Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Nama: Sintia Antira

Nim:2030203134

Kelas: MPI 4

Semester: 2

Dosen pengampuh: Dr. Feby Febriyanti, S.Ag.,M.Pd.I

Soal

1. Gambarkan urgensi mempelajari filsafat pendidikan islam bagi pendidik?

2. Apa itu filsafat pendidikan islam? Apa/Bagaimana dengan ilmu pendidikan islam?

3. Bagaimana konsep fitrah dalam islam? Apa/bagaimana relevansinya dengan konseptualisasi


pendidikan islam?

4. Jelaskan konsep pendidik dalam filsafat pendidikan islam?

Jawaban:

1. URGENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Setelah kita bahas tentang peranan filsafat pendidikan islam selanjutnya kita beralih pada
pembahasan tentanng urgensi mempelari filsafat pendidikan islam. Secara umum George R.
Knight menuturkann empat urgensi mempelajari filsafat pendidikan. Yaitu:

1. Membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan mendasar pendidikan.

2. Memumgkinkan para pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai
tawaran-tawaran yang merupakan solusi bagi persoalan-perssoalan tersebut.

3. Membekali para pendidk berfikir klarifikatif tentang tujuan-tujuan hidup dan pendidikan.

4. Memberi bimbingan dalam mengembangkan suatu program pendidikan yang berhubungan


secara realistik dengan konteks dinia global yang lebih luas.1

1
Toto Suharto, Filsafat Pendikan islam, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2011). Hlm. 43
Al-Syaibani secara khusus menjelaskan bahwa mempelajari filsafat pendidikan islam memiliki
beberapa kegunaan sebagai berikut.

1. Filsafat pewndidikan dapat membantu para perencana dan pelaksana pendidikan untuk

membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.

2. Filsafat pendidikan islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan
pendidikan.

3. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan belajar.

4. Filasafat pendidkan dapat dijadikan sandaran intelaktual bagi merecika yang berkecimpung
dalam dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah
maraknya berbagai aliran atau sistem pendidkan yang ada.

5. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan
dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,dan politik. 2

2. Filsafat Pendidikan Islam

filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang
digunakan untuk merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada
prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan
pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia
sebagai makhluk yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual,
pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan
bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio
dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari
Allah, serta berbagai pandangan ajaran Islam lainnya (Nata, 2005)

Pendidikan Islam.

Sedangkan Pengertian Pendidikan Islam Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

2
Ibid, hlm 44-45.
dan negara. Pengertian Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaiman Islam
telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun
ukhrawi (M. Arifin, 1994).

3. Pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam
tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga
berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan
Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai
bentuk perbedaan secara kualitatif"3

Pendidikan berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pada manusia, maka
sangat urgen sekali untuk memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai
makhluk yang diproses kearah kebahagian dunia dan akhirat, maka pandangan Islam tentang
manusia antara lain: Pertama, konsep Islam tentang manusia, khsusunya anak, sebagai subyek
didik, yaitu sesuai dengan Hadits Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau
dengan "potensi" tertentu[9]. Dalam al-Qur'an, dikatakan "tegakkan dirimu pada agama dengan
tulus dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan oleh Allah. Tak ada
perubahan pada ketetapan-Nya....” (ar-Rum : 30).

Dengan demikian, manusia pada mulanya dilahirkan dengan "membawa potensi" yang perlu
dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya. Pandangan ini, "berbeda dengan teori tabularasa
yang menganggap anak menerima "secara pasif" pengaruh lingkungannya, sedangkan konsep
fitrah mengandung "potensi bawaan" aktif (innate patentials, innate tendencies) yang telah di
berikan kepada setiap manusia oleh Allah.4

Bahkan dalam al-Qur'an, sebenarnya sebelum manusia dilahirkan telah mengadakan "transaksi"
atau "perjanjian" dengan Allah yaitu mengakui keesaan Tuhan, firman Allah surat al-A'raf : 172,
"Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka dan menyuruh agar
mereka bersaksi atas diri sendiri; "Bukankah Aku Tuhanmu?" firman Allah. Mereka menjawab;
"ya kami bersaksi" yang demikian agar kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak, "kami tidak
mengetahui hal ini" (Zaini Dahlan, 1998:304). Apabila kita memperhatikan ayat ini, memberi
gambaran bahwa setiap anak yang lahir telah membawa "potensi keimanan" terhadap Allah atau
disebut dengan "tauhid". Sedangakan potensi bawaan yang lain misalnya potensi fisik dan
intelegensi atau kecerdasan akal dengan segala kemungkinan dan keterbatasannya. Selain itu,

3
M.Rusli Karim, 1991, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Buku Pendidikan Islam di
Indonesia antara Citra dan Fakta, Editor : Muslih Usa, Tiara Wacana, Yogya, Cet.I, hal. 29-32

4
Loc cit, Anwar Jasin, hal.2- 3
dalam al-Qur'an banyak dijumpai ayat-ayat yang menggambarkan sifat-sifat hakiki manusia yang
mempunyai implikasi baik terhadap tujuan maupun cara pengarahan perkembangannya.
Misalnya saja: tentang tanggung jawab, bahwa manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi juga
potensi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dan sesuai dengan tingkat kemampuan daya
pikul seseorang menurut kodrat atau fitrah-nya (pada al-Mu'minun:115 dan al-Baqrah:286).
Selain itu juga manusia pada hakekat dan menurut kejadiannya bersedia dan sanggup memikul
amanah (pada al-Ahzab : 72). Di samping itu, hal yang juga penting implikasinya bagi
pendidikan adalah tanggung jawab yang ada pada manusia bersifat pribadi, artinya tidaklah
seseorang dapat memikul beban orang lain, beban itu dipikul sendiri tanpa melibatkan orang lain
(pada Faathir:18).

Sifat lain yang ada pada manusia adalah manusia diberi oleh Allah kemampuan al-bayan (fasih
perkataan - kesadaran nurani) yaitu daya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (pada ar-Rahman:3-4). Pada hadits
Rasulullah, "barang siapa ingin mencapai kebahagian dunia harus ditempuh dengan ilmu dan
barang siapa yang mencari kebahagian akhirat juga harus dengan ilmu, dan barang untuk
mencari keduanya juga harus dengan ilmu". Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa tugas
dan fungsi pendidikan adalah mengarhkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada
seseorang seoptimal mungkin sehingga ia berkembang menjadi seorang muslim yang baik.
Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembanagan. Potensi manusia yang dibawah sejak
dari lahir itu bukan hanya bisa dikembangkan dalam lingkungan tetapi juga hanya bisa
berkembang secara terarah bila dengan bantuan orang lain atau pendidik. Dengan demikian,
tugas pendidik mengarahkan segala potensi subyek didik seoptimal mungkin agar ia dapat
memikul amanah dan tanggung jawabnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat, sesuai dengan profil manusia Muslim yang baik. Ketiga, profil manusia Muslim.
Profil dasar seorang Muslim yang baik adalah ketaqwaan kepada Allah.5

Dengan demikian, perkembangan anak haruslah secara sengaja diarahkan kepada pembentukan
ketaqwaan. Keempat, metodologi pendidikan. Metodologi diartikan sebagai prinsip-prinsip yang
mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang, khususnya pada proses belajar-
mengajar. Maka, pandangan bahwa seseorang dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan
dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dalam lingkungannya, mempunyai implikasi
bahwa proses belajar-mengajar harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif (student active
learning) relevansinya dengan konseptualisasi pendidikan islam
6

5
http://www.kampusislam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=584, tgl 25 Mei 2009

6
Loc cit, Anwar Jasin, hal. 4-5
Jadi, dari pandangan di atas, pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah dan relevansinya dengan konseptualisasi pendidikan islam yaitu
dengan membawa "potensibawaan" seperti potensi "keimanan", potensi untuk memikul amanah
dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena dengan potensi ini, manusia
mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan dengan bantuan orang
lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim yang mampu menjadi khalifah
dan mengabdi kepada Allah.7

4.konsep pendidik dalam filsafat pendidikan islam..

Tugas pendidik adalah sebagai berikut:

1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan


pengalaman-pengalaman

2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara pancasila

3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik

4. Sebagai perantara dalam belajar

5. Sebagai pembimbing untuk membawa anak ke arah kedewasaan

6. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

7. Sebagai penegak disiplin

8. Sebagai administrator dan manager

9. Pekerjaan guru sebagai profesi

10. Guru sebagai perencana kurikulum

11. Guru sebagai pemimpin

12. Guru sebagai sponsor kegiatan anak-anak

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Diantaranya :

7
Kesimpulan pemakalah (M. Nurul Huda)
a. Paham tentang ajaran Islam

b. Berilmu yang luas

c. Seorang pengabdi Allah

d. Berfikiran yang positif dan progresif

e. Sabar

f. Tawakal

g. Berjiwa terbuka

h. Berbadan sehat dan kuat.8

Diantara sifat – sifat pendidik yaitu :

ØMempunyai watak dan sifat rubbaniah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola
pikirnya.

ØBersifat ikhlas : melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari


keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.

ØBersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

ØJujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

ØSenantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terusmendalami dan mengkajinya
lebih lanjut.

ØMampu menggunakan metode pengajaran secara bervariasi sesuai penggunaan metode


pendidikan.

ØMampu mengelola kelas dan peserta didik, tugas dan bertindak secara profesional.

ØMengetahui kehidupan psikis peserta didik.

ØTanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa,
keyakinan / pola pikir peserta didik.

8
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta : Ciputat Pres, 2002), Cet.I, hal. 45-46
ØBerlaku adil terhadap peserta didik.

Sifat-sifat pendidik menurut Al-Abrasyi :

ØSebagai pendidik hendaknya memiliki zuhud. Yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-
mata karena materi akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhoan Allah SWT.

ØSeorang pendidik hendaknya ihklas dan tidak riya dalam menjalankan tugasnya.

ØSeorang pemdidik hendaknya bersih fisiknya dari macam sifat tercela.

ØSeorang pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain (terutama
terhadap peserta didik)

ØSabar dan sanggup menahan amarah senantiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya.

ØSeorang pendidik hendaknya mampu mencintai peserta didiknya sebagaimana ia mencintai


anaknya sendiri. ( keibuan / kebapakan)

ØSeorang pendidik hendaknya mengetahui karakter peserta didik, seperti pembawaan,


kebiasaan, perasaaan, dan berbagai potensi yang dimilikinya.

ØSeorang pendidik hendaknya menguasi pelajaran yang diajarkan baik dan profesional.

Secara umum tugas seorang pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya, mendidik
merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum memberi
contoh, membiasakan dan lain sebagainya. Batasan ini memberikan arti bahwa tugas pendidik
bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Disamping itu
pendidik juga bertugas sebagai motifator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga
seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.9

REFERENSI

9
[6] Ibid, hal. 46
Dakir dan Sardimi. (2011). Pendidikan Islam dan ESQ (Komparasi-Integrasi Upaya Menuju
Stadium Insan Kamil. Semarang: RaSAIL Media Group.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997.

M. Ag. Effendi Mukhlisin, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Nadi offset, 2008

www.ILMU PENDIDIKAN ISLAM.com Di akses pada tanggal 10 oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai