Anda di halaman 1dari 36

PELATIHAN KADER LANJUT “ULUL ALBAB”

(Mewujudkan Kader Pelopor Bermental Ulul Albab)


PENGURUS CABANG
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOTA MALANG
Kantor: Jl. Mayjen Panjaitan 164 Malang 65113 Telp./Fax. ☎085732388628
Website: http//www.pmiikotamalang.or.id E-mail: pmii.pcmalang@gmail.com

No : 006.PKL-XVIII.PC-XL.V-04.02.AA.03.2015
Lamp : 1 Bendel
Hal : PERMOHONAN

KepadaYth. Ketua Umum PC. PMII Se-Indonesia


Di tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Salam silaturrahim teriring do’a kami sampaikan semoga bapak/ibu senantiasa dalam
lindungan-Nya, serta eksis dalam menjalankan aktifitas keseharian. Amin.

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya agenda Pelatihan Kader Lanjut “Ulul Albab”
oleh PC. PMII Kota Malang, maka kami mengharap kepada sahabat-sahabat PC. PMII Se-
Indonesia untuk mendelegasikan kader terbaiknya dalam acara tersebut yang akan
dilaksanakan pada:

hari/tanggal : Selasa-Ahad, 17-22 Maret 2015


tempat : Gedung pertemuan, Murnajati, Lawang

Demikian surat ini kami buat, atas perhatian, kerjasama dan partisipasinya kami sampaikan
terima kasih.

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamieth Thorieq


Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Malang, 1 Maret 2015


PANITIA PELAKSANA PKL “ULUL ALBAB”
PENGURUS CABANG
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOTA MALANG

MOCHAMMAD SHODIQIN DAFIKURRAHMAN


Ketua Sekretaris

Mengetahui,
PC. PMII KOTA MALANG

HABIBURRAHMAN EL-STIFFIANNI
Ketua Umum

Taqwa, Intelektual dan Profesional


TERM OF REFERENCE (TOR)

A. LATAR BELAKANG
“Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan
ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.
(Tujuan PMII BAB IV Pasal 4 AD).
Sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia masih menjadi catatan kelam bagi
bangsa ini, mulai dari Kekejaman dan ketidak adilan penjajahan, seperti politik tanam paksa,
membuat rakyat Indonesia makin sengsara. Dalam kesengsaraan itu terjadi proses perubahan
mental pada rakyat Indonesia dan jumlah orang yang melawan penjajahan makin meningkat.
Inilah kondisi yang menumbuhkan pergerakan kebangsaan sejak permulaan Abad ke 20.
Muncul para pahlawan nasional yang memperjuangkan negerinya keluar dari penindasan.
Kita kenal nama Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin, Cut Nyak Dien, Pangeran
Diponegoro, dll. sebagai pejuang yang harus menyerahkan akhir hayatnya di tangan penjajah.
Tiga setengah abad negeri ini terkungkung dalam cengkeraman kolonialisme. Atas perasaan
senasib dari para anak bangsa serta atas kebijakan politik etis Belanda muncul kebangkitan
nasional. Budi Utomo di tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, puncaknya adalah masa
kemerdekaan RI tahun 1945 yang mengusung Soekarno-Hatta sebagai nahkoda.
Perjuangan pasca kemerdekaan masih panjang, kondisi perekonomian, pendidikan,
dan segala aspek bangsa perlu segera distabilkan. Untuk mencapai kondisi yang stabil,
konstitusi RI mengalami beberapa kali perubahan. Negara Republik Indonesia (RI) pertama
pada 17 Agustus 1945, negara RI Serikat 1949 (republik kedua), negara RI Sementara 1950
(republik ketiga), Negara Dekrit 5 Juli 1959 (republik keempat), era perang dingin, republik
kelima 1963 (plus Papua), republik keenam 1974 (plus Timor Timur), gelombang ketiga
demokratisasi, dan kembali ke republik kelima 1999 (tanpa Timor Timur).
Banyak kasus KKN tidak dianggap sebagai korupsi karena pada dasarnya yang
dilakukan adalah Corrupted mind sehingga Indonesia dianggap negara paling terkorup di
dunia meskipun koruptornya berjumlah sangat sedikit. KKN dalam bentuk Corrupted mind
ini sebenarnya lebih berbahaya daripada KKN yang terang-terangan karena kebijakannya
sudah korupsi sehingga menyengsarakan rakyat (Gie, 2005:43-49).
Belum lagi soal perang antar kebudayaan dan ideologi antar bangsa sangat dirasakan
oleh negara Indonesia dengan jumlah penduduk ±250 juta. Berbagai proyek penanaman
ideologi oleh bangsa-bangsa maju kepada negara-negara berkembang genjar dilakukan untuk
menjadikan negaranya sebagai pusat peradaban dunia. Triliunan dana dikeluarkan untuk
kepentingan ini. Pertanyaan besar menghantui kita “Mampukah Indonesia membawa jati
dirinya di tengah-tengah arus globalisasi yang tanpa batas?”. Mungkin kita semua yang bisa
menjawab lewat aktivitas sehari-hari yang kita lakukan. Ada baiknya pula jika kita terapkan
prinsip 3M yaitu, Pertama mulai dari diri sendiri, kedua mulai dari hal yang terkecil, dan
ketiga mulai dari sekarang. Kemandirian disertai dengan kesabaran dan doa adalah jalan
keluar dari kemelut yang terjadi pada bangsa ini.
Ada fenomena sosial lain yang berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat kita
belakangan ini, yakni suatu praktis sosial yang ditandai oleh merosotnya kesadaran bersama
tentang tanggung jawab, kebajikan bersama, saling percaya dan kesukarelaan. Dalam hampir
semua kagiatan, uang dan imbalan materi lainnya menjadi dasar bagi berlangsungnya
partisipasi warga. Dalam semua kegiatan itu, segala aktivitas dijalankan secara transaksional.
Sementara kesukarelaan, keikhlasan,kejujuran dan altruism sebagai basis tindakan sosial
kolektif berkurang. Datang ke pertemuan-pertemuan komunitas, rapat-rapat organisasi,
kampanye partai, preferensi pilihan dalam pemilu, kesediaan untuk membantu dan
bersolidaritas dan lain-lainnya hampir-hampir saja mustahil tanpa melibatkan imbalan dalam
bentuk yang berbeda-beda.
Pencapaian prestasi tinggi makin penting dalam kehidupan bangsa masa kini dan masa
mendatang. Umat manusia makin berkembang maju dan bangsa yang tidak mampu mengikuti
irama kemajuan itu sukar menjamin kelangsungan hidupnya; kalau tidak sirna paling tidak
akan berada dalam kondisi setengah mati setengah hidup (Layamutu fiha wala yahya: QS.
Toha 74). Di depan mata kita sudah di tunggu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean 2015 ),
dimana kompetisi dan kualitas masing masing diri kita harus siap menghadapinya.bagaimana
masyarakat indonesia, lebih-lebih mahasiswa yang merupakan lahan kaderisasi PMII harus
memiliki motivasi dan mental yang tinggi untuk disiplin, teguh pada tujuan dan meningkatkan
kemampuan softskills jika ingin menjadi kekuatan yang extraordinary dan mampu bersaing
dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya.
PMII harus ikut andil mendorong perguruan tinggi serta mengajukan saran bagi para
pengambil kebijakan di pemerintahan baik di eksekutif, legislatif maupun stakeholder lainnya
yang terkait dengan pendidikan tinggi. Di harapkan dari salah satu dari gagasan ini dapat
menjadi masukan dan landasan bagi para pengambil kebijakan untuk dapat menyesuaikan
berbagai kebijakan dan regulasi supaya pendidikan tinggi di Indonesia menjadi key success
factor atau faktor utama sebagi penentu berhasilnya bangsa Indonesia menjadi pemenang di
era MEA.
Kita sering merasa lemah dan tak percaya diri,di sebabkan tak punyaa mental yang
kuat, kita selalu di pandang sebagai masyarakat konsumtif. Namun kalau kita harus bangkit
dari sebuah keterbelakangan ini, mengingat potensi kita dalam banyak sisi memiliki
keunggulan komperatif meskipun ditengah hambatan-hambatan klasik yang masih
mengganjal terkait persiapan sumber daya manusia kita yang dipandang memiliki jumlah
yang besar namun tidak memiliki daya saing (kompetitif). Kekhawatiran ini selanjutnya akan
berdampak pada masyarakat Indonesia akan menjadi tamu dan penonton dinegaranya sendiri.
Hal ini berdasar sebab sasaran pasar yang paling potensial bagi negara-negara ASEAN
tersebut adalah Indonesia karena memiliki jumlah penduduk yang sangat besar yakni ±250
juta jiwa atau hampir sentengah dari jumlah penduduk negara yang tergabung ASEAN yang
berjumlah ±600 juta jiwa, artinya separuh dari pasar ekonomi di ASEAN adalah negara yang
sangat kaya bernama Indonesia.

SENTUHAN HIKMAH
Dari bentangan paparan di atas, kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa PMII
Bukan tempatnya mahasiswa yang mudah mengeluh dan tidak peduli atas persoalan dan
tantangan bangsa (apatisme) atau pemuda yang hanya memandang suatu masalah akan
menjadi masalah baginya apabila masalah tersebut bersinggungan langsung dengan dirinya
(individulaisme).sebab sudah sangat jelas dalam muqoddima AD/ART PMII di sebutkan
bahwa, Mahasiswa Islam Indonesia sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan
pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertangung jawab mengemban komitmen
keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan
membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik
spritual maupun material dalam segala bentuk.
PMII merupakan elemen terpenting dari seluruh bagian masarakat Indonesia dalam
mengemban tanggung jawab berbangsa dan bernegara. PMII mempunyai pandangan bahwa
sejarah itu berjalan dengan masa lalu, bukan karena semata-mata masa lalu itu ada, tetapi
karena masa lalu telah membentuk hari ini dan hari esok. Artinya capaian tertinggi dari
sebuah gerakan adalah ketika satu generasi telah berhasil mengantar generasi berikutnya
menaiki tangga yang lebih tingi. Visi historis inilah yang akan menjadikan PMII sebagai
organisasi besar yang berpandangan kedepan, karena PMII tidak didirikan hanya untuk
bertahan selama sepuluh atau dua puluh tahun, tetapi PMII didirikan untuk melakukan
perubahan tata struktur dan sistem. Mempertahankan budaya dan mengambil langkah yang
lebih baik dari situasi dan ancaman menjadikan bangsa ini lemah.
Tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah sikap mental masyarakat
Indonesia yang gamampang dan bahkan lemah. Terpengaruh oleh sejarah kelam bangsa ini
dan kondisi Alam yang mengelilinginya yang murah dan mudah, Masyarakat Indonesia
cenderung bersikap manja dan lekas puas, tanpa dorongan dalam dirinya untuk mewujudkan
yang terbaik, menjalankan segala sesuatu asal jadi tanpa minat untuk menghasilkan kualitas
dalam pekerjaan. Akibatnya mereka terselinap oleh mayoritas yang lemah sikap mentalnya,
bermental kuat dan bersikap tangguh cenderung dianggap menentang arus.
Agar supaya mental menjadi siasat integral tranformasi keilmuan dan etika sehari-hari
pada lingkup organisasi dan skala sebesar bangsa. Arah itu juga merupakan resep bagi
masyarakat warga untuk ikut terlibat secara bersama-sama dalam memulai dan merawat
bangsa ini dari berbagai macam ancaman.
“Mewujudkan Kader Pelopor bermental Ulul Albab”. Mental Ulul albab yang
sengaja kami pilih sebagai jawaban dari keterbelakangan mental dan membangun kesadaran
mencari solusi yang melanda bangsa ini, yaitu orang yang selalu berdzikir (mengingat Allah)
dengan lisan maupun hati (keimanan) dalam setiap situasi dan kondisi, apapun ia selalu
mengingat tuhannya. Bukan sebatas ini saja, selain mengingat Allah, ulul albab juga berfikir,
yaitu memikirkan ayat-ayat Allah yang berupa alam semesta, langit bumi dan segala isinya
serta dan perjalanannya yang melahirkan perubahan siang dan malam dan fenomena-
fenomena alam lainnya. Setelah berpikir ulul albab akan mengambil kesimpulan dari
fenomena-fenomena tersebut serta mengambil hikmah ulul albab akan menjadikannya sebagai
sarana untuk memperdalam keimanan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan
bukan malah tenggelam di dalam fenomena tersebut dimana hal itu merupakan ruang
aktulisasi dari setiap di kader dan PMII untuk menjawab tantangan zaman.
Selain itu, PMII harus mengambil peran sentral dalam pembangunan di berbagai aspek
baik itu sektor ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan dan sebagainya. "PMII tidak boleh
sekadar menjadi penonton, pemerhati atau bahkan hanya pengekor. Kita harus menjadi
pelopor perubahan, pembangunan, penggerak dan mengambil banyak peranan penting untuk
bersaing menghadapi tantangan global.
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ulul albab yaitu orang yang berakal (QS. Ar-
Ra’d Ayat 20), memiliki pikiran, perasaan dan hati. Namun bukan hanya sekedar memilikinya
akan tetapi mau menggunakannya secara maksimal, sehingga ia mampu mendapatkan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas serta pandangan yang tajam terhadap sesuatu.
Penggunaan akal, pikiran, perasaan dan etika, ini tentu saja dengan cara yang benar dan
dengan tujuan yang baik. Karena banyak orang yang memiliki komponen-komponen ini,
namun tidak mau menggunakannya secara maksimal. Begitu juga banyak orang yang
menggunakannya namun tidak dengan cara yang benar dan bukan untuk kebaikan, seperti
orang yang menggunakan akalnya hanya untuk akal-akalan mencari keselamatan di dunia.
Upaya dalam memberikan jawaban dari kegelisahan itu terangkai dalam suatu
keyakinan bahwa keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki
kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi. Indikator termudah yang seringkali
dijadikan ukuran keberhasilan dari sebuah organisasi adalah seberapa banyak (kuantitas) dan
seberapa hebat (kualitas), integritas dan kapabilitas out put (alumni) yang dihasilkannya.
Minimnya sebuah organisasi dalam me-reproduksi intelektual, tokoh atau pemimpin yang
memiliki kecakapan di bidangnya (profesional), kritis, visioner, berkarakter dan bermental
kuat akan menunjukkan macetnya sebuah organisasi yang berarti pula kegagalan kaderisasi di
tubuh organisasi. Sistem pengkaderan di PMII diarahkan pada terciptanya individu-individu
yang merdeka, otonom, independen, baik dalam bepikir, bersikap maupun berperilaku (etika)
serta memiliki kapasitas dan kepedulian berpartisipasi secara kritis dalam setiap aksi
perubahan menuju tatanan masyarakat indonesia yang lebih baik, negara dan dunia yang PMII
cita-citakan. Kader merupakan roh organisasi, karena itu pengkaderan di PMII diformulasikan
secara sistemik dan terencana dengan baik, sehingga menjadi ujung tombak keberlangsungan
dan kesinambungan dinamika dan keberlanjutan organisasi.

B. LANDASAN KEGIATAN
1. Al Qur’an dan Hadis
2. Pancasila dan UUD 1945
3. Nilai Dasar Pergerakan (NDP PMII)
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD dan ART PMII)
5. Hasil-hasil Konfercab XL PMII Kota Malang
6. Hasil-hasil Rakercab XL PC. PMII Kota Malang

C. NAMA KEGIATAN
Nama Kegiatan ini adalah Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab;
1. Pelatihan adalah untuk melatih secara kemampuan atau dengan kata laian yakni
proses suatu usaha sadar dan sistematis untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan Pendidikan bagi pengembangan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dalam melaksanakan tugas dan peranannya di masa yang
akan datang.
2. Pelatihan Kader Lanjut adalah Pengkaderan Formal PMII untuk memperkuat dan
meningkatkan basis pengetahuan dan keterampian yang akan menopang pilihan
gerak kader PMII untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. PKL adalah
pengkaderan Formal ketiga dalam sistem pengkaderan formal PMII untuk
mencetak kader pelopor, yang dilaksanakan pasca Pelatihan Kader Dasar dan
diikuti oleh kader yang telah di nyatakan lulus mengikuti PKD.
3. Ulul Albab adalah orang yang berakal, memiliki pikiran, perasaan dan hati.
Namun bukan hanya sekedar memilikinya akan tetapi mau menggunakannya
secara maksimal, sehingga ia mampu mendapatkan ilmu pengetahuan dan
wawasan yang luas serta pandangan yang tajam terhadap sesuatu. Penggunaan
akal, pikiran, perasaan dan etika, ini tentu saja dengan cara yang benar dan dengan
tujuan yang baik.

D. TEMA KEGIATAN
Pelatihan Kader Lanjut “Ulul Albab” dengan tema “Mewujudkan Kader Pelopor
Bermental Ulul Albab”.

E. TUJUAN KEGIATAN (GOAL)


Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Opening Ceremony dan Taushiyah Pergerakan bertujuan sebagai pembuka
kegiatan PKL Ulul Albab sekaligus membincang kembali “Interdependensi NU dan
PMII” yang dideklarasikan pada Kongres X PMII tanggal 27 Oktober 1991 di
Asrama Haji, Pondok Gede Jakarta.
2. Secara Umum PKL Ulul Albab ini bertujuan untuk membentuk kader mujtahid
(Pelopor, Kreator, Pembaharu) dengan kategori khusus antara lain:
1. Peka terhadap ruang gerak dan memahami medan.
2. Membentuk kader bermental pelopor.
3. Berkepribadian reflektif.
4. Mewujudkan kader yang bermoral dan memiliki intelektualitas yang
mumpuni.
5. Meningkatkan loyalitas kader terhadap organisasi sebagai bentuk
keberpihakan terhadap Jama’ah.
6. Membentuk karakter yang kuat.
7. Meningkatkan kemampuan dalam mengelola organisasi dan memperkuat
sistem.
8. Mencetak kader yang komunikatif dan visioner.
9. Teguh pendirian dan memiliki prinsip yang kuat.

F. TARGET KEGIATAN (OUTPUT)


Target yang diharapkan dari Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab adalah:
1. Peserta mampu meningkatkan kepekaan terhadap ruang gerak serta memahami
medan
2. Peserta memiliki mental pelopor
3. Peserta memiliki kepribadian reflektif
4. Peserta mampu menjadi kader yang bermoral dan memiliki intelektualitas yang
mumpuni
5. Peserta mampu memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi sebagai
bentuk keberpihakan terhadap Jama’ah
6. Peserta memiliki karakter yang kuat
7. Peserta memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengelola organisasi dan
memperkuat sistem
8. Peserta mampu menjadi kader yang komunikatif dan visioner
9. Peserta menjadi teguh pendirian dan memiliki prinsip yang kuat.

G. HASIL KEGIATAN (OUTCOME)


Hasil yang diharapkan dari Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab adalah:
1. Alumini PKL mampu menjadi inisiator dalam menyikapi berbagai persoalan
yang di hadapi
2. Alumni PKL mampu menjadi pribadi yang selalu bermuhasabah atas segala
tindakan-tindakannya
3. Alumni PKL mampu menjadi tauladan yang bermoral dan memiliki
intelektualitas yang mumpuni
4. Alumni PKL mampu memberikan loyalitas yang tinggi terhadap organisasi
sebagai bentuk keberpihakan terhadap Jama’ah
5. Alumni PKL memiliki karakteristik dan citra diri yang karismatik
6. Alumni PKL memiliki kemampuan managerial yang baik dalam menata sistem
organisasi
7. Alumni PKL memiliki kecakapan komunikasi
8. Alumni PKL memiliki pandangan yang jauh ke depan
9. Alumni PKL menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan memiliki prinsip
yang kuat.
H. METODOLOGI PENDIDIKAN
1. Pengertian metodologi
Metodologi pendidikan merupakan prinsip-prinsip pengajaran yang sistematis
mengenai cara-cara penyajian informasi dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bentuk metodologi
Bentuk-bentuk metodologi yang akan digunakan didalam proses Pendidikan Kader
Lanjut ini adalah sebagai berikut:
a. Brainstroming
b. Kuliah dan Dialog
c. Pendalaman materi
d. FGD
e. Sharing Pengalaman
f. Presentasi atau input materi dari pakar
g. Diskusi kelompok
h. Diskusi pleno
i. Praktikum

I. MODEL PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan dalam PKL adalah pendekatan doktrin dan partisipatoris.
Pendekatan ini menekankan kedisiplinan dan keaktifan peserta untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan pendapatnya. Pendekatan partisipatoris dan doktrinasi
dalam PKL digunakan dengan tetap dalam koridor tujuan pengkaderan, tujuan PKL dan
tujuan per sesi.

J. PESERTA
Peserta dalam kegiatan ini adalah:
1. Opening Ceremony dan Taushiyah Pergerakan di hadiri oleh delegasi dari
seluruh Komisariat di lingkungan PC. PMII Kota Malang, delegasi dari cabang
PMII Nasional dan para undangan.
2. PKL Ulul Albab di ikuti oleh delegasi dari Komisariat di lingkungan PC. PMII
Kota Malang dan delegasi dari Cabang PMII Nasional.

K. WAKTU DAN TEMPAT


1. Kegiatan Opening Ceremony dan Taushiyah Pergerakan ini akan
dilaksanakan pada:
a. Waktu : Selasa, 17 Maret 2015
b. Tempat : Gedung Pertemuan Murnajati, Lawang Malang
2. Kegiatan Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab ini dilaksanakan pada:
a. Waktu : Rabu – Minggu, 18 – 23 Maret 2015
b. Tempat : Gedung Pertemuan Murnajati, Lawang Malang

L. MATERI PELATIHAN
Adapun materi yang akan disuguhkan dalam Pelatihan Kader Lanjut ini adalah tentang
pembentukan mental dan karakter kader Mujtahid dengan capaian kader pelopor,
pembaharu dan kreator organisasi. Yang meliputi materi sebagai berikut :
1. Keislaman (Ideologi)
a. Aswaja Scientific
b. PMII, NU dan Peta Pemikiran Gerakan Islam
2. Keindonesiaan
a. Sejarah Masyarakat Indonesia
b. Geo Politik, Geo Ekonomi dan Geo Strategi
3. Ke-PMII-an
a. Membedah PMII Perspektif Ideologi
b. Membedah PMII Perspektif Kepemimpinan dan Organisasi
c. Membedah PMII Perspektir Kaderisasi
d. Membedah PMII Perspektif Gender
4. Leadership
a. Mentality And Character Building
b. Teknik Membangun Jaringan
c. Strategi Perang
5. Pengetahuan
a. Strategi Membangun Kemandirian Ekonomi Organisasi
b. Community Organizing

M. NARASUMBER
Narasumber dalam Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab adalah:
1. Prof. Masykuri Bakrie
2. Dr. H. Sakban Rosidi, M.Si
3. Dr. Tirmidzi
4. Ilhamudin, M.Si
5. Andry Dewanto Ahmad, S.H
6. Ahmad Suaidi
7. M. Najib, S.Pd
8. Hery Hariyanto Azumi
9. Kurniawan Muhammad, S.Pik.
10. Abdussalam, S.Sos
11. Fairouz Huda, S.Sos
12. Heri Setiono, S.T
13. Anggia Erma Rini

N. FASILITATOR
Fasilitator dalam Pelatihan Kader Lanjut Ulul Albab adalah:
1. Ident Robet Ulum, S.T
2. Dwi Fitri Wiyono, S.Pdi
3. Moh. Syamsul Arifin, S.Pdi
4. Muhammad Yunus Zaenal, S.H
5. Nirianto S.E
6. Nuraini, S.H
7. Aprilia Mega, S.Psi

O. SILABUS MATERI
(Terlampir)
P. JADWAL ACARA
(Terlampir)

Q. PERSYARATAN PESERTA
(Terlampir)

R. FORMULIR PENDAFTARAN
(Terlampir)

S. NUTUP
Kegiatan ini akan terselenggara dengan baik jika tercipta kerjasama yang baik
pula antara panitia penyelenggara, Pengurus Cabang dan para calon peserta PKL Ulul
Albab dan komponen lainnya yang ikut serta dalam menyukseskan kegiatan ini.

Wallahulmuwfiq Ilaa Aqwamith Tharieq


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 28 Februari 2015


PANITIA PELAKSANA
PELATIHAN KADER LANJUT “ULUL ALBAB”
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOTA MALANG

MOCHAMMAD SHODIQIN DAFIKURRAHMAN


Ketua Sekretaris

Mengetahui,
PC. PMII KOTA MALANG

HABIBURRAHMAN EL-STIFFIANNI
Ketua Umum
Lampiran
SILABUS PEMATERI

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
I Pra - Kurikula Peserta mampu 1. Analisa Diri Partisipatoris 30 menit  LCD  Analisa diri dan
memahami tujuan dari  Citra diri kader  Kertas folio tugas
PKL, mampu membaca  Posisi dan fungsi kader  Spidol besar  Kesepakatan
posisi dan fungsinya pergerakan  Papan tulis/ kertas bersama peserta
dalam konteks strategi 2. Kesepakatan bersama plano dan pelaksana
gerakan PMII serta  Harapan Peserta
tersusunnya aturan- aturan  Kesepakatan tata tertib
yang harus dipatuhi oleh yang berlaku bagi
seluruh unsur pelaksana. seluruh Unsur
pelaksana PKL
3. Tujuan PKL
 Unsur pelaksana PKL,
Materi dan Pemateri
 Pendekata PKL
(Approach)
 Pembentukan
kelompok

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
II Mentality and Peserta mampu  Wawasan dan  Analisa diri 150 menit  LCD  Orientasi sesi &
Character Building memahami karakternya kesadaran reflektif atas  Ceramah  Makalah pengenalan
serta berkesadaran historis segala Aktivitas &  Dialog  Spidol besar narasumber oleh
atas pola perilakunya Pikiran  Diskusi  Papan tulis/ kertas fasilitator
dalam kehidupan Ber-  Peka terhadap ruang plano  Penyampaian
Organisasi dan ber- gerak dan dapat Materi
Masyarakat serta memahami medan  Dialog
terbentuknya pribadi yang dalam setiap tindakan  Penyimpulan
kuat mentalnya dalam & keinginan bersama
menghadapi realitas sosial  Pendirian yang kokoh fasilitator.
dan tidak mudah goyah sebagai prinsip dasar
pendiriannya. perubahan
 Pembekalan diri dalam
ber-organisasi sebagai
Strategi membentengi
diri
 Dapat mengetahui
potensi diri serta
mendatangkan
kekuatan dan antisipasi
kelemahan
Gambaran Materi
Mental digunakan untuk menyebut kapasitas psikologis orang dalam merespond problem-problem kehidupan. Ada orang yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi problem seberat apapun dan seberapa lamapun. Nah orang seperti ini disebut kuat mentalnya. Adapun jika seseorang memiliki kapasitas
psikologis dibawah normal sehingga ketika berhadapan dengan problem ia merasa minder, menyerah sebelum bertarung,maka ia disebut sebagai orang
yang lemah mentalnya. Jika sangat parah disebut memiliki keterbelakangan mental. Jika dihubungkan dengan kemampuannya menyelaraskan diri dengan
nilai-nilai, maka yang positip disebut orang yang sehat mentalnya sementara orang banyak melakukan perilaku menyimpang disebut sebagai orang yang
sakit mental.
Daya-daya mental seperti bernalar, berpikir, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan memang tidak ragawi (tidak kasat mata), tetapi dunia
mental tidak mungkin terbangun tanpa pengalaman ragawi. Pada gilirannya, daya-daya mental pun dibentuk dan menghasilkan perilaku serta tindakan
ragawi. Kelenturan mental, yaitu kemampuan untuk mengubah cara berpikir, cara memandang, cara berperilaku/bertindak juga dipengaruhi oleh hasrat
(campuran antara emosi dan motivasi).
Salah satu contohnya adalah bagaimana selera dan hasrat terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang kita peroleh melalui struktur lingkungan. Konsumerisme
sebagai gejala budaya lahir dari perubahan struktur lingkungan yang memaksakan hasrat tertentu agar menjadi kebiasaan sosial. Misalnya, kebiasaan
berbelanja sebagai gaya hidup dan bukan karena perlu, atau menilai prestise melalui kepemilikan.hal ini yang kadang menyebabkan keraguan atau bahkan
ketakutan untuk bertindak, sehingga terjebak di dalam kelemahan. Kemudian berkaitan dengan transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam
mentalitas dimana cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang semuanya menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Etos ini
menyangkut semua bidang kehidupan mulai dari ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama,organisasi dsb.sehingga mentalitas bangsa (yang terungkap
dalam praktik/kebiasaan seharihari) lambat-laun berubah. Pengorganisasian, rumusan pengembangan diarahkan untuk proses transformasi etos dalam
membentuk karakter dan mental yang kuat.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
III Sejarah Masyarakat Peserta mampu  Warisan nusantara-  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi &
Indonesia menangkap watak, nalar kerajaan dalam nalar,  Dialog  Spidol besar pengenalan
dan pola perilaku watak dan pola prilaku  Diskusi  Makalah narasumber oleh
masyarakat Indonesia, masyarakat indonesia  Papan tulis/ fasilitator
kemudian peserta mampu  Warisan kolonialisme kertas plano  Penyampaian
memahami karakteristik dan nalar, watak, dan Materi
masyarakat dan di mana pola prilaku  Dialog
posisi PMII berada, masyarakat Indonesia  Penyimpulan
Peserta juga diharapkan  Hubungan warisan bersama
mampu menangkap energi nusantara dan fasilitator.
gerak dan perubahan dari kolonialisme dalam
kenyataan sejarah membentuk Watak,
masyarakat Indonesia nalar dan prilaku
masyarakat lokal
 Pola gerakan – gerakan
sosial di indonesia
 Pengaruh kolonialisme
dan masa perang dingin
dalam pembentukan
dikotomik nalar
gerakan sosial di
Indonesia
 Ruang strategis PMII
dalam sejarah dan
gerakan Masyarakat
Indonesia
Gambaran Materi
Sejarah masyarakat Indonesia akan didekati dari beberapa sudut sekaligus. 1) Melihat posisi politik dan ekonomi Nusantara/Indonesia di tengah
perkembangan politik dan ekonomi dunia. Pada masa Nusantara (pra-kolonial) kerajaan-kerajaan di Nusantara relatif mampu menjadi ‘penguasa’ di
kawasan Asia Tenggara, meski kalah pamor dari negeri Tiongkok. Peran ekonomi dan politik kerajaan-kerajaan Nusantara mulai tersingkir begitu Portugis
menguasai Malaka dan Spanyol menguasai Maluku. 2) Melihat sejarah agama dan kebudayaan di Nusantara. Pada masa Nusantara kita telah memiliki
Hindu-Budha serta kepercayaan asli Nusantara. Begitu Islam mulai tersebar, ketiganya tersingkir. Namun massifnya pemeluk Islam bukan berarti hilangnya
ciri khas watak Hindu-Budha dalam sosio-budaya Nusantara.
Demikian pula kedatangan Kristen, tidak menghilangkan watak tersebut. Masyarakat Indonesia menyimpan lapis-lapis memori bawah sadar yang berperan
penting dalam bangunan mental dan watak sosialnya. 3) Melihat efek kolonialisme terhadap bangunan sosio-kultural masyarakat Indonesia. Menjadi
bangsa terjajah selama 350 tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama itu perubahan mental masyarakat sangat mungkin terjadi. Kita dapat membacanya
sejak pasca 1945, saat upaya membangun kemandirian bangsa oleh Soekarno selalu dapat digagalkan oleh hasrat untuk mengikuti apa yang diminta oleh
pihak asing. Demikian sampai saat ini, masyarakat Indonesia tampaknya lebih mudah terpikat oleh sesuatu yang berasal dari luar. Dari tiga sudut di atas
sebuah kenyataan historis akan terbaca. Dan selanjutnya PMII dengan lega hati harus jujur bahwa beginilah historisitas medan gerak PMII.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
IV Geopolitik, Peserta mampu 1. Tahap-tahap  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi &
Geoekonomi dan menangkap nilai strategis perkembangan sistem  Dialog  Makalah pengenalan
Geostrategi letak geografis indonesia dunia (world system).  Diskusi  Spidol besar narasumber oleh
dalam bidang politik dan 2. Pengertian, geopolitik  Papan tulis/ kertas fasilitator
ekonomi baik di tingkat & ekonomi. plano  Penyampaian
lokal, nasional maupun 3. Posisi Indonesia secara Materi
internasional, Peserta juga geopolitik & ekonomi  Dialog
diharapkan memiliki selama perang dingin  Penyimpulan
pegangan untuk membaca dan era neoliberal. bersama
peristiwa –peristiwa 4. Misi gerakan dalam fasilitator.
politik dan ekonomi kenyataan geopolitik
internasional serta dan geoekonomi
nasional yang menuntut kontemporer.
penyikapan secara 5. Melacak strategi
organisasi di PMII, penguasaan ekonomi
Peserta diharapkan dan politik di dunia.
mampu mulai mengatur 6. Kualitas-kualitas kader
dan mengasah diri sebagai pelopor yang
kader pergerakan dalam dibutuhkan dalam
kenyataan geopolitik, kenyataan geopolitik
geoekonomi dan dan geoekonomi.
geostrategis di berbagai
level.
Gambaran Materi
Di mata dunia internasional, khususnya blok kapitalis-liberal, Indonesia pernah menempati posisi geopolitik penting sepanjang Perang Dingin. Indonesia
ketika itu penting sebagai bumper bagi blok tersebut untuk menahan ekspansi sosialis-komunis. Posisi geografi Indonesia, yang terletak di persimpangan
samudera dan benua, menaikkan nilai politik Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Pasca runtuhnya Komunisme Sovyet, Perang Dingin berakhir sehingga
praktis peta dunia didominasi oleh blok kapitalis-liberal. Dalam arena tunggal semacam itu, pertarungan besar bukan lagi terjadi dalam ranah politik-
ideologi, melainkan politik-ekonomi.
Perebutan kandungan alam strategis (minyak, emas, air, uranium dll) yang memiliki nilai ekonomi tinggi menjadi peristiwa besar di samping permainan
moneter. Perebutan kandungan alam serta permainan moneter biasa membawa implikasi politik, atau malah bersenjata politik. Sebagai misal ulah Amerika
di Irak dan Afghanistan, serta isu terrorisme yang juga mengenai Indonesia. Indonesia belum mampu bangkit dari posisinya yang lemah meskipun secara
geografis posisi Indonesia demikian strategis baik secara politik maupun ekonomi. Visi geoekonomi belum tampak dalam kebijakan pemimpin kita, hingga
kita kalah sangat jauh dari Singapura yang mampu memanfaatkan posisi geografisnya sebagai negara persinggahan bisnis dunia di kawasan Asia Tenggara.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
V PMII, NU dan Peta Peserta mampu melihat 1. Pemikiran dan gerakan  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi &
Pemikiran Gerakan peta pemikiran dan islam di indonesia  Dialog  Makalah pengenalan
Islam gerakan islam di tingkat dalam sejarah, sekarang  Diskusi  Spidol besar narasumber oleh
nasional dan internasional, dan masa depan.  Papan tulis/ kertas fasilitator
peserta mengetahui dan 2. Relasi pemikiran dan plano  Penyampaian
paham posisi PMII – NU gerakan islam di Materi
dalam kehidupan indonesia dengan  Dialog
berbangsa dan bernegara pemikiran dan gerakan  Penyimpulan
serta mampu islam secara bersama
memposisikan diri sebagai internasional. fasilitator.
kader pelopor 3. Sejarah dan dinamika
PMII – NU dilihat dari
perspektif sebagai
organisasi
kemahasiswaan, sosial-
keagamaan dan kultur
politik.
4. Posisi gerakan PMII
diantara gerakan islam
di indonesia.
Gambaran Materi
Geliat gerakan Islam di Indonesia mulai terasa sejak awal abad 20, ketika kaum Wahabi di Saudi Arabia mengadakan gerakan anti bid’ah, hingga
melahirkan gerakan Komite Hijaz dari kalangan pesantren Indonesia. Sebelumnya gerakan pembaharuan telah terorganisir bersama lahirnya
Muhammadiyah (1912) yang dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Saat ini varian-varian gerakan Islam telah
berkembang sangat pesat dan beragam. Sebagai misal pengaruh Hasan al-Banna di Messir yang mendirikan Ikhwanul Muslimin (1928) dan Hizbut Tahrir
yang didirikan di Palestina tahun 1952 terasa sangat besar di Indonesia 10 tahun terakhir. Masing-masing memiliki agenda dan corak pemikiran tersendiri.
Di sayap lain juga berkembang pemikiran Islam liberal yang salah satunya digawangi oleh JIL. Sementara PMII menegaskan diri sebagai bagian dari
generasi Islam Indonesia, yang menyadari titik beda historis dan sosio kultural Islam Indonesia dari negeri-negeri asal baik pemikiran liberal maupun
fundamentalis.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
VI Aswaja Scientific Terbentuknya pribadi  Posisi dan fungsi  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi &
Muslim Indonesia yang Aswaja sebagai  Dialog  Makalah pengenalan
selalu menjungjung tinggi landasan gerak kader.  Diskusi  Spidol besar narasumber oleh
Nilai-nilai Aswaja secara  Nilai-nilai Aswaja  Papan tulis/ kertas fasilitator
autentik (Eksaminasi secara autentik. plano  Penyampaian
Aswaja), selanjutnya  Pendekatan dan kultur Materi
peserta mampu dan dapat aswaja secara ilmiah  Dialog
memposisikan aswaja menurut ilmu  Penyimpulan
sebagai pijakan serta pengetahuan. bersama
landasan dakwah dan fasilitator.
gerak kader.
Gambaran Materi
Aswaja dalam pandangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menempati ruang sebagai manhaj atau metode dalam berpikir, tidak lagi sebagai
ideologi. Artinya, aswaja menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari kader PMII untuk mengaplikasikan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki oleh warga
pergerakan ini. Dibeberapa kajian aswaja yang sering disampaikan dalam pelatihan-pelatihan dan ruang diskusi, sudah banyak disampaikan bagaimana
peran aswaja dalam menempati tempat yang sangat praktis, yakni dalam pengamalan sebagai manusia yang toleran (tasamuh), seimbang (tawazzun),
moderat (tawassuth), dan adil (i’tidal). Ke empat konsepsi aswaja tersebut sudah teraplikasikan dalam realitas sosial, baik dalam kehidupan pribadi maupun
bermasyarakat. Akan tetapi, hari ini PMII perlu membedah lebih luas lagi dalam diri Aswaja yang masih sangat luas jika posisinya sebagai metodologi
berfikir (manhaj al fikr). Hal ini dikarenakan perkembangan kehidupan sosial disekitar kita sangatlah pesat kemajuannya, termasuk semuanya menjadi
serba modern. Jika melihat basic culture dari kader PMII yang mempunyai ciri khas berasal dari pesantren, ekonomi kelas menengah kebawah, tradisional,
maka nilai-nilai aswaja pun seakan tersendat atau terhambat dengan batasan karakteristik diatas. Berangkat dari sini, maka perlu adanya pengamalan aswaja
yang bisa diaplikasikan dari berbagai disiplin keilmuan yang dimiliki kader PMII dan nilai-nilai Aswaja bisa tersampaikan melalui bidang sosial, hukum,
budaya, bahasa, ekonomi, dan sains.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
VII Membedah PMII Peserta mampu  Pengertian ideologi  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi
perspektif Ideologi memposisikan dan melihat secara teoritik dan  Dialog  Spidol besar &pengenalan
fungsi Ideologi dalam konseptual.  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
gerakan PMII, Peserta  Penghayatan ideologi kertas plano fasilitator
juga diharapkan mampu dalam sejarah gerakan  Makalah  Penyampaian
merumuskan pengertian PMII. Materi
Ideologi sebagaimana di  Pengertian dan bentuk  Dialog
gunakan dan di pahami transendensi, berfikir  Penyimpulan
oleh PMII kritis, dialektis, dan bersama
transformasi dalam fasilitator.
PMII.
 Strategi penanaman
massive ideologi
(Ideologisasi).
Gambaran Materi
PMII tidak menggunakan ideologi secara verbal. Ideologi PMII terdapat pada tujuan organisasi, karakter gerakan, sikap hidup anggota/kader dan
keberpihakan PMII terhadap kaum lemah. Sehingga bagi PMII, idologi bukan idiom yang diletakkan sebagai bagian dari perangkat norma organisasi. Bagi
PMII, ideologi merupakan sistem sikap dan penghayatan terhadap realitas sosial, sehingga soal nama ideologi bukan merupakan hal penting. Kata ideologi
berasal dari bahasa Yunani idea (ide/gagasan) dan logos (studi tentang, ilmu pengetahuan tentang). Dalam bahasa Inggris disebut ideology. Dalam
pandangan Karl Marx dan Engels, ideologi mengacu kepada seperangkat keyakinan yang disajikan sebagai obyek, padahal sebenarnya tidak lain hanya
mencerminkan kondisi-kondisi material masyarakat. Memahami ideologi PMII harus memahami secara utuh gerakan PMII, NDP serta berbagai konsep
seperti transendensi, kritis dan dialektika. Sedangkan Ahlussunnah wal jamaah menjadi ladasan berfikir sebagai sebuah metode bukan hanya sebatas
pemikiran yang berkutat pada ranah diskusi saja.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
VIII Membedah PMII Peserta memahami  Pengertian  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi dan
perspektif pengertian kepemimpinan kepemimpinan dalam  Dialog  Spidol besar pengenalan
Kepemimpinan dan secara utuh dan kualitas organisasi.  Bermain  Papan tulis atau narasumber oleh
Organisasi kepemimpinan yang  Kepemimpinan dalam peran (Role kertas plano fasilitator
dibutuhkan oleh Islam. play)  Makalah  Diskusi kelompok
pergerakan dan  Kepemimpinan dalam  Diskusi  Alat lain yang  Diskusi panel
masyarakat. organisasi PMII. kelompok relevan  Penyimpulan
Selanjutnya peserta  Perilaku dan bersama fasilitator.
mampu memahami karakteristik
pengertian organisasi kepemimpinan di PMII
secara konseptual-teoritik, meliputi kelemahan
dan pengertian organisasi dan kekuatan.
sebagaimana dijalankan  Citra diri pemimpin
PMII, terakhir kader PMII.
diharapkan mampu  Model kepemimpinan
merekonstruksi konsep untuk menompang
organisasi PMII dari pencapaian Visi PMII.
kenyataan PMII  Pengertian Organisasi
secara konseptual dan
teoritik.
 Sistem dan kultur
organisasi PMII.
 Kekuatan dan
kelemahan PMII
(manajerial, model
relasi struktur, jaringan,
dana dll).
Gambaran Materi
Organisasi semacam PMII merupakan perkembangan salah satu bentuk perkumpulan modern yang dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20. Secara
kelembagaan, PMII menggunakan sistem kelembagaan organisasi modern, ditandai adanya sistem administrasi, pembagian tugas, hierarki otoritas dan
mekanisme pengambilan keputusan. Namun pada saat yang sama kehidupan berorganisasi PMII menunjukkan watak paguyuban yang kental. Berbagai
aturan organisasi dapat dengan mudah dilompati oleh proses-proses non organisasi. Banyak suara yang menginginkan PMII menjadi organisasi profesional
tanpa kehilangan watak paguyubannya.
Materi ini penting untuk menyampaikan bahwa kita (anggota/kader) PMII sesungguhnya memiliki agenda besar menemukan format ‘organisasi’ yang pas
dengan sejarah dan kenyataan masyarakat Indonesia. Apakah benar-benar organisasi modern-profesional? Apakah organisasi komando? Organisasi
kekeluargaan yang serba longgar? Atau ada bentuk lain yang lebih pas? Itu yang tengah dicari.
“Student activist now, society leader tomorrow” demikian salah satu jargon menyebut masa depan mahasiswa. Bagi PMII kepemimpinan memprasyaratkan
kepemilikan empat faktor: 1) visi jangka panjang yang akan dituju, 2) setia terhadap kepentingan kolektif, 3) keahlian memainkan strategi dan taktik, 3)
mampu berkomunikasi secara egaliter dengan orang lain dan 4) berani mengambil keputusan beserta konsekuensinya. Kepemimpinan sangat menentukan
dalam setiap perkumpulan, baik organisasi formal maupun informal. Bahkan dalam Islam, setiap Individu pada hakikatnya adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Indonesia memiliki sejarah kepemimpinan yang beraneka ragam. Mulai dari kepemimipinan kharismatis Soekarno, otoriter Soeharto atau gaya
informal sebagaimana Gus Dur. Kader PMII disodori dengan pertanyaan, kepemimpinan semacam apakah yang pas bagi PMII? Bagaimana model
kepemimpinan di PMII selama ini?

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
IX Membedah PMII Peserta mampu  Kekuatan dan  Ceramah 120 Menit  LCD  Orientasi sesi dan
perspektif Kaderisasi memandang PMII dalam kelemahan PMII dalam  Dialog  Spidol besar pengenalan
sudut pandang Kaderisasi kaderisasi  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
dan merumuskannya  Citra diri kader PMII kertas plano fasilitator
sesuai dengan tujuan  Fase-fase pengkaderan  Makalah  Diskusi kelompok
organisasi. Dengan dan tipologi kader  Alat lain yang  Diskusi panel
mengacu kepada sistem  Relasi kader dan relevan  Penyimpulan
kaderisasi hingga alumni bersama fasilitator.
memahami kader ulul  Sistem pengkaderan
albab yang di sesuai PMII
dengan tujuan PMII.  Membangun citra diri
PMII
 Tantangan ke depan
berkaitan dengan
distribusi kaderisasi
PMII dalam dunia
profesional.
Gambaran Materi
Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum.Pertama, pelaku kaderisasi (subyek).Dan kedua,
sasaran kaderisasi (obyek).Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang
dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan- kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi.
Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi
dan misi organisasi.
Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi.Kader suatu
organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di
atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit.
Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
Pengkaderan di PMII bukan semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan, dan terampil secara teknis,melainkan juga
membekali (tepatnya: mengingatkan) individu atas tugas-tugas kekhalifahan yang harus diemban manusia sebagai hamba tuhan (‘abdullah). Selain itu
pengkaderan juga bermaksud membangun keberpihakan individu terhadap masyarakat besar darimana dia berasal. Sehingga pengetahuan dan keterampilan
individual apapun yang didapat oleh kader, baik dari PMII maupun dari luar PMII, setelah mengikuti pengkaderan PMII seorang kader diharapkan akan
mengabdikan pengetahuan dan keterampilan tersebut bagi kolektivitas. Bukan diabdikan bagi kebesaran dan kejayaan individual.
Wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi. Indikator
termudah yang seringkali dijadikan ukuran keberhasilan dari sebuah organisasi adalah seberapa banyak (kuantitas) dan seberapa hebat (kualitas), integritas
dan kapabilitas out put (alumni) yang dihasilkannya.Minimnya sebuah organisasi dalam me-reproduksi intelektual, tokoh atau pemimpin yang memiliki
kecakapan di bidangnya (profesional), kritis, visioner dan berkarakter akan menunjukkan macetnya sebuah organisasi yang berarti pula kegagalan
kaderisasi di tubuh organisasi.
Sistem pengkaderan di PMII diarahkan pada terciptanya individu-individu yang merdeka, otonom, independen, baik dalam bepikir, bersikap maupun
berperilaku serta memiliki kapasitas dan kepedulian berpartisipasi secara kritis dalam setiap aksi perubahan menuju tatanan masyarakat, negara dan dunia
yang PMII cita-citakan.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
X Membedah PMII Peserta mampu  Sinergitas PMII dan  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi
perspektif Gender mensinergikan PMII KOPRI (legalitas,  Dialog  Spidol besar &pengenalan
dengan KOPRI sehingga payung hukum,  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
dapat gerakan dan kaderisasi) kertas plano fasilitator
menginternalisasikan  Internalisasi nilai-nilai  Makalah  Penyampaian
nilai-nilai dan spirit dan spirit gerakan Materi
gerakan perempuan perempuan meliputi  Dialog
sebagai lokomotif gerakan (Dunia, Nasional dan  Penyimpulan
KOPRI serta memahami menurut ASWAJA) bersama
konsep gerakan KOPRI sebagai lokomotif fasilitator.
berbasis Gender. gerakan KOPRI
 Berbasis gender
Gambaran Materi
Secara umum, korp PMII putri adalah sebuah wadah semi otonom yang berfungsi sebagai ruang dalam mengaktualisasikan diri dalam melakukan gerakan-
gerakan perempuan, sehingga gerakan perempuan dapat didukung dan mampu bersinergi antara gerakan PMII dengan KOPRI. Selain sebagai ruang
aktualisasi gerakan perempuan KOPRI hari ini harus dapat dan mampu untuk menjadi sentrum gerakan perempuan secara lokal, nasional maupun
internasional sehingga sikap keteladanan dalam perspektif perempuan tidak hanya terpusatkan pada para pejuang gerakan perempuan terdahulu.
Krisis kepemimpinan dalam konteks gerakan perempuan hari ini masih terjadi, hingga masalah quota yang harus diisi oleh perempuan entah dalam sebuah
pemerintahan maupun dalam keorganisasian seakan hanya selesai dalam tatanan konsep dan format gerakan belaka, artinya mainsed serta konstruk sosial
yang terjadi masih kurang dimaksimalkan oleh perempuan terlebih adalah kader KOPRI dalam menyongsong gerakan masa depan yang lebih baik.
Selain kader KOPRI adalah sebagai sentrum gerakan perempuan diharapkan kader perempuan mampu memposisikan diri menjadi leadership bagi
lingkungannya nanti setelah terjun dan berbaur dengan masyarakat secara langsung, tidak hanya selesai dalam tatanan konsep belaka, melainkan aktualisasi
dalam membangun gerakan perempuan menjadi titik klimaks dalam mengkonsolidasikan setiap format gerakan yang telah menjadi visi serta misi besar
dalam menyongsong masa depan dengan ruang aktualisasi yang ada.
Tema pelatihan kali ini mempunyai spirit besar dalam mewujudkan kader perempuan yang bermental ulul albab, ini adalah sebuah bentuk jawaban dari
setiap format gerakan KOPRI masa depan, yaitu mampu menjadi pelopor, inisiator, dan pembaharu dalam setiap gerakan perempuan yang pernah ada
dalam sejarah masa lalu, tidak untuk menjadi refleksi namun lebih ditekankan pada proses untuk dapat mengaktualisasikan setiap konsep dan format
gerakan yang telah disusun. Jika kita sadar akan krisis kepemimpinan yang terjadi maka ini merupakan waktu yang tepat untuk membedah dan mengkaji
setiap permasalahan yang ada, sehingga dari proses ini akan melahirkan problem solving dalam tubuh KOPRI dan gerakan perempuan secara keseluruhan.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
XI Community Peserta memahami nilai  Pengertian Community  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi dan
Organizing strategis pengorganisasian Organizing.  Dialog  Spidol besar pengenalan
masyarakat dalam konteks  Urgensi dan tujuan  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
pergerakan, selanjutnya Community  Simulasi kertas plano fasilitator
peserta diharapkan Organiziing.  Makalah  Diskusi kelompok
memiliki bekal  Community  Alat lain yang  Diskusi panel
pengetahuan teknis dalam Organiziing sebagai relevan  Simulasi
melakukan bagian strategi dan Community
pengorganisasian taktik pergerakan. Organizing.
masyarakat.  Kerangka Community
Organiziing (setrategis,
teknis, taktis).
 Pengorganisasian
masyarakat bagi
pengembangan
organisasi.
Gambaran Materi
Community Organizing atau pengorganisiran masyarakat ialah proses memadukan potensi-potensi yang tersebar di tengah masyarakat untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sebelum community organizing dilakukan, seorang organizer harus telah memiliki pengetahuan mengenai ikatan yang akan dapat
menyatukan seluruh potensi. Issu bersama dapat menjadi ikatan, namun harus segera dinilai apakah issu tersebut berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
atau justru sebaliknya. Sehingga seorang organizer juga harus faham seutuhnya dimensi ruang terealisasinya tujuan serta waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pengorganisiran.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
XII Teknik Membangun Peserta dapat memiliki  Nilai strategis jaringan  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi dan
Jaringan human perspektif kanal- sebagai perangkat  Dialog  Spidol besar pengenalan
emosional semata menjadi gerakan.  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
hubungan strategis dalam  Teknik dan strategi  Simulasi kertas plano fasilitator
konteks pergerakan, dalam membangun  Makalah  Diskusi kelompok
selanjutnya peserta jaringan  Penyimpulan
mengetahui bagaimana  Menempatkan misi bersama fasilitator.
meletakkan agenda gerakan dalam
pergerakan dalam membangun jaringan.
berjejaring.
Gambaran Materi
Membangun jaringan merupakan proses meraih tujuan. jaringan berarti hubungan kedekatan persuasi yang dilakukan dengan tujuan tercapainya sebuah
maksud atau kepentingan dalam menciptakan sebuah relasi atau kerjasama. Sementara teknik merupakan sebuah bentuk cara hubungan sosial yang
memiliki nilai transaksional. Setiap cara membangun jaringan dilakukan untuk mencapai empat sasaran, 1) memperoleh kedekatan, 2) mendapatkan
informasi, akses dan pengetahuan, 3) memperoleh fasilitas dan 4) mendapat dukungan dan perlindungan. Dalam organisasi keempatnya sangat penting
untuk memperlancar aktivitas.
Dalam setiap pertempuran, informasi selalu menjadi pondasi dalam pengambilan keputusan yang diterjemahkan melalui taktik di lapangan. Hal ini tidak
hanya berlaku dalam pertempuran militer tetapi juga dalam perebutan pasar antar korporasi atau perebutan dominasi di antara organisasi mahasiswa, sosial,
keagamaan, politik, dan lain-lain. Kemampuan mengelola informasi yang baik akan menghasilkan ‘keberhasilan’.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
XIII Strategi Membangun Peserta diharapkan  Nilai strategis  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi dan
Kemandirian mampu membangun kemandirian ekonomi  Dialog  Spidol besar pengenalan
Ekonomi kemandirian ekonomi organisasi.  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
dalam pengelolaan  Strategi dalam kertas plano fasilitator
organisasi sebagai wujud membangun  Makalah  Diskusi kelompok
dari bekal kader yang kemandirian ekonomi  Penyimpulan
berpredikat pelopor dan organisasi. bersama fasilitator.
bermental kuat.  Misi jangka panjang
terhadap kemandirian
organisasi.
 Sebagai predikat dari
kader pelopor yang
bermental ulul albab.
Gambaran Materi
Pekerjaan rumah tangga yang dihadapi kader PMII bukan lagi rezim politik yang diktator,mengawal kebijakan, persoalan para elit yang korup atau bahkan
persoalan bangsa ini yang seakan tak menemukan ujung, melainkan runtuhnya nilai-nilai idealisme dalam menata gerakan. Ini sejalan dengan agenda
kapitalisme global di mana generasi muda masyarakat dunia ketiga sengaja dikonstruk agar bermental pragmatis, hedonis dan kehilangan jati diri. Ironisnya,
keberadaan aktivis mahasiswa hari ini tak lebih dari sekedar ritual belaka dan bahkan ada yang mencari keuntungan “ekonomi” ketika masuk dalam
organisasi mahasiswa.
Kondisi semacam itu paling tidak disebabkan oleh dua hal, pertama, runtuhnya independensi gerakan mahasiswa. Jargon bahwa gerakan mahasiswa tidak
berafiliasi dengan partai politik hanya terjadi di permukaan saja, sementara di belakang layar, mereka melakukan transaksi-transaksi dengan kepentingan
yang sesaat, atau bahkan memperdagangkan organisasi demi setumpuk rupiah. Dalam konteks PMII, deklarasi murnajati 1972 yang menegaskan bahwa
PMII independen dari partai dan organisasi politik manapun, kini hanya menjadi catatan sejarah yang menua. Kedua, tidak adanya penopang ekonomi yang
bisa membuat PMII berjalan mandiri. Euforia keberhasilan gerakan reformasi membuat mahasiswa terlenan dengan gerakan politik semata, sementara
gerakan di bidang kewirausahaan yang nota bene dapat menopang gerakan di bidang ekonomi dilupakan.
Selama ini gerakan PMII hanya mencakup empat hal, yakni gerakan pemikiran, gerakan sosial, gerakan kebudayaan, dan gerakan politik. Sementara gerakan
dalam bidang kewirausahaan belum tergarap secara maksimal. Padahal jika mau membuka mata dan membaca sejarah, seluruh gerakan sosial
kemasyarakatan di republik ini dibangun dari gerakan ekonomi. Dan setiap aksi besar selalu membutuhkan dana besar.
Kader PMII yang notabene adalah kelompok tradisionalis, mayoritas dari pesantren dan anak petani dituntut untuk menata kehidupannya agar lebih sejahtera.
Sadar atau tidak sadar, hingga kini ketika ditanya siapa alumni PMII yang menjadi pengusaha sukses di republik ini, para kader gagap menjawabnya. Karena
memang sangat minim alumni PMII yang sukses dalam berwirausaha.
Oleh karena itu mulai sekarang, PMII dari tingkat pusat hingga tingkat kampus mesti menjadikan kadernya sebagai target intervensi utama pembentukan
jiwa kewirausahaan melalui proses pembelajaran, training pengembangan kapasitas, pemangangan di perusahaan dan institusi bisnis lainnya, serta
pendampingan usaha sampai menjadi pengusaha yang mandiri. Disamping itu, para alumni PMII perlu menciptakan forum jaringan kerjasama antara kader
dengan para pengusaha lokal, nasional dan internasional dengan format connection for enterpreneurship. Polanya adalah dengan kemitraan antara bapak dan
anak asuh . Para pengusaha yang sukses di bidang usaha tertentu (khususnya yang alumni PMII), dapat menjadi bapak asuh dari kalangan para kader sebagai
anak asuh.
Melalui gerakan kewirausahaan, di samping akan menjadi format baru kaderisasi PMII juga akan berkontribusi besar terhadap kemajuan ekonomi negeri ini.
Jika gerakan kewirausahaan di PMII dibangun secara simultan maka 10-20 tahun yang akan datang akan terjadi ledakan pengusaha muda di negeri ini. Dan
ini sejalan dengan prediksi Bappenas bahwa di tahun 2030 Indonesia akan adanya bonus demografi yang tentu saja menuntut pemudanya untuk kreatif dan
mandiri. Sehingga kecelakaan yang sering terjadi mahasiswa yang sering kali menjual belikan orgamisasi akan hilang dengan sendirinya, melihat para kader
PMII sudah mencapai kemandirian ekonomi. hal ini yang kemudian kemandiriaan organisasi bisa berjalan, tidak lagi hanya bermodal proposal permonan
bantuan dana untuk mencukupi kebutuhan dalam melakukan kegiatan di PMII.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
XIV Strategi Perang Peserta menguasai strategi  Kesadaran ( PMII )  Ceramah 120 menit  LCD  Orientasi sesi dan
perang di semua medan tentang orientasi  Dialog  Spidol besar pengenalan
pertarungan dan peperangan PMII  Diskusi  Papan tulis atau narasumber oleh
mengenal siapa lawan?,  Posisi tawar PMII di  Simulasi kertas plano fasilitator
Siapa Kawan? medan perang  Makalah  Diskusi kelompok
 PMII dalam  Alat lain yang  Diskusi panel
relasi“kekuasaan” relevan  Penyimpulan
 Format ideal bersama fasilitator.
peperangan PMII
secara kultural-
struktural
 Strategi dan taktik
perang PMII -
Strategi
 Penguasaan
( Hegemoni, Agitasi
dan Propaganda)
 Strategi dan teknik
Lobby
 kesadaran relasi
kawan-lawan, aliansi
taktis-strategis
Gambaran Materi
Kata "strategi" pada mulanya sangat akrab di kalangan militer , secara etimologis berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yaitu Strategos yang berarti
pasukan dan agein yang berarti memimpin. Secara umum kata strategi yang dipergunakan di kalangan militer sering diartikan sebagai seni memenangkan
perang melawan musuh dengan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki secara maksimal. Strategi perang yang dilaksanakan suatu negara sangat bervariasi hal
ini banyak faktor yang mempengaruhi seperti geografi, potensi nasional, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Semua faktor tersebut
dapat disebut sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Sebab sarana yang tersedia akan memperluas atau mempersempit ruang gerak dari kemungkinan cara
yang dapat digunakan.
Memahami berbagai pendapat ahli tentang strategi perang bahwa strategi, taktik dan tehnik adalah cara melaksanakan perang yang membedakan adalah
ruang lingkup baik dalam tinjauan waktu, tingkatan kesatuan dan luasnya daerah operasi. Dalam lingkungan pendidikan militer dirumuskan bahwa : Straregi
ilmu dan seni dalam mempelajari pnggunaaan alat perlengkapan dan tenaga untuk mencapai tujuan. Taktik suatu cara menggunakan alat perlengkapan dan
tenaga yang ditentukan oleh strategi. Sedangkan tehnik, suatu cara yang ditentukan oleh taktik. Visualisasi perbedaan strategi, taktik dan tehnik akan
tergambar didalam pendidikan / latihan Militer.
Perang memang di lakukan untuk memenuhi misi tertentu atau bahkan mempertahan hal yang menjadi pilihan. Perang memang mempunyai untuk
dimenangkan tidak dapat dipungkiri semua tingkatan melaksanakan fungsinya. Hal ini telah dijelaskan oleh Burne bahwa Strategi adalah cara membawa
musuh ke dalam medan tempur dan taktik adalah cara mengalahkannya.kurang lebih yang harus di persiapkan seperti di bawah ini:
1. Menetapkan tujuan. Strategi Perang harus menetapkan tujuan yang diinginkan sebab tujuan akan mempengaruhi kebijakan pemerintah negara
tersebut dalam penyusunan kekuatan angkatan perangnya.
2. Memperkirakan kemampuan lawan. Strategi Perang berusaha memperkirakan ancaman yang mungkin dan memperkirakan kemampuan lawan
secara terus menerus dengan mengikuti setiap gerak dari lawan.
3. Memperkirakan kekuatan sendiri. Strategi Perang harus memperhatikan kemampuan diri sendiri, menghitung potensi nasional khususnya potensi
perang yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan
4. Memperkirakan keadaan Lingkungan. Strategi Perang memperhatikan keaaan lingkungan sebagai ajang perang dalam lingkup yang luas seperti
geostrategi, geopolitik yang akan mempengaruhi baik untuk pihak lawan maupun pihak
5. Memperhatikan faktor ruang dan waktu. Strategi Perang harus mempertimbang ruang dan waktu yang tersedia karena keduanya mempunyai
hubungan yang erat yang berkaitan satu sama lain.
6. Memperkirakan alternatif cara bertindak. Stategi Perang disusun berdasarkan kondisi yang berlaku kemudian dianlisis meliputi analisis gerak,
analisis aksis, analisis dinamik dan menyusun alternatif-alternatif yang harus dilakukan untuk menangkal atau menghancurkan musuh. dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
7. Menyusun tahapan-tahapan kegiatan. Strategi Perang tidak pernah berhenti selama negara masih eksis oleh karena itu strategi memusatkan
perhatian pada gerak langkah membagi dalam tahap-tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

Sesi Materi Tujuan Pokok Bahasan Metode Waktu Peralatan Proses Kegiatan
XV General Review dan Meninjau ulang  Memadukan  Partisipatoris 30 menit  LCD  Diskusi kelompok
RTL keseluruhan materi yang kesimpulan-kesimpulan & Intruksional  Spidol besar  Penyimpulan
telah disampaikan dalam bersama yang telah  Papan tulis atau bersama fasilitator.
PKL dan mengamati disusun di setiap akhir kertas plano  Penetapan tindak
pemahaman peserta sesi. lanjut (Follow Up).
terhadap materi secara  Pemahaman peserta
umum, serta merancang terhadap materi-materi
kegiatan-kegiatan tindak PKL secara umum.
lanjut (Follow Up) yang  Merancang kegiatan
bersifat small group tindak lanjut (Follow
maupun individual. Up).
Lampiran
JADWAL ACARA

NO HARI/TGL WAKTU (WIB) AGENDA NARASUMBER PETUGAS


1 Rabu,18 Maret 04.00 – 05.00 Sholat subuh berjamaah All
2015 05.00 – 06.30 Olahraga All
06.30 – 08.00 Bersih diri + sarapan All
08.00 – 09.00 Warming Up M Yunus Zainal, S.H
09.00 – 11.30 Materi I (Mentality and Character Building) Ilhamuddin, M.Si Moh Saleh
11.30 – 12.30 Ishoma All
12.30 – 12.45 Ice Breaking Kiki Luki Yanti
12.45– 13.15 Review Materi I M Yunus Zainal, S.H
13.15 – 13.45 Ice Breaking Epsir Rasek
13.45 – 15.45 Materi II (Sejarah Masyarakat Indonesia) M. Najib, S.Pd Alif Khafi N. N
15.45 – 16.00 Sholat Ashar All
16.00 – 16.15 Ice Breaking Taufik Hidayat
16.15 – 17.15 Review Materi II Nirianto
17.15 – 19.15 Ishoma All
19.15 – 19.30 Ice Breaking Ahsani Fatchur R.
19.30 – 21.30 Materi III (PMII, NU dan Peta Pemikiran Gerakan Ahmad Suaidi Ridwan Basori
Islam)
21.30 – 22.30 Review Materi III M Syamsul Arifin, S.Pdi
22.30 – 04.00 Sare / Tilem / Istirahat All
2 Kamis, 19 04.00 – 05.00 Sholat subuh berjamaah All
Maret 2015 05.00 – 06.30 Olahraga All
06.30 – 08.00 Bersih diri + sarapan All
08.00 – 09.00 Warming Up Dwi Fitri W, S.Pdi
09.00 – 11.30 Materi IV (Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi Hery Harianto Azumi M Faris Abdul Aziz
11.30 – 12.30 Ishoma All
12.30 – 12.45 Ice Breaking Yusuf Eko N
12.45– 13.15 Review Materi IV Iden Robet Ulum, S.T
13.15 – 13.45 Ice Breaking Kiki Luki Yanti
13.45 – 15.45 Materi V (Membedah PMII Perspektif Kepemimpinan Prof. Masykuri Bakrie M Shodiqin
dan Organisasi)
15.45 – 16.00 Sholat Ashar All
16.00 – 16.15 Ice Breaking Epsir Rasek
16.15 – 17.15 Review Materi V M Syamsul Arifin, S.Pdi
17.15 – 19.15 Ishoma All
19.15 – 19.30 Ice Breaking Taufik Hidayat
19.30 – 21.30 Materi VI (Aswaja Scientific) Dr. H. Sakban Rosidi, M.Si Fathul Hasan
21.30 – 22.30 Review Materi VI Dwi Fitri W, S.Pdi
22.30 – 04.00 Sare / Tilem / Istirahat All
3 Jum’at, 20 04.00 – 05.00 Sholat subuh berjamaah All
Maret 2015 05.00 – 06.30 Olahraga All
06.30 – 08.00 Bersih diri + sarapan All
08.00 – 08.15 Ice Breaking Ahsani Fatchur R.
08.15 – 10.15 Materi VII (Teknik Membangun Jaringan) Fairouz Huda, S.Sos Faisol Arifin
10.15 – 13.00 Ishoma All
13.00 – 13.15 Ice Breaking Yusuf Eko N
13.15 – 14.15 Review Materi VII Nuraini, S.H
14.15 – 16.15 Materi VIII (Membedah PMII Perspektif Kaderisasi) Dr. Tirmidzi Ahmad Fairozi
16.15 – 18.30 Ishoma All
18.30 – 19.30 Review Materi VIII M Syamsul Arifin, S.Pdi
19.30 – 21.30 Materi IX (Membedah PMII Perspektif Gender) Anggia Erma Rini Rina Puji R. A.
21.30 – 22.30 Review Materi IX Aprilia Mega, S.Psi
22.30 – 04.00 Sholat dan Istirahat All
4 Sabtu, 21 04.00 – 05.00 Sholat subuh berjamaah All
Maret 2015 05.00 – 06.30 Olahraga All
06.30 – 08.00 Bersih diri + sarapan All
08.00 – 09.00 Warming Up Kiki Luki Yanti
09.00 – 11.30 Materi X (Membedah PMII Perspektif Ideologi) Andry Dewanto Ahmad, S.H Mutolibin
11.30 – 12.30 Ishoma All
12.30 – 12.45 Ice Breaking Epsir Rasek
12.45– 13.15 Review Materi X Dwi Fitri W, S.Pdi
13.15 – 13.45 Ice Breaking Taufik Hidayat
13.45 – 15.45 Materi XI (Community Organizing) Abdus Salam, S.Sos Dafikurrahman
15.45 – 16.00 Sholat Ashar All
16.00 – 16.15 Ice Breaking Yusuf Eko N
16.15 – 17.15 Review Materi XI Nirianto
17.15 – 18.30 Ishoma All
18.30 – 20.30 Materi XII (Strategi Membangun Kemandirian Kurniawan Muhammad, S.Pik Linda Yuliati
Ekonomi)
20.30 – 22.30 Coffe Break IKAPMII Kota Malang Epsir Rasek
22.30 – 04.00 Istirahat All
5 Minggu, 04.00 – 05.00 Sholat subuh berjamaah All
Maret 2015 05.00 – 06.30 Olahraga All
06.30 – 08.00 Bersih diri + sarapan All
08.00 – 09.00 Review Materi XII Iden Robet Ulum, S.T
09.00 – 09.30 Ice Breaking Kiki Luki Yanti
09.30 – 11.30 Materi XIII (Strategi Perang) Hery Setiono, S.T M Faris Abdul Aziz
11.30 – 12.30 Review Materi XIII M Yunus Zainal, S.H
12.30 – 13.00 Ishoma All
13.00 – 16.00 Outbond OC, SC, Peserta
16.00 – 18.30 Ishoma All
18.30 – 19.30 RTL OC
19.30 – 20.00 Sholat All
20.00 – 21.00 Penutupan PB, PKC, PC. PMII dan OC
Lampiran

PERSYARATAN PESERTA
1. Delegasi terdiri dari 1 orang dari masing-masing cabang
2. Mengisi Formulir Pendaftaran.
3. Telah Mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD) sekurang-kurangnya 1 tahun sebelum
pelaksanaan PKL, dibuktikan dengan Sertifikat dan atau surat pemberitahuan dari lembaga
penyelenggara.
4. Menjabat sebagai Pengurus Cabang dan dibuktikan dengan SK Kepengurusan.
5. Melampirkan Surat Rekomendasi dari Cabang asal.
6. Melampirkan Pas Photo ukuran 3 x 4 cm berwarna sebanyak 3 lembar.
7. Bersedia membuat surat pernyataan kesediaan mentaati semua peraturan.
8. Calon peserta PKL diwajibkan menghubung panitia via telephon pada tanggal 7 atau 8 Maret
2015 dan TIDAK BISA DIWAKILKAN. Nomor yang dihubungi 081515355955 (Sam Odie)
atau 087866112569 (Sam Ochie)
9. Membuat analasis SWOT tentang kondisi cabang masing-masing 1
10. Membuat esai tentang “Citra Diri Ulul Albab” 2
11. Berkas dikirimkan ke email pmii.pcmalang@gmail.com pada tanggal 8 Maret 2015
12. Pengumuman kelulusan bisa diakses di www.pmiikotamalang.or.id pada tanggal 9 Maret 2015
13. Membayar kontribusi pelatihan sebesar Rp. 350.000,- (Mendapatkan Almamater PMII).
14. Pelunasan administrasi terahir tanggal 11 Maret 2015, Transfer ke Rekening:
 BRI (0579-01-014022-50-0 an. Alif Khafi Nur Naqti) atau
 BNI (0179602398 an. Ahmad Fairozi),
setelah melakukan transfer segera konfirmasi ke panitia dan mengirimkan bukti transfer ke
pmii.pcmalang@gmail.com
1
PENULISAN “ANALISIS SWOT”

1. Buatlah analisis SWOT terkait permasalahan organisasi di Cabang masing-masing dalam tinjauan
Internal dan Eksternal.
2. Ketentuan penulisan sebagai berikut :
- Dicetak pada kertas Folio atau F4.
- Margin (Top : 2,5 cm, Bottom : 2,5 cm, Right : 2,5 cm, Left : 3 cm)
- Menggunakan font Times New Roman ukuran 12.
- Menggunakan format 1 spasi.
- Menggunakan format rata kanan-kiri.
- Minimal 3 halaman.
3. Tugas dilampirkan pada berkas dan dikirimkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan diatas.

2
PENULISAN ESAI “CITRA DIRI ULUL ALBAB”

1. Buatlah Esai tentang Citra Diri Ulul Albab.


2. Ketentuan penulisan sebagai berikut :
- Dicetak pada kertas Folio atau F4.
- Margin (Top : 2,5 cm, Bottom : 2,5 cm, Right : 2,5 cm, Left : 3 cm)
- Menggunakan font Times New Roman ukuran 12.
- Menggunakan format 1 spasi.
- Menggunakan format rata kanan-kiri.
- Minimal 2000 Words.
3. Tugas dilampirkan pada berkas dan dikirimkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan diatas.
Lampiran

FORMULIR PENDAFTARAN

Nama : ……………………………………………………………………………………
TTL : ……………………………………………………………………………………
Alamat Asal : ……………………………………………………………………………………
No. HP & Email : ……………………………………………………………………………………
Jur/Fak/Univ. : ……………………………………………………………………………………
Asal Koms/Cabang : ……………………………………………………………………………………
MAPABA Tahun : …………
PKD Tahun : …………
Nama Lembaga Tahun

Riwayat
Pendidikan :

Nama Lembaga Jabatan Tahun

Pengalaman
Organisasi :

Malang, ___ ____________ 2015


FOTO FOTO FOTO

3x4 3x4 3x4

BERWARNA BERWARNA BERWARNA

(……………………….……………)

Anda mungkin juga menyukai