Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan antara atu dengan yang lainnya. Istilah kepemimpinan sesungguhnya telah lama menjadi bahan perbincangan oleh banyak orang ilmuwan dan praktisi. Kepemimpinan acapkali diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan kuat yang memimpin bala tentara, mengendalikan perusahaan besar, atau menentukan arah suatu bangsa dan masyarakat. Untuk menunjukkan berapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia

membutuhkannya, sampai ada pendapat yang keras mengatakan bahwa dunia atau umat manusia di dunia ini pada hakekatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang saja, yakni berstatus sebagai pemimpin. Dalam organisasi kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa Pemimpin atau bimbingan, hubungan antara tujuan perserangan atau tujuan organisasi mungkin menjadi renggang. Oleh karena itu, Kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin sukses. Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu bagaimana mereka dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisas, dan paling tidak gairah para pekerja memerlukan kpemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi. Ciri dan sifat kepemimpinan adalh Kpemimpinan yang efektif yaitu kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi atau memotivasi (bawahan) untuk bisa bekerja dengan benar dan baik, sehingga tujuan bisa dicapai sesuai dengan perencanaan.

BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN Kepemimpinan selalu menjadi objek pembicaraan yang menarik sepanjang sejarah manusia di manapun. Hal ini antara lain disebabkan betapa besarnya pengaruh seorang pemimpin baik dalam satu kelompok masyarakat, dalam sebuah organisasi atau negara bahkan dunia. Betapa besarnya pengaruh seorang pemimpin, lihat saja misalnya Presiden Amerika Serikat George Bush, disebabkan keputusannya, ribuan nyawa manusia hilang dengan sia-sia di Irak. Kita pernah mendengar kisah pemimpin yang arif bijaksana, otoriter sampai pemimpin yang kejam. Selanjutnya, untuk memberikan pemahaman secara mendalam tentang pengertian kepemimpinan berikut ditulis berbagai pendapat sebagai berikut: 1. James J Cribin mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan memperolrh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama, melampoi syara-syarat organisasi, yang dicacpai ddengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja. 2. Miftah Thoha mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangn maupun kelompok. 3. James A.F Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan manajerial adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugassnya. 4. Chung dan Megginson mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu.

B. TEORI KEPEMIMPINAN Beberapa literatur yang membahas tentang teori kepemimpinan pada prinsipnya sama, yakni: ada empat asumsi dasar dalam teori tersebut yang berusaha menerangkan faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan. 1. Pertama, ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat,

2. Kedua, ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin ada (timbul) karena situasinya memungkinkan ia ada. 3. Ketiga, ada teori yang berasumsi bahwa kepemimpinan itu terjadi karena adanya kelompok orang-orang, dania melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. 4. Keempat, ada pula teori yang berasumsi bahwa kepemimpinan itu dapat dilihat lewat perilaku organisasi.

Untuk memberikan gambaran secara rinci tentang teori-teori kepemimpinan, berikut dikutipkan beberapa pendapat sebagai berikut: 1. Teori Sifat (Traits Theory) Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifatsifat, ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Seorang pemimpin akan berhasil apabila memiliki sifat-sifat, ciri-ciri perangai tersebut. Teori ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan orang besar didasarkan ada sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu yang diwariskan. Itulah sebabnya teori ini dikenal sebagai teori genetis. Artinya, pemimpin-pemimpin adalah dilahirkan dan dibentuk.

2. Teori Lingkungan (Environmental Theory) Teori ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan atau situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu. Dan dengan sendirinya diperlikan orangorang yang memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu yang cocok. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin disebabkan oleh situasi dan kondisi. Sejalan dengan teori ini adalah teori social, yang menyatakan bahwa pemimpinpemipin dibentuk bukannya dilahirkan (leader are made not born). Seseorang akan muncul sebagai pemimpin jika ia berada dalam lingkungan sosial, yaitu suatu kehidupan kelompok, dan memanfaatkan situasi dan kondisi sosial untuk bertindak dan berkarya mengatasi masalah-masalah social yang timbul.

3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal situation Theory) Teori ini berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga factor yaitu: a. Perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin.
3

b. Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya. c. Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang dihadapi oleh kelompok.

Penganut teori ini ada yang menyatakan bahwa: studi tentang kepemimpinan harus berkenaan dengan status, interaksi, persepsi dan perilaku individu-individu dalam hubungan dengan anggota-anggotanya lain dari kelompok yang terorganisasi. Pemimpin harus mengenal dirinya (dalam arti sifat-sifatnya, mengenal kelompok yang dipimpin, mengenal situasi dan kondisi) untuk selanjutnya mengembangkan sifat-sifatnya sendiri kearah yang sesuai dengan kelompok yang dipimpinnya dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi dimana ia memimpin.

4. Teori Interaksi dan Harapan Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau menyayangi astu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Demikian pula semakin tinggi seseorang dalam kelompok, semakin mendekati kesesuaian kegiatannya dengan norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya dan semakin besar pula jumlah anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi-aksi pemimpin tidak menegecewakan.

5. Teori Humanistik (Humanistik Theory) Teori ini berasumsi bahawa seorang pemimpin bisa dikatakan berhasil dalam mengolah sesuatu organisasi jika ia mampu memberdayakan orang-orang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat organisasi sedemikian rupa sehingga memberi kebebasan dan kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan pada saat yang bersamaan memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.

6. Teori Tukar-menukar (Exchange Theory) Teori ini berasumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukarmenukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan konstribusi dengan pengorbanan-pengorbanan kelompok anggota-anggota yang lain. Proses ini sesungguhnya menekankan adanya give and take antara pemimpin dan yang dipimpin. Itulah sebabnya teori ini juga dinamai sebagai teori beri-memberi.
4

7. Teori Kepemimpinan Psikonalisis Seseorang berperilaku tertentu barangkali bukan karena untuk memenuhi kepentingan bawahannya, tetapi barangkali untuk mengkompensasi kepribadiannya yang frustasi. Teori ini mengatakan bahwa manusia sangat kompleks. Penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan. Analis perlu kembali pada teori alam/manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia atau oemimpin yang sangat kompleks.

8. Teori Kepemimpinan Romantis Teori ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena pengikutnya. Para pengikut ini mengembangkan pandangan romantic (ideal) mengenai adanya pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki hidup mereka. Pemimpin dibutuhkan untuk membantu menyederhanakan permasalahan dunia yang sangat kompleks. Jika bawahan sudah tidak mempercayai pemimpinnya, efektifitas kepemimpinan akan hilang, tidak peduli dengan tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah mampu mengorganisir mereka sendiri, maka pemimpin tidak akan diperlukan lagi.

9. Kepemimpinan Transformal Kharismatik Pemimpin transaksional adalah sesorang yang menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut. Sebaliknya pemimpin transformational seseorang yang memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan.

C. KEPEMIMPINAN ABAD 21 Melihat kompleksitas masalah sekarang ini, dalam organisasi memerlukan pemimpin yang berorientasi pada corak kepemimpinan masa kini. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas.

Karena itu keberhasilan seorang pemimpin dapat dinilai dari produktivitas dan prestasi yang dicapainya, juga dapat dinilai dari kepiawaiannya dalam memimpin suatu organisasi. Pengetahuan dan pembelajaran akan menjadi asset pembeda pada abad ke 21. Staf akan mengerti bagaimana menilai dengan cepat informasi dan lebih penting lagi bagaimana menyaringnya, mengevaluasi, meringkas dan bagaimana menjadikannya ke dalam suatu rencana kegiatan. Mereka akan mempunyai tingkat fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi kemajuan teknologi, serta akan meningkatkan kecakapan dalam hubungan dengan orang. Mereka tidak akan memandang karir mereka sebagai pendakian hirarkis pada tangga sebuah organisasi, tetapi justru akan mempunyai mobilitas yang tinggi dan akan termotivasi oleh tantangan tantangan yang ada. Bagaimana seorang pemimpin dapat mengembangkan self-leadership yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi pada abad ke 21? Superleadership yang dimulai dengan gagasan bagaimana memimpin individu untuk menjadi pemimpin bagi diri mereka sendiri, bergerak ke gagasan untuk memimpin tim dan kemudian mengusulkan gagasan untuk mengembangkan budaya total selfleadership melalui organisasi. Self-leadership perluasan yang difokuskan pada perilaku, pola pikir dan perasaan yang digunakanuntuk mempengaruhi atas diri sendiri. Self-leadership adalah apa yang orang lakukan untuk memimpin diri mereka sendiri. Mengembangkan setiap orang memiliki self-leadership yang efektif adalah tantangan yang menarik dan berat. Pemimpin yang melakukan ini disebut superleader suatu istilah yang digunakan manajer dan eksekutif yang bertanggung jawab memimpin orang lain, staf mereka. Superleader seseorang yang memimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri. Superleader mendisain dan meletakkan sistem yang diikuti dan mengajar karyawan untuk menjadi self-leader. Pendekatan tersebut terdiri dari perluasan perangkat perilaku, yang semuanya dimaksudkan untuk menjadikan pengikut mempunyai kemampuan perilaku dan kognitif yang penting untuk melatih selfleadership. Superleader akan selalu berfokus pada Apa yang dapat saya lakukan untuk memimpin orang lain agar mereka memimpin diri mereka sendiri ? SUPERLEADERSHIP dikenal juga sebagai pemimpin empowering (pemberdaya).

Pemimpin super mempunyai kekuatan dan kebijakan untuk membantu mendorong kemampuan pengikut yang mengelilingi mereka. Kekuatan superleader pada akhirnya berlipat-lipat karena adanya kekuatan orang lain. Superleader mendorong pengikutnya untuk berinisiatif, bertanggung jawab sendiri, percaya diri, merencanakan tujuan sendiri, berpikir secara positif, dan mampu mengatasi permasalahan. memberi semangat kepada orang lain untuk bertanggung jawab dari pada memberi perintah. STRATEGI SELF-LEADERSHIP Self-set Goal adalah penting sebagai salah satu dari kesuksesan self-leadership. Menentukan tujuan untuk menetapkan basis self-direction serta menetapkan prioritas. Tujuan harus bersifat menantang tetapi spesifik dan terjangkau untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Tantangan utama pemimipin adalah bagaimana mendisain organisasi tersebut untuk membentuk superleadership sebagai suatu bentuk kepemimpinan yang alami dan diterima. Secara keseluruhan, misi yang paling mendasar dari pengembangan self leadership berkaitan dengan penerapan konsep struktur organisasi adalah sebagai organisasi horizontal. D. KRITERIA PEMIMPIN ABAD 21 Sosok ideal seorang pemimpin di abad 21 dan masa datang tentu tidak mungkin sama dengan pemimpin sebelum ini, karena tantangan dan situasi yang dihadapinya sangat berbeda. Kreteria pemimpin masa datang harus lebih dari pemimpin yang ada sekarang. Pemimpin di dunia yang sudah dekat,singkat dan cepat ini haruslah orang yang tidak cukup dengan orang-orang yang memiliki kemampuan biasa-biasa saja, orang yang tersandera dengan pola hidup dan pola pikir kovensional, mereka yang tidak cukup kuat membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan ritual kaku dan membelenggu. Beberapa kreteria ideal yang harus dididikan dan dilatihkan pada calon pemimpin masa depan antara lain adalah tradisi berfikir visioner, sikap hidup enlighment, memiliki resonansi yang cukup menjangkau dan dapat menjadi tokoh yang berpikiran empowermen.

1.

Pertama: Visioner (berpandangan jauh kedepan) Pemimpin dalam bekerja pasti memiliki visi. Visi adalah pandangan jauh kedepan tentang capaian yang ingin diwujudkan dengan kepemimpinannya itu. Perumusan visi seorang pemimpin ditentukan oleh kekuatan khazanah keilmuan, pengalaman dan potensi diri yang dimilikinya. Visi yang jelas akan memudahkan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Visi dan kinerja adalah dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Ungkapan bijak mengatakan, visi yang hebat tanpa didukung oleh kinerja yang baik, sama saja dengan mimpi disiang bolong. Kinerja yang sungguh-sungguh tanpa dipandu oleh visi yang terukur tak obahnya mimpi buruk di malam hari. Visi dan kinerja bagi seorang pemimpin visioner harus dapat disejalan sedemikian rupa. Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang mampu membuat lompatan berfikir dengan mengunakan data, fakta dan prediksi yang jelas guna menentukan arah yang akan dicapai dalam batas-batas waktu yang jelas. Pemimpin visioner adalah mereka yang bisa membaca peluang untuk dijadikan modal bagi kemajuan lembaganya. Visioner atau tidaknya seorang pemimpin dapat diketahui dari pola pikir, sikap kepemimpinan dan responnya terhadap masalah yang terkait dengan kepemimpinannya. Seorang yang visioner adalah orang-orang yang dengan rendah hati dapat menempatkan diri secara tepat dalam memberikan jawaban terhadap masalahmasalah yang belum diketahuinya. Sikap berendah hati terhadap ketidaktahuan atau kegagapannya adalah ciri khas yang melekat pada pemimpin visioner. Tidak merasa kalah atau dikalahkan jika idea atau gagasan orang-orang yang dipimpinnya jauh lebih hebat dari nya, itu juga indicator pemimpin visioner itu. Pemimpin yang dengan cepat dan sadar terhadap perubahan dan kemudian menjadikan dirinya sebagai factor kunci perubahan adalah sisi lain yang ada pada pemimpin visioner itu. Pemimpin visioner adalah orang-orang yang tidak dengan mudah menerima atau menolak satu gagasan, tanpa terlebih dahulu mengetahui alasan dan argument rasional dari ide itu. Pola berfikir reaksioner, tanpa mengkaji secara komperhensif dan mendalam terhadap suatu kondisi adalah pantangan bagi orang yang visioner.

2.

Kedua, Enlighment (cerah dan mencerahkan) Kriteria yang tak kalah pentingnya untuk pemimpin mendatang adalah mereka yang sudah tercerahkan. Pengertian tercerahkan disini adalah mereka yang sudah menemukan jati diri dan memiliki komitmen diri tentang arah hidup yang
8

akan dilaluinya. Pemimpin yang tercerahkan juga dapat dikatakan orang-orang yang sudah tahu pesis tentang makna hidup dan tugas hidup. Penting pemimpin itu orang tercerahkan adalah karena hanya orang-orang sudah tercerahkan yang akan bisa mencerahkan orang lain. Pemimpin yang sudah tercerahkan itu dipastikan dapat menjadi factor penyimbang dan penyelaras dalam berbagai situasi social yang kadang-kadang penuh konflik. Adanya penyimbang dan penyelaras menjadi satu kebutuhan pokok bagi mengawal dinamika perubahan yang hembuskan oleh kemajuan hari ini. Terjadi pelanggaran moral dan hukum dikalangan pemimpin formal, misalnya kasus korupsi berjamaah, mafia hukum, penyimpangan birokrosi secara structural adalah disebabkan terbatasnya jumlah pemimpin yang tercerahkan dilingkungan tersebut. Pemimpin yang cerah, pencerah dan sudah tercerahkan semangkin dibutuhkan oleh public, karena memang alam pikiran public yang sudah kacau, situasi social yang permisif, pergaulan hidup yang hedonis, suasana batin yang keruh, jelas tidak akan bisa dinormalkan jika pemimpinnya terjebak dalam kekotoran atau berada di alam kegelapan. Pemimpin dituntut untuk terus

mencerahkan dirinya sendiri lewat penguatan ilmu, amal dan merenung akan apa sebenarnya hakikat kehidupan ini. Lebih dari itu pemimpin juga harus bisa membuat orang-orang yang dipimpinnya beranjak kesuasana yang cerah. Menjadikan masyarakatnya tidak mudah mengalah pada kejahatan, tidak menjadi orang yang membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan hidup. Pemimpin yang

mencerahkan harus dapat memberikan harapan pada orang-orang yang dipimpinnya.

3.

Ketiga, memiliki resonansi. Pemimpin abad 21 itu memiliki kreteria mampu beresonansi, yaitu mampu membangun kepercayaan pihak lain terhadap sistim dan lembaga yang dipimpinnya. Resonansi dapat juga diartikan bahwa seorang pemimpin harus mampu membangun muruah (harga diri) dan gezzah (kemulian diri) institusi yang

dipimpinnya. Pemimpin harus secara total mengunakan semua potensi dirinya untuk meninggikan martabat lembaga yang dipimpinnya. Adalah aib bagi pemimpin untuk menciderai lembaganya, hanya untuk kepentingan diri atau kelompoknya. Pemimpin yang memiliki resonansi itu adalah mereka yang care sepenuh hati terhadap apa yang diurusnya.

Pengembangan resonansi pemimpin tidak cukup dengan cara-cara manual, tetapi harus mampu menciptakan terobosan yang akan menghasilkan lebih dari biasanya. Ungkapan sering mengatakan, bekerja dengan biasa-biasa saja, ya hasilnya biasa-biasa pul, bekerja dengan cara dan metode yang luar biasa, tentu hasilnya luar biasa pula. Logika kausalitas seorang pemimpin dapat dijadikan media untuk mempercepat lahirnya resonansi yang lebih baik.

4.

Keempat, Empaworment (pemberdayaan). Aspek lain yang hendaknya ada pada pemimpin abad 21 adalah pemberdayaan orang-orang yang dipimpin. Luasnya lingkup kerja dan besarnya potensi yang tersimpan dikalangan orang-orang yang dipimpin, semestinya harus bisa diberdayakan sedemikian rupa. Pemimpin yang canggung dalam

memberdayakan bawahan di masa datang akan ditinggal zaman. Kecanggihan teknologi dan kepadatan modal dipastikan tidak akan dapat didayagunakan secara maksimal bila orang-orang dalam satu organisasi tidak dapat diberdayakan oleh pimpinannya. Sikap kepemimpinan yang memberdayakan orang-orang disekitarnya diyakini akan mempercepat tercapai tujuan organisasi. Masa datang yang memerlukan kecepatan dan keakuratan memerlukan manajemen yang berbasis pemberdayaan. Memberikan kepercayaan kepada bawahan, teman sejawat dan pihak lain yang terkait dengan sistim yang dibangun akan memberikan peluang adanya pemberdayaan. Akhirnya dapat dikatakan bahwa pemimpin abad 21 adalah pemimpin yang dengan sadar selalu belajar, bekerja dan berbuat tanpa harus mengurung dirinya dalam keranda arogansi kekuasaan. Semoga diarifi adanya.

10

BAB III KESIMPULAN


Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out)

11

Anda mungkin juga menyukai