CABANG KERINCI
PERIODE 2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
ridha-nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya akui banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang, oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ROY WALDI
BIODATA PENULIS
IDENTITAS DIRI
Nama : ROYWALDI
RIWAYAT TRAINING
PENGALAMAN ORGANISASI
Internal HMI :
Eksternal HMI :
Motto : YAKUSA!!
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
C. Pengertian Pembangunan..................................................................................... 5
A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
HMI lahir sebagai bentuk keberanian dan cita –cita putra bangsa guna
memperjuangkan,mempertahankan,dan mengisi kemerdekaan dari kalagan
mahasiswa muslim yang memiliki komitmen atau keislaman dan
keindonesian.Hmi lahir pada saat umat islam Indonesia berada dalam kondisi
memperhatinkan,yaitu terjadinya kesenjagan dan kemajuan
pengetahuan,pemahaman,penghayatan ajaran islam sehingga tidak tercermin
dalam kehidupan nyata.
Sekarang HMI tengah berada pada usia yang tidak lagi muda,berdasarkan
rentetan sejarahnya HMI telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh
untuk kemajuan bangsa ini.Hal ini tentu sudah tidak diragukan lagi bahwa
organisasi ini merupakan sebuah alat atau wadah untuk mencetak orang-orang
hebat yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang maju.
Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mission HMI yang terkrilisasikan
dalam satu rumusan yaitu “terbinanya insan akademis,pencipta,pengabdi yang
bernapaskan islam,dan bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur yang
diridhoi allah SWT” Sudah seharusnya rumusan tujuan tersebut sudah mendarah
daging dalam setiap diri kader-kader HMI,sehingga setiap kader HMI dapat
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan dan tentangan zaman yang akan
datang. Indonesia pada tahun 2020-2030 di perkirakan mendapat bonus
deemografi yang berarti selama kurung waktu jumlah penduduk usia produktif 15-
64 lebih banyak di banding dengan usia non produktif bonus demografi ini terjadi
hanya sekali dalam ratusan tahun. Dampak dari bonus demografi apabila di
manfaatkan dengan baik maka akan mendapat keuntunngan namun apa bila tidak
di manfaatkan kesempatan ini akan berakibat fatal untuk memajukan bangsa ini.
HMI sebagai organisasi pertama dan tertua di Indonesia harus ikut
bergembira menyambut era bonus demografi ini. Hmi harus berkerja sama dengan
pemerintah untuk memajukan dan pro aktif terhadap keberlangsungan kehidupan
bangsa. Tentu kader hmi dalam menyambut era bonus demografi ini penuh
dengan sukaria karena setiap kader telah di tempa intelektualnya sehingga mampu
memainkan peran di era bonus demografi untuk menjadi stake holder
pembangunan bangsa.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana.
Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen
bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta
berlangsung seumur hidup.Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah,
peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi
ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tuiuan Penulisan
HMI lahir sebagai bentuk keberanian dan cita –cita putra bangsa guna
memperjuangkan,mempertahankan,dan mengisi kemerdekaan dari kalagan
mahasiswa muslim yang memiliki komitmen atau keislaman dan
keindonesian.Hmi lahir pada saat umat islam Indonesia berada dalam kondisi
memperhatinkan,yaitu terjadinya kesenjagan dan kemajuan
pengetahuan,pemahaman,penghayatan ajaran islam sehingga tidak tercermin
dalam kehidupan nyata.
Sekarang HMI tengah berada pada usia yang tidak lagi muda,berdasarkan
rentetan sejarahnya HMI telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh
untuk kemajuan bangsa ini.Hal ini tentu sudah tidak diragukan lagi bahwa
organisasi ini merupakan sebuah alat atau wadah untuk mencetak orang-orang
hebat yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang maju.
Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mission HMI yang terkrilisasikan
dalam satu rumusan yaitu “terbinanya insan akademis,pencipta,pengabdi yang
bernapaskan islam,dan bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur yang
diridhoi allah SWT” Sudah seharusnya rumusan tujuan tersebut sudah mendarah
daging dalam setiap diri kader-kader HMI,sehingga setiap kader HMI dapat
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan dan tentangan zaman yang akan
datang. Indonesia pada tahun 2020-2030 di perkirakan mendapat bonus
deemografi yang berarti selama kurung waktu jumlah penduduk usia produktif 15-
64 lebih banyak di banding dengan usia non produktif bonus demografi ini terjadi
hanya sekali dalam ratusan tahun. Dampak dari bonus demografi apabila di
manfaatkan dengan baik maka akan mendapat keuntunngan namun apa bila tidak
di manfaatkan kesempatan ini akan berakibat fatal untuk memajukan bangsa ini.
HMI sebagai organisasi pertama dan tertua di Indonesia harus ikut
bergembira menyambut era bonus demografi ini. Hmi harus berkerja sama dengan
pemerintah untuk memajukan dan pro aktif terhadap keberlangsungan kehidupan
bangsa. Tentu kader hmi dalam menyambut era bonus demografi ini penuh
dengan sukaria karena setiap kader telah di tempa intelektualnya sehingga mampu
memainkan peran di era bonus demografi untuk menjadi stake holder
pembangunan bangsa.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana.
Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen
bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta
berlangsung seumur hidup.Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah,
peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi
ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
1.Agent of change
Iron stock merupakan peranan mahasiswa yang tidak kalah penting, dengan
idealisme yang dimilikinya membuat mahasiswa menjadi tangguh untuk
menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Mahasiwa adalah aset yang penting
di dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Tentunya di dalam menjalankan
peran ini mahasiswa harus memiliki skill yang di dapat dari pengalaman
organisasi di kampus dan mahasiswa harus memiliki akhlak mulia agar ilmu yang
ia dapat dapat dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang baik.
3. Social control
4. Moral Force
C.Pengertian Pembangunan
Ada tak kurang dari tiga macam arti fundamental yang berada yang lekat
pada istilah model-arti yang hampir setiap kali digunakan, menempatkannya
dalam alam pembicaraan yang berlainan. Pertama-tama, kata model digunakan
sebagai pengganti kata tahap, atau pernyataan epistemologi tentang car terbagi-
baginya dunia. Kedua, model digunakan sebagai ganti kata strategi. Ini
menyangkut pragmatika perubahan sosial, atau cara-cara untuk membagi-bagi
dunia. Ketiga, kata model sering digunakan sebagai pengganti kata teori,
bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan peribahan-perubahan.yang ingin saya
lakukan sekarang adalah semenjak semenjak semula mengemukakan rangka dasar
yang mengungkapkan apakah yang terdapat pada masing-masing tipe model
pembangunan ini,disususl oleh implikasi-implikasi bagi perubahan sosial yang
terkandung dalam pembuatan model.
Berbicara tentang HMI, maka kita akan melihat kepada eksistensi suatu
kelompok sosial yang merupakan kesatuan dari mahasiswa yang teroganisir
dengan mencantumkan islam sebagi predikatnya, eksistensi HMI sebagai
kelompok sosial adalah merupakan manifestasi dari konfigurasi sosial budaya
masyarakat indonesia.(Ridwan Saidi, 1984; 123)
Islam secara transcenden dan imanen adalah sebagai pedoman dan
pandangan hidup secara menyeluruh bagi umat manusia. Nilai-nilai Islam yang
dijadikan pedoman dan pandangan hidup tersebut, dipahami sebagai rahmat Allah
SWT, bukan saja untuk golongan umat yang mengaku muslim, tetapi juga
diperuntukkan bagi seluruh manusia.
Sementara itu, umat Islam sendiri sampai sejauh ini juga masih mengalami
banyak permasalahan internal, seperti rendahnya kualitas sumber daya umat,
lemahnya penguasaan sains dan teknologi, terbatasnya jaringan informasi dan
sebagainya. Di samping itu, umat Islam juga masih dilanda krisis kepribadian dan
dibayangi oleh inferioritas budaya serta eksistensi diri. Akibatnya, umat Islam
belum mampu mengantisipasi berbagai problem kemanusiaan global maupun
sektoral, apalagi diharapkan mampu membuat rekayasa sosial (social
engineering) bagi berkembangnya peradaban kemanusiaan yang sarat dengan
nilai-nilai kemanusiaan.
Untuk itu, HMI harus terlebih dahulu mengetahui dimana posisinya saat ini.
Bahwa tanpa menyadari posisi HMI sekarang lewat refleksi sosiologis historis
maka HMI hanya akan mengalami kegagalan dalam melihat kenyataan yang ada.
HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat
meningkatkan keunggulan komparatif sumber daya manusia (SDM) yang
dimilikinya sekaligus eksis di tengah-tengah gerakan-gerakan sosial masyarakat
yang sangat akseleratif. HMI telah dihujani berbagai macam kritikan mengenai
sejauhmana peran eksistensinya saat ini di tengah zaman yang terus bergulir.
Kritikan itu setidaknya penulis maknai bermuara pada tiga hal, pertama, macetnya
proses reproduksi intelektual, kedua, menurunnya kritisisme (sosial responsibility)
dan ketiga, terjadinya krisis nilai (Islam) dalam praktek empirik beroganisasi
HMI.
Oleh karena itu, dalam konteks ini HMI harus berupaya keras untuk
merebut kembali tradisi intelektualisme sebagaimana telah diawali oleh
Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, Djohan Effendy, dkk
sebagai sesuatu yang fadhu dengan menggerakkan proses reproduksi intelektual
berupa para kader dan pengurusnya harus berprestasi di kampus dengan studi
tepat waktu dan menghidupkan kembali kajian-kajian ilmiah, kemudian dengan
modal intelektual tersebut kader HMI harus mampu mengambil peran populis di
tengah-tengah dinamika kehidupan kemahasiswaan yang selama ini seakan hilang
kekritisannya juga berperan dalam perubahan masyarakat dengan senantiasa
memberikan manfaat serta berupaya memberikan kontribusi positif bagi
memecahkan problematika keumatan yang ada.
Menyaksikan kondisi ini, mau tidak mau HMI sebagai bagian dari anak
Bangsa dituntut untuk membuktikan komitmennya terhadap perjuangan Ummat
dan Bangsa, komitmennya terhadap perwujudan tatanan masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT. Karena itu, Bangsa ini membutuhkan pembaharuan,
pembaharuan kebijakan agar bangsa ini dapat keluar dari situasi keterbelakangan
dan keterjajahan yang kita alami hari ini. HMI sebagai bagian integral dari umat
pada umumnya dan gerakan mahasiswa khususnya, dituntut untuk melakukan
upaya pemberdayaan sumber daya umat sebagai implementasi dari komitmen
moral dan intelektualnya. Komitmen semacam itu merupakan keharusan untuk
menghadapi tantangan yang demikian dahsyat. Untuk menyikapi dan
menghadapinya, mensyaratkan adanya kader dengan citra diri paripurna,
komitmen dan integritas yang mantap, sikap yang tegas, kemampuan intelektual,
skill manajerial yang profesional, dan kepemimpinan yang tanggguh.
Bila kita tarik benang merah definisi-definisi di atas maka seorang ilmuan
yang tidak pernah menarik perhatian kepada perkembangan masyarakatnya hanya
sibuk dengan tugasnya di kampus sebagai pengajar, peneliti dan petugas
administratif; tidak terpanggil untuk menyebarkan dan menenangkan nilai-nilai
luhur dalam setiap napas kampus; tidak tergerak mengadakan perubahan dalam
kemandegan dalam tradisi intelektual masyarakat kampusnya; mereka yang hanya
menjejali mahasiswanya dengan teori-teori yang positivistik, bebas nilai (free
values) dan tak pernah memberikan catatan-catatan kaki terhadap pengetahuan
yang tidak manusiawi dan jahat semisal kapitalisme dan developmentalisme; tidak
pantas disebut sebagai intelektual. Karena itulah dosen tidak pernah menjadi
kekuatan pendobrak (revolver) bila dibandingkan dengan mahasiswa yang
seringkali mereka lecehkan di ruang kuliah.
Dengan demikian, program kegiatan HMI tidak lagi masif, yang penuh
dengan seremonial. Sebab, posisinya akan menjadi inner power atau kekuatan
intelektual umat Islam. Dengan kata lain, HMI akan menjadi semacam pusat
unggulan (center of excellence) dan bukan hanya merupakan centerpiece
(perhiasan di tengah meja).
A. Kesimpulan
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia
Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-
sungguh dan terus menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan
pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi
persoalan, dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa
depan.
Kader HMI sebagai bagian dari pemuda harus mengambil peran penting
dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dengan
tetap mempertahankan identitasnya sebagai organisasi kader dan membangun
kembali gerakan intelektual yang selalumenjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran
dan kebajikanserta tetap pada independensinya.
B. Saran
Kita sebagai kader HMI yang memperjuangkan misi keumatan dan misi
kebangsaan untuk kembali membangun tradisi HMI dengan gerakan
intelektualnya, karena HMI adalah organisasi kader. Peran HMI sebagai
organisasi perjuangan harus selalu kita laksanakan, berjuang buntuk membela
kaum mustad‟afin.
DAFTAR PUSTAKA
Salim emil. 2010. pembangunan berkelanjutan.JAKARTA: kepustakaan
Populer Gramedia.
Suharto Edi. 2005. Membangun masyarakat, Memberdayakan Rakyat:
kajian Strategis pembangunan kesejahteraan Sosial & pekerjaan
Sosial. BANDUNG: Refika Aditama
Rasuanto Bur. 1980. Beling dan totten modernisasi masalah model
pembangunan: JAKARTA: PT.Yayasan ilmu-ilmu sosial
Nasution Zulkarimen. 2000. Komunikasi pembangunan: pengenalan teori
dan penerapannya. Edisi Revisi. JAKARTA: PT. Raja Grafindo
persada.
Woodword, Mark R (ed). Jalan Baru Islam. Mizan; Bandung. 1996
Saidi, Ridwan. Pemudsa Islam dalam Dinamika Politik Bangsa. CV.
Rajawali; Jakarta. 1984
Muchtar, Sidratahta. HMI dan Kekuasaan. Prestasi Pustaka; Jakarta. 2006
HMI,PB,Nilai-nilai perjungan HMI (NDP),Jakarta:PB HMI,1971
Sitompul,Agussalim,HMI mengayuh di antara cita dan
kritik,cetII.Jakarta:CV