Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POLA PIKIR PEMUDA DALAM MEMBANGUN BANGSA

MAKALAH INI DIBUAT SEBAGAI PERSYARATAN MENGIKUTI LK II


(INTERMEDIATE TRAINING)

Oleh
ROSIDKHAN HUSEIN
ASAL KOMISARIAT : NUR CHOLIS MAJID

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG ENDE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena berkat limpahan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “POLA PIKIR PEMUDA DALAM
PEMBANGUNAN BANGSA”. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari
kekurangannya dan masih jauh dari sempurnah, sehingga untuk penyempurnaannya,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih, dan dengan diiringi salam serta doa
kiranya Allah SWT selalu melindungi kita semua.

Ende, 09 JULI 2023

ROSIDKHAN HUSEIN
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL halaman


KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
LEMBAR PERSEMBAHAN...................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
MOTTO....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. GERAKAN PEMUDA.................................................................................................3
B. KETAHANAN NASIONAL.......................................................................................9
C. AKTUALISASI GERAKAN PEMUDA UNTUK KETAHANAN SOSIAL............11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13


A. KESIMPULAN...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
LEMBARAN PERSEMBAHAN

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya ditujukan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan makalah ini bisa
berjalan sesuai harapan, Orang Tua yang memberikan dukungan secara penuh
terhadap saya sehingga dapat mengikuti Latihan Kader II ini.
Abang dan Ayunda pengurus HMI cabang Ende tanpa terkecuali yang telah
memberikan spirit dan membantu secara moril dan materil dalam penyusunan
makalah ini dan Alumni HMI yang berada di Ende.
Abang Andi yang membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini
serta Ketua Umum HMI Komisariat Nur Cholis Majid cabang Ende yang telah
merekomendasikan saya sebagai salah satu delegasi cabang Ende dan semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemuda merupakan salah satu komponen penting bangsa ini. Angka pemuda yang
mencapai 65 juta jiwa menunjukan bahwa jumlah pemuda sangatlah signifikan dalam
setiap dinamisasi perubahan bangsa. Dalam menjalankan berbagai peran pentingnya,
selain menghadapi ancaman terhadap demokrasi, pemuda juga menghadapi tantangan
bagaimana bisa bersaing dengan bangsa yang sudah mengglobal. Dalam praktiknya
korupsi, anarkisme yang mengatasnamakan agama, dan berbagai pelanggaran hokum
lainnya dapat menyebabkan kegagalan demokrasi di Indonesia. Oleh sebab itu, pemuda
haruslah siap menghadapi ancaman dan siap pula menjawab tantangan yang ada. Salah
satu nilai yang harus selalu ada pada pemuda adalah jiwa kepemimpnan. Kepemimpinan
sebagai salah satu soft skill, mejadi salah satu syarat eksistensi dan resistensi pemuda
dalam menghadapi tantangan global. Menjadi sebuah agenda penting bagi kita bersama
untuk kembali memupuk jiwa kepemimpinan pemuda mengingat globalisasi, yang
ditandai dengan keterbukaan arus informasi dan berbagai kesempatan kadang tidak
disertai dengan kesiapan filtering masyarakat Indonesia menghadapi gelombang
berbagai informasi, paham, dan ideology yang bisa merusak moral dan persatuan bangsa.
Pembukaan UUD Negara republic Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pemuda mempunyai peran
penting sebagai salah satu penentu dan subjek bagi tercapainya tujuan nasional.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah mencatat peran penting pemuda yang
dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928,
Proklamasi Kemerdekaan tahun1945, Pergerakan Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa
tahun1966, sampai bangsa Indonesia memasuki era reformasi. Hal ini membuktikan
bahwa pemuda mampu berperan aktif sebagai garda terdepan dalam proses perjuangan,
pembaruan, dan pembangunan bangsa.
Dalam proses pembangunan bangsa, pemuda merupakan kekuaatan moral, control
social, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik, dan
kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Untuk itu,tanggung jawab dan
peran strategis pemuda di segala dimensi pembangunan perlu di tingkatkan dalam
kerangka hokum nasional sesuai dengan nilai yang terkandung didalam Pancasila dan
amanat UUD NKRI 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan,
kebangsaan, kebhinekaan, demokratis , keadilan, partisipatif, kebersamaan, kesetaraan,
dan kemandirian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gerakan Pemuda
Secara sosiologis, masyarakat kini telah mengalami perubahan. Pada era tahun
1980-an orientasi hidup masyarakat masih bertumpu pada pola-pola agraris, memasuki
abad ke-20 mulai masuk pada ranah industry terutama pada industry informasi. Hal ini
tentu akan berefek luas pada berrbagai sector. Arus informasi timbal balik antara
masyarakat satu dengan yang lainnya, masyarakat dengan birokrasi, bahkan antar Negara
semakin terbuka. Masyarakat sebagai kekuatan Civil Society akan dengan sangat mudah
mengakses berbagai informasi dalam hitungan detik, baik melalui teknologi televise,
radio, handphone, internet maupun media cetak. Perkembangan teknologi yang begitu
pesat ini membawa dampak tersendiribagi masyarakat lebih-lebih di kalangan pemuda
sebagai actor utama dalam setiap gerakan perubahan. Masyarakat akan secara langsung
melakukan proses transformasi informasi, nilai, dan ideologi. Dalam kondisi seperti ini,
secara tidak langsung telah terjadi pertarungan antara kemajuan pengendali teknologi
informasi dengan para penggunanya. Jika tidak ada proteksi yang memadai dalam diri
masyarakat, lambat laun akan terjadi pergeseran nilai-nilai dari masyarakat etis ke
masyarakat hedonis. Walaupun demikian, perkembangan teknologi ini juga membawa
dampak positif yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat terutama dalam
transformasi informasi yang begitu pesat dalam hitungan detik dan informasi akan
merubah pola pikir masyarakat.
Apakah fenonema sosial tidak sehat ini bukan merupakan kasus sosial yang
mestinya membuat kita semua sensitive untuk membangun gerakan moral dalam rangka
untuk melihat negeri ini tumbuh subur dengan kemerdekaan , kesejahteraan, keadilan,
kebenaran, yang dicita-citakan. Apakah pergerakan atau aksi demonstran yang dalam hal
ini adalah pemuda sebagai aktivis yang pernah terbangun oleh kaum terdidik kita selama
ini hanya menunggu momentum politik yang dipandang sebagai sarana konsolidasi dalam
rangka negosiasi dari berbagai kepentingan kelompok.
Hubungan pemuda dan politik nyaris menjadi wacana yang terlupakan dalan satu
decade reformasi politik. Kalaupun pemuda tetap dibicaran, maka status dan peranannya
masih dipandang dalam persepsi Orde Baru yang dari satu sisi sebagai sumber masalah,
sedangkan dari sisi lain dipandang sebagai perkakas politik. Hubungan seperti ini tampak
nya akan terus terpelihara sepanjang panggung politik di negeri ini masih berkisar soal
konsolidasi elit birokrasi dan pragmatisme politik electoral. Lebih dari sekedar persepsi,
wajah ganda pemuda ini sejatinya merefleksikan hubungan antara pemuda dan politik
dalam hingar bingar demokrasi kita saat ini sekaligus warisan politik Orde Baru yang
belum tuntas direformasi.
Aksi demonstrasi yang telah berhasil menumbangkan rezim Soeharto, patut nya
menjadi loneng kematian bagi kekuatan lama jika saja para pejuang kebebasan, keadilan,
dan demokrasi yang hendak ditegakan di negeri ini tidak terlena dalam romantisme
kekuasaan politik. Biasanya elit penguasa yang tidak memihak pada rakyat alergi dengan
kelompok dan kekuatan oposisi karena melalui kelompok dan kekuatan oposisi rakyat
akan melalukan perlawanan terhadap kebijakan yang dibuat. Oleh karenanya elit
penguasa ini mempersiapkan sejumlah instrument pengendalian konflik diantaranya
pembungkaman media, penetapan aturan anti subversi, serta cegah tangkal penyelesaian
konflik melalui jalan kekerasan.
Dunia kampus yang merupakan tempat berproses dan mengasah ilmu
pengetahuan bagi anak bangsa,namun juga sebagai sebagai tempat pencerahan dan
perubahan. Peran kampus dalam pemberian pencerahan dan perubahan tidaklah linear,
melaikan mengambarkan sejarah dengan perputaran atau siklus yang unik.
Dikalangan pemuda dan mahasiswa kini diperlukan perubahan melalui
pendekatan empati. Pendekatan empati akan tumbuh jika pelaku perubahan menjadi
bagian dari masyarakat dan melebur secara intens tanpa batas dengan masyarakat.
Dengan demikian mereka dapat berbicara dengan lambing bahasa dan system makna
yang digunakan masyarakat. Memaknai pendekatan empati, artinya pemuda dan
mahasiswa harus rela dan menyiapkan diri turut menjadi bagian dari proses politik yang
tengah berlangsung. Tentu peran yang dimainkan bukanlah peran polikitik pragmatic
yang hanya berorientasi pada sirkulasi dan kalkulasi kekuatan belaka, namun pemuda dan
mahasiswa mengambil peran sebagai kekuatan moral, control, dan penyadaran terhadap
semua elemen sosial untuk turut membangun budaya kehidupan demokrasi agar ke
depannya masyarakat dapat membangun kembali bangsa ini dari keterpurukan menuju
Indonesia yang mapan ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, pendidikan dan
senantiasa sejahtera dalm ruang kehidupan yang demokratis.
Dari sederet persoalan yang melilit bangsa ini, timbul berbagai pertanyaan, peran
apa yang bisa dimaikan pemuda? Sedangkan pemuda sudah lekat dengan citranya
sebagai garda terdepan perubahan. Apakan kekecewaan banyak pihak terhadap peran
pemuda telah dianggap valid dan bebas dari sensor sosial? Lalu apa yang harus dilakukan
oleh pemuda sebagai pengawal perubahan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan perenungan yang mendalam dan
objektif, sebab sungguh tidak adil jika menilai sebuah gerakan pemuda secara parsial,
general, dan menggunakan tolak ukur yang sempit. Tingkan kekritisan pemuda dalam
mencermati kebijakan birokrasi, ini menandakan bahwa pemuda merupakan actor utama
dalam perubahan. Setiap perubahan di Negara ini tidak terlepas dari peran pemuda.
Agenda pemuda menjadi sangat berat dan rumit. Reformasi masih mengalami masalah
besar, korupsi dan nepotisme terjadi dimana-mana mulai dari pusat sampai ke
daerah. .Kepastian hukum juga belum sepenuhnya berjalan. Ancaman dan
ketidaknyamanan hidup kian terasa dan berbagai kekerasan lainnya.
Pemuda harus memperkuat basis intelektualisme. Basis intelektualisme akan
memacu lahirnya sikap kritis dan progras di kalangan pemuda. Dengan demikian gerakan
pemuda akan tampil sebagai problem solver dalam melanjutkan proses perubahan. Untuk
melanjutkan kelangsungan reformasi dalam waktu yang panjang diperlukan peningkatan
kualitas dan kuantitas penggodokan leadership baik melalui media organisasi seperti
KNPI, HMI, GP Ansor, GMNI GMKI, PMII, Pemuda Pancasila dan lain-lain. Pemuda
tidak selayaknnya menyerahkan sepenuhnya hasil perjuangannya kepada para actor
politik senior yang saat ini manggung buktinya. Semakin terasa kesenjangan dan jurang
yang begitu dalam antara sikap dan perilaku mereka dengan kenyataan masyarakat luas.
Membangun perubahan kearah konstruktif tentu bisa dilakukan lewat berbagai
cahara misalnya cara yang sederhana tetapi meluas yaitu melalui media, apalagi media
informasi pertumbuhan dan perkembangannya sangat pesat. Kritik yang konstruktif harus
dibangun oleh pemuda. Di era digit ini, pemuda memiliki berbagai alternative dan format
gerakan yang bisa diperankan. Sehingga tinggal pemudalah yang hanrus memanfaatkan
media tersebut dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan akurasinya.
Citra diri seorang pemuda sebagai kader bangsa tentu tidak terlepas dari orientasi
pembangunan masa depan. Membangun tidak hanya dalam arti fisikal, kepentingan
sesaat, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah membangun sikap mental dan nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam Pancasila. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam
membebaskan masyarakat dalam keterkungkungan berpikir, kemiskinan, kekerasan/
diskriminasi, kebodohan dan keterbelakangan yang menyebabkan masyarakat mudah
untuk dibodohi oleh birokrasi. Dan citra pemuda sebagai agen of social control bukan
dalam wujud memimpin masyarakat untuk turun ke jalan melakukan aksi untuk
menyuarakan semua aspirasinya, tetapi jauh lebih penting adalah mengajak masyarakat
khususnya masyarakat menengah ke bawah untuk berpikir kritis objektif dalam
memahami persoalan yang dihadapi dan meresponnya cerdas, progresif, dan sinergis.
Sudah saatnya bagi pemuda untuk memikirkan ijtihad baru dalam gerakannya.
Paling tidak harus ada rumusan baru tentang konsep gerakan moral. Pemuda tidak oleh
terus terbelenggu dalam makna sempit gerakan moral, seakan-akan setiap gerakan moral
berbeda secara deamitral dengan gerakan politik. Pemahaman dikotomik antara gerakan
moral dengan gerakan politik mejebak pola pikir yang stigmatic. Gerakan moral adalah
gerakan yang mulia, murni, idealis untuk kebenaran. Sedangkan gerakan politik adalah
gerakan yang tidak murni, cenderung pragmatis, oportunis, dan oleh karenanya tidak
mulia dan kotor. Padahal gerakan politik sejauh yang diartikan sebagai gerakan untuk
memperbaiki tatanan kehidupan sosial-politik suatu bangsa, maka kemurnian dan
kemuliaannya tidak diragukan lagi. Sebab apabila diperhatikan secara saksama, dampak
dari gerakan moral pemuda memiki implikasi yang luas terhadap persoalan politik. Ijtihat
inilah yang saat ini harus ditumbuhkan dikalangan aktivis gerakan pemuda. Jangan
sampai cita-cita luhur para pemuda menjadi sia-sia di tangan sekelompok orang saja dan
yang harus dipahami adalah gerakan politik tidak mesti harus lahir dalam potret partai
politik. Gerakan politik bermakna pemberdayaan masyarakat agar semakin melek politik.
Semakin sadar akan hak-hak politiknya sebagai warga bangsa yang harus mendapatkan
kesejahteraan di negeri sendiri.
Maju-mundur dan hidup-matinya Indonesia akan sangat ditentukan oleh peran
dan fungsi pemuda. Maka situasi seperti ini, komitmen pemuda menjadi pentimg untuk
dimunculkan kembali. Artinya semangat perjuangan dan kebersamaan dibangun oleh
pemuda pada masa lalu harus dipertahankan. Sebab sinergi itulah yang telah terbukti
melahirkan reformasi. Reformasi adalah cita-cita ideal yang hendak diperjuangkan.
Idealnya adalah terbentuknya civil society yang menjadi arus utama perkembangan
konsep ketatanegaraan akhir-akhir ini. Konsep ini diharapkan dapat memecah kebutuhan
akan proses penyelenggaran Negara yang masih terkungkung oleh iklim birokrassi yang
hegemonik yang selama ini terjadi.
Dalam konsep Negara Bangsa ( nation state ) procedural demokrasi yang menjadi
aturan normative semakin memarjinalkan partisipasi masyarakat. Kerenanya upaya
control yang dilakukan secara berkesinambungan merupakan satu keharusan yang perlu
di kedepankan. Peran ini sudah seharusnya diambil oleh pemuda. Sebab pemuda lebih
representative untuk bisa mengaktualisasikan antara tata aturan yang menjadi prosedur
demokrasi dengan kenyataan masyarakat. Peran politik seperti inilah yang juga harus
diagendakan setelah pemuda berhasil merobohkan rezim otoriter masa lalu. Negara
sebagai manifestasi dari kebersamaan yang diikat oleh norma-norma yang adil transparan
dan Negara ada untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Ada beberapa hal yang harus dikampanyekan oleh para pemuda, yaitu :
1. Kesadaran bersama untuk melewatkan masa transisi dengan penuh kedewasaan
dan tanggung jawab. Tanpa kesadaran ini sinergis hanyalah sebagai ilusi. Tanpa
kesadarasn bahwa hitam putihnya bangsa ini merupakan kewajiban bersama
terutama mereka yang terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan.
2. Kemauan bersama untuk bahu membahu keluar dari multikritis yang
berkepanjangan. Pemuda dalam konteks ini harus menjadi perekat semua elemen
bangsa, dan tidak terus berharap pada generasi tua sebab kemauan bersama sering
kali bercampur aduk dengan kepentingan kelompok. Perbedaan pendapat menjadi
sulit dipisahkan dari perbedaan kepentingan.
3. Kearifan sikap dalam memahami realitas yang ada, terutama ditengah pluralitas
politik yang menjadi keniscayaan bangsa yang majemuk ini. Sebab jika tidak,
justru akan kontraproduktif dan melahirkan persoalan baru di tengah persoalan
lama yang belum terpecahkan. Diharapkan pemuda untuk lebih progresif dalam
menumbuhkan kearifan sikap bagi seluruh kekuatan masyarakat.
4. Pemuda harus konsisten mensosialisasikan pentingnya saling pengertian antar
segenap masyarakat. Pengaruh pertikaian kepentingan di tingkat atas, berdampak
serius bagi masyarakat. Oleh karenanya ketika generasi tua mulai terlena dengan
agregasi kelompoknya, maka pemuda harus tanggap untuk membendung semua
pengaruhnya terhadap masyarakat.

Selain itu, untuk memperkuat gerakan pemuda, Khotimi menambahkan bahwa ada
empat hal yang harus dilakukan pemuda:
1. Pemuda harus membidik jaringan sinergis dalam menyusun gerakannya.
Dukungan yang luas dan kuat mutlak di perlukan jika ingin hasil yang
diharapkan. Salah satu kiat untuk membangun jaringan yang sinergis adalah
bercermin pada sejarah pergerakan dari segi objek perlawanan.
2. Gerakan pemuda harus melewati proses pematangan. Pematangan gerakan harus
dilakukan secara komprehensif berdasarkan prinsip senergis. Untuk sebuah proses
pematangan, yang dibutuhkan tidak hanya gerakan-gerakan praktis, namun yang
tidak kalah pentingnya adalah adanya dukungan yang kuat secara konseptual.
Perpaduan antara kuatnya konseptual dan efektifnya gerakan di lapangan akan
menjadi modal yang kuat untuk menyongsong sebuah perubahan.
3. Pemuda dan kaum intelektual lainnya harus mampu melakukan transformasi
gerakan moral ke gerakan sosial lebih meluas. Gerakan sosial yang dimaksudkan
disini tentu gerakan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Oleh karena
itu, pemuda dan kaum intelektual harus mampu memetakan berbagai problem
masyarakat untuk selanjutnya merumuskan agenda-agenda diagnosisnya.
4. Indonesia adalah Negara plural, maka pemuda harus mampu merumuskan satu
visi yang visioner dan misi yang berwawasan jauh kedepan. Visi dan misi yang
kuat tidak bisa dibangun dalam sekali gerakan, namun butuh proses dan kesabaran
agar apa yang berhasil dirumuskan benar-benar lahir dari upaya yang paripurna
dan pada akhirnya akan menjadi daya dobrak psikologi untuk mencerahkan
masyarakat.
B. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan.
Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini terus-menerus dan sinergis, mulai dari
pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional bermodalkan keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses
berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran
geostrategic berupa suatu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi bangsa Indonesia. Konsepsi ketahanan nasional merupakan
pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan.
Berbicara mengenai ketahanan nasional, ada dua konteks yaitu ketahanan
nasioanal sebagai kondisi dan ketahanan nasioanal sebagai konsep.
1. Sebagai kondisi dinamik bangsa, ketahanan nasional merupakan output dari
segenap upaya nasional pada saat tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan cita-
cita nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
2. Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah suatu pisau analisis untuk
memecahkan masalah dengan melalui astha gatra (delapan aspek kehidupan
nasional) yang terdiri dari tiga alasan ilmiah atau trigarta (geografi, kekayaan
alam, dan penduduk)yang bersifat statis dan lima aspek sosial atau
pancagarta( ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan)yang bersifat dinamis, yang satu dan lainnya memiliki interrelasi dan
interaksi secara utuh menyeluruh. Dengan demikian, konsepsi ketahanan nasional
sebagai alat analisis, melihat persoalan secara komperhensif integrative dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan secara serasi.
Konsepsi ketahanan nasional harus berpijak pada Pancasila dan UUD 1945
sebagai landasan dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa di Indonesia . Upaya
nasional untuk meningkatkan ketahanan nasional adalah identik dengan pembangunan
nasional yang mengacuh pada konsepsi ketahanan nasional serta tidak terlepas dari nilai-
nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional.
Sebagai suatu system, ketahanan nasional bersifat terbuka, artinya ia menerima
input dari luar system itu serta berintegrasi dengan komponen-komponen proses yang ada
didalamnya. Apabila kondisi ketahanan nasional suatu bangsa mampu mengadakan
penyesuaian atau memilih peluang dari lingkungan strategis yang mempengaruhinya,
maka jadilah ia suatu ketahana nasional yang tangguh.
Sebagai suatu pedoman, ketahanan nasional pada dasarnya sangat penting untuk
diimplementasikan dalam seluruh penyelenggaraan pembangunan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara konkret, konsepsi nasional digunakan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan dan pembangunan
daerah/wilayah mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksaan serta tahap
evaluasinya.

C. Aktualisasi Gerakan Pemuda untuk Ketahana Nasional


Setiap pembicaraan mengenai kaum muda, yang paling populer adalah pertanyaan
tentang bagaimana peran dan prospek pemuda di masa yang akan datang? Permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat haruslah ditanggapi dengan lebih bijak, tidak dengan
membuat pemasalahan tersebut sebagai isu nasional dan menyita perhatian banyak pihak
yang pada akhirnya membutuhkan perhatian khusus. Disinilah peran serta pemuda
dengan sikap kritis yang ditunjukan pada lingkungan serta penegakan hukum menuntut
pemuda untuk reaksioner dan tanggap untuk tidak saja meredam tetapi menyelesaikan
permasalahan sosial tersebut dengan tidak mengorbankan pihak manapun dan selalu
bersikap netral.
Sikap pemuda sebagai generasi penerus bangsa haruslah melakukan hal-hal yang
bijak serta terpuji karena hal tersebut akan menjadi suatu nilai budaya serta kebiasaan
untuk generasi mendatang. Akhir-akhir ini kekritisan pemuda memberi wujud yang
berbeda, arah gerak idealisme dengan arah corak gerakan pemuda sangatlah jauh
berbeda. Nilai nasionalisme dan patriotisme yang senantiasa diusung dalam semangat
berjuang untuk masyarakat kini sedikit demi sedikit mulai sirna. Spirit nasionalisme telah
tertutup oleh karakter pragmastisme dan oportunisme sebagai pemuda.
Selama ini peran serta pemuda sulit terealisasi karena pemerintah sering kali di
pengaruhi oleh kepentingan-kepentingan yang lebih besar dan cenderung bersifat privasi.
Biasanya reaksi keras terjadi pada saat ada sesuatu yang dipandang amat bertentangan
dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas. Seharusnya masyarakat melalui pemuda
mempunyai hak agar pemerintah mengakui peran serta pemuda sebagai cara yang absah
untuk perubahan yang berlangsung tidak hanya menguntungkan kelas tertentu diatas
penderitaan kelompok masyarakat lainnya.
Peran serta pemuda hendaknya dipahami tidak lagi sebagai sebuah kesempatan
yang diberikan oleh pemerintah karena kemurahan hatinya, akan tetapi lebih dihargai
sebagai suatu layanan dasar (hak) dan secara hukum adalah bagian integritas dari
pemerintah. Hal ini penting diperhatikan, untuk menakar eksistensi pemuda apakah
pemuda berdaulat dinegaranya atau tidak. Dua hal yang harus dicermati pemuda adalah
1. Pemuda berhak menentukan haluan negaranya
2. Pemuda menentukan bagaimana caranya Negara tersebut dilaksanakan.
Dalam proses penentuan kebijakan, peran serta pemuda merupakan suatu cara
yang efektif untuk menampung dan mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat
yang beragam serta mewakili masyarakat melalui perencanaan yang partisipatif guna
memberikan keputusan yang adil. Sesuai dengan asas demokrasi dari system
pemerintahan di Indonesia, demokrasi menjunjung tinggi kebebasan dan kebersamaan,
maka pemuda sebagai elemen masyarakat haruslah ikut berperanserta dalam perumusan,
pelaksanaan, dan pengawasan suatu kebijakan pemerintah.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat membawa dampak
tersendiri bagi masyarakat. Masyarakat akan secara langsung bisa melakukan transfer
informasi, transfer nilai, dan transfer ideology. Dalam kondisi seperti ini, secara tidak
langsung telah terjadi pertarungan antara kemajuan pengendali teknologi informasi
dengan sang penikmatnya. Maka jika tidak di proteksi secara benar dan memadai dalam
masyarakat lambat laun akan terjadi pergeseran nilai dari masyarakat etis kemasyarakat
hedonis. Mungkin inilah yang dimaksud dengan proses erosi nilai dan kekeringan
spiritual. Dari kondisi bangsa yang carut marut inilah pemuda harus berperan menjadi
actor gerakan dan berada di garda terdepan dalam merespon tantangan yang mengancam
ketahanan nasional.
Oleh sebab itu, pemuda haruslah tangguh dan ulet membaca dinamika bangsa,
menyiapkan diri dengan senantiasa mengasah dan meningkatkan kemampuannya untuk
menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi dalam mengabdikan diri sebagai generasi
penerus pembangun bangsa.
Peranan para pemuda dalam pembangunan nasional memang cukup penting dan
berat. Kebutuhan yang mendesak tampak mulai dari ibu kota sampai pada pelosok desa.
Rakyat pedesaan menunggu kehadiran para pemuda terdidik untuk melakukan perubahan
yang lebih baik.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemuda sebagai bagian dari potensi pembangunan perlu diberdayakan agar mampu
berkiprah dalam pembangunan dan menghadapi tantangan global. Pemberdayaan pemuda
sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya pemuda dilakukan melalui dorongan,
bimbingan, kesempatan, pendidikan, pelatihan dan panduan sehingga tujuan
pembangunan kepemudaan dapat terwujud yaitu terwjudnya pemuda yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif,
mandiri, demokratis, tanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan,
kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD RI 1945
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rasa nasionalisme kian hari tanpa makna. Untuk itu sebuah upaya menjaga netralitas
dan indenpendensi lembaga merupakan fondasi terpenting agar setiap gerakan pemuda
berjalan efektif. Kemampuan pemuda untuk tetap menempatkan kekritisannya di ranah
yang proporsional dan terukur, akan mengiringi langkah pemuda dalam upaya
menemukan kembali kemurnian gerakan.
Tetap berusaha bersifat kritis terhadap kebijakan publik yang berdampak social luas,
tetapi tidak larut dalam kepentingan. Pemuda Indonesia telah membuat catatan tinta emas
gemilang sejak zaman dan pasca kemerdekaan hingga era reformasi sekarang ini
bermodalkan semangat pemuda. Oleh karena itu, pengembangan kepemimpinan pemuda
harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan guna mengembangkan
kemampuan dan kapasitas kepemimpinan pemuda yang berwawasan kebangsaan untuk
berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional di segala bidang.
Pengembangan kepemimpinan pemuda bertujuan untuk meningkatkan potensi
keteladanan, keberpengaruhan, pemuda yang berkarakter, berdaya saing serta pergerakan
pemuda sebagai kekuatan moral, control social, dan agen perubahan yang berwawasan
kebangsaan dengan tetap mempertahankan semangat juang dan idealisme sehingga
ketahanan nasional dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Danu. 2014. Implementasi ketahanan Nasional pada taplai kebangsaan bagi
ketahanan nasional pemuda.
Pranowo M.Bambang, multimensi ketahanan nasional. 2010
Siregar Harima, Gerakan Mahasiswa : Pilar kelima Demokrasi. 2011
Masdiana, Erlangga dkk.Peran Generasi muda dalam ketahanan nasional. Jakarta:
Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
Dewanata, Pandu dan cahavcahay syaifullah. Rekonstruksi Pmuda. Jakarta: Kementrian
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2008.

Anda mungkin juga menyukai