
kehidupan sehari-hari beliau sebagai entrepreneurship yang sukses. Jiwa entrepreneur beliau
telah dibangun sejak beliau berumur 12 tahun yang pada ketika itu paman beliau, Abu Thalib
telah mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam yang meliputi negeri Syiria, Jordan, dan
Lebanon. Sebagai seorang anak yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau dilate
untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang mandiri. Hingga beliau mencapai puncak keemasan
entrepreneurship nya pada usia 20-25 tahun. (Rizqi Fajar Adi Nugroho, n.d.)
Dalam pembahasan ini, melihat era sekarang cukup sulit untuk menemukan sosok
pemimpin yang professional, maka dari itu artikel ini akan membahas mengenai bagaimana
menerapkan sistem kepemimpinan professional dalam aktivitas syariah entrepreneurship.
PEMBAHASAN
Definisi kepemimpinan islam
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa arab disebut
Zi’amah atau Imamah. dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah.
Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan,
mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha bersama
(F.Charis et al., 2020)
Artinya : Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji
mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi
surga firdaus, mereka akan kekal didalamnya.
Seorang pemimpin harus bersifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggung jawab. Jika
pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, maka mudah terjadi penyalahgunaan jabatan dan
wewenang kepada hal-hal yang tidak baik. Itulah sebabnya Rasulullah saw mengingatkan agar
menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dipertanggungjawabkan, baik di dunia
maupun di akhirat. Rasulullah bersabda:
kullu kum ra’in wa kullu kum mas-ulun ‘an ra’iyyatuhu (setiap kalian adalah pemimpin,
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya.’) (HR.
Bukhori).(Shalihah, 2015)
Islam menentukan karakterkarakter seorang pemimpin, karena di dalam Islam setiap
pemimpin harus sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits.11 Jadi pimpinan yang ada di dalam
Islam itu adalah pimpinan yang informal yaitu pimpinan yang diangkat tidak berdasarkan
pengangkatan resmi seperti pimpinan suatu negara, partai politik, perusahaan, lembaga
pendidikan dan lain-lain. Tetapi yang menjadi dasar pengangkatannya adalah sifat-sifat yang
dipunyai sungguhsunguh memiliki kharismatik ke-Islamannya. Sehingga dari kedua kategori
tersebut dapat dilihat bahwa kepemimpinan Islam ditentukan oleh aturan-aturan kepemimpinan
yang harus dijalankan sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Tidak ada pemutusan hubungan kerja
(PHK) dalam kepemimpinan Islam sepanjang kharismatik keislamannya masih bisa
dipertahankan. (F.Charis et al., 2020)
Selain itu, menurut Abdul Aziz Yusof (2010), seorang pemimpin dalam konteks
kewirausahaan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan. Ini karena banyak perubahan telah
terjadi di banyak bidang baru-baru ini, maka pengusaha perlu berbagi pengetahuan dan
keterampilan mereka kepada orang lain. Selain itu, para pemimpin juga harus dapat melakukan
beberapa pemikiran cepat dalam membuat keputusan terutama mengenai masalah yang terkait
dengan Isu saat ini. Pengusaha yang menjadi pemimpin harus menunjukkan contoh yang baik
untuk usaha mereka. Islam menyerukan kepada para pengusaha Muslim untuk memberikan
beberapa contoh yang baik kepada karyawan mereka.(Arifah et al., 2020)
1. Berani. Seorang islamic entrepreneur harus berani. Berani untuk memulai bisnis
walaupun dengan nol modal. Karena bisnis tidak harus dimulai dengan uang, melainkan
dengan ide dan bagaimana merealisasikan gagasan tersebut menjadi uang. Keberanian
bagi seorang islamic entrepreneur akan tumbuh jika ia mampu menyikapi risiko
kegagalan dengan bijak. Selain itu, keberanian juga akan tumbuh bila ia menyakini
bahwa satu-satunya modal sesungguhnya melekat pada dirinya merupakan karunia dari
Allah SWT dan bersyukur atas itu semua yang diaplikasikan dalam ketaatan dan
kejujuran dalam berbisnis.
2. Tumbuh bersama (ukhuwah). Nilai ukhuwah haruslah menjadi sesuatu yang melekat
dalam jiwa islamic entrepreneur, terutama dalam kaitannya dengan jiwa kepemimpianan
yang melekat pada seorang wirausaha. Hal itu karena pada dasarnya tidak ada seorang
pun yang tidak membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, seorang islamic entrepreneur
harus menyadari bahwa kebersamaan dengan orang lain dalam hal apa saja merupakan
sebuah nilai positif bagi dirinya. Realisasi spirit ukhuwah ini dapat diwujudkan dalam
bentuk saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara mukmin, saling memberi
bantuan dan pertolongan dalam memenuhi segala kebutuhan, saling berkunjung, saling
menjaga nama baik, kehormatan dan harga diri, serta saling mendoakan dan memohon
ampunan kepada Allah SWT (QS. Al-Hasyr [59]: 10). Ketiga, Pembelajar. Islamic
entrepreneur dituntut untuk selalu aktif mengejar berbagai ketertinggalan yang ada pada
dirinya, terutama yang berhubungan dengan hokum-hukum syar’i dalam praktek
perdagangan yang menjadi concern dirinya. Maka seorang islamic entrepreneur yang
menjadi pembelajar
3. Teladan. Setiap islamic entrepreneur dituntut untuk dapat merealiasikan tujuan utama
Islam, yakni mewujudkan masyarakat Islam sebagai Khaira Ummah, sebaik-baiknya
ummat, yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran (QS. Ali Imran
[3]: 10), dan Ummatan Wahidah, umat yang satu (QS. Al-Baqarah [2]: 213) dalam
bingkai Baldatun thayyibah wa rabbun ghafur; negeri subur, makmur, adil dan aman
(Q.S. Saba' [34]:15).
Maka segala bentuk, sifat, sikap dan prilaku yang melekat pada dirinya dan
aplikasikan dalam aktivitas interaksi dengan manusia lain harus dapat menjadi teladan.
Sebagaimana yang sudah dicontohkan Rasulullah SAW yang menjadi uswatun hanasah
(teladan yang baik) (QS. Al-Ahzab [33]: 21). Teladan tersebut tercermin dari selalu
berkata benar (Shiddiq), dapat dipercaya (amanah), punya kapasitas kecerdasan dan
profesionalitas (fathanah), menyampaikan segala yang ada pada dirinya tanpa mengurai
sedikitpun (tabliqh) dan teguh pada kebenaran (istiqamah).
4. Adil. Islamic entrepreneur dituntut untuk berlaku adil dalam arti yang sebenarnya, tidak
pilih kasih, berat sebelah, melainkan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya atau
sesuai porsinya. Sikap adil menjadi cerminan dari keimanan seseorang. Seorang
pemimpin yang mampu bersikap adil akan tercipta stabilitas keamanan pada orang-orang
yang dipimpinnya. Dalam konteks Negara misalnya, akan jauh dari kekacauan dan
kekerasaan yang berkepanjangan (QS. Hud [11]: 116-119). Ganggungan atas keamanan
negara tetap terkendali dan terjaga untuk membangun program peningkatan ekonomi
rakyat (QS. An-Nisa‘ [4]: 58).
Untuk menjalankan keadilan, seorang pemimpin dituntut mempunyai sifat- sifat
kepemimpinan penunjang lainnya seperti pengetahuan (knowledge), kearifan (wisdom),
kesabaran (patience), kesedarhanaan (simplicity) dan sifat terpuji (commendable nature)
lainnya, sehingga dalam dirinya memang terdapat suatu otoritas yang memungkinkan
dirinya menjalankan kepemimpinann yang adil tersebut
Nabi Muhammad SAW adalah hamba yang diutus dan dipilih Allah SWT untuk
menjadi model atau tauladan bagi semua aspek kehidupan umat sesudahnya. Termasuk
salah satunya dalam hal kepemimpinan. Sesuai dengan sifat yang wajib dimiliki Nabi,
ada empat model kepemimpinan yang melekat pada diri Nabi, yaitu
a. Shiddiq secara etimologi berarti benar, jujur, apa adanya, dan tidak pernah
menyembunyikan sesuatu.
b. Amanah secara etimologi berarti orang yang dapat dipercaya, Nabi Muhammad
sejatinya adalah orang yang dapat dipercaya untuk mengemban suatu
yangdiamanahkan.
c. Tabligh menurut bahasa adalah menyampaikan, atau mengutarakan kepada orang lain
d. Fathanah berarti cerdas, pandai, pintar dan masih banyak lagi arti yang semisal.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat penting
dalam entrepreneur. Karena kepemimpinan merupakan proses menuntun perilaku orang lain
untuk mencapai tujuan, maka tindakan ini menjadikan orang lain bertindak dengan mengikuti
arah tertentu. Entrepreneur yang berhasil merupakan orang yang berhasil memimpin para
bawahannya dengan baik, seorang pemimpin dalam konteks kewirausahaan harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Gaya kepemimpinan Islam digambarkan oleh sosok Nabi
Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, U., Azizah, A., Salwa, D. K., & Rohyanti, I. (2020). Kepemimpinan Dan Bakat.
LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, 4(1), 1–19.
https://ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/lab
Dr. Kabul Wahyu Utomo, M.Si Rizqon Halal Syah Aji, Ph.D Havis Aravik, M.SI, M. (2022).
Islamic Entrepreneurship: Konsep Berwirausaha Ilahiyah. Edu Pustaka, 1–266.
F.Charis, M., Amar, M., Wijongko, D., & A. Faza, M. (2020). “Kategori Kepemimpinan dalam
Islam” Jurnal Edukasi NonFormal. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(Kategori Kepemimpinan
dalam Islam), 171–187.
Rizqi Fajar Adi Nugroho. (n.d.). Konsep Dan Praktik Kepemimpinan Islam Dalaam
Kewirausahaan.