Anda di halaman 1dari 24

POLA KEPEMIMPINAN TERHADAP PENDIDIKAN MASA KHULAFAURASIDIN

(ANALISIS LEMBAGA PENDIDIKAN)


PROPOSAL MINI RISET
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
Ainun Saharani(22871002)
Hira Khoiriatul ’Ulum (22871016)

Dosen Pengampu: Dr. Amrullah, M. Pd. I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) CURUP
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekhilafahan atau pemimpin Islam dibutuhkan untuk menggantikan kenabian

dalam memelihara agama dan mengatur kehidupan dunia. Agar kepemimpinan berjalan

efektif, dibutuhkan pendirian negara yang merealisasikan ajaran Islam. Negara dan

agama memiliki misi yang sama yakni membangun kebahagiaan, menciptakan

kemaslahatan serta mengatur hubungan sesama umat manusia (hablum minan-nas).

Imamah dan khilafah yang menjadi bangunan suatu pranata sosial, dijadikan pilar untuk

menopang suatu pemerintahan. Pemerintahan yang dapat disebut khilafah Islamiyah atau

negara Islam.1Kekhilafan merupakan kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah maka

dilanjutkan pada para sahabat Khulafaur Rasyidin..

Para sahabat yang menjadi khulaffarasidin yang pertama ialah Abu Bakar As- Sidiq

kedua Umar Ibnu Khotob ke tiga Uaman bib Affan dan terakhir Ali bin Abi Thalib. Para

sahabat memimpin kemajuan dan perkembangan islam dengan cara yang berbeda di

setiap kepemimpinan. Karena setiap sahabat rasulullah SAW memiliki Karakter sendiri-

sendiri pada proses setiap masa kepemimpinan. Dengan keberbedaan pola kepemimpinan

ini maka akan berbeda pula bagaimana bentuk pemerintahan dan kebijakan

pemerintahan. Pada setiap pola pemerintahan sahabat akan mempengaruhi bagaimana

pula jejak atau proses pendidikan agama islam yang telah di rintis awal oleh baginda

rosulullah muhammad SAW. Yang mana proses perjuagan penyebaran agama terutama

pada proses pendidikan agama akan di beban kan kepada khulafarasidin sebagai sahabat

terdekat rosul yang lebih paham dan lebih banyak ilmu agama islam. Dengan tangung
1
Fatni Erlina, “Sistem Khilafah Islamiyah Dalam Perspektif Ketata Negaraan Republik Indonesia”. Jurnal
Idea Hukum, Vol. 5 No 1 Maret 2019
jawab pengokohan dan penyebaran agama Islam ini maka para khulafa rasidin di percaya

umat muslim masa itu sebagai pemimpin Isam setelah wafat nya baginda Rosullah SAW.

Dengan kepemimpinan khulafarasidin setelah wafat nya baginda rosulullah Muhammad

SAW. Serta bentuk kepemimpinan yang pastinya akan berbeda di setiap pemerintahan.

Perbedaan juga akan terlihat pada proses penegakan pendidikan agama islam di setiap

kepemimpinan khulafarasidin. Maka atas semua permasalan tersebut peneliti menemukan

masalah seta judul peneliti akan melakukan pengajuan judul mini riset dengan judul “

Pola kepemimpinan terhadap pendidikan pada masa khulafaurrasidin(Analisis kebijakan

pendidikan).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti memfokuskan permasahan

yang akan diteliti agar tidak sama dengan penelitian sebelumnya. Dalam hal ini penelitian

hanya memfokuskan pada kebijakan pendidikan masa khulafaurrasidin.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakanpara khulafarrasidin terhadap pendidikan?


2. Bagaimana lembagapendidikan khulafaurrasidin terhadap pendidikan ?
3. Bagaimana matei pendidikan masa Khulafaurrasidin?
D. Tujuan
1. Mengetahui kebijakan para Khulafaurasidin
2. Mengetahui Lembaga pendidikan Khulafaurrasidin
3. Mengetahui materi pendidikan masa Khulafaurrasidin
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Kepemimimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” berarti tuntun atau bombing. Kata

“pimpin” kemudian melahirkan kata “me-mimpin, pimpinan, pemimpin dan kepemimpinan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pemimpin” diartikan sebagai orang yang

memimpin. Sementara kata “kepemimpinan” yang berarti perihal pemimpin. Kepemimpinan

berasal dari kata pemimpin yang dapat imbuhan ke-an menurut Cattell, pemimpin adalah

orang yang menciptakan perubahan yang paling efektif dalam kinerja kelompoknya. Dalam

Moderen Dictionary of Sociology mendefisikan pemimpin sebagai seseorang yang

menempati peran sentral atau posisi domain dan pengaruh dalam suatu kelompok.2 Pemimpin

pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku

orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. 3 Kepemimpinan dapat juga

diartikan sebagai proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada

pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Umumnya kepemimpinan merupakan

proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Pengertian pemimpin adalah suatu peran atau

ketua dalam sistem di suatu organisasi atua kelompok. Sedangkan kepemiminan merupakan

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi orang-orang untuk bekerja.

Kepemimpinan dapat juga diartikan sebagai proses memengaruhi atau memberi contoh oleh

pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Umumnya

kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka

2
Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, (Jakarta:PT.
Gramedia Widiasarana, 1996).191

3
Muslim, A.(2021). Kepemimpinan Pendidikan….
perumusan dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Pengertian

pemimpin adalah suatu peran atau ketua dalam sistem di suatu organisasi atua kelompok.

Sedangkan kepemiminan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

memengaruhi orang-orang untuk bekerja. Kepemimpinan menurut E. Mulyasa adalah

kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan4. Menurut (Oteng Sutisna) mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk

menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan

berbuat begitu membangkitkan kerja sama kearah tercapainya tujuan.5

B. Pengertian Pendidikan

1. Pengertian pendidikan secara umum

Driyarkara merumuskan pengertian pendidikan sebagai upaya pemanusiaan

manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Perwujudan upaya ini

adalah tindakan mendidik dan dididik. Bagi Driyarkara, kedua tindakan tersebut adalah

perbuatan yang fundamental. Artinya, pendidikan adalah perbuatan yang mengubah dan

menentukan hidup manusia, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Bagi peserta didik,

pendidikan menjadi sarana yang memungkinkannya tumbuh sebagai manusia. Sementara

bagi pendidik, mendidik berarti menentukan suatu sikap dan bentuk hidup yang diyakini

dapat mewujudkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai insani yang membangun seluruh

hidupnya.6 Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu di

ketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering di pergunakan dalam dunia
4
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual, (Yogyakarta: Ar-
Ruzzmedia,2011) ,89.
5
Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku
Motivasional, Dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2010), 6
6
Sasongko, D. G. S. Pengertian Pendidikan
pendidikan, yaitu pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan” sedangkan

pedagoik artinya “ilmu pendidikan”. Kata pedagogos yang pada awalnya berarti

pelayanan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian pedagogi (dari

pedagogos) berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya

ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

2. Pengertian pendidikan secara islam

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan

yang berdasarkan Islam. oleh sebab itu pendidikan islam harus bersumber kepada al-

Qur’an dan hadis Nabi.7 Pendidikan Islam adalah “Pendidikan manusia seutuhnya; akal

dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Berikut ini beberapa

pengertian pendidikan agama islam menurut para ahli.

a) Menurut Ahmad D. Marimba (dalam Umi Uhbiyat) pendidikan Islam adalah:

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju

terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.

b) Arifin mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses system pendidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh anak didik dengan berpedoman

pada ajaran Islam.

c) Soejoeti berpendapat pertama, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang

pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh keinginan dan semangat cita-cita untuk

mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang bercermin dalam nama lembaganya

maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Kedua, pendidikan Islam

7
Zulkarnain, Tranformasi nilai-nilai Pendidikan Islam; Manajemen Berorientasi Link dan Match,
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 16-17
adalah jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran

Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang akan diselenggarakan. Dan yang

ketiga, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian

diatas.

d) Menurut Tadjab, secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan

yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas dasar ajaran agama Islam.

selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa ajaran Islam bersumber kepada al-Qur’an dan

Hadis. Oleh karena itu untuk merumuskan konsep pendidikan yang dikehendaki oleh

Islam, kita harus menemukan didalam al-Qur’an dengan cara menganalisis ayat-ayat al-

Qur’an yang berhubungan dengan penddikan dan menganalis aplikasinya dalam sunah

Rasullah saw dan sepanjang sejarah Islam.8

C. Khulafaurasidin

1. Pengertian Khulafaurasidin

Al-Khulafa ar-Rasidin bermakana pengganti-pengganti Rasul yang cendikiawan.

Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-rasyidin adalah dari orang-orang muslim yang

paling dekat dari rasul, setelah meninggalnya beliau. Khalifa secara khusus maksudnya

adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai iman umatnya, dan secara kondisional

juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah identitas kedaulatan islam(negara).

Adapun yang dimaksud dengan Khulafar rasidin adalah menggantikan kepemimpinan

rasulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil, cerdik, bijaksana dan

melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah.

2. Tugas Khulafaurrasidin

8
Hisam Ahyani, Dian Permana, implementasi pendidikan islam dan pendidikan multikultural pada , 2020
Tugas Khulafaurrasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rosulullah dalam
mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rosulullah terdiri dari dua hal yaitu
tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin bertugas menggantikan
kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau
kepala pemerintahan dan pemimpin agama. Adapun tugas kerosulan tidak dapat
digantikan oleh Khulafaur Rasyidin karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang
terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi dan Rosul lagi. Tugas Khulafaur Rasyidin
sebagai kepala Negara adalah mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan
yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin agama
Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan masalah
keagamaan. Bila terjadi perselisihan pendapat maka kholifah yang berhak mengambil
keputusan. Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya selalu
mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang diambil tidak
bertentangan dengan kaum muslimin.
3. Khalifa Khulafaurrasidin
1) Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)

Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra islam
bernama Abdullah ibnu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia
termasuk salah seorang sahabat yang utama. Julukannya Abu Bakar (bapak Pemagi)
karena dari pagi-pagi betul memeluk agama islam, gelarnya ash-Shiddiq karena ia
selalu membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’ Mi’raj. Jadi nabi
Muhammad sering kali menunjukkannya untuk mendampinginya di saat penting atau
jika berhalangan, dan Rasul tersebut mempercayainya sebagai pengganti untuk
menangani tugas-tugas keagamaan.Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin
politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkna persoalan
tersebut pada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama
setelah beliau wafat dan jenazahnya belum dimakamkan, sejumlah tokoh muhajirin
dan anshar berkumpul dib alai kota bani Sa’idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.Musyawarah cukup
alot karena masing-masing pihak, baik muhajirin maupun anshar, sama-sama merasa
berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuywah islamiah
yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar
yang tinggi mendapat penghargaan yang tinggi dari umat islam, sehingga masing-
masing pihak menerima dan membaiatnya.9

2) Khalifa Umar bin Khattab


Umar bin Khattab adalah seorang tokoh yang cerdas dan pendidik sejati dari
kalangan shahabat Rasulullah SAW.Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar
Jazirah Arab, Umar bin Khattab memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah luar
Jazirah Arab karena bangsa-bangsa tersebut memiliki adab dan kebudayaan yang
berbeda dengan Islam. Berkaitan dengan usaha pendidikan, khalîfah Umar bin
Khattab mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan, yang bertugas mengajarkan al-Quran dan ajaran Islam kepada penduduk
yang baru masuk Islam di wilayah-wilayah baru.
Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukkan, harus

belajar Bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pengetahuan Islam.

Oleh karena itu, masa ini sudah terdapat pengajaran Bahasa Arab.18 Khalîfah Umar

bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan penyuluhan pendidikan di kota

Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar.

3) Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)

Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari

pihak Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah

seorang sahabat dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan ali, tim formatur yang

dibentuk oleh Umar ib Khaththab akhirnya member mandate kekhalifahan kepada

Ustman ibn Affan. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua

khalifah di zaman al-Khulafa’ ar-Rasyidin yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat

9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. hal. 36.
tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses bagi beliau. Para

pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Ustman ibn Affan menjadi dua

periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan

Ustman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.

Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang

menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan

yang penting. Ustman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir

yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-

jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah.. 10

4) Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)

Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia

islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.

Pemberontak yang waktu itu mnguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain

Ali Bin Abi thalib menjadi khalifah. Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair

Bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali

menerima baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara

massal. Karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.Ali

memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia menghadapi

berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang

dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah pemberontakan yang

10
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam. hal. 56-57.
dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, ali tidak mau

menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut bela terhadap darah

Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim. Bersamaan dengan itu, kebijakan-

kebijakan Ali. juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di

Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang

merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali

adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi

di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini disebut sebagai perang Siffin. Pada saat

Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat Mu’awiyah yang

dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah memerintahkan

pasukannya mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai isyarat berdamai

dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar dari kekalahan

total. Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk

berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka berdua,

Abu Musa menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan

menyerahkan urusan penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba

giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali dan

menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash menyalahi

kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya dalam

peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak keputusan tahkim tersebut,

dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah. Setelah terjadinya

peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian, dan kelompok yang
keluar. dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij (orang-orang yang

keluar).

Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid
Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut yang
mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-
Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang
wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research,
yaitu kegiatan yang meliputi mencari, membaca, menelaah laporan-laporan
penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori relavan dengan penelitian
yang dilakukan. Maksudnya penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data
dari literatur-literatur atau karya tulis ilmia. Hal ini bertujuan untuk memecahkan
masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaah kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relavan.11
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Data pokok dari penelitian disebut sebagai data primer yakni sumber pertama
yang dapat memberikan informasi,fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan
oleh peneliti.12 Seperti Buku Ilmu kalam Drs Aguslir dkk dan jurnal.
b. Sumber Data Sekunder
Data-data yang berhubungan dengan penelitian yang bersifat mendukung di
sebut sebagai data skunder.13 Seperti buku-buku yang berkaitan dengan Akidah,
Buku-buku yang berkaitan dengan Ilmu Kalam dan Teologis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data ini sangat penting agar hasil dari penelitian
yang peneliti dapatkan bersifat valid dan konkret. teknik pengumpulan data nya,
Yaitu:
a. Editing Yaitu pengecekan kembali dari data-data yang diperoleh paling
utama dari segi kelengkapan, kejelasan arti serta koherensi arti antara yang
satu dengan yang lain.
b. Organizing Yaitu menyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka yang
sudah di tentukan.
c. Penemuan hasil penelitian Yaitu melaksanakan analisis lanjutan terhadap
hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan

11
Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 163.
12
Dr. Ibrahim M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,CV., 2018),h 69.
13
Dr. Ibrahim M.A., h 70.
metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan (inferensi)
tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.14
Pertama, proses editing yaitu memeriksa data-data yang diperoleh. Dalam
penelitian ini data-data yang di cek kembali kelengkapan, kejelasan
maknanya yaitu data primer dan data sekunder.
Kedua, proses Organizing, yaitu menyusun data sesuai kerangka. Data
yang disusun dalam penelitian ini yaitu data primer (Ilmu Kalam Drs Aguslir
dkk) yang disusun dan disesuaikan isi dan penjelasannya mengenai pemikiran
teologis pendidikan Islam masa khulafaurasyidin
Ketiga, proses penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis untuk
memperoleh kesimpulan. Sehingga dalam penelitian ini setelah data diperiksa
dan disusun sesuai dengan topik penelitian (pemikiran teologi pendidikan
Islam masa Khulafaurasyidin) kemudian seluruh data tersebut ditelaah dan
dianalisis untuk memperoleh kesimpulan dari penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu kegiatan mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan memberi tanda atau kode, dan mengkategorikan data sehingga
dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan tersebut. 15 Dengan
kata lain analisis data ialah penelaahan dan penguraian atas data sehingga
menghasilakan kesimpulan.
a. Analisis Deskriptif yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
penelitian kemudian disusun sesuai dengan kebutuhan, setelah itu data-data
tersebut di analisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Data-data penelitian
yang dikumpulkan bukan berbentuk angka, tetapi berbentuk kata-kata, dan
gambar.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis deskriptif terhadap data-
data yang sudah dikumpulkan baik data primer (Ilmu Kalam Drs Aguslir dkk)
maupun data sekunder (Buku-buku yang berkaitan dengan akidah, dan buku
yang berkaitan dengan pemikiran teologis pendidikan Islam ). Data-data

14
Cik Hasan Bisri and Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), 96.
15
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 10.
tersebut dikutip untuk diolah sehingga memberikan gambaran penyajian
sesuai dengan data penelitian yang sudah ditemukan.
b. Analisis Isi , content analysis ialah teknik yang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karakteristik pesan dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis.
Berdasarkan uraian tersebut, teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu content analisis, di mana data yang diperoleh diseleksi
terlebih dahulu, kemudian dianalisis melalui tahapan pengamatan dan
penelaah untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini , data
yang diperoleh dari beberapa buku akan dipilah dan dipilih sesuai dengan
pembahasan dalam penelitian. Kemudian barulah data dikelompokkan dan
dikategorikan serta dikutip sesuai dengan kebutuhan.
B. Sistematika Laporan
1. Pendahuluan berisikan permasalahan , fokus penelitian , pertanyaan penelitian dan
metode penelitian.
2. Kajian teoretis, berisikan teori-teori yang mendukung dalam penyelesaiaan proposal
serta penelitian yang relavan.
3. Hasil penelitian, berisikan pembahasan dari hasil penelitian di dukung dengan teori-
teori serta penelitian yang relavan.
4. Kesimpulan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Bagaimana pola kepemimpinan para khulafarrasidin terhadap pendidikan?


1. Masa Khalifah Abu Bakar (11-13 H/632-634 M)
Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh pemberontakan orang-
orang murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan enggan membayar zakat,
karena hal inilah khalifah lebih memusatkan perhatiannya memerangi para
pemberontak, maka dikirimlah pasukan untuk memerangi para pemberontak ke
yamamah, dalam insiden itu banyak para khufadhil quran yang mati syahid kemudian
karena khawatir hilangnya Al-Quran sayyidina Umar mengusulkan pada khalifah
untuk membukukan al-quran, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah
Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-quran, pola pendidikan
khalifah Abu Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya.16
2. Masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (13-23 H/634-644 M)
Umar di kenal sebagai sahabat Nabi, ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih,
misalnya, mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan
kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalam azan
subuh, ide tentang perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender
Hijrah . Dalam hal pendidikan Umar membangun tempattempat pendidikan (sekolah),
juga menggaji guru-guru, imam, muazzin dari dana baitul mal.
Panglima dan gubernur yang diangkat Umar adalah para sahabat Rasul yang telah
memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas, mereka juga adalah ulama. Seperti Abu
Musa Al- Asy’ari gubernur Basrah adalah seorang ahli fiqh, ahli hadits dan ahli
Qur’an. Ibnu Mas’ud dikirim oleh Umar sebagai guru, ia adalah seorang ahli dalam
tafsir dan fiqh, juga ia meriwayatkan hadits. Muaz bin Jabal, ‘Ubadah, dan Abu
Darda’ dikirim ke Damsyik untuk mengajarkan ilmu agama dan Alquran. Muaz bin
Jabal mengajar di Palestina, Ubadah di Hims dan Abu Darda
di Damsyik, Amru Ibnu Al-Ash seorang panglima dari khalifah Umar berhasil
mengalahkan Mesir. Ia adalah seorang yang memiliki keahlian dalam hadis, terkenal
sebagai pencatat hadis Nabi. Sedang di Madinah gudangnya ulama, seperti Umar
sendiri seorang ahli hukum dan pemerintahan, memiliki
16
Munawaroh, Nur, and Muhammad Kosim. "Pendidikan Islam Masa Khulafaur Rasyidin dan Perannya
dalam Pengembangan Pendidikan Islam." Jurnal Kawakib 2.2 (2021): 80
keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah
bin Umar adalah pengumpul hadis. Ibnu Abbas ahli tafsir Alquran dan ilmu faraid,
Ibnu Mas’ud ahli Alquran dan hadis. Ali ahli hukum juga tafsir. Berkaitan dengan
masalah pendidikan, khalifah Umar ibnu Khatab merupakan seorang pendidik yang
melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan
pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-
tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan
ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam.
3. Masa Usman Ibnu Affan (23-35 H/644-656 M).
Pendidikan Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan, tidak jauh berbeda
dengan masa-masa sebelumnya. Pendidikan pada masa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada. Hanya sedikit perubahan yang mewarnai pelaksanaan pendidikan
Islam dari apa yang telah ada. Para sahabat besar Rasulullah SAW., yang
berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah SAW.
pada masa Khalifah Umar tidak diizinkan meninggalkan Madinah, maka pada
masa Khalifah Usman diberikan sedikit kelonggaran untuk keluar Madinah dan
menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Di daerah-daerah yang baru tersebut
mereka mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang mereka miliki dan dapatkan langsung
dari Rasulullah SAW. Usaha yang kongkrit dalam bidang pendidikan Islam belum
dikembangkan pada masa Khalifah Usman bin Affan.
Khalifah sudah merasa puas terhadap pendidikan Islam yang telah berjalan pada
masa-masa sebelumnya. Namun, yang penting untuk dicatat, suatu prestasi yang
gemilang telah dicapai pada masa pemerintahan khalifah ketiga ini adalah usaha
pembukuan kitab suci Al-Qur‟an yang mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi
pendidikan Islam. Khalifah Usman melanjutkan usaha yang dulu dirintis oleh
Khalifah Abu Bakar yaitu pengumpulan Al- Qur‟an dari hafalan-hafalan para sahabat
penghafal Al-Qur‟an. Bundelan itu disimpan oleh Khalifah Abu Bakar, kemudian
diserahkan kepada Khalifah kedua Umar bin Khattab, setelah itu dititipkan Khalifah
Umar kepada puterinya Hafsah binti Umar yang juga istri Rasulullah SAW.17
4. Masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
17
Huda, Fadilatul, Yuliharti Yuliharti, and Yanti Yanti. "Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Nabi &
Khulafaurrasyidin." Kutubkhanah 20.2 (2020): 147
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali, terjadi banyak pergolakan, sehingga dapat
dikatakan, hampir tidak pernah mengalami kedamaian. Pergolakan dan peperangan
internal umat Islam terjadi secara bergantian, yang merupakan imbas dari fitnah dan
syubhat serta kesalahpahaman. Pada saat itu, Khalifah Ali memiliki waktu untuk
memikirkan permasalahan dalam sektor pendidikan, karena perhatiannya berfokus
penuh pada permasalahan keamanan dan kedamaian ummat Islam, sehingga
penyelenggaraan pendidikan Islam yang berlangsung tidak mengalami perbedaan
dengan masa sebelumnya. Materi pendidikannya mengalami sedikit perkembangan
secara parsial dan tidak merata, tergantung kemampuan para gurunya dalam
menjelaskan atau menangkal berbagai paham yang menyimpang pada waktu itu,
sehingga memberikan dampak pada berkembangnya kajian-kajian hukum Islam.18
B. Bagaimana bentuk konsep pendidikan masa khulafarrasidin?
1. Masa Khalifah Abu Bakar (11-13 H/632-634 M)
pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Abu Bakar adalah sama dengan
pendidikan Islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga
pendidikanya, karena Abu Bakar termasuk sahabat terdekat yang hidup sezaman
dengan Nabi. Masa pemerintahan Abu Bakar tidak lama, tapi beliau
telah berhasil memberikan dasar-dasar kekuatan bagi perjuangan perluasan dakwah
dan pendidikan Islam.
seperti tata cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.Pokok-pokok ajaran Islam
yang diajarkan dapat dibagi menjadi beberapa kategori materi pendidikan, yaitu:
a. Materi Pendidikan Tauhid, yang menurut Syaikh Utsaimin dalam Syarhu
Tsalatsatil Ushul, Tauhid adalah menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang
benar dengan segala kekhususannya.
b. Materi Pendidikan Moral, misalnya adab sehari-hari, adab kasih sayang, adab
bermasyarakat, adab hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
Islam, pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan dari pendidikan tauhid, bahkan
akhlak adalah buah dari tauhid.

Zainudin, Ely. "Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin." Intelegensia: Jurnal
18

Pendidikan Islam 3.1 (2015). 55


c. Materi Pendidikan Ibadah, seperti Wudhu, Sholat, Sholat, Dzikir, Puasa, Zakat
dan Haji. 4. Materi pendidikan kesehatan yang terintegrasi dalam bidang tauhid,
akhlak, ibadah, seperti kebersihan badan dan lingkungan, etika makan dan
minum, buang air besar, etika mandi dan lain-lain19

2. Masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (13-23 H/634-644 M)


pelajaran agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta
lebih lengkap. Karena masa Umar bin Khattab negara dalam keadaan stabil dan aman,
menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan, telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan di setiap kota.
Dengan keadaan negara yang stabil, Umar telah berhasil mengelola pendidikan
pada masanya dengan baik, dan juga membuat terobosan-terobosan yang menjadi
penunjang majunya pendidikan pada masa itu, di antaranya.
a. menjadikan kota Madinah sebagai pusat pendidikan Islam
b. pada masa Umar, tenaga pendidik sudah digaji oleh pemerintahan,
c. metode pembelajaran pada masa Umar dengan dibuat halaqah,
d. kurikulum atau materi pelajaran yang ditetapkan pada masa Umar
3. Masa Usman Ibnu Affan (23-35 H/644-656 M).
Utsman adalah orang yang menuliskan wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul pada
masa pemerintahan Abu Bakar hingga sampai pada zaman pemerintahan Umar, Utsman
tetap menjadi penulis yang Utama. Utsman dipercaya untuk memegang kumpulan surat-
surat penting dan rahasia-rahasia besar.
Pola perkembangan pendidikan Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan dari segi
kelembagaan hampir sama dengan periode sebelumnya, namun banyak perbedaan
mendasar dari segi kebijakan dan metode.perubahan kebijakan yang dilakukan Khalifah
Utsman terkait pendidikan adalah:
1) Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Khalifah Utsman bin Affan diserahkan
kepada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak Moch. Faizin Muflich, Pola

19
Muflich, Moch Faizin. "Pola Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periodesasi
Khulafa’ur Rasyidin dan Implementasinya Terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di
indonesia." FATAWA: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2.1 (2021): 98
Perkembangan Pendidikan Islam mengangkat guru. Dengan demikian, pendidik
menjalankan tugasnya sendiri dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT.
2) Para Sahabat Senior diberi kebebasan untuk meninggalkan Madinah dan menetap di
daerah yang mereka inginkan.
Kedua kebijakan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan
pendidikan Islam. guru bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat sehingga pusat-pusat pendidikan mulai menyebar ke
daerah lain dan mobilisasi pencari ilmu tidak hanya terfokus di Madinah. Proses
penyelenggaraan kegiatan pendidikan binaan Sahabat Senior menjadi lebih merata dan
lebih terjangkau oleh pencari ilmu. 20
4. Masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Dasar pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di
atas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi sebagian besar masih tetap
berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang diajarkan Rasulullah SAW.
Ahmad Syalabi mengatakan: “Sebetulnya tidak seharipun, keadaan stabil pada
pemerintahan Ali. Tak ubahnya beliau sebagai seorang menambal kain usang, jangankan
menjadi baik malah bertambah sobek Dapat diduga, bahwa kegiatan pendidikan pada saat
itu mengalami hambatan dengan adanya perang saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat
memikirkan masalah pendidikan karena ada yang lebih penting dan mendesak untuk
memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan
kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Salah
satu yang patut untuk kita sorot adalah bagaimana keterlibatan khalifah Ali dalam
meletakkan dasar ilmu nahwu yang merupakan ilmu terpenting dalam Islam. Bagaimana
tidak, ilmu nahwu sangat memengaruhi eksistensi khasanah keilmuan di dunia Islam yang
sampai sekarang masih kita nikmati bersama. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa Ali mempunyai peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar ilmu
gramatikal bahasa Arab yang disebut dengan nahwu itu, meskipun yang kita kenal sebagai
bapak bahasa arab adalah Abu Aswad ad-Duwaly. Namun sejarah mencatat bahwa, lewat Ali
lah abu aswad mengungkapkan pemikirannya tentang kesersahan yang di rasakan atas
Bahasa Arab yang telah bercampur dengan bahasa lain akibat ekpansi wilaya umat Islam.
20
Muflich, Moch Faizin. "Pola Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periodesasi Khulafa’ur Rasyidin dan
Implementasinya Terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di indonesia." FATAWA: Jurnal Pendidikan Agama
Islam 2.1 (2021); 101
Kemudian dengan ilmu yang dimilikinya, Ali bin Abi Tahlib merancang tata bahasa arab
yang dimulai dengan kaidah inna wa akhawatuha, idhafah, amalah, ta’ajjub, istfham dan
lain.lain. dari sinilah kemudianAli memerintahkan Abu Aswad ad-Duwaly untuk
mengembangkannya, hingga labat laun, jadilah ilmua nahwu sebagaimana yang kita pelajari
saat ini.21
C. Bagaiman bentuk lembaga pendidikan di masa khulafarrasidin?
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah
pada masa klasik adalah:
1) Shuffah, pada masa Rasulullah SAW. suatu tempat untuk aktivitas
pendidikan yang menyediakan pemondokan bagi yang miskin, ada Sembilan
shuffah diantanya di samping Masjid Nabawi;
2) Kuttab/Maktab, berarti tempat tulis menulis;
3) Halaqah, artinya lingkaran, proses belajar mengajar dimana murid
melingkari muridnya, di masjid-masjid atau di rumah-rumah, mendiskusikan
ilmu agama, ilmu pengetahuan , dan filsafat;
4) Majlis, ada
5) macam majlis menurut Muniruddin Ahmed:
a. Majlis Al-Hadis;
b. Majlis al-Tadris;
c. Majlis al-Munazharah;
d. Majlis Muzakarah;
e. Majlis al-Syu’ara;
f. Majlis al-Adab;
g. Masjid;
6) Khan, asrama murid-murid yang dari luar kota untuk belajar Islam di suatu
masjid;
7) Ribath, tempat kegitan kaum sufi yang dipimpin oleh Syaikh;
8) Rumah-rumah Ulama;
9) Toko-toko Buku dan Perpustakaan;
21
Munawaroh, Nur, and Muhammad Kosim. "Pendidikan Islam Masa Khulafaur Rasyidin dan Perannya
dalam Pengembangan Pendidikan Islam." Jurnal Kawakib 2.2 (2021): 95.
10) Rumah Sakit;
11) Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi).

Di zaman khulafaur rasyidin, sahat-sahabat Nabi SAW. terus melanjutkan


peranannya yang selama ini mereka pegang, tetapi zaman ini muncul kelompok
tabi’in yang berguru kepada lulusan-lulusan pertama. Diantaranya yang paling
terkenal di Madinah adalah: Rabi’ah al-Raayi yang membuka pertemuan ilmiah di
Masjid Nabawi.

a. Al-Kuttab, didirikan pada masa Abu Bakar dan Umar yaitu sesudah
penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan
bangsa-bangsa yang telah maju. Utamanya mengajarkan Alquran kepada
anak-anak, selanjutnya mengajarkan membaca, menulis dan agama.40 Khuda
Bakhsh: pendidikan di al-kuttab berkembang tanpa campur tangan
pemerintah, dalam mengajar menganut sistem demokrasi.
b. Mesjid dan Jami’. Mesjid mulai berfungsi sebagai sekolah sejak pemerintahan
khalifah kedua, Umar, yang mengangkat “penutur”,qashsh, untuk masjid di kota-
kota, umpamanya Kufah, Basrah, dan Yastrib guna membacakan Alquran dan
Hadits (Sunnah Nabi).41 Mesjid lembaga ilmupengetahuan tertua dalam Islam.
Mesjid terkenal tempat belajar adalah:
1) Jami’ Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan budi pekerti.
Imam syafi’i datang ke Mesjid ini (182 H) untuk mengajar, sdh 8
halaqat (lingkaran) yang penuh dengan para pelajar.
2) Jami’ Ahmad bin Thulun (didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh, Hadis,Alquran
dan Ilmu kedokteran.
3) Masjid Al-Azhar ada di Universitas Al-Azhar
c. Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul pada masa Abbasiyah(masa
bangkitnya intelektual), lahir pada masa Al-Rasyid.
d. Madrasah, muncul pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan oleh
golongan-golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan mengendalikan
pemerintahan, gerakan ilmu pengetahuan dan sejalan dengan
pendapatpendapat golongan mistik yang extreme. Di Mesir didirikan sesudah
hilangnya Fathimiyah.
e. Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di rumah-rumah orang sufi abad ke
XIII M.
f. Al-Bimarista, sejenis rumah sakit pada masa Al-Walid bin Abdul Malik tahun
88 H. memberikan pelajaran kedokteran.
g. Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu Arabi pada
abad ke dua H.
h. Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya: Perpustakan yang
didirikan disamping madrasah al-Fadhiyah (buku 100.000 buku)22

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual,


(Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia,2011) ,89.

Adib, Abdul. "Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin." Jurnal Mubtadiin 7.02
(2021).
Cik Hasan Bisri and Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2002)

Adib, Abdul. "POLA PENDIDIKAN ISLAM PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN."


22

Jurnal Mubtadiin 7.02 (2021): 308-309


Dr. Ibrahim M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,CV., 2018),h 69.
Huda, Fadilatul, Yuliharti Yuliharti, and Yanti Yanti. "Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa
Nabi & Khulafaurrasyidin." Kutubkhanah 20.2 (2020)

Fatni Erlina, “Sistem Khilafah Islamiyah Dalam Perspektif Ketata Negaraan Republik

Indonesia”. Jurnal Idea Hukum, Vol. 5 No 1 Maret 2019

Lexy j Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),


163.
Muflich, Moch Faizin. "Pola Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periodesasi Khulafa’ur
Rasyidin dan Implementasinya Terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di indonesia."
FATAWA: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2.1 (2021)

Munawaroh, Nur, and Muhammad Kosim. "Pendidikan Islam Masa Khulafaur Rasyidin dan
Perannya dalam Pengembangan Pendidikan Islam." Jurnal Kawakib 2.2 (2021):

Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku


Motivasional, Dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi
untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, (Jakarta:PT. Gramedia
Widiasarana,2010),
Zulkarnain, Tranformasi nilai-nilai Pendidikan Islam; Manajemen Berorientasi Link dan Match,
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2008)

Anda mungkin juga menyukai