Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“PERAN KADER HMI DALAM PERJUANGAN PEMBANGUNAN


BANGSA”

Sebagai persyaratan mengikuti Intermediate Training (LK II)

HMI Cabang Pekanbaru

Disusun Oleh : ROY WALDI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

CABANG KERINCI

PERIODE 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
ridha-nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dengan judul “PERAN KADER HMI DALAM PERJUANGAN


PEMBANGUNAN BANGSA” Dalam bentuk maupun isinya yang sederhana,
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca, Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.

Makalah ini saya akui banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang, oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kerinci, 13 Februari 2021

Penulis

ROY WALDI
BIODATA PENULIS

IDENTITAS DIRI

Nama : ROYWALDI

Tempat / Tanggal Lahir : Koto Padang,05 Mei 1999

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Asal Cabang : HMI Cabang Kerinci

Alamat : Koto padang

Telpn./ Hp./WA : 082253522003

RIWAYAT TRAINING

- Latihan Kader I : HMI Cabang kerinci Tahun 2018

PENDIDIKAN SAAT INI

Perguruan Tinggi : IAIN Kerinci

Fakultas/ Jurusan : Syariah/Hukum Keluarga

Tahun Masuk : 2018

PENGALAMAN ORGANISASI

Internal HMI :

Eksternal HMI :

Motto : YAKUSA!!
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

A. Sejarah Berdirinya HMI ................................................................................ 3

B. Mahasiswa Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia .................................... 4

C. Pengertian Pembangunan..................................................................................... 5

D. Pembangunan Yang ideal..............................................................................6

E. Mencari Suatu Ideal Pembangunan................................................................7

F. Kondisi Umat Dan Bangsa.............................................................................8

G. Peran Kader HMI Dalam Mewujudkan Kebangkitan Bangsa.......................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................10

A. Kesimpulan ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Himpunan mahasiswa islam yang disingkat HMI merupakan organinasi
tertua dan terbesar yang ada di Indonesia. HMI lahir pada tanggal 14 Rabiul Awal
atau bertetapan dengan tanggal 5 februari 1947 M dengan diprakasi oleh seorang
mahasiswa sekolah tinggi islam (STI) Yogyakarta yang bernama Lafran Pane
berserta empat belasan kawan –kawan mahasiswa lainya.

HMI lahir sebagai bentuk keberanian dan cita –cita putra bangsa guna
memperjuangkan,mempertahankan,dan mengisi kemerdekaan dari kalagan
mahasiswa muslim yang memiliki komitmen atau keislaman dan
keindonesian.Hmi lahir pada saat umat islam Indonesia berada dalam kondisi
memperhatinkan,yaitu terjadinya kesenjagan dan kemajuan
pengetahuan,pemahaman,penghayatan ajaran islam sehingga tidak tercermin
dalam kehidupan nyata.

HMI didirikan bukan karena tidak cocok dengan tujuan organisasi


lain,melainkan adanya dorongan (motivasi) kepentingan lebih luas sebagai respon
atas tuntunan perjuangan melawan penjajahan Belanda.Walaupun pada saat itu
telah berdiri organisasi mahasiswa di jogja yaitu perserikatan mahasiswa
Yogyakarta (PMY) namun PMY di dominasi oleh partai sosialis yang berpaham
komunis.Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen
untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa ,maka banyak mahasiswa yang tidak
sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa dalam polarisasi politik.

Sejarah mencatat bahwa HMI merupakan anak kandung bangsa Indonesia


atas ikut adil dalam perjuangan dan berbaur dengan proses panjang
Indonesia,terutama mempertahankan kedaulatanbangsa dan mengisi kemerdekaan.
Ahmad Tirtosiduro menjelaskan bahwa HMI berjuang bukan untuk
mendirikan negara bermotif lain,tetapi untuk mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia.Sehingga sejak awal HMI ingin menghasilkan Intelektual
yang bertakwa dan beramal bakti dalam meningkatkan harkat dan martabat rakyat
Indonesia tanpa membeda ras,suku,agama dan budaya.Dari awal berdirinya HMI
telah berkomitmen atas keumatan dan kebangsaan yang bersatu secara integral
sebagai dasar perjuangan HMI yang di rumuskan dalam tujuan HMI yaitu
“mempertahankan negara republik Indonesia,mempertinggi derajat rakyat
Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau
keindonesian dan menegakkan,mengembangkan ajaran islam yang didalamnya
terkandung pemikiran islam,komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI
didalam kehidupan bangsa dan bernegara”

Sekarang HMI tengah berada pada usia yang tidak lagi muda,berdasarkan
rentetan sejarahnya HMI telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh
untuk kemajuan bangsa ini.Hal ini tentu sudah tidak diragukan lagi bahwa
organisasi ini merupakan sebuah alat atau wadah untuk mencetak orang-orang
hebat yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang maju.

Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mission HMI yang terkrilisasikan
dalam satu rumusan yaitu “terbinanya insan akademis,pencipta,pengabdi yang
bernapaskan islam,dan bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur yang
diridhoi allah SWT” Sudah seharusnya rumusan tujuan tersebut sudah mendarah
daging dalam setiap diri kader-kader HMI,sehingga setiap kader HMI dapat
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan dan tentangan zaman yang akan
datang. Indonesia pada tahun 2020-2030 di perkirakan mendapat bonus
deemografi yang berarti selama kurung waktu jumlah penduduk usia produktif 15-
64 lebih banyak di banding dengan usia non produktif bonus demografi ini terjadi
hanya sekali dalam ratusan tahun. Dampak dari bonus demografi apabila di
manfaatkan dengan baik maka akan mendapat keuntunngan namun apa bila tidak
di manfaatkan kesempatan ini akan berakibat fatal untuk memajukan bangsa ini.
HMI sebagai organisasi pertama dan tertua di Indonesia harus ikut
bergembira menyambut era bonus demografi ini. Hmi harus berkerja sama dengan
pemerintah untuk memajukan dan pro aktif terhadap keberlangsungan kehidupan
bangsa. Tentu kader hmi dalam menyambut era bonus demografi ini penuh
dengan sukaria karena setiap kader telah di tempa intelektualnya sehingga mampu
memainkan peran di era bonus demografi untuk menjadi stake holder
pembangunan bangsa.

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia


Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-
sungguh dan terus menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan
pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi
persoalan, dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa
depan.

Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana.
Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen
bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta
berlangsung seumur hidup.Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah,
peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi
ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Tugas kita sebagai penerus bangsa adalah mempertahankan kemerdekaan


ini, tetap menjaga semangat perjuangan dan mempertahankan kebudayaan nenek
moyang kita. Namun di jaman globalisasi sekarang ini, semangat generasi muda
penerus bangsa kian menurun dan sangat memprihatinkan. Melihat akan gigihnya
para pejuang daerah kita terdahulu, harusnya para pemuda merasa malu.
Semestinya para pemuda generasi baru harus bisa melanjutkan perjuangan para
pendahulu yang rela berkorban tanpa jasa dan berani memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Sebagai generasi muda seharusnya dapat melanjutkan
tonggak harapan ini untuk mengisi kemerdekaan dengan cara meningkatkan
akhlak.

Setiap oraganisasi pastinya mempunyai program kerja yang dilaksanakan,


dimana dalam setiap program kerja tersebut terdapat nilai-nilai yang seharusnya
ada dalam diri setiap mahasiswa. Sebagai contoh penanaman nilai karakter adalah
ketika dalam pelaksanaan program kerja dibutuhkan kesadaran untuk bertanggung
jawab penuh agar setiap kegiatan terlaksana dengan baik. Selain itu juga terdapat
nilai karakter lain yang dapat mendorong seorang mahasiswa agar nantinya dapat
menjadi mahasiswa dengan pribadi yang lebih baik. Maka dari itu penanaman
karakter pada pemuda dapat dimulai dari keikutsertaan mahasiswa dalam
organisasi mahasiswa baik internal maupun eksternal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana pembangunan yang ideal untuk bangsa indonesia ?


2. Bagaimana kader Hmi memperjuangkan pembagunan bangsa ?

C. Tuiuan Penulisan

Berdasarkan latarbelakang dan rumusan masalah, maka dapat penulis


simpulkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Memenuhi salah satu syarat mengikuti LK II HMI cabang Bungo


2. Membangun kembali cakrawala berpikir dan tradisi intelektual kader
HMI.
3. Menyumbangkan gagasan untuk masa depan HMI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya HMI


Himpunan mahasiswa islam yang disingkat HMI merupakan organinasi
tertua dan terbesar yang ada di Indonesia. HMI lahir pada tanggal 14 Rabiul Awal
atau bertetapan dengan tanggal 5 februari 1947 M dengan diprakasi oleh seorang
mahasiswa sekolah tinggi islam (STI) Yogyakarta yang bernama Lafran Pane
berserta empat belasan kawan –kawan mahasiswa lainya.

HMI lahir sebagai bentuk keberanian dan cita –cita putra bangsa guna
memperjuangkan,mempertahankan,dan mengisi kemerdekaan dari kalagan
mahasiswa muslim yang memiliki komitmen atau keislaman dan
keindonesian.Hmi lahir pada saat umat islam Indonesia berada dalam kondisi
memperhatinkan,yaitu terjadinya kesenjagan dan kemajuan
pengetahuan,pemahaman,penghayatan ajaran islam sehingga tidak tercermin
dalam kehidupan nyata.

HMI didirikan bukan karena tidak cocok dengan tujuan organisasi


lain,melainkan adanya dorongan (motivasi) kepentingan lebih luas sebagai respon
atas tuntunan perjuangan melawan penjajahan Belanda.Walaupun pada saat itu
telah berdiri organisasi mahasiswa di jogja yaitu perserikatan mahasiswa
Yogyakarta (PMY) namun PMY di dominasi oleh partai sosialis yang berpaham
komunis.Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen
untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa ,maka banyak mahasiswa yang tidak
sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa dalam polarisasi politik.

Sejarah mencatat bahwa HMI merupakan anak kandung bangsa Indonesia


atas ikut adil dalam perjuangan dan berbaur dengan proses panjang
Indonesia,terutama mempertahankan kedaulatanbangsa dan mengisi kemerdekaan.
Ahmad Tirtosiduro menjelaskan bahwa HMI berjuang bukan untuk
mendirikan negara bermotif lain,tetapi untuk mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia.Sehingga sejak awal HMI ingin menghasilkan Intelektual
yang bertakwa dan beramal bakti dalam meningkatkan harkat dan martabat rakyat
Indonesia tanpa membeda ras,suku,agama dan budaya.Dari awal berdirinya HMI
telah berkomitmen atas keumatan dan kebangsaan yang bersatu secara integral
sebagai dasar perjuangan HMI yang di rumuskan dalam tujuan HMI yaitu
“mempertahankan negara republik Indonesia,mempertinggi derajat rakyat
Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau
keindonesian dan menegakkan,mengembangkan ajaran islam yang didalamnya
terkandung pemikiran islam,komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI
didalam kehidupan bangsa dan bernegara”

Sekarang HMI tengah berada pada usia yang tidak lagi muda,berdasarkan
rentetan sejarahnya HMI telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang berpengaruh
untuk kemajuan bangsa ini.Hal ini tentu sudah tidak diragukan lagi bahwa
organisasi ini merupakan sebuah alat atau wadah untuk mencetak orang-orang
hebat yang mampu membawa negara ini menjadi negara yang maju.

Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mission HMI yang terkrilisasikan
dalam satu rumusan yaitu “terbinanya insan akademis,pencipta,pengabdi yang
bernapaskan islam,dan bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur yang
diridhoi allah SWT” Sudah seharusnya rumusan tujuan tersebut sudah mendarah
daging dalam setiap diri kader-kader HMI,sehingga setiap kader HMI dapat
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan dan tentangan zaman yang akan
datang. Indonesia pada tahun 2020-2030 di perkirakan mendapat bonus
deemografi yang berarti selama kurung waktu jumlah penduduk usia produktif 15-
64 lebih banyak di banding dengan usia non produktif bonus demografi ini terjadi
hanya sekali dalam ratusan tahun. Dampak dari bonus demografi apabila di
manfaatkan dengan baik maka akan mendapat keuntunngan namun apa bila tidak
di manfaatkan kesempatan ini akan berakibat fatal untuk memajukan bangsa ini.
HMI sebagai organisasi pertama dan tertua di Indonesia harus ikut
bergembira menyambut era bonus demografi ini. Hmi harus berkerja sama dengan
pemerintah untuk memajukan dan pro aktif terhadap keberlangsungan kehidupan
bangsa. Tentu kader hmi dalam menyambut era bonus demografi ini penuh
dengan sukaria karena setiap kader telah di tempa intelektualnya sehingga mampu
memainkan peran di era bonus demografi untuk menjadi stake holder
pembangunan bangsa.

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia


Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-
sungguh dan terus menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan
pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi
persoalan, dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa
depan.

Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana.
Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen
bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta
berlangsung seumur hidup.Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah,
peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi
ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Tugas kita sebagai penerus bangsa adalah mempertahankan kemerdekaan


ini, tetap menjaga semangat perjuangan dan mempertahankan kebudayaan nenek
moyang kita. Namun di jaman globalisasi sekarang ini, semangat generasi muda
penerus bangsa kian menurun dan sangat memprihatinkan. Melihat akan gigihnya
para pejuang daerah kita terdahulu, harusnya para pemuda merasa malu.
Semestinya para pemuda generasi baru harus bisa melanjutkan perjuangan para
pendahulu yang rela berkorban tanpa jasa dan berani memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Sebagai generasi muda seharusnya dapat melanjutkan
tonggak harapan ini untuk mengisi kemerdekaan dengan cara meningkatkan
akhlak.

Setiap oraganisasi pastinya mempunyai program kerja yang dilaksanakan,


dimana dalam setiap program kerja tersebut terdapat nilai-nilai yang seharusnya
ada dalam diri setiap mahasiswa. Sebagai contoh penanaman nilai karakter adalah
ketika dalam pelaksanaan program kerja dibutuhkan kesadaran untuk bertanggung
jawab penuh agar setiap kegiatan terlaksana dengan baik. Selain itu juga terdapat
nilai karakter lain yang dapat mendorong seorang mahasiswa agar nantinya dapat
menjadi mahasiswa dengan pribadi yang lebih baik. Maka dari itu penanaman
karakter pada pemuda dapat dimulai dari keikutsertaan mahasiswa dalam
organisasi mahasiswa baik internal maupun eksternal.

B. Mahasiswa Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia


1. peran mahasiswa dan Urgensi keberadaan mahasiswa
Dalam kosakata bahasa indonesia, mahasiswa juga dikenal dengan sebutan
generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. untuk
meyebut mahasiswa, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu
sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek
pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan
keterampilan yang didukung pengusaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam
keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi bangsa.meskipun tidak pula di pungkiri bahwa
pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan
bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan
melibatkan secara fingisional.
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda mahasiswa berada dalam
status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua.
Generasi tua sebagai generasi yang berlalu(Passing Generation) berkawajiban
membimbing generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin
kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban
mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah
pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat
mengklaim bahwa merakalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk
memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Mahasiswa memiliki peran
yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan.
Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak
penting sejarah. Mahasiswa sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses
modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula mahasiswa jenis ini adalah para
mahasiswa yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah,
selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logika dan kebersihanya
dari noda orde masanaya.
Angakatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil(kebangkitan bangsa-
bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905,
sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui sumpah pemuda
tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa
Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara
baru bernama Indoensia melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Angkatan 1966 melalui koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang dipicu oleh
pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan
yang mengoreksi kebijakan pemerintah orde baru hingga angkatan 1998 sebagai
pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh presiden Soeharto. Lewat gerakan
Reformasi, kembali peran mahasiswa diharapkan muncul sebagai penyelamat
krisis bangsa.
Melihat peran mahasiswa tersebut, posisi mahasiswa sebagai salah satu
elemen bangsa adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis
multidimensi ini belum berakhir. Mahasiswa yang menjadi penggerak pada setiap
zamannya, kembali dituntut untuk tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu
berbeda.
2. Sikap mahasiswa terhadap persoalan bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu
meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan
bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau
terelimilasinya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah
dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya
sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai- nilai
kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah dan penderitaan
rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakkan keadilan dan masih
banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya
sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem
multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak
fragmentasi. Oleh karena itu, rekontruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu
beberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa;
1) Komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa.
Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah
terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembangunan
sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya
dengan menegakkan semangat berdikari.
2) Harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi
masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal
dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum,
sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh
dipaksa tundak pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
3) Penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin
dalam satu kesatuan jiwa kata kuncinya adalah segera terwujudnya
sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata
rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpecaya, jujur dan adil),
adanya kejelasan visi (kedepan) pemimpin yang jelas dan
implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi dan
mengarahkan semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat
jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan
semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor. Dan
untuk mahasiswa, mereka harus mampu memperjuangkan sistem
nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas yang
integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang
terjadi di masyarakat.
Secara garis besar ada empat peran yang harus dipikul oleh mahasiwa.
Keempat peran ini adalah peran yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
mahasiswa. Keempat peran itu, adalah:

1.Agent of change

Mahasiswa berperan di dalam melakukan perubahan terhadap kondisi


bangsa. Saat ini bangsa kita sedang mengalami kondisi terpuruk. Dari segi
ekonomi kita melihat masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin sangat jelas sekali terlihat.
Yang kaya sibuk memperkaya diri sendiri sementara yang miskin harus berjuang
keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Dari segi politik, kita
melihat banyak pejabat yang melakukan korupsi. Mereka sibuk untuk
memperkaya diri sendiri dan melupakan amanahnya untuk mensejahterakan
rakyat. Bagaimana ingin menyejahterakan rakyat sementara uang rakyat saja
mereka curi. Sungguh ironi memang Indonesia merupakan negara yang kaya
dengan sumber daya alam yang dimilikinya tetapi untuk mensejahterakan
kehidupan rakyat saja, negara ini belum mampu untuk melakukannya. Untuk itu
mahasiswa sebagai agent of change diharapkan dapat membuat perubahan
terhadap bangsa ini.
2. Iron Stock

Iron stock merupakan peranan mahasiswa yang tidak kalah penting, dengan
idealisme yang dimilikinya membuat mahasiswa menjadi tangguh untuk
menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Mahasiwa adalah aset yang penting
di dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Tentunya di dalam menjalankan
peran ini mahasiswa harus memiliki skill yang di dapat dari pengalaman
organisasi di kampus dan mahasiswa harus memiliki akhlak mulia agar ilmu yang
ia dapat dapat dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang baik.

3. Social control

Mahasiswa berperan dalam melakukan kontrol ketika melihat adanya gejala


yang tidak beres di tengah-tengah masyarakat. Mahasiswa yang akan mengontrol
perilaku pemerintah yang bertentangan dengan Undang-undang dan merugikan
masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa bisa saja dalam bentuk
demonstrasi. Selama ini orang berpandangan negatif terhadap mahasiswa yang
melakukan demo. Padahal demo yang dilakukan oleh mahasiswa itu hanya
semata-mata untuk membela kepentingan rakyat. Siapa lagi yang akan membela
dan menjadi garda terdepan dalam pergerakan untuk rakyat kalau bukan
mahasiswa yang notabene juga berasal dari rakyat. Tentunya demo yang
dilakukan oleh mahasiswa harus mengindahkan norma-norma yang ada sehingga
demo dapat berjalan dengan tertib dan damai. Selain dengan demonstrasi,
mahasiswa juga dapat melakukan kontrol sosialnya dengan jalan diskusi dan
melakukan kajian. Namun cara seperti apa yang tepat untuk melakukan kontrol
sosial, itu dikembalikan kepada diri masing-masing mahasiswa.

4. Moral Force

Mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena mahasiswa


berperan sebagai teladan di tengah-tengah masyarakat. Segala tingkah laku
mahasiswa akan diamati dan dinilai oleh masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus
pandai menempatkan diri dan hidup berdampingan di tengah-tengah masyarakat.
Itulah keempat peran yang ideal dan seyogyanya harus dilakukan oleh
mahasiswa. Implementasi dari peran tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa
memahami dan menjalani nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Pendidikan diperlukan agar mahasiswa memiliki intelektual dan wawasan


yang luas sehingga membantu di dalam proses berpikir untuk mencari solusi
terhadap berbagai persoalan. Penelitian diperlukan untuk menghasilkan sebuah
karya yang berguna bagi masyarakat dengan landasan research agar karya tersebut
tepat sasaran. Pengabdian masyarakat diperlukan agar ilmu yang didapat oleh
mahasiswa tidak disimpan untuk dirinya sendiri tetapi berusaha agar masyarakat
juga merasakan manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa.

Betapa pentingnya peran mahasiswa untuk membangun bangsa ini ke arah


yang lebih baik. Untuk itu kita sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar
belajar mencari IP setinggi-tingginya namun kita juga harus berkontribusi nyata di
tengah-tengah masyarakat. Karena mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting
dalam pembangunan bangsa

C.Pengertian Pembangunan

Pendekatan admnistrasi pembangunan dewasa ini telah tumbuh pula


kearah disiplin ilmu pengetahuan tersendiri dengan memperkembangkan
peralatan analisis dan menyusun berbagai model, biarpun masih jauh
memadai. Menurut nation-building Sondang P. Siagian (2001:4) administrasi
pembangunan meliputi dua pengertian, yaitu tentang admnistrasi dan tentang
pembangunan. Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan
keputusan-keputusan yang telah di ambil dan diselenggarakan dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Sedangkan
pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan
secara terencana dan sadar yang di tempuh oleh suatu negara bangsa
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Menurut Syamsi Yuswar Zainul Basri & Mulyadi Subri (2006:15)
pembangunan adalah proses perubahan sistem yang di rencanakan kearah
perbaikan yang orientasinya pada modernis pembangunan dan kemajuan
sosial ekonomis. Konsep pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi
pengertian baru tentang hakekat fungsi administrasi pada setiap negara dan
sifat dinamis. Pembangunan akan dapat berjalan lancar, apabila disertai
dengan admnistrasi yang baik.

Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang

keadaan yang dianggap lebih baik. Sedangkan menurut sondang P.Siagian


(2008) pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana serta sadar, yang di tempuh oleh
suatu negara menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan


fisik adalalah pembanguan yang dapat di rasakan langsung oleh Masyarakat atau
pembangunan yang tampak oleh mata (kuncoro 2010:20) pembangunan fisik
misalnya berupa Infrastruktur, bangunan, fasilitas umum. Sedangkan
pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan
masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama (Wresniwiro,2012)
contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian
rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat (Wresniwiro, 2012).

Sedangkan menurut Saul M. Katz dalam Yuwono (2001 :47)


pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal dari suatu keadaan
tertentu keadaan yang dipandang lebih bernilai. Maka untuk mencapai
pembangunan nasional yang berkeadilan itu, berbagai usaha telah dilakukan
pemerintah. Pembangunan yang telah dicanangkan selama ini dapat berjalan
sesuai dengan bersama apabila mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat,
seperti yang dikemukakan oleh Gran dalam Yumono (2001 : 54).Bahwa
peningkatan kesejahteraan manusia menjadi fokus sentral dari Pembangunan
dimana pembangunan masyarakat yang menentukan tujuan.
sumber-sumber pengawasan dan mengarahkan proses-proses
pelaksanaan pembangunan.

Contoh dari pembanguan fisik adalah:

a. Prasarana perhubungan yaitu: jalan,


jembatan dll.
b. Prasarana pemasaran yaitu: gedung,
pasar.

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah


ibadah, dan Puskesmas
sumber-sumber pengawasan dan mengarahkan proses-proses pelaksanaan
pembangunan.

Contoh dari pembanguan fisik adalah:

c. Prasarana perhubungan yaitu: jalan,


jembatan dll.
d. Prasarana pemasaran yaitu: gedung,
pasar.

c. Prasarana sosial yaitu: gedung sekolah, rumah-rumah


ibadah, dan Puskesmas.

Pembangunan non fisik adalah pembangunan yang tidak terwujud


namun dapat di rasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Pembangunan ini sering di sebut pembangunan masyarakat, yang
berupa :

1. Pembangunan bidang keagamaan

2. Pembangunan bidang kesehatan dan keluarga berencana

3. Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban

4. Pelayanan terhadap urusan masyarakat seperti pembuatan


KTP, pembuatan kartu keluarga, pembuatan surat kelahiran

5. Pembuatan surat keterangan berdomisili

D. pembangunan yang ideal


Pembangunan sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang
lebih baik dan untuk mensejahterakan rakyat itu sendiri.seyogyanyalah yang
membangun itu sendiri untuk rakyat bukan dari rakyat pembanguna itu sendiri
berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat,mengungarangi
kemiskinan,mengurangi pengangguuran,mengurangi ketimpangan dan keadilan
sosial.
Didalamnya perencanaan pembangunan kita maupun pemerintah akan
membuat orang-orang kejejatan dengan berkeinginan membangun itu dengan cara
itu sendiri dapat meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri.namun itu tidak
menciptakan tujuan yang tepat bahkan demi masyarakat yang akan menjadi
korban dari pembangunan itu sendiri bahkan tidak dari mereka yang
membesarkan diri dari lingkungan yang terpengaruh karena lingkungan yang
mendorong kehidupan penduduk yang berubah yang menjadi bagian-bagian dari
keluarga yang memperbaiki kehidupan sehari-hari mereka.
Kami sudah tahu bahwa pembangunan di negara kami ini mungkin dan
berfokus pada daerah pusat mungkin saja pihak pemerintah kami menganut teori
pembangunan circular dan causansi kumulatif dimana dalam teori ini di
ungkapkan yang pembangunan dimulai dari pusat yang kemudian akan mengalir
turun di bawah. Dari teori itu dapat dipastikan bahwa daerah yang maju semakin
maju sedangkan daerah yang tertinggal, hal ini memang senada di negara kita.
Kami mengetahui bahwa daerah di indonesia bagian timur tidak dapat digunakan
untuk hal-hal tersebut di indonesia hanya untuk pembangunan pulau jawa saja
dibandingkan dengan pulau lain bahkan mereka hanya menghisap sumber alam
daerah lain dan menggunakan untuk pembangunan daerah jawa, hal ini membuat
ada ketimpangan antara pulau jawa dengan pulau lainnya. Seharusnya pemerintah
harus memperhatikan hal-hal bawasannya indonesia ini bukan hanya pulau jawa
masih terdiri dari berbagai pulau. Jika pembangunan dilaksanakan dari bawah
niscaya akan ada hubungannya dengan orang-orang yang dapat diakses oleh
daerah karena hal tersebut akan berdampak pada kekayaan itu sendiri.

E.mencari suatu ideal pembangunan

Usaha menciptakan model-model pembangunan pada tahun-tahun yang


baru lalu ini telah menjadi kegemaran istimewa di kalangan ahli-ahli ilmu sosial.
Akan tetapi, semetara istilah model digunakan secara luas dalam ilmu-ilmu sosial.
Prof. Horowitz, seorang ahli sosiologi ternama, mencatat bahwa istilah ini
merupakan konsep tak mentap yang sering luput dari para penyusun model untuk
menjelaskan pendapatnya. Ia mengemukakan tiga macam arti fundamental yang
berbeda-beda tentang istilah tesebut.

Dengan pertama-tama mengaitkan model kepada tingkat serta mengambil


model ini sebagai suatu masyarakat pengarang menguraikan persoalan-persoalan
konseptual yang ditemukan dalam mempelajari proses pembangunan. Seperti juga
suku misalnya komunitas secara historis telah menjadi usang. Bahkan kota besar,
dan dengan demikian juga pembangunan kota, mulai merupakan konsep yang
canggung.

Maka dengan menggunakan istilah model sebagai pengganti kata strategi,


pengarang mengungkapkan persoalan-persoalan yang terpadu dalam apa yang
dinamakan cetak biru masa depan. Apakah indikator, atau seperangkat indikator
dapat diambil dari suatu wilayah yang maju lalu diterapkan kepada wilayah lain
tanpa merusak, baik model maupun wilayah yang penerapan bersangkutan?

Akhirnya, dengan menggunakan model sebagai pengganti teori-teori,


pengarang menerangkan persoalan-persoalan konsepsian yang tersangkut dalam
sistem-sistem sosio-ekonomi umum. Bukankah keterangan-keterangan sistematik
sering menyerah kepada desakan ideologi bahwa perubahan harus berlangsung
berdasarkan cara-cara tertentu?

Walaupun pengarang bab ini memberi tekanan pada kesulitan-kesulitan


yang terdapat dalam usaha menciptakan model, ini tidak berarti bahwa ia merasa
enggan terhadap model-model pembangunan. Malah berlawanan dengan itu, id
sendiri telah berusaha dalam karyanya three world of development, menciptakan
sebuah model.

Apa yang diperlukan untuk memahami model-model pembangunan adalah


kombinasi antara analisa linguistik dan analisa sosiologi. Mungkin juga yang
diperlukan adalah tak kurang dari kombinasi antara keterampilan logika
Wittgenstein dengan kemampuan sosiologi Weber. Seandainya saya menyatakan
telah berhasil mencapai sintesa demikian, terang saya tak tahu diri. Sebaliknya,
jika kita sama sekali tidak pernah berusaha untuk mengukur ketinggiannya, kita
ini patut ditertawakan.

Istilah model merupakan konsep yang mudah menimbulkan kehilafan,


sebagaimana terjadi dengan istilah yang dewasa ini digunakan dalam ilmu-ilmu
sosial. Sekalipun misalnya, kita mencapai difenisi resmi dari kata itu, yaitu bahwa
model adalah bayangan objek yang bentuknya sama, yang menghasilkan
identifikasi yang tidak dilakukan antara ungkapan obyek tersebut dengan obyek
fisiknya, kita tetap menghadapi tak terhitung banyaknya persoalan yang hakiki.

Ada tak kurang dari tiga macam arti fundamental yang berada yang lekat
pada istilah model-arti yang hampir setiap kali digunakan, menempatkannya
dalam alam pembicaraan yang berlainan. Pertama-tama, kata model digunakan
sebagai pengganti kata tahap, atau pernyataan epistemologi tentang car terbagi-
baginya dunia. Kedua, model digunakan sebagai ganti kata strategi. Ini
menyangkut pragmatika perubahan sosial, atau cara-cara untuk membagi-bagi
dunia. Ketiga, kata model sering digunakan sebagai pengganti kata teori,
bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan peribahan-perubahan.yang ingin saya
lakukan sekarang adalah semenjak semenjak semula mengemukakan rangka dasar
yang mengungkapkan apakah yang terdapat pada masing-masing tipe model
pembangunan ini,disususl oleh implikasi-implikasi bagi perubahan sosial yang
terkandung dalam pembuatan model.

F. Kondisi Umat Dan Bangsa

Berbicara tentang HMI, maka kita akan melihat kepada eksistensi suatu
kelompok sosial yang merupakan kesatuan dari mahasiswa yang teroganisir
dengan mencantumkan islam sebagi predikatnya, eksistensi HMI sebagai
kelompok sosial adalah merupakan manifestasi dari konfigurasi sosial budaya
masyarakat indonesia.(Ridwan Saidi, 1984; 123)
Islam secara transcenden dan imanen adalah sebagai pedoman dan
pandangan hidup secara menyeluruh bagi umat manusia. Nilai-nilai Islam yang
dijadikan pedoman dan pandangan hidup tersebut, dipahami sebagai rahmat Allah
SWT, bukan saja untuk golongan umat yang mengaku muslim, tetapi juga
diperuntukkan bagi seluruh manusia.

Setiap makhluk di alam semesta, termasuk manusia, secara fithrah


memiliki kecenderungan pada nilai-nilai suci yang terkandung di dalam dienul
Islam. Dengan demikian tugas seorang muslim selaku khalifah Allah di dunia
adalah mengikuti petunjuk suci dinul Islam dan berkewajiban
mengimplementasikannya dalam bentuk perjuangan untuk membangun peradaban
Islam sesuai dengan kehendak Illahi.

Namun demikian, seiring dengan terjadinya perkembangan sains dan


teknologi dalam skala mundial, dunia Islam dewasa ini tengah menghadapi
berbagai perubahan nilai kemanusiaan dan ideologi sosial. Karena itu, yang
diperlukan sebenarnya adalah dialektika dalam kesejajaran dan saling menghargai
atas dasar persamaan derajat persaudaraan. Namun demikian, kadangkala yang
terjadi justru sebaliknya, yaitu adanya kecenderungan berkembangnya sikap
arogansi rasial dari kelompok bangsa tertentu yang memiliki kekuatan (power)
untuk menguasai atau mendominasi bangsa yang lain yang dipandang lemah.

Kebetulan negara-negara yang mayoritas berpopulasi muslim, saat ini


telah menjadi sasaran bentuk-bentuk penindasan dan kebiadaban baru dengan
tujuan pemaksaan terhadap suatu nilai atau cara pandang tertentu. Implikasi lebih
jauh dari kondisi ini adalah semakin banyaknya pelanggaran hak-hak asasi
manusia, disorientasi sosial, degradasi moral dan serta teralienasinya manusia dari
nilainilai kebenaran. Pandangan Islam yang holistik terhadap nilai-nilai dan
ideologi sosial masyarakat dunia, senantiasa bertentangan dengan ideologi sosial
Barat yang selama ini memposisikan Islam sebagai rival.

Sementara itu, umat Islam sendiri sampai sejauh ini juga masih mengalami
banyak permasalahan internal, seperti rendahnya kualitas sumber daya umat,
lemahnya penguasaan sains dan teknologi, terbatasnya jaringan informasi dan
sebagainya. Di samping itu, umat Islam juga masih dilanda krisis kepribadian dan
dibayangi oleh inferioritas budaya serta eksistensi diri. Akibatnya, umat Islam
belum mampu mengantisipasi berbagai problem kemanusiaan global maupun
sektoral, apalagi diharapkan mampu membuat rekayasa sosial (social
engineering) bagi berkembangnya peradaban kemanusiaan yang sarat dengan
nilai-nilai kemanusiaan.

Indonesia sendiri adalah bangsa yang paling sedikit mengalami


”arabisasi”. Di Indonesia islam tidak mengantikan agama-agama sebelumnya
melalui kekuatan militer, namun dilakukan melalui penetrasi damai (penetration
paciufique) terutama hubungan dagang dan pernikahan. Karena itu
perkembanagan kebudayaan islam di indonesia sebagian besar merupakan hasil
dialog antara nilai-nilai universal islam dengan ciri-ciri kultural kerukanan
nusantara. (Nurcholis Madjid dalam Mark R. Woodword, 1996; 94).

Keterbelakangan Ummat dan Bangsa adalah kenyataan yang dapat kita


lihat pada semakin tinggginya angka pengangguran, angka kemiskinan dan angka
kelaparan akibat ketidakmampuan anak bangsa dalam mempercepat agenda
kesejahteraan bangsanya. Memburuknya tingkat kesejahteraan bangsa dapat kita
lihat dari semakin rendahnya angka pembangunan manusia Indonesia, dan masih
rendahnya jaminan sosial-keamanan bagi seluruh warga negara Indonesia.
Ditengah kondisi keterbelakangan bangsa yang ada, pada saat yang sama kita
dapat menyaksikan penjarahan uang rakyat melalui skema korupsi yang semakin
menunjukkan peningkatan intensitasnya beberapa waktu belakangan ini.

Akibatnya anggaran kita mengalami kekurangan permanen tidak mampu


memberi stimulus bagi bergeraknya roda ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Karena ketidakmampuan dalam memenuhi ketersediaan anggaran,
maka pencabutan subsidi dilakukan dan dipaksa mengobral murah aset-aset
bangsa sehingga sebagian besar aset di negeri ini bukan lagi milik kita tapi telah
dikuasai bangsa lain. Karena anggarannya selalu defisit, maka tidak ada pilihan
lain „katanya‟ selain terpaksa berutang kepada bangsa lain, walaupun utang itu
tidak terlalu bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan utang tidak
diberikan secara percuma, bahwa dibalik utang selalu ada kepentingan politis
bangsa lain, karenanya kebijakan bangsa dapat diintervensi oleh bangsa lain.
Artinya bangsa kita adalah bangsa yang terbelakang, bangsa yang miskin, bangsa
yang masih terjajah oleh bangsa lain. Pun, demikian dampak sosialnya, bagi
Indonesia dan seluruh wilayahnya.

G. Peran Kader Hmi Dalam Mewujudkan Kebangkitan Bangsa

Jalaluddin rahmat memberikan defenisi kebangkitan bahwa kebangkitan


itu diukur sejauh mana kita berhasilkan mengaktualkan potensi kita. Kebangkitan
itu bukanlah tumbuhnya kesadaran beragama yang lebih tuntas atau tampaknya
syiarsyiar agama yang bersifat ritual atau memperoleh kekuasaan politik atau
ekonomi. (Jalaluddin Rahmat, 1991; 303)

HMI adalah organisasi besar, organisasi tertua di Indonesia, kaya


pengalaman, pencetak para raksasa intelektual, banyak anggota dan alumni dan
sebagainya. pandangan-pandangan semacam ini seharusnya senantiasa dikritisi
jikalau tidak menghendakinya menjadi sekedar mitos. Mitos berarti suatu bentuk
kepercayaan berlebihan tetapi kosong tanpa isi. Hal itu hendaknya dimaknai
bersama oleh seluruh kader yang mengaku HMI sebagai upaya agar HMI dapat
merenungkan kembali arah dan orientasinya dalam menghadapi
persoalanpersoalan kontemporer dewasa ini.

Untuk itu, HMI harus terlebih dahulu mengetahui dimana posisinya saat ini.
Bahwa tanpa menyadari posisi HMI sekarang lewat refleksi sosiologis historis
maka HMI hanya akan mengalami kegagalan dalam melihat kenyataan yang ada.
HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat
meningkatkan keunggulan komparatif sumber daya manusia (SDM) yang
dimilikinya sekaligus eksis di tengah-tengah gerakan-gerakan sosial masyarakat
yang sangat akseleratif. HMI telah dihujani berbagai macam kritikan mengenai
sejauhmana peran eksistensinya saat ini di tengah zaman yang terus bergulir.
Kritikan itu setidaknya penulis maknai bermuara pada tiga hal, pertama, macetnya
proses reproduksi intelektual, kedua, menurunnya kritisisme (sosial responsibility)
dan ketiga, terjadinya krisis nilai (Islam) dalam praktek empirik beroganisasi
HMI.

Oleh karena itu, dalam konteks ini HMI harus berupaya keras untuk
merebut kembali tradisi intelektualisme sebagaimana telah diawali oleh
Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, Djohan Effendy, dkk
sebagai sesuatu yang fadhu dengan menggerakkan proses reproduksi intelektual
berupa para kader dan pengurusnya harus berprestasi di kampus dengan studi
tepat waktu dan menghidupkan kembali kajian-kajian ilmiah, kemudian dengan
modal intelektual tersebut kader HMI harus mampu mengambil peran populis di
tengah-tengah dinamika kehidupan kemahasiswaan yang selama ini seakan hilang
kekritisannya juga berperan dalam perubahan masyarakat dengan senantiasa
memberikan manfaat serta berupaya memberikan kontribusi positif bagi
memecahkan problematika keumatan yang ada.

Kader-kader HMI dituntut untuk memiliki pendidikan setinggi-tingginya,


berwawasan luas, berpikir rasional, kritis dan objektif sekaligus bertanggung
jawab atas terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Sehingga HMI tidak hanya sekedar "tidur" dan bersemedi di kantor-kantornya
akan tetapi HMI bersama rakyat membangun peradaban yang kuat. Selanjutnya,
para kader HMI harus senantiasa menginternalisasi dan mengoperasionalisasi
spirit nilai ajaran Islam dalam segenap praktek berorganisasinya.

Menyaksikan kondisi ini, mau tidak mau HMI sebagai bagian dari anak
Bangsa dituntut untuk membuktikan komitmennya terhadap perjuangan Ummat
dan Bangsa, komitmennya terhadap perwujudan tatanan masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT. Karena itu, Bangsa ini membutuhkan pembaharuan,
pembaharuan kebijakan agar bangsa ini dapat keluar dari situasi keterbelakangan
dan keterjajahan yang kita alami hari ini. HMI sebagai bagian integral dari umat
pada umumnya dan gerakan mahasiswa khususnya, dituntut untuk melakukan
upaya pemberdayaan sumber daya umat sebagai implementasi dari komitmen
moral dan intelektualnya. Komitmen semacam itu merupakan keharusan untuk
menghadapi tantangan yang demikian dahsyat. Untuk menyikapi dan
menghadapinya, mensyaratkan adanya kader dengan citra diri paripurna,
komitmen dan integritas yang mantap, sikap yang tegas, kemampuan intelektual,
skill manajerial yang profesional, dan kepemimpinan yang tanggguh.

Perjuangan ini tentu saja perjuangan panjang dan membutuhkan


manusiamanusia tangguh dan terorganisir rapih demi keberhasilan perjuangan.
Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.
Disinilah letak pentingnya HMI sebagai organisasi perjuangan dan organisasi
kader agar perjuangan kita berkelanjutan dan terorganisir baik sehingga targetnya
dapat tercapai.

Namun HMI bukanlah organisasi tanpa belitan masalah, berbagai


persoalan internal dan eksternal turut membingkai dalam dinamika HMI. Karena
itu perlu adanya rancangan kerangka gerak lanjutan untuk melakukan perubahan,
pembaharuan dan pergerakan-perjuangan di HMI.

Donny Sofyan dalan artikelnya yang berjudul Perkembangan


GerakanOrganisasi Mahasiswa, Agenda ke Depan dan Parameter Ukuran
Keberhasilan memberikan sebuah brainstorming, dan mencoba menyumbangkan
sedikit gagasannya.

Pertama, sebagai faktor perekat bangsa guna mencegah kecenderungan


disintegrasi dengan bekal “moral force” yang dimilikinya. Sebagai anasir
fundamental dalam meneguhkan integritas bangsa. Dengan mengadopsi gagasan
Dr. Marwah Daud Ibrahim, upaya ini dapat ditempuh dengan konsep SAKTI:
Sinerji, bahwa tiap-tiap penggerak perubahan mesti merasa bahwa apa yang
dilakukannya akan berlipat ganda hasilnya karena adanya integrasi dengan pihak
lain; Akumulasi, bahwa betapapun kecilnya gerakan harus dihargai sebagai proses
penyempurnaan perubahan itu sendiri Konvergensi, bahwa meskipun berangkat
pada muara yang berbeda tapi tetap bergerak menuju tujuan yang sama yaitu
perubahan; Totalitas, bahwa sasaran gerakan hendaklah multidimensional; dan
Inklusivitas, yakni adanya keinginan untuk melihat bahwa inisiator gerakan
sebagai bagian dari kita, terlepas dari manapun oasisnya.

Kedua, membangun basis dan tradisi intektualitas. Perubahan dan rekayasa


sosial (social engineering) mustahil tegak tanpa kokohnya basis dan tradisi
intelektualitas. Ketika mahasiswa mengembangkan pemikirannya mereka tidak
lantas merebut kavling dosen mereka. Perbedaan mendasar di antara keduanya
adalah bahwa dosen semakin tidak berani menembus frontier (tapal batas) cara
berpikirnya sendiri ketika otak semakin dijejali oleh banyak pengetahuan dan teori
serta banyaknya kepentingan-kepentingan pribadi yang harus diamankan. Dosen
cenderung menjadi peragu. Ditambah lagi kebiasaan berpikir disipliner yang
dengan ketat membatasi bidang persoalan dan perhatiannya. Kecuali jika ia adalah
sejatinya intelektual dan atau pernah menjadi mahasiswa aktivis. Ada baiknya kita
kaji lebih dalam uraian Jalal menyangkut definisi intelektual:

Bila kita tarik benang merah definisi-definisi di atas maka seorang ilmuan
yang tidak pernah menarik perhatian kepada perkembangan masyarakatnya hanya
sibuk dengan tugasnya di kampus sebagai pengajar, peneliti dan petugas
administratif; tidak terpanggil untuk menyebarkan dan menenangkan nilai-nilai
luhur dalam setiap napas kampus; tidak tergerak mengadakan perubahan dalam
kemandegan dalam tradisi intelektual masyarakat kampusnya; mereka yang hanya
menjejali mahasiswanya dengan teori-teori yang positivistik, bebas nilai (free
values) dan tak pernah memberikan catatan-catatan kaki terhadap pengetahuan
yang tidak manusiawi dan jahat semisal kapitalisme dan developmentalisme; tidak
pantas disebut sebagai intelektual. Karena itulah dosen tidak pernah menjadi
kekuatan pendobrak (revolver) bila dibandingkan dengan mahasiswa yang
seringkali mereka lecehkan di ruang kuliah.

Untuk mencapai tujuan besar yang dicita-citakan organisasi HMI,


barangkali perlu dikaji kembali lebih jauh kemungkinan HMI dapat memosisikan
dirinya sebagai lembaga pendidikan nonformal, tempat menempa anggotanya
menjadi insan akademis yang berkualitas di tengah umat dan bangsanya.

Dengan demikian, program kegiatan HMI tidak lagi masif, yang penuh
dengan seremonial. Sebab, posisinya akan menjadi inner power atau kekuatan
intelektual umat Islam. Dengan kata lain, HMI akan menjadi semacam pusat
unggulan (center of excellence) dan bukan hanya merupakan centerpiece
(perhiasan di tengah meja).

Dengan orientasi keislaman dan kekuatan intelektual, maka secara operatif


akan lahir kader HMI yang dinamis, terbuka, dan demokratis, serta hanya tunduk
pada kebenaran dari mana pun datangnya. Di sisi lain, semangat untuk
mengimplementasikan fungsi kekhalifahan mengharuskan HMI bersifat inklusif
dengan tetap mempertegas independensi organisasi.

Independensi HMI yang selama ini telah teruji keberadaannya dan


semboyan juangnya sebagai "pemersatu umat dan bangsa" jangan sampai kendur.
Artinya, meski harus menyatu dan menjadi salah satu faktor dalam membangun
dinamika umat dan bangsa, jati diri dan wawasan keumatan serta kebangsaannya
tidak larut dan terseret ke dalam "sektarianisme" baru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia
Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-
sungguh dan terus menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan
pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi
persoalan, dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa
depan.

Dengan pertama-tama mengaitkan model kepada tingkat serta mengambil


model ini sebagai suatu masyarakat pengarang menguraikan persoalan-persoalan
konseptual yang ditemukan dalam mempelajari proses pembangunan. Seperti juga
suku misalnya komunitas secara historis telah menjadi usang. Bahkan kota besar,
dan dengan demikian juga pembangunan kota, mulai merupakan konsep yang
canggung.

Kader HMI sebagai bagian dari pemuda harus mengambil peran penting
dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dengan
tetap mempertahankan identitasnya sebagai organisasi kader dan membangun
kembali gerakan intelektual yang selalumenjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran
dan kebajikanserta tetap pada independensinya.

B. Saran

Kita sebagai kader HMI yang memperjuangkan misi keumatan dan misi
kebangsaan untuk kembali membangun tradisi HMI dengan gerakan
intelektualnya, karena HMI adalah organisasi kader. Peran HMI sebagai
organisasi perjuangan harus selalu kita laksanakan, berjuang buntuk membela
kaum mustad‟afin.
DAFTAR PUSTAKA
Salim emil. 2010. pembangunan berkelanjutan.JAKARTA: kepustakaan
Populer Gramedia.
Suharto Edi. 2005. Membangun masyarakat, Memberdayakan Rakyat:
kajian Strategis pembangunan kesejahteraan Sosial & pekerjaan
Sosial. BANDUNG: Refika Aditama
Rasuanto Bur. 1980. Beling dan totten modernisasi masalah model
pembangunan: JAKARTA: PT.Yayasan ilmu-ilmu sosial
Nasution Zulkarimen. 2000. Komunikasi pembangunan: pengenalan teori
dan penerapannya. Edisi Revisi. JAKARTA: PT. Raja Grafindo
persada.
Woodword, Mark R (ed). Jalan Baru Islam. Mizan; Bandung. 1996
Saidi, Ridwan. Pemudsa Islam dalam Dinamika Politik Bangsa. CV.
Rajawali; Jakarta. 1984
Muchtar, Sidratahta. HMI dan Kekuasaan. Prestasi Pustaka; Jakarta. 2006
HMI,PB,Nilai-nilai perjungan HMI (NDP),Jakarta:PB HMI,1971
Sitompul,Agussalim,HMI mengayuh di antara cita dan
kritik,cetII.Jakarta:CV

Anda mungkin juga menyukai