Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

A.    Istilah Dan Konsep Pendidikan Islam


            Dunia pendidikan Islam mengetengahkan berbagai istilah yang dipergunakan untuk pengertian
pendidkan dan pengajaran.Maksum Muhtar dalam bukunya Madrasah,sejarah dan
perkembangannya   membahas pendapat dan perbedaan pendapat di kalangan pakar pendidikan Islam dalam
penggunaan kata yang tepat dan mewakili makna pendidikan Islam. Alasan yang digunakan untuk
penggunaan istilah atau term tarbiyah , didasarkan pada kenyataan bahwa Al-Qur’an dan al-
Hadist,  menggunakan juga berbagai derivasi yang dapat dikaitkan dengan kata  tarbiyah.
            Muhammad al-Naquib Al-Attas menegaskan bahwa penggunaan kata  tarbiyah dan berbagai bentuk
derivasinya yang meluber ke berbagai spesies tersebut tidak cocok digunakan untuk makna pendidikan
Islam. Menurutnya “pendidikan  dalam arti Islam adalah sesuatu yang  khusus hanya untuk manusia “1 .
Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas secara kritis melihat bahwa penggunaan istilah tarbiyah untuk
pemaknaan pendidikan Islam merupakan suatu pemahaman yang gegabah dan terlalu dipaksakan.
Pengertian yang terkandung dalam istilah itu tidak mewakili hakikat dan proses pendidikan Islam yang
sepenuhnya. Karena itu menurut keyakinannya istilah tarbiyah   tidak tepat digunakan untuk megartikan
pendidikan Islam.2
            Penggunaan istilah “ rabbani “dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan keilmuan, maka Syed
Muhammad al-Naquib memberikan penjelasan bahwa konotasinya  cenderung kepada pemilikan
pengetahuan bukan proses penamaan pengetahuan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas
pendidikan Islam adalah ta’lim)‫(تعليم‬. Dalam sejarah pendidikan Islam , term al-mu’allim((‫ المعلم‬telah
digunakan untuk istilah pendidik pada jenjang tertentu. Cakupan yang terkandung dalam istilah ta’lim lebih
luas dari yang tercakup dalam tarbiyah , yang  terbatas pada pendidikan dan pengajaran pada masa awal atau
masa bayi. Istilah ta’lim diartikan sebagi proses menanam pengetahuan , pemahaman, pengertian tanggung
jawab dan amanah.
            Syed Muhammad  Al-Naquib menyatakn bahwa istilah ta’lim lebih cenderung pada aktivitas
pengajaran, bahkan lebih jauh dikatakannya bahwa aspek kognitif yang dijangkaunya tidak memberikan
posisi pengenalan secara mendasar atau tahqiq(‫)تحقيق‬.3
Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang
menyangkut derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemamapuan dasar ( fitrah) dan kemampuan ajarannya
(pengaruh dari luar ).

1
Syeh Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Cet., II,(Bandung: Mizan, 1987), Hal 66
2
Maksum mukhtar, lok. Cit., hal. 16
3
Abd. Fath Jalal, Min Unsul Al-Tarbiah Fi Al-Islam, (Kairo; Dar Al-Kutub Al-Misriah, 1977), Hal. 14.
B.     Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
1. Karakteristik Pendidikan Islam
         Masyarakat muslim hidup dan kehidupannya terkait dengan aqidah dan kebudayaan sendiri yang khas.
Dengan demikian, maka konsep dasar pendidikan Islam pun mesti bertumpu pada unsur-unsur utama yang
menjadi landasan yang paling fundamental, yaitu aqidah tauhid. Keterkaitan pendidikan Islam dengan ajaran
Tauhid, adalah karena sejatinya ajaran tauhid dibangun di atas fitrah kejadian manusia sendiri.
Karakteristik pendidikan Islam pada dasarnya mewujudkan ajaran-ajaran Islam yang relevan dalam
sebuah paradigma yang dapat dibedakan dengan karakteristik pendidikan selain Islam.
2. prinsip-prinsip pendidikan islam
Prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikn pokok berpikir,bertindak dan sebaianya.4Prinsip-Prinsip
pendidikan Islam sebagai berikut :
a.       Pendidikan Islam didasarkan pada pengembangan aqidah tauhid
b.      Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya
c.       Pendidikan Islam membangun aktivitas kerja
d.      Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang terbuka
e.       Pendidikan Islam melestarikan dan mengembangkan keseimbangan .

C.    Dikotomi Pendidikan Islam


Dikotomi merupakan  “pemisahan dalam dua kelompok yang tidak sepaham“. Dikotomi dalam
pendidikan Islam, nampaknya bersumber dari pandangan formisme, artinya segala aspek kehidupan
dipandang dengan sangat dangkal, yaitu segala sesuatu hanya dilihat dari dua sisi yang berlawanan dan kata
kuncinya adalah dikotomi atau deskrit . Pandangan dikotomis dalam pendidikan Islam diperparah lagi oleh
adanya pengaruh budaya dan kebijakan pendidikan bangsa-bangsa Barat yang menjajah negeri Islam. Upaya
pengembangan pendidikan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum, sehingga
tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama, sebab dalam pandangan seorang
muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu bersumber dari Allah SWT.

D.    Pendidikan Islam di Bawah Bayangan Konsep Pendidikan Barat


Hancurnya peradaban Islam ditandai dengan jatuhnya kota Baghdad ke tangan tentara Mongol di
bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H / 1258 M.5 Ada beberapa kendala dalam melaksanakan
ijtihad tersebut :
1. Pertentangan antara gerakan Rasionalis dengan kalangan Ortodoks Islam.
2. Timbulnya kebiasaan kalangan Sufi yang berangsur-angsur berkembang di bawah pengaruh aliran atau
paham di luar Islam.

4
Peter Salim Dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta; Modernenglish Press 1997), Hal. 1191
5
Joesoef souyb, sejarah daulat abbasiah lll, (jakarta; bulan bintang, 1978), hal. 282.
3. Ditutupnya pintu ijtihad oleh kalangan fuqaha Ortodoks, karena khawatir akan terjadi  perpecahan yang
lebih besar dalam kondisi keterpurukan politik negara.
Dampak yang lebih khusus, bisa dilihat   dalam pengembangan pendidikan dalam dunia Islam, yang
kurang mengharagai pengembangan ilmu-ilmu non agama, yang akhirnya mengakibatkan dikotomi dalam
pengembanagan keilmuan Islam. Kejayaan dunia Islam yang ditopang olehkemajuan keilmuan dunia Islam
tersebut, akhirnya menjadi terbalik setelah terjadinya “ pemalsuan “ terhadap hak-hak perorangan untuk
mengembangkan pemikiran-pemikiran bebas. Sikap mengistimewakan ilmu-ilmu agama, bisa diberi arti
memencilkan ilmu-ilmu agama dari ilmu-ilmu yang lain. Kenyataan pahit memang dirasakan oleh umat
Islam hampir di seluruh belahan dunia. Ada upaya pembaharuan dalam dunia Islam dengan tujuan “ Li
‘izzatil Islam Wal Muslimin “

BAB VII
PENDIDIKAN ISLAM DAN SUB SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pendidikan Islam Sebagai Sistem Pendidikan Yang Integral


            Pendidikan Islam sebagai satu system pendidikan, tentu saja mepunyai unsure-unsur atau bagian atau
sub system yang satu sama lain berintegrasi, dan saling mendukung untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Meskipun sub system itu mempunyai fungsi, komponen, prinsip-prinsip dan mungkin juga dinamika serta
mekanisme masing-masing, satu sama lain saling berkaitan membentuk keterpaduan atau satu totalitas yang
utuh.
            Sub-sub sistem pendidikan Islam, baikdilihat dari pengembangan ilmu islam tradisional, maupun
yang terintegralisasi dalam pengembangan sistem pendidikan Islam non-tradisional dan seterusnya dalam
hal sama-sama didasarkan pada sumber-sumber ajaran Islam yang sejati, yakni Alqur’an,  Hadits dan Ijtihad,
pasti mengarah kepada keterpaduan untuk memproses manusia menjadi manusia yang didasarkan pada
ajaran Islam serta memberikan rahmat bagi semesta alam.

B.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


1.      Dasar Pendidikan Islam
Ajaran Islam merupakan pengembangan dari agama atau ajaran agama Islam. Sumber utamanya
sama, yaitu Alqur’an dan Hadits, tetapi untuk ajaran Islam ada sumber pengembanagan, yaitu ra’yu atau
akal pikiran manusia.
Alqur’an merupakan sumber nilai yang absolut atau mutlak, sehingga secara esensial tidak
mengalami perubahan, walaupun interpretasinya mungkin mengalami perubahan, sesuai dengan konteks
zaman, keadaan dan tempat.
Hadits merupakan sumber kedua agama dan ajaran Islam sesuatu yang ditulis dalam Alqur’an,
dijelaskan dan dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau, karena itu, sunnah Rasul yang
terdapat dalam Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik (sah, dapat dipercaya sepenuhnya).
Al-Ijtihad merupakan sumber ketiga disebut dengan istilah Arra’yu adalah usaha yang sungguh-
sungguh yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan
pengalaman.
2.      Tujuan Pendidikan Islam
Setiap tindakan atau aktivitas, sebenarnya terkait, atau berorientasi pada tujuan atau rencana yang
telah ditetapkan. Selanjutnya, dengan berorientasi pada tujuan, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi
sebagai standar untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping  itu tujuan-tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar
kegiatan dapat terfokus pada sesuatu yang dicita-citakan.
Dalam Al-Qur’an juga menjelaskan tujuan pendidikan islam dalam empat aspek, yaitu :
1.      Aspek akidah
2.      Aspek pembersihan atau pelurusan tingkah laku
3.      Aspek penyiapan tata piker dan pemberian pengetahuan yang islami
4.      Aspek pemersiapan keterampilan kerja

BAB VIII
TOKOH-TOKOH DAN BEBERAPA PEMIKIRAN PEMBAHARUAN DALAM PENDIDIKAN
ISLAM

A.    Waliyullah Ad Dimawi dan Pemikirannya


Waliyullah Ad Dimawi adalah seorang tokoh yang sangat dikagumi, disebabkan oleh pemikirannya
yang bersih dan jernih, bebas dari pamrih atau maksud-maksud keduniaan lainnya. Beliau memelopori
pendobrakan terhadap alam pemikiran taklid dan fanatisme yang sudah berakar-akar kuat di masyarakat
Islam India ketika hidup di masa yang penuh kezaliman, di bawah penguasa Mughal.
Beberapa aspek pemikiran Waliyullah Ad Dimawi meliputi beberapa bidang diantaranya bidang politik dan
intelektual.
1.      Bidang politik
Beliau bersikap non koperatif, artinya beliau tidak mau bekerjasama dengan pihak penjajah. Beliau
menghendaki perombakan mental di kalangan umat Islam, bersiap menghadapi perubahan zaman baru,
yakni zaman monarki berganti zaman kedaulatan rakyat.
2.      Menafsirkan Al-Qur’an dan memelopori Gerakan Ahlul Hadits
Waliyullah menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Parsi, sekaligus dengan tafsir
(komentar)nya. Beliau juga memelopori pembentukan aliran pemikiran baru, yakni “Ahlul Hadits” , yakni
aliran yang menolak taklid kepada fuqoha, dengan berpediman secara langsung dari Hadits dalam soal
hukum Islam.
3.      Tentang Persatuan Umat
Beliau berusaha mencari sesuatu kesatuan paham yang dapat mempersatukan umat Islam seperti
yang dikehendaki oleh Rasulullah SAW. Yaitu suatu badan yang anggota-anggotanya kompak saling
menguatkan, yang diilhami oleh gagasan kerohanian.
4.      Islam sebagai Gerakan Sosial
Ia membangun konsepsinya tentang Islam atas sendi cita-cita utam, bukan atas dasar keuntungan
pribadi. Dalam berbagai tulisannya, Islam menjadi gerakan sosial dan agama yang timbul dari hajat manusia
yang wajar.

B.     Sir Sayid Ahmad Khan Pendiri Aligarh University


Sayid Ahmad Khan lahir di Kota Delhi pada tanggal 17 Oktober 18176, dibesarkan di lingkungan
keluarga yang berpakaian maju dan punya latar belakang pendidikan agama yang baik. Ada keterangan
bahwa beliau berasal dari keturunan Husein cucu Nabi, melalui Fatimah dan Ali.
Gagasan pemikiran Sayid Ahmad Khan terdiri dari berbagai aspek, yakni:
a.       Pemikiran Agama
1)      Teologi : Sayid Ahmad Khan percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan
kehendak dan melakukan perbuatan (free will and free act).
2)       Sumber-sumber ajaran Islam:
-          Hadits yang benar-benar cocok dengan Al-Qur’an
-          Hadits yang menjelaskan Al-Qur’an
-          Hadits yang berisi perintah-perintah yang tak disebut dalam Al-Qur’an
b.      Pengembangan Pendidikan
Menurutnya pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk mencapai kemajuan.

C.    Iqbal dan Konsep Individualitas


Mohammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, 22 Februari 1873, dari keluarga yang nenek moyangnya
berasal dari Kasymir. Setamat dari sekolah di Sialkot, melanjutkan pelarian ke Lahore. Oleh gurunya,
Maulana Mir Hasan ia mendapat dorongan semangat untuk maju. Guru inilah yang turut membentuk
jiwanya dengan ajaran-ajaran agama.
Konsep Individualitas Iqbal, bahwa ia beranggapan individualitas termasuk permasalahan tingkatan,
dan tidak pernah terealisasikan sepenuhnya. Bahkan tidak pula pada manusia yang telah menempakkan
keutuhan yang bulat padat. Keseluruhan makhluk hidup hanya manusialah yang mencapai tingkat kedirian
yang tertenggi, lagi pula yang sadar akan realitas.

6
Encyclopaedia britanica, vol. 1, (chicago: helen hemingway benton, 1973-1974), hal, 369.
RESUM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen pembimbing : Eka Salama


Disusun Oleh: Barokatul Husnan
NIM: 5441

Institut ilmu keislaman zainul hasan [INZAH]

Kraksaan probolinggo
Tahun 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai