Anda di halaman 1dari 31

PEMIMPIN DALAM ISLAM

Hilman Haripal*

Abstrak: Kepemimpinan merupakan tema yang selalu menarik diperbincangkan


dan tidak pernah habis untuk dibahas. Hal tersebut, karena paradigma
kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas
yang tinggi. Islam sebagai ad-din (agama) menempatkan secara khusus masalah
kepemimpinan pada sebuah bingkai/tema/bab yang harus dipelajari, diamalkan oleh
setiap manusia. Islam mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus dapat dijadikan
panutan atau suri tauladan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan
moralitas dalam kehidupannya, dengan selalu memiliki keluhuran hati dan jiwa,
rendah hati, jujur, tidak suka segala bentuk penindasan dan kekerasan, pemaaf,
penuh kasih sayang dan dapat dipercaya. Dalam sebuah organisasi atau tatanan
masyarakat diperlukan seorang pemimpin untuk mengatur hal-hal yang ada di
masyrakat. Misalnya, dalam ranah kecil seorang pemimpin itu berada di lingkungan
keluarga. Sebuah keluarga tentu memiliki seorang pemimpin untuk mengarahkan
tujuan yang akan dicapai dalam keluarga tersebut. Kepemimpinan adalah setiap
upaya seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi prilaku seseorang atau
prilaku kelompok. Upaya mempengaruhi prilaku ini untuk mencapai tujuan
perorangan atau kelompok. Adapun banyak sekali teori-teori tentang
kepemimpinan, diantaranya teori sifat, teori lingkungan, teori prilaku, teori
kontingengsi, teori karismatik serta macam macam pemimpin. Seorang pemimpin
tentu memiliki gaya kepemimpinan masing-masing sesuai dengan kepribadiannya
dan tujuan yang hendak dicapai. Sifat seorang pemimpin tentu mempengaruhi hasil
dari tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah organisasi. Adapun tipe tipe
kepemimpinan serta gaya kepemimpinan. Kepemimpinan di dalam Islam tentu
memiliki kategori dan syarat-syarat yang harus dimilki oleh calon pemimpin.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Pemimpin, Hukum Islam.

*
Mahasiswa Strata 1 Fakultas Hukum Universitas Riau, NIM 2209111916 Jurusan Ilmu
Hukum, Jl. Pattimura No. 9, Sail, Pekanbaru, hilmanharipal12@gmail.com.

1
A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin yang membawa berkah


kepada seluruh alam. Segala urusan dalam kehidupan dunia dan akhirat sudah
diatur sedemikian rupa agar tujuan utama Islam dapat terealisasikan. Bahkan
hal-hal kecil pun diatur. Sama halnya dengan kepemimpinan, baik sosok,
kategori ataupun gaya keemimpinan seseorang. Kepemimpinan dalam bahasa
inggris disebut Leadership dan dalam bahasa arab disebut Zi’amah atau
Imamah. Tujuan dari pembahasan mengenai kepemimpinan sendiri tidak luput
dari di era sekarang yaitu akhir zaman cukup sulit untuk menemukan sosok
pemimpin yang baik. Maka dari itu artikel ini akan menjelaskan mengenai
kategori sosok pemimpin yang sesuai dengan Islam. Harapan dari penulisan
artikel ini agar dapat dijadikan acuan sebagai salah satu petunjuk untuk
menemukan sosok pemimpin yang sesungguhnya.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT ke muka bumi ini, sebagai khalifah
(pemimpin), oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai
pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya
pembinaan. Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak
langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan
seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu
organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan,
sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas,
serta merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen di dalamnya dan
saling mempengaruhi.1

Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat


kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW,
para Sahabat dan al-Khulafa' al-Rosyidin. Bersumber dari al-Qur'an dan al

1
Kurniawan dkk, “Konsep Kepemimpinan Islam”, 2020 Vol 2 No. 1, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, h. 1.,
(https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/produ/article/download/224/1556 diakses 21
Februari 2023).

2
Sunnah, Berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik
dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran
ganda, sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan
manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari’at Islam menjadi
dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah Islam
dipegang oleh seorang Khalifah, termasuk di dalamnya yang dikenal sebagai al-
Khulafa al-Rasyidin. Masa khilafah Islam ini berakhir bersamaan dengan
runtuhnya system kekhalifahan yang dihapus oleh Majelis Nasional Turki (1924
M) yang pada waktu itu dipegang oleh Kemal at-Taturk.2

Pemimpin dalam pandangan al-Qur’an sebenarnya adalah pilihan Allah


SWT, bukan pilihan dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan
dijadikan pijakan oleh umumnya umat Islam. Pilihan manusia membuka pintu
yang lebar untuk memasuki kesalahan dan kedzaliman. Selain itu, kesepakatan
manusia tidak menutup kemungkinan bersepakat pada perbuatan dosa,
kemaksiatan dan kedzaliman. Hal ini telah banyak terbukti dalam sepanjang
sejarah manusia.3

Dalam penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian


kepustakaan (library researh)4, yaitu dengan mengumpulkan data atau bahan-
bahan yang berkaitan dengan tema pembahasanya, yang dimbil dari sumber
kepustakaanya. Merujuk pada pembahasaan, penulis menggunakan metode
yang relevan terkait pembahasan yakni pengumpulan dan pemilihan data. Jadi
penulis menggunakan dua metode tersebut secara sistematis dari pengumpulan
data kemudian kami memilih data yang rinci dan sesuai dengan pembahasan
lalu dituangkan ke dalam penulisan.

2
Faisal Ismail, 1999, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, Cetakan
Pertama, Tiara Wacana Group, Yogyakarta, h. 157.
3
Kurniawan dkk, Op.cit., h. 4.
4
Mestika Zed, 2004, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, h.
1.

3
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing, tuntun.


Pemimpin berarti orang yang memimpin, membimbing, menuntun,
menunjukkan jalan, melatih (mendidik, mengajar) supaya akhirnya dapat
mengerjakan sendiri.5

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang artinya adalah


orang yang berada di depan dan memiliki pengikut, baik orang tersebut
menyesatkan atau tidak. Ketika berbicara kepemimpinan maka ia akan
berbrcara mengenai prihal pemirnpin, orang yang memimpin baik itu cara
dan konsep, mekanisme pemilihan pemimpin, dan rain sebagainya.
Terdapat ragarn isdrah mengenai Kepemimpin ini dalam Islam, adanya
yang menyebu&an Imamah dan ada Khilafah. Masing_masing kelompok
Islam memiliki pendefinisian berbeda satu sama lain, namun ada juga yang
menyamakan arti Khilafah dan Imamah.6

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam bukunya


Management of Oraganizational Behavior mendefinisikan kepemimpinan
sebagai berikut “Leadership is the proses of influencing the activities of an
individual or a group in efforts to ward goal achievement in a given
situation” (kepemimpinan adalah proses yang mempengaruhi kegiatan
individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan dalam
situasi tertentu).7

5
Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h. 753.
6
Drs. Iskandar Syukur, MA, 2015, Kriteria Pemimpin Teladan Dalam Islam, IAIN
Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, h. 11.
7
Hersey, 1982, Management of Organizational Behavior, Untilizing Human Resources,
Pretice Hall, Englewwood Cliffs New Jersey, h. 83.

4
Sementara Gary A. Yulk dalam bukunya mengatakan “Leadership
in interpersonal influence exercised in a situation, and directed, through the
communication process, toward the attainment of a specified goal or
goals”.8

Pengertian di atas menggambarkan bahwa kepemimpinan adalah


setiap upaya seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi prilaku
seseorang atau prilaku kelompok. Upaya mempengaruhi prilaku ini untuk
mencapai tujuan peroranagn atau kelompok, seperti tujuan diri sendiri,
tujuan teman atau tujuan organisasi.

Sondang P. Siagian dalam bukunya Manajemen Stratejik lebih jelas


mengemukakan bahwa: Kepemimpinan adalah keterampilan dan
kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain, baik yang kedudukannya
tinggi, setingkat, maupun yang lebih rendah dari padanya, dalam berfikir
dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan
egoistik berubah menjadi prilaku organisasional. Pendekatan yang
diguinakan adalah pendekatan yang bersifat keperilakuan.9

Dari beberapa pendapat para pakar di atas bisa disimpulkan bahwa


kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan, membimbing dan
memotivasi serta bersama-sama mengatasi problem dalam proses
pencapaian tujuan suatu organisasi.

Kepemimpinan menurut Islam yaitu kepemimpinan disebut juga


dengan ulul atlri atau pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk
mengurus orang lain. Dengan kata lain pemimpin itu adalah orang yang
mendapat amanah untuk menqurus urusan rakyat. Dalam suatu perusahaan,
jika ada direktur yang tidak mengurus kepentinqan perusahaannya, maka itu
bukan seorang direktur.10

8
Cary A. Yulk, 1981, Leadership In Organizations, Pretice Hall, Englewood Cliffs, h. 5.
9
Sondang P, 2003, Manajemen Stratejik, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hlm 12
10
Drs. Iskandar Syukur, Op.Cit., h. 21.

5
2. Macam-macam pemimpin
1) Pemimpin Otokratis

Pemimpin Otokratis ini meletakkan pemimpin sebagai sumber


kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya, bawahan dipandang
sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya
menerima lnstruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun
mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggora atau
bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan
ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan
organisasi terletak pada kepemimpinan.11

2) Pemimpin Demokratis

Pemimpin ini memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada


semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi
kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan
organisasi_ Gaya pemimpin ini memandang bawahan sebagai bagian dari
keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggung jawab
dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi.12

3) Pemimpin Laissez faire

Pemimpin ini memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahan.


Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan
sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan
tidak contoh-contoh kepemimpinan.13

11
Ibid, h. 23.
12
Ibid
13
Ibid

6
3. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1) Tipe kepemimpinan Otokratik

Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan


otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang
sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang
pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang
pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
"keakuannya” antara lain dalam bentuk: kecenderungan memperlakukan
para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti
mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian
tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.14

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik


antara lain: menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya bernada keras dalam
pembenan perintaii atau instruksi nenggunakan pendekatan punitif
dalamhal terjadinva penyimpangan oleh bawahan.15

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)


mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi
untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7)
adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9)

14
Ibid, h. 24.
15
Ibid, h. 25.

7
sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.16

2) Tipe kepemimpinan Kharismatik

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik


dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga
ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-
pengawal yang bisa dipercaya. Kepernimpinan kharismatik dianggap
meniliki kekuatan ghaib. dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,
yang diperolehnya sebagai karunia yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang
kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepemirnpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.17

3) Tipe kepemimpinan Paternalistik/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih di identikkan dengan


kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1)
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap
terlalu melindungi, (3) mereka .jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak
pemah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5)
mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengkut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka senrljri, (6) selalu bersrkap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe
kepemimpinan paternalistik, yang mernbedakan adalah dalam
kepemimnpinan maternalistik terdapat sikap overprotective/ berlebihan.18

16
Ibid
17
Ibid, h. 26.
18
Ibid

8
4) Tipe kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe


kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah atau
komando, keras dan sangat otoriter, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari
bawahan. (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan
tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran. usul, sugesti,
dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung
searah.19

5) Tipe kepemimpinan Laissez faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia


membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunva sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya kacau
balau.20

6) Tipe kepemimpinan Administratif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu


menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya

19
Ibid, h. 27.
20
Ibid, h. 28.

9
biasanya terdiri dan teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur
yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh
karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien
dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, industri. manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.21

7) Tipe kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan


memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan
tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokatis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengar.kan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian
para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan
kapasitas setiap anggota seefektif mungkin di kondisi yang tepat. Refleksi
dari tipe kepemimpinan tersebut pada dasarnya tipe kepemimpinan ini
bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua
jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada
situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter,
walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokatis lebih
bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita
menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keuarga,
organisasi/perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut
diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.22

21
Ibid
22
Ibid, h. 29.

10
4. Teori Kepemimpinan
1) Teori sifat

Teori sifat membahas inti persoalan tentang sifat-sifat, ciri-ciri, atau


perangai yang dimiliki oleh pemimpin. Penelitian tentang sifat-sifat
pemimpin telah dilakukan oleh bebagai pakar kepemimpinan terhadap
”orang-orang besar” yang pernah dan sedang memimpin. Teori ini
didasarkan pada sifat-sifat yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin.
Ia memiliki kemampuan alamiah sebagai pemimpin, yang menjadikannya
sebagai pemimpin besar pada setiap situasi. Teori ”The great man” (orang-
orang terkemuka) seperti Nabi Muhammad saw, Napoleon Bonaparte, Bung
Karno, dan lain-lain dapat memberikan arti lebih realistis terhadap
pendekatan sifat dari kepemimpinan. Diantara kesimpulan kesimpulan hasil
penelitian itu mengemukakan bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu dibawa
sejak lahir, atau diwariskan baik oleh orang tua maupun oleh leluhurnya.
Kesimpulan ini melahirkan suatu anggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan
dan tidak dibentuk (leaders are born and not made).23

Pemimpin yang efektif memiliki sifat kepribadian yang dijadikan


suri tauladan atau contoh bagi pengikutnya. Kepemimpinan Nabi
Muhammad Saw, bukan hanya sebagai orang urutan pertama daftar seratus
tokoh yang paling berpengaruh di dunia, namun memiliki sifat-sifat yang
diikuti oleh pemimpin lain. Dalam kepemimpinan beliau dikenal dengan
berbagai perilaku, seperti memberi contoh (suri tauladan) perbuatan yang
baik, sederhana, pandai, bijaksana, adil, menekankan pada etos kerja,
memperhatikan nasib bawahannya/fakir miskin, benar dan jujur, memlihara
amanah, menyampaikan sesuatu/kata-kata yang benar (tidak menyakitkan
orang lain), cerdas, penuh tanggung jawab, demokratis, bijaksana,
istiqomah, dan mempunyai kepribadian yang luhur, sehingga

23
E.Bahruddin, Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam, UIKA Bogor,
https://core.ac.uk/download/pdf/230805077.pdf, diakses pada 3 Maret 2023.

11
kepemimpinan beliau terkenal dengan memperoleh gelar Al-Amin (dapat
dipercaya).24

Menurut Wahjosumidjo bahwa teori ini menekankan pada kualitas


pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh adanya kecakapan luar
biasa yang dimiliki oleh pemimpin seperti; 1) Tidak kenal lelah atau penuh
energi; 2) Intuisi yang tajam; 3) Tinjauan ke masa depan yang tidak sempit;
dan 4) Kecakapan meyakinkan yang sangat menarik (irresistible persuasive
skill).25

Miftah Toha dengan mengutip pendapat Keith Davis, berpendapat


bahwa ada empat sifat umum tampaknya yang mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu: a. Kecerdasan,
pemimpin harus mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin; b. Kedewasaan dan keluwesan
hubungan sosial, pemupin mempunyai emosi yang stabil, lebih matang, dan
mempunyai perhatian luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial serta
mempunyai keinginan untuk menghargai dan dihargai; c. Motovasi diri dan
dorongan berprestasi. Pemimpin mempunyai dorongan motivasi yang kuat
untuk berprestasi dan berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik
dibandingkan yang ekstrinsik; d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
Pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para
pengikutnya.26

Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat kepemimpinan organisasi


yang sering ditemui dari sekian banyak sifat yang dikemukakan dalam teori
sifat ini. Oleh karena itu teori sifat ini merupakan pendekatan terhadap
kepemimpinan yang memberikan beberapa pandangan yang deskriptif dan
analisis serta mengandung nilai prediktif.

24
Ibid, h. 32.
25
Wahjosumidjo, 1999, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 21.
26
Toha, Miftah, 1999, Prilaku Organisasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 33.

12
2) Teori lingkungan

Teori lingkungan berasumsi bahwa kemunculan pemimpin-


pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat, situasi dan kondisi tertentu.
Suatu peristiwa yang dianggap sangat penting dan luar biasa akan
menampilkan seseorang untuk menjadi pemimpin. Situasi dan kondisi
tertentu akan melahirkan permasalahan atau tantangan tertentu dan pada
gilirannya memerlukan pemimpin-pemimpin yang memiliki ciri-ciri yang
cocok dengan situasi dan kondisi tersebut, sehingga mampu memecahkan
masalah atau mengatasi tantangan yang dihadapi. Seorang pemimpin yang
berhasil dalam suatu lingkungan belum tentu kepemimpinannya akan
menjadi jaminan keberhasilan pada lingkungan lain yang berbeda dengan
lingkungan yang disebut pertama. Dengan kata lain, suatu lingkungan
tertentu akan memerlukan dan membentuk pemimpin-pemimpin tertentu
pula.27

Teori yang mirip dengan teori lingkungan adalah Teori Situasional


(Situational Theory). Dalam teori ini bukan hanya sifat-sifat pribadi dan
karakteristik kelompok saja sebagai seorang pemimpin muncul, namun
faktor situasi pun juga menjadi penentu lahirnya seorang pemimpin, seperti
kecakapan prilaku pelaksanaan kerja, dan kepuasan para pengikutnya
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seorang pemimpin.
Suatu model berdasarkan situasional, efektif untuk kepemimpinan. Begitu
pula penerapan dengan model situasional harus diberikan perhatian yang
besar terhadap variabel yang situasional dan gaya kepemimpinan yang
dikombinasikan dengan situasi, akan mampu menentukan keberhasilan
pelaksanaan kerja. Contohnya; Presiden Sukarno, Presiden Suharto, dan
lain sebagainya, merupakan pemimpin yang dilahirkan oleh situasi yang
memungkinkan adanya perubahan.28

27
Bahruddin, Op.Cit., h. 33.
28
Ibid

13
3) Teori Prilaku

Prilaku atau perbuatan seorang pemimpin cenderung mengarah


kepada dua hal, yaitu konsiderasi dan struktur inisiasi. Konsiderasi ialah
prilaku pemimpin untuk memperhatikan kepentingan bawahan. Ciri-ciri
perilaku konsiderasi adalah: ramah tamah, mendukung dan membela
bawahan, mau berkonsultasi, mau mendengarkan bwahan, mau menerima
usul bawahan, memikirkan kesejahteraan bawahan, dan memperlakukan
bawahan setingkat dengan dirinya. Sedangkan struktur inisiasi adalah
perilaku pemimpin yang cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi.
Ciri-ciri perilaku struktur inisiasi adalah: memberikan kritik terhadap
pelaksanaan tugas yang tidak baik, menekankan pentingnya batas waktu
pelaksanaan tgugas-tugas kepada bawahan, senantiasa memberi tahukan
tentang sesuatu yang dilakukan bawahan, selalu memberi petunjuk kepada
bawahan tentang cara melakukan tugas, menetapkan standar tertentu
tentang tugas pekerjaan, meminta bawahan untuk selalu mengikuti standar
yang telah ditetapkan, dan selalu mengawasi optimasi kemampuan bawahan
dalam melaksanakan tugas.29

Teori perilaku menekankan kepada analisis perilaku pemimpin,


mengidentgifikasi elemen-elemen kepemimpinan yang dapat dikaji,
dipelajari, dan dilaksanakan. Pada umumnya kepemimpinan itu dapat
dipandang sebagai suatu proses, melalui orang lain yang dipengaruhi oleh
pimpinan tersebut mencapai tujuan organisasi.30

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa elemen


kepemimpinan itu adalah: (1) perilaku pemimpin; (2) perilaku pengikut; (3)
situasi lingkungan. Meskipun ada kemungkinan jarak yang cukup lebar
mengenai perilaku pemimpin, namun ada dua pola pemikiran pemimpin
dapat memutuskan apa yang dikerjakan dan apa yang dikatakan kepada

29
Ibid
30
Veitzhal, 2009, Education Managemen, Analisis Teori dan Praktik, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 287.

14
pengikutnya, bagaimana melaksanakannya atau pemimpin mengizinkan
pengikutnya melaksanakan secara bebas dalam batas-batas yang ditetapkan.
Dari kedua asumsi dasar ini dapat terjadi beberapa kombinasi perilaku
kepemimpinan, yaitu antara perilaku yang berorientasi kepada tugas dan
perilaku yang berorientasi kepada orang, atau dalam kata lain dalam
manajemen bisnis adalah kepemimpinan yang berorientasi kepada pegawai
atau berorientasi kepada produksi.

4) Teori kontingensi

Dalam teori kontingensi terdapat tiga unsur yang mempengaruhi


gaya kepemimpinan yaitu: (1) hubungan antara pemimpin dan bawahan
(leader member relations), hubungan pemimpin dengan bawahan berkaitan
dengan tingkat mutu hubungan yang terjadi antara pimpinan dan bawahan
dan sikap bawahan terhadap sikap kepribadian, watak dan keterampilan
pimpinan, (2) bentuk tugas (task structure), berhubungan dengan situasi
kerja yang menggambarkan tugas-tugas yang disusun dalam pola-pola
tertentu, dan (3) kewibawaan pemimpin (leader’s position power),
berkaitan dengan kewibawaan yang ditampilkan pemimin terhadap
bawahan.31

Teori ini menekankan pada kewibawaan seseorang pemimpin dalam


mempengaruhi rasa tanggung jawab terhadap stafnya/bawahannya dalam
hal mempergunakan kewibawaan pribadinya (personal power).

Wahyosumidjo mengemukakan, bahwa ada beberapa indikasi


sebagai ciri kepemimpinan karismatik, yaitu : a. bawahan/pengikut menaruh
kepercayaan terhadap kebenaran dan keyakinan pemimpin; b. ada kesamaan
keyakinan bawahan dengan keyakinan pemimpin; c. penerimaan tanpa perlu
dipersoalkan atau bulat-bulat dari bawahan terhadap pemimpin; d. terdapat
rasa kasih sayang (affecstion) pengikut kepada pemimpin; e. kemauan untuk
patuh dari bawahan terhadap pemimpin f. keterlibatan secara emosional dari

31
Bahruddin, Op.Cit., h. 34.

15
para bawahan dalam melaksanakan misi organisasi; g. mempertinggi
penampilan dalam mencapai tugas dari para bawahan; dan h. ada keyakinan
bawahan , bahwa pemimpin karismatik akan mampu memberikan bantuan
demi keberhasilan misi kelompok.32

5. Gaya Kepemimpinan

Perlu dibedakan antara gaya dengan tipe kepemimpinan.


Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe dan
mungkin setiap tipe bisa memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan lebih cenderung kepada situasi. Salah seorang
pimpinan yang memiliki salah satu tipe bisa menyesuaikan diri dengan
situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya.33

Miftah Thoha berpendapat, bahwa ada empat gaya dasar dalam


kepemimpinan yaitu:

a. Seorang pimpinan menunjukkan perilaku yang banyak memberikan


pengarahan dan sedikit dukungan.
b. Seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak
mengarahkan dan banyak memberi dukungan.
c. Perilaku pimpinan menekankan pada banyak memberikan dukungan
dan sedikit memberikan pengarahan.
d. Seorang pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit
pengarahan.34

32
Ibid
33
Veitzhal, Op.Cit., h. 266.
34
Toha, Miftah, Op.Cit., h. 318.

16
Pembahasan gaya kepemimpinan tidak terlepas dari pendekatan
kepemimpinan yang menjadi topik utama riset kepemimpinan yang
dilakukan ilmuwan dunia. Masing-masing pendekatan dikaitkan dengan
periode waktu tertentu, meskipun tidak baku, adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan sifat

Pendekatan sifat (Trait Approach) mendominasi riset


kepemimpinan hingga tahun 1940-an. Pendekatan ini berupaya menentukan
kualitas dan karakteristik personal seorang pemimpin dari atribut yang
melekat di dalam dirinya. Sifat-sifat tersebut antara lain kepribadian, motif,
nilai, dan keahlian. Pendekatan sifat ini beranggapan bahwa sebagian orang
memang memiliki sifat-sifat kepemimpinan dalam dirinya. Pandangan yang
dikenal pula dengan istilah the Great Man View ini, mangasumsikan bahwa
individu-individu tertentu dilahirkan dengan sifat pribadi atau karakteristik
inheren yang membuat mereka menjadi pemimpin secara alami. Pada
pendekatan sifat atau disebut juga teori sifat ini dibahas tentang sifat-sifat
yang harus dimiliki seorang pemimpin yang membedakannya dengan bukan
pemimpin. Sifat-sifat itu berkaitan dengan kecerdasan, kedewasaan dan
keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi, serta
sikap hubungan kemanusiaan.35

b. Pendekatan gaya

Pendekatan gaya kepemimpinan atau pendekatan perilaku


(behaviour approach) menjadi topik utama riset kepemimpinan mulai dari
tahun 1940-an hingga peiode tahun 1960-an. Pendekatan gaya ini ditandai
dengan perubahan fokus kepemimpinan dari karakteristik pemimpin ke
perilaku mereka sebagai pemimpin. Berbeda dengan pendekatan sifat yang
memberikan perhatian kepada jenis orang yang menjadi pemimpin dan
dalam prosesnya memiliki potensi besar untuk memasok organisasi dengan
informasi tentang apa yang seharusnya dipertimbangkan pada saat mencari

35
Bahruddin, Op.Cit., h. 36.

17
individu yang akan menjadi pemimpin masa sekarang dan masa depan,
sebaliknya, pendekatan gaya ini berasumsi perilaku pemimpin ini mampu
dirubah sehingga pencarian sosok pemimpin dilakukan dengan menekankan
pada pelatihan (training) daripada seleksi pemimpin.36

c. Pendekatan kontingensi

Pendekatan kontingensi menjadi bahan kajian utama kepemimpinan


dunia yang berawal dari akhir tahun 1960-an hingga tahun 1980-an.
Menurut pendekatan kontingensi, dikenal juga sebagai pendekatan
situasional, bahwa kualitas dan perilaku kepemimpinan yang paling tepat
bervariasi dari satu situasi ke situasi lain. Efektivitasnya sangat ditentukan
oleh pemimpin, pengikut, dan faktor-faktor situasional. Tidak ada satu
faktor tunggal yang bisa menjelaskan mengapa kepemimpinan bisa terjadi.
Kepemimpinan membuahkan hasil ketika ide dan perilaku pemimpin sesuai
dengan kebutuhan dan harapan pengikutnya pada situasi tertentu.37

d. Pendekatan transformasional

Pendekatan transformasional dan transaksional dikelompokkan ke


dalam kepemimpinan baru (New Leadership), yang digunakan untuk
menjelaskan pendekatan kepemimpinan yang muncul mulai tahun 1980-an.
Pemimpin transformasional tidak hanya mengelola struktur tapi juga
berupaya mengadakan perubahan budaya di organisasi. Kepemimpinan
transformasional sebagai upaya mengubah hubungan konvensional dan
pemahaman organisasi sehingga pemimpin dan pengikut bisa saling
membangkitkan diri agar tercapai motivasi dan moralitas yang tinggi.38

36
Ibid
37
Ibid, h. 37.
38
Ibid h. 38.

18
6. Fungsi dan Sifat Pemimpin

Dalam sebuah teori mutakhir bahwa pemimpin timbul melalui


prilaku organisasi. Orientasi prilaku ini mencoba mengetengahkan
pendekatan yang bersifat Social Learning pada kepemimpinan. Teori ini
menekankan pada faktor penentu yang terdapat pada faktor timbal balik
pada kepemimpinan. Faktor penentu itu adalah pemimpin itu sendiri
(termasuk kognisinya dan situasi lingkungannya) dan prilaku sendiri.
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan
aktivitas utama dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
merupakan sebagai proses mempengaruhi orang lain agar memahami dan
menyepakati apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, serta
upaya memudahkan kelompok dan individu untuk mencapai tujuan
bersama. Kepemimpinan tidak hanya berguna untuk mempengaruhi dan
memudahkan tugas kelompok atau organisasi saat ini, tetapi juga untuk
memastikan bahwa tugas tersebut dipersiapkan untuk memenuhi tantangan
masa depan.39 Kepemimpinan sebagai suatu proses pemberian petunjuk dan
pengaruh kepada anggota kelompok atau organisasi dalam melaksanakan
tugas-tugas. Dengan demikian, seorang pemimpin harus mampu
mempengaruhi bawahannya agar tugas-tugas organisasi bisa tercapai
dengan baik.40

Kepemimpinan sebagai “leadership is a reciprocal realationship


between those who choose to lead and those who decide to follow.”.41
Intinya kepemimpinan adalah hubungan timbal balik antara pemimpin dan
pengikut atau yang dipimpin. Dengan demikian, seorang pemimpin tidak
bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan pengikutnya.

39
Ibid, h. 40.
40
Oemar Hamalik, 2007, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,
Bina Aksara, Jakarta, h. 175.
41
Jeff Jones, 2005, Management Skill in Schools, Paul Chapman Publishing, London, h.
20.

19
Senge menjelaskan bahwa pemimpin adalah orang yang memiliki
komitmen pada perubahan pada diri mereka dan organisasi. Selain itu,
seorang pemimpin harus mampu mengembangkan keahlian, kapasitas, dan
pemahaman baru di organisasi. Dari berbagai pengertian di atas, maka
kepemimpinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) kepemimpinan harus
mampu menciptakan visi dan perubahan masa depan organisasi. b)
kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau anggota
organisasi. Keberadaan orang lain tersebutlah yang menyebabkan
kedudukan seorang pemimpin. c) kepemimpinan tampak pada perbedaan
pembagian kekuasaan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Pemimpin
mempunyai kekuasaan memberikan petunjuk kepada anggota kelompok
atau organisasi. d). kepemimpinan harus dapat mempengaruhi
anggotanya.42

Kepemimpinan dapat dibagi ke dalam dua tipe, yaitu kepemimpinan


struktural dan kepemimpinan nonstruktural. Kepemimpinan struktural
adalah kepemimpinan yang terikat tidak saja pada bidang atau subbidang
garapannya, tetapi juga rumusan tujuan dan program pencapaiannya yang
telah ditetapkan oleh pimpinan yang lebih tinggi posisinya. Sementara itu,
kepemimpinan nonstruktural adalah kepemimpinan yang relatif tidak
bersifat birokratis karena pemimpinnya diangkat oleh anggota.
Kepemimpinan struktural bersifat birokratis karena diangkat oleh atasannya
dan cara kerjanya berpegang pada hirarki jabatannya. Kepemimpinan
nonstruktural tidak terikat secara ketat pada struktur tertentu, melainkan
lebih beroritentasi kepada kesamaan dan kebersamaan untuk dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik.43

42
Ibid, h. 21.
43
Hadad Nawawi, 2000, Kepemimpinan Yang Efektif, Gadjah Mada University,
Yogyakarta, h. 9.

20
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, seorang pemimpin harus
melaksanakan sejumlah peran kepemimpinan. Peran kepemimpinan
tersebut adalah:

a. Sebagai katalisator. Seorang pemimpin harus menumbuhkan


pemahaman dan kesadaran orang-orang yang dipimpinnya agar
yakin tindakan yang dilakukan adalah untuk kepentingan semua
anggota organisasi.
b. Sebagai fasilitator. Seorang pemimpin harus berupaya mendorong
dan menumbuhkan kesadaran para anggota organisasi yang
dipimpinnya supaya melakukan perubahan yang diharapkan untuk
meningkatkan organisasi.
c. Sebagai penghubung sumber. Seorang pemimpin harus berupaya
mencari sumber-sumber yang berkenaan dengan kondisi dan
kebutuhan organisasi. Dengan sumber-sumber tersebut, pemimpin
dapat membantu organisasi atau kelompok untuk mengetahui cara-
cara pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperoleh bantuan
yang diperlukan dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
d. Sebagai komunikator. Seorang pemimpin harus mampu
mengkomunikasikan gagasan-gagasan kepada orang lain dengan
baik.44

Seorang pemimpin haruslah memiliki kualitas tertentu agar dapat


menjalankan kepemimpinannya dengan efektif. Kualitas yang menandai
seorang pemimpin dan membantu mempengaruhi proses kepemimpinannya
adalah visi, kemampuan, antusiasme, stabilitas, peduli pada orang lain,
percaya diri, tekun, vitalitas, karisma, dan integritas. Adapun penjelasan
masing-masing kualitas tersebut adalah sebagai berikut.

44
Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 166.

21
a. Visi. Persyaratan pertama seorang pemimpin adalah sangat peka
pada tujuan. Visi menginspirasi orang lain dan menyebabkan
pemimpin menerima tugas kepemimpinan, terlepas menyenangkan
atau tidak.
b. Kemampuan. Pemimpin harus tahu tentang tugasnya. Ini akan
bermakna sekiranya pemimpin telah melakukan tugasnya dengan
baik. Karyawan atau bawahan kurang menghargai pemimpin yang
terus menerus menyandarkan pada orang lain saat harus membuat
keputusan, memberikan bimbingan, atau memecahkan masalah.
c. Kegagalan pemimpin dalam memahami tugasnya akan
mengakibatkan hilangnya kepercayaan diri dan dukungan bawahan.
Dengan demikian pemimpin harus memiliki keinginan untuk
memahami informasi, merumuskan strategi, dan membuat
keputusan yang tepat.
d. Antusiasme. Antusiasme adalah sifat penting yang harus dimiliki
pemimpin. Antusiasme merupakan suatu bentuk persuasi yang
menyebabkan orang lain menjadi tertarik dan tergerak untuk
menerima apa yang sedang dilakukan seorang pemimpin.
Antusiasme ini, seperti juga bentuk emosi manusia, bisa ditularkan
kepada yang lain.
e. Stabilitas. Pemimpin harus memahami dunianya dan bagaimana
menghubungkannya dengan dunia orang lain. Bawahan tidak akan
memiliki empati jika pemimpin secara emosional masih melibatkan
masalah-masalah pribadinya.
f. Peduli pada orang lain. Pemimpin tidak boleh merendahkan orang
lain atau memperlakukan mereka layaknya sebagai mesin.
Pemimpin harus tulus dan peduli dengan kesejahteraan bawahannya.
g. Percaya diri, adalah salah satu kemampuan yang membuat
pemimpin memiliki kekuatan dalam (inner strength) unuk mengatasi
tugas-tugas sulit. Kepercayaan diri pemimpin dengan cepat akan
dirasakan bawahannya sehingga akan meningkatkan kinerja dan

22
komitmen. Jika seorang pemimpin kehilangan percaya diri,
bawahan akan meragukan kewenangan pemimpinnya dan bahkan
mungkin melanggar aturan yang telah disepakati.
h. Ketekunan. Pemimpin harus memiliki energi dan kekuatan pikiran
(determination) untuk berhadapan dengan tugas-tugas sulit hingga
bisa diatasi dengan baik.
i. Vitalitas. Pemimpin efektif umumnya digambarkan sebagai sosok
yang aktif, menggairahkan, dan giat. Pemimpin memerlukan energi
dan stamina untuk mencapai kesuksesan.
j. Karisma. Karisma adalah kualitas pribadi khusus yang
membangkitkan minat bawahan dan menyebabkan mereka mau
mengikutinya. Meskipun sulit diartikan karisma akan menghasilkan
antusiasme, kekaguman, dn loyalitas bawahan.
k. Integritas. Kualitas terpenting kepemimpinan adalah integritas, yang
bisa dipahami sebagai kejujuran, kekuatan karakter, dan keberanian.
Integritas akan menimbulkan kepercayaan, dan kepercayaan akan
mendorong terciptanya penghormatan, loyalitas, dan tindakan
bawahan.45

7. Kepemimpinan Islami

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan terkait dengan dua harapan


atau tuntutan sosial mendasar yang dikenakan kepada si pemimpin.
Pertama, kemampuan yang diperkirakan terdapat padanya untuk memimpin
ke arah tercapainya situasi yang diinginkan oleh komunitasnya. Kedua,
kemungkinan bobot fungsinya dalam mempertahankan eksistensi
komunitas . Dalam konteks pemenuhan tuntutan sosial itu, pemimpin harus

45
Bahruddin, Op.Cit., h. 43.

23
menyadari adanya pertanggungjawaban transendental, yang menghendaki
keterluluhan pribadi dalam keharusan moral agama.46

Tanggung jawab atau prinsip akuntabilitas kepemimpinan dalam


Islam, hendaknya diletakkan dalam tugas (muamalah) kehidupan dan
pengabdian (ibadah) setiap manusia sebagai kahlifah di bumi-Nya,
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 129 sebagai berikut:
‫عد َُّو ُك ْم َويَ ْستَ ْخ ِلفَ ُك ْم فِى‬ َ ‫قَالُ ْْٓوا ا ُ ْو ِذ ْينَا مِ ْن قَ ْب ِل ا َ ْن ت َأْتِيَنَا َومِ ْن بَ ْع ِد َما ِجئْتَنَا ۗقَا َل‬
َ َ‫عسٰ ى َربُّ ُك ْم ا َ ْن يُّ ْهلِك‬

َ‫ْف ت َ ْع َملُ ْون‬ ُ ‫ض فَ َي ْن‬


َ ‫ظ َر َكي‬ َْ
ِ ‫اْل ْر‬ ࣖ
Kaum Musa berkata: "Kami Telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu
datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-
mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di
bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. (Q.S. Al-
A’raf (7) : 129)

8. Syarat-Syarat Pemimpin dalam Islam


a. Kemuslimannya

Komunitas muslim tidak dibenarkan mengangkat dan dipimpin oleh


pemimpin yang bukan muslim, Karena kepemimpina itu berkaitan erat
dengan pencapai suatu citacita, maka kepemimpinan harus berada di dalam
genggaman tangan seorang pemimpin yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT. Allah SWT sudah dengan tegas melarang mengangkat atau
menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin. Firman-Nya dalam surat
Ali Imran ayat 28 sebagai berikut;

ْٓ َّ ‫ش ْيء ا‬
‫ِْل ا َ ْن‬ َ ‫ّللا فِ ْي‬
ِ ٰ َ‫ْس مِ ن‬ َ ‫َْل يَتَّخِ ِذ ْال ُمؤْ مِ نُ ْونَ ْال ٰكف ِِريْنَ ا َ ْو ِل َي ۤا َء مِ ْن د ُْو ِن ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ َو َم ْن يَّ ْفعَ ْل ٰذلِكَ فَلَي‬
‫صي ُْر‬ ِ ‫ّللا ْال َم‬
ِ ٰ ‫سه ۗۗ َواِ َلى‬ ٰ ‫تَتَّقُ ْوا مِ ْن ُه ْم ت ُ ٰقىة ۗۗ َويُ َحذ ُِر ُك ُم‬
َ ‫ّللاُ نَ ْف‬

46
Ibid, h. 44.

24
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi
wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.
dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya
kepada Allah kembali (mu). (Q.S. Ali ’Imran (3) : 28)

Asbab al Nuzul ayat ini adalah; Diriwayatkan Ibnu Jarir


mengetengahkan dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, ”Al
Hajjaj bin Amru, yakni sekutu dari Kaab bin Asyraf, Ibn Abu Haqiq dan
Qais bin Zaid telah mengadakan hubungan akrab dengan beberapa orang
Anshar untuk menggoyahkan mereka dari agama mereka, maka kata Rifaah
bin Munzir, Abdullah bin Jubair dan Saad bin Hatsmah kepada orang-orang
Anshar itu, ’Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan hindarilah hubungan erat
dengan mereka agar kamu tidak terpengaruh dari agamamu!’ Pada mulanya
mereka tidak mengindahkan nasihat itu”, maka Allah menurunkan Surat Ali
Imran ayat 28 itu. Di dalam ayat ini Allah melarang kaum muslimin untuk
menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab, apalagi sebagai
pemimpin atau penolong, jika hal ini akan merugikan mereka sendiri baik
dalam urusan agama maupun dalam kepentingan umat, atau jika dalam hal
ini kepentingan orang kafir akan lebih didahulukan daripada kepentingan
kaum muslimin sendiri. Apalagi jika hal itu ternyata akan membantu
tersebarluasnya kekafiran. Hal yang demikian ini sangat dilarang oleh
agama.

b. Tidak dibenarkan mengangkat pemimpin yang mempermainkan


agama atau mengolok-olok agama.

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat


57 sebagai berikut;

َ َّ‫ب مِ ْن قَ ْب ِل ُك ْم َو ْال ُكف‬


‫ار‬ َ ‫ٰ ْٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل تَتَّخِ ذُوا الَّ ِذيْنَ ات َّ َخذُ ْوا ِد ْينَ ُك ْم ه ُُزوا َّولَعِبا ِمنَ الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬
َ ٰ ‫ا َ ْو ِليَ ۤا َء َواتَّقُوا‬
َ‫ّللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِ نِيْن‬

25
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang Telah diberi Kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orangorang yang beriman.
(Q.S. Al-Maidah (5) : 57).

c. Mampu bersikap dan berbuat adil

Adapun keadilan yang dimaksud meliputi bidang-bidang hukum,


sosial, dan global. Keadilan hukum merujuk kepada prinsip kesamaan
perlakuan hukum terhadap setiap orang, sehingga tidak terjadi pilih kasih
diantara mereka. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa keutamaan
seseorang di antara yang lainnya adalah ketgaqwaannya, sebagaimana
firman Allah SWT. dalam Surat Al Hujurat (49) ayat 13 sebagai berikut:

ٰ َ‫ارفُ ْوا ا َِّن ا َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬


ِ‫ّللا‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَكَر َّوا ُ ْن ٰثى َو َجعَ ْل ٰن ُك ْم‬
َ َ‫شعُ ْوبا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰيْٓاَيُّ َها الن‬
‫ع ِليْم َخ ِبيْر‬ َ ٰ ‫اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗا َِّن‬
َ ‫ّللا‬

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.(Q.S. Al-Hujurat (49) : 13)

d. Keahlian

Islam memandang pula bahwa keahlian merupakan faktor penting


yang dipersyaratkan pada pemimpin. Keahlian pemimpin menyangkut dua
aspek, yaitu ketepatan dan kesesuaian posisi pemimpin dengan bidang
garapannya dan pengetahuan yang luas mengenai bidangnya.

26
e. Memiliki pengetahuan yang luas

Kepemimpinan berkenaan dengan pekerjaan yang bersifat strategik,


antara lain mengambil keputusan. Mengenai pengambilan keputusan oleh
pimpinan, Islam mengarahkannya ke dalam konteks ketegasan menerima
atau menolak hal-hal yang baru; modus pengambilan keputusan, dan
manfaat keputusan yang diambil. Rujukan atas aspek ketegasan dalam
pengambilan keputusan itu, dijelaskan melalui ayat Al-Qur`an sebagai
berikut;

َ‫ࣖ اَ ْل َح ُّق مِ ْن َّربِكَ فَ َل ت َ ُك ْون ََّن مِ نَ ْال ُم ْمت َِريْن‬

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 147)

Mengenai etos kerja dan prilaku kepemimpinan, Islam dan kaum


muslimin merujuknya kepada kualitas pribadi Rasulullah Muhammad saw
dan sifat-sifat otentik kenabiannya, yaitu:

1) Amanah, merupakan sifat-wajib yang menjauhkan diri dari maksiat


lahiriah (berzina, meminum khamr, berdusta). Sifat mustahil sebagai
lawan sifat wajib ini adalah khianat.
2) Shiddiq, adalah sifat-wajib yang berkenaan dengan segala ucapan
Rasulallah saw yang selalu benar. Tetkala seorang Rasul
mendustakan kebenaran Allah yang harus disampaikan kepada
manusia, mengandung arti dan akan menimbulkan kedustaan besar
atas firman-Nya. Sifat wajib ini dilawankan dengan sifat-mustahil
kidzib.
3) Fathonah merujuk kepada sifat-wajib kesadaran, kebijaksanaan, dan
kecerdasan, yang dilawankan dengan sifat-mustahil gaflah (lemah)
atau ghabwah (bodoh).
4) Tabligh, merupakan sifat-wajib Rasulallah saw yang mengandung
arti menjelaskan dan menerangkan wahyu Allah SWT. Sifat

27
mustahilnya adalah kitman, menyembunyikan hal-hal yang
seharusnya ditablighkan.

Tanpa mengecilkan makna sifat-sifat kenabian itu, pemimpin harus


pula memilki sifat syaja’ah atau keberanian, yaitu ketetapan hati yang
berani untuk berupaya melangkah maju, atau mundur untuk mengatur
kembali langkah-langkah perjuangan. Ada dua macam syaja’ah, yaitu
syaja’ah batiniyah (moralitas) atau syaja’ah adabiyah dan syaja’ah
jasmaniyah (fisik).47

Syaja’ah batiniyah, ialah keberanian mengatakan kebenaran dan


memberantas kebathilan, termasuk di dalamnya keberanian berbicara dan
mengambil tindakan untuk meluruskan kesalahan yang dilakukan
seseorang. Pemimpin yang memiliki keberanian tersebut adalah pemimpin
yang berwatak satria. Tujuannya, bukan untuk mencari popularitas atau
mendapatkan suatu jabatan, tetapi agar kebenaran menjadi pijakan yang
kuat bagi setiap orang.

Syaja’ah jasmaniah (fisik), adalah kebenaran melalui kekuatan


fisik. Keberanian untuk mempertahankan diri, harta benda, dan keluarga,
atau orang lain yang lemah, atau untuk membela hak-hak masyarakat umum
dari bahaya yang diakibatkan oleh tingkah laku manusia atau dari bahaya
alam.

Sebagai pengemban kekuasaan, pemimpin dipersyaratkan


bermoralitas tinggi, pemimpin harus mampu memahami dan mengelola
kekuasaan sebagai pemersatu masyarakat, agar mereka saling menolong
dalam memajukan mutu kehidupan seraya mempertahankan diri terhadap
berbagai macam ancaman. Memiliki moralitas yang tinggi, berpegang teguh
kepada ajaran dan kaidah agama, merupakan petunjuk dari adanya
persyaratan untuk mengemban kekuasaan, di samping keharusan adanya

47
Amir, Yayat Hidayat, 2005, Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, h. 26.

28
dukungan kelompok solidaritas yang cukup kuat. Sebaliknya, kehidupan
yang bergelimang kerendahan moral dan tidak mengindahkan ajaran dan
kaidah agama atau budi pekerti yang mulia, adalah tanda nihilnya
persyaratan untuk mengemban kekuasaan.48

C. PENUTUP

Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam


bahasa arab disebut Zi’amah atau Imamah. Dalam era seperti sekarang, sosok
pemimpin memiliki beberapa gaya dalam melaksanakan sebuah organisasi atau
lembaga, diantaranya otokratis, demokratis, laissez faire, kharismatik,
tranformasional, dan transaksional. Setiap gaya kepemimpinan tentunya
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun dalam Islam
sendiri sudah ditentukan batasan atau kategori kepemimpinan yang baik.
Pemimpin yang ideal, yang memiliki pemimpin Islam, adalah hasrat untuk
semua orang. Karena pemimpin ini akan membawa organisasi, pendiri, tanah
dan ibu, dan oleh karena itu pemimpin mutlak diperlukan untuk kebaikan
rakyat. Beberapa aspek yang dijadikan patokan sebagai kategori kepemimpinan
yang baik dalam Islam adalah, kebersihan hati, tingkat ketaatan dan akidah.
Rasulullah SAW merupakan sosok pemimpin dengan beberapa karakter utama
yang bisa dijadikan contoh, beberapa sifatnya yaitu sidiq, tabliq, amanah,
fathanah

Kepemimpinan adalah aktivitas atau kemampuan seseorang atau


aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan, menuntun,
membimbing dan mengendalikan sumber daya manusia yang ada agar mereka
mau bekerja sama dengan baik guna mencapai tujuan organisasi. Adapun teori
kepemimpinan adalah sebagai berikut ; teori sifat merupakan pendekatan
terhadap kepemimpinan yang memberikan beberapa pandangan yang deskriptif
dan analisis serta mengandung nilai prediktif ; teori lingkungan perhatian yang

48
Zainuddin, A. Rahman, 1991, Pemikiran Politik, AIPI-LIPI Gramedia, Jakarta, h. 78.

29
besar terhadap variable-variabel yang situasional dan gaya kepemimpinan yang
dikombinasikan dengan situasi, akan mampu menentukan keberhasilan
pelaksanaan kerja. Dalam Islam yang berdasarkan Al-qur,an dan Al_Hadits ada
beberapa hal yang harus dimiliki bagi seorang penrimpin, diantaranya: sifat
lernah lembut, sifat pemaaf, sifat suka bermusyawarah, selalu bertawakal, tidak
mengikuti hawa nafsu dalant rnenentukan hukum, dan menghakimi atas dasar
kebenaran.

30
DAFTAR BACAAN

A. Rahman, Zainuddin. 1991. Pemikiran Politik. Jakarta: AIPI-LIPI Gramedia.

A. Yulk, Cary. 1981. Leadership In Organizations. Englewood Cliffs: Pretice Hall.

Bahruddin. “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam”, UIKA Bogor,


https://core.ac.uk/download/pdf/230805077.pdf.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan


Terpadu. Jakarta: Bina Aksara.

Hersey. 1982. Management of Organizational Behavior, Untilizing Human


Resources. Englewwood Cliffs New Jersey: Pretice Hall.

Hidayat, Yayat dan Amir. 2005. Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismail, Faisal. 1999. Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah.


Yogyakarta: Tiara Wacana Group.

Jones, Jeff. 2005. Management Skill in Schools. London: Paul Chapman Publishing.

Kurniawan dkk. 2020. “Konsep Kepemimpinan Islam”. Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam, Vol 2 No. 1, 1 (diakses 21 Februari 2023,
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/produ/article/download/224/1
556 ).

Nawawi, Hadad. 2000. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada


University.

Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sondang. 2003. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Syukur, Iskandar. 2015. Kriteria Pemimpin Teladan Dalam Islam. Bandar


Lampung: IAIN Raden Intan Lampung.

Toha, dan Miftah. 1999. Prilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Veitzhal. 2009. Education Managemen, Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

31

Anda mungkin juga menyukai