Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KOMPETENSI DALAM KEWIRAUSAHAAN”


DOSEN : EVA MARGARETHA SARAGIH, S.Pd M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
 NURUL SYAHRIANI (21051040)
 FRANSISKA VERAWATI G (21051056)
 NURHALIJA AMRIA RAMBE (21051066)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT


yang telah memberikan kelapangan waktu. Atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya yang dicurahkan pada penyusun. Serta berkah kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tentang Tujuan Belajar dan
Pembelajaran untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran .
Terimakasih kepada rekan kelompok yang sudah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca tentang Kompetensi Dalam Kewirausahaan . Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih memiliki kekurangan.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan yang
Maha Sempurna, karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun
unruk perbaikan makalah ini selanjutnya. Terutama saran dan kritik dari Ibu Eva
Margaretha Saragih, S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kurikulum
dan Pembelajaran. Sekian Penyusun ucapkan Terima Kasih.

Kisaran, 19 April 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.....................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Rum
usan Masalah..............................................................................................2
1.3.....................................................................................................................Tujua
n Masalah....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1.....................................................................................................................Kom
epetensi Dalam Kewirausahaan..................................................................3
2.2.....................................................................................................................Keter
ampilan Yang Ada Dalam Kompetensi Kewirausahaan.............................5
2.3.....................................................................................................................Menu
mbuhkan Jiwa Kompetensi Kewirausahaan...............................................6
2.4.....................................................................................................................Fakto
r – Faktor Yang Mempengaruhi
Terhadap Kompetensi Kewirausahaan.......................................................8
2.5.....................................................................................................................Strate
gi Kompetensi Kewirausahaan...................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................15
3.1.....................................................................................................................Kesi
mpulan........................................................................................................15
3.2.....................................................................................................................Saran
....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan
bekerja sangat terbatas dikarenakan keterbatasan pendidikan, kemampuan,
maupun hal lain. Oleh karena itu, masyarakat harus memiliki wujud
karya nyata untuk mengatasi kesenjangan antara lapangan pekerjaan dan
keterbatasan hal terkait. Kesenjagan ini merupakan penyebab utama
peningkatan angka pengangguran. Dan salah satu solusi untuk
mengurangi angka pengangguran adalah dengan memiliki potensi dan
mengembangkan keterampilannya menjadi usaha sendiri. Dengan
berkembangnya Teknologi Informasi dan Telekomunikasi memaksa
terbukanya kran persaingan global yang tanpa mengenal batas ruang dan
waktu. Setiap kita dituntut untuk dapat berkompetisi secara global
diberbagai bidang, tak terkecuali bidang Sumber Daya Manusia yang
merupakan pondasi dari sebuah negara untuk dapat bercatur pada tataran
Internasional. Kemampuan sumber daya manusia yang harus dimiliki tidak
cukup sebatas mampu bersaing dalam memperebutkan peluang kerja yang
ada namun bagaimana kita dapat menciptakan peluang pekerjaan tersebut
bagi banyak orang. Dengan itu setiap kita dituntut untuk mampu dan
mau berjiwa wirausaha sehingga menjadi kreatif dan inovatif dalam
memunculkan ide-ide dan gagasan baru.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis moneter
tahun 1997/1998 mengalami percepatan, terutama periode 2004-2008. Adapun
untuk tahun 2009, perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju sekitar 4,3%-
4,4%. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun
2008, dimana perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju 6,1% (Indrawati,
2010). Pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan stabilitas harga pokok
telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, walaupun sempat mengalami
kenaikan pada periode 2005-2006. Data Susenas tahun 2008 menunjukkan
tingkat kemiskinan mencapai titik terendah, baik di pedesaan maupun
perkotaan. Begitu juga dengan jumlah pengangguran, sejak krisis ekonomi
1998-2005, jumlah penganggur mengalami kenaikan terhadap angkatan kerja.
Namun sejak tahun 2006, akselerasi laju per- tumbuhan ekonomi telah
berhasil menciptakan net employment yang positif, sehingga menghasil- kan
tingkat pengangguran yang menurun baik secara absolut maupun secara
persentase terhadap angkatan kerja (Indrawati, 2009). Salah satu upaya
Pemerintah dalam pengen- tasan kemiskinan dan pengangguran adalah
memberdayakan masyarakat dengan cara mencetak wirausaha baru dan
pengembangan kewirausahaan bagi pelaku UKM (Pahlevi, 2006). Wirausaha
dipahami bersama dapat mendaya- gunakan segala sumber daya yang dimiliki,

1
dengan proses yang kreatif dan inovatif, sehingga menjadikan UKM siap
menghadapi tantangan krisis global (Afiah, 2009).
Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan sarana utama dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dapat
menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjawab setiap tantangan
dan hambatan dalam era globalisasi sekarang ini. Arti pendidikan menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Mengingat pentingnya peran guru dalam kemajuan pendidikan
maka kinerja guru harus menjadi perhatian utama. Seorang guru harus
memiliki kinerja yang bagus guna menciptakan kualitas pendidikan yang baik.
Guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi yang telah
disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial.
Adapun dalam hal ini mengenai kompetensei dalam kewiarausahaan akan
dibahas dalam makalah

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu dalam kewirausahaan?
2. Apa tujuan dari kompetensi dalam kewirausahaan?
3. Keterampilan apa saja dalam kompetensi kewirausahaan?
4. Bagaiamana menumbuhkan jiwa dalam kompetensi kewirausahaan?

1.3. TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui kompetensi dalam kewirausahaan
2. Untuk mengetahui tujuan dari kompetensi dalam kewirausahaan
3. Untuk mengetahui keterampilan yang dimiliki dalam kompetensi
kewirausahaan
4. Untuk menumbuhkan jiwa dalam kompetensi kewirausahaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Komepetensi Dalam Kewirausahaan


Menumbuh kembangkan kewirausahaan yang sukses menjadi sangat
penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Kesuksesan
kewirausahaan ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki seorang wirausaha.
Kompetensi yang dimiliki oleh wirausaha akan mempengaruhi langsung
keberhasilan kinerja usaha (Camuffo et al., 2012). Wirausaha yang memiliki
kemampuan, pengetahuan, kreativitas, imajinasi, dan menangkap mudah
sebuah peluang adalah faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usaha
tidak hanya di tahap awal tetapi juga dimasa mendatang, dan hal tersebut
menjadi insentif untuk mendorong menciptakan kekayaan wirausaha (Zahra et
al., 2009).
Secara harfiah, kompetensi berasal dari kata competence yang artinya
kecakapan, kemampuan dan wewenang.Secara etimologi kompetensi diartikan
sebagai dimensi perilaku keahlian atau keunggulan seorang pemimpin atau
staf mempunyai keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang baik (Soegoto,
2009).
Menurut McClelland (Robbins dan Judge, 2013) dalam Pasaribu
(2017) kompetensi merupakan semua fitur dan kualitas yang berkaitan dengan
individu dalam melakukan tugas yang diperlukan dan diharapkan. Boyatzis
(2009) mendefinisikan kompetensi sebagai sebuah kapabilitas atau
kemampuan. Menurut Kaur&Bains (2013), kompetensi adalah sejumlah
pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan selama
hidup untuk keefektifan kinerja dalam tugas atau pekerjaan. Spencer &
Spencer (1993:9) mendefinisikan kompetensi sebagai karaktersitik yang
mendasar pada setiap individu yang dihubungkan dengan kriteria yang
direferensikan pada kinerja yang efektif dan/atau unggul dalamsebuah
pekerjaan atau situasi. Sementara Baum et al. (2001) menjelaskan kompetensi
sebagai karakter individual seperti pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Dari beberapa pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwasanya
kompetensi merupakan konsep yang berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan seseorang untuk mencapai kinerja.
Kewirausahaan berasal dari bahasa Perancis (entrpendre-to undertake),
yang kemudian popular dalam bahasa Inggris entrepreneurship,
kewirausahaan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas untuk melakukan
pekerjaan yang sulit, kompleks, dan beresiko dengan cara yang tanggap dalam
melakukan inisiatif untuk memperoleh keuntungan (benefit) atau upaya
memanfaatkan peluang pada setiap kesempatan (Jati dan Priyambodo, 2015). .
Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

3
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan
inovatif. Suryana (2003) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses
pengelolaan sumber daya. Suryana (2014:2) menyatakan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri,
memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan
kreativitas dan keinovasian. Kewirausahaan juga bisa diartikan sebagai sikap
mental dan sifat jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya
dalam arti meningkatkan penghasilan. Sedangkan menurut Zimmerer (2002:
51)
Berdasarkan defenisi yang di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi
pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi
berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari.
Kompetensi kewirausahaan merupakan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang terhubung satu dengan lainnya, yang diperlukan pengusaha
untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik
dalam mengelola usahanya (Zuhriyah et al., 2013). Secara umum, kompetensi
dikategorikan ke dalam pengetahuan, karakteristik dan keterampilan (Man et
al., 2002). Man et al. (2002) menganggap kompetensi kewirausahaan sebagai
karakteritik dengan tingkat yang lebih tinggi yang meliputi ciri-ciri
kepribadian, keterampilan dan pengetahuan, dan karena itu dapat dilihat
sebagai total kemampuan wirausaha untuk melakukan peran pekerjaan dengan
sukses. Sementara Baum et al. (2001) menjelaskan kompetensi sebagai
karakter individual seperti pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Kemudian secara lebih lengkap Roblesa dan Rodrigueza (2015)
meringkas 20 dimensi kompetensi wirausaha dari berbagai literatur yaitu
sebagai berikut: kemampuan mengendalikan resiko, otonomi, mencari dan
menganalisis informasi, kualitas pekerjaaan, komunikasi, percaya diri,
membangun jaringan sosial, dinamis, manajemen perubahan, inisiatif, inovasi,
integritas, leadhership, kontrol diri, beorientasi pada hasil, social mobility,
kemampuan bernegosiasi, troubleshooting atau memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah, bertanggung jawab dan teamwork.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Kompetensi kewirausahaan adalah
karakteristik individu yang termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha
dapat mencapai dan mempertahankan kesuksesan bisnisnya.

4
Adapaun tujuan kompetensi kewirausahaan untuk perluasan usaha,
penggunaan kompetensi dalam manajemen usaha dan mengikuti perubahan
yang terjadi saat ini

2.2. Keterampilan Yang Ada Dalam Kompetensi Kewirausahaan


Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kompetensi yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan
dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah :
a) Managerial skill
Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan bekal yang
harus dimiliki wirausaha. Seorang wirausahawan harus mampu
menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan
dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Kemampuan menganalisis dan mengembangkan pasar, kemampuan
mengelola sumber daya manusia, material, uang, fasilitas dan seluruh
sumber daya perusahaan merupakan syarat mutlak untuk menjadi
wirausaha sukses. Secara garis besar ada dua cara untuk menumbuhkan
kemampuan manajerial, yaitu melalui jalur formal dan informal. Jalur
formal misalnya melalui jenjang lembaga pendidikan sekolah menengah
kejuruan bisnis dan manajemen atau melalui pendidikan tinggi misalnya
departemen administrasi niaga atau departemen manajemen yang tersebar
berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Jalur informal,
misalnya melalui seminar, pelatihan dan otodidak serta melalui
pengalaman.
b) Conceptual skill
Kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi usaha
merupakan landasan utama menuju wirausaha sukses. Tidak mudah
memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus akstra keras belajar dari
berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan
pengalaman orang lain dalam berwirausaha.
c) Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan
berelasi)
Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah
modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju keberhasilan
usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak
peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini
misalnya denganmelatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan
klub-klub hobi dan melatih kepribadian kita agar bertingkah laku

5
mentenangkan bagi orang lain
d) Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan)
Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi
seperti ini. Wirausaha dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan
merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif
pemecahannya.
Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari berbagai
alternatif yang ada. Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum
mengambil keputusan, wirausaha harus mampu mengelola informasi
sebagai bahan dasar pengambilan keputusan. Keterampilan memutuskan
dapat kita pelajari dan kita bangun melalui berbagai cara. Selain
pendiudikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, simulasi dan
berbagi pengalaman dapat kita peroleh.
e) Time managerial skill(keterampilan mengatur dan menggunakan waktu)
Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau
sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu
dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan
menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya
gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola
waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan
pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan.

2.3. Menumbuhkan Jiwa Kompetensi Kewirausahaan


Mungkin kita pernah mendengar bahwa keluarga yang kaya akan
memunculkan anak-anak yang kaya karena mereka terbiasa kaya. Begitu pula
ada yang menganggap bahwa seseorang menjadi pengusaha karena memang
bapak ibunya, kakek-neneknya, dan sebagian besar keluarganya adalah
keturunan pengusaha. Anggapan seperti ini menurut hemat penulis merupakan
pemikiran yang keliru.
Tidak bisa dipungkiri memang, ada banyak pengusaha yang lahir dari
keluarga atau keturunan pengusaha. Tetapi bukan berarti diturunkan secara
genetis. Mungkin hal ini terjadi karena aspek lingkungan pengusaha yang
cukup kuat mempengaruhi jiwa orang tersebut untuk menjadi pengusaha.
Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak azasi semua kita.
Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan pengusaha sehingga
menutup peluang untuk menjadi wirausaha. Langkah awal yang kita lakukan
apabila berminat terjun ke dunia wirausaha adalah menumbuhkan jiwa
kewirausahaan di diri kita.
Banyak cara yang dapat menumbuhkan jiwa kompetensi kewirausahaan
dilakukan misalnya:

6
a) Melalui pendidikan formal, kini berbagai lembaga pendidikan baik
menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling
tidak mata kuliah kewirausaaan.
b) Melalui Seminar-seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan
dengan mengumdang pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui
media ini kita akan membangun jiwa
c) Kewirausahaan didiri kita
d) Melalui pelatihan, Berbagai simolator usaha biasanya diberikan melalui
pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor). Meliputi pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan
kita terhadap dinamika perubahanlingkungan akan diuji dan selalu
diperbaiki dan dikembangkan
e) Otodidak, Melalui berbagai media kita bias menumbukan semangat
berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (success
story), media televise, radio, majalah, Koran, dan berbagai media yang
dapat kita akses untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yang ada di diri
kita. Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orang dapat
mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha.
Adapun aspek kejiwaan yang mencirikan bahwa seseorang dikatakan memiliki
jiwa wirausaha adalah sebagai berikut:
a) Percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen)
Percaya diri dalam menentukan sesuatu, percaya diri dalam
menjalankan sesuatu, percaya diri bahwa kita dapat mengatasi berbagai
resiko yang dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus
dimiliki oleh wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha
merasa yakin bahwa apa-apa yang diperbuatnya akan berhasil walaupun
akan menghadapi berbagai rintangan. Tidak selalu dihantui rasa takut
akan kegagalan sehingga membuat dirinya optimis untuk terus maju.
b) Berinisiatif (energik dan percaya diri)
Menunggu akan sesuatu yang tidak pasti merupakan sesuatu yang
paling dibenci oleh seseorang yang memiliki jiwa wirausaha. Dalam
menghadapi dinamisnya kehidupan yang penuh dengan perubahan dan
persoalan yang dihadapi, seorang wirausaha akan selalu berusaha
mencari jalan keluar. Mereka tidak ingin hidupnya digantungkan pada
lingkungan, sehingga akan terus berupaya mencari jalan keluarnya.
c) Memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan)
Berbagai target demi mencapai sukses dalam kehidupan biasanya
selalu dirancang oleh seorang wirausaha. Satu demi satu targetnya terus
mereka raih. Bila dihadapkan pada kondisi gagal, mereka akan terus
berupaya kembali memperbaiki kegagalan yang dialaminya.
Keberhasilan demi keberhasilan yang diraih oleh seseorang yang berjiwa
entrepreneur menjadikannya pemicu untuk terus meraih sukses dalam

7
hidupnya. Bagi mereka masa depan adalah kesuksesan adalah keindahan
yang harus dicapai dalam hidupnya.
d) Memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
Leadership atau kepemimpinan merupakan faktor kunci menjadi
wirausahawan sukses. Berani tampil ke depan menghadapi sesuatu yang
baru walaupun penuh resiko. Keberanian ini tentunya dilandasi
perhitungan yang rasional. Seorang yang takut untuk tampil memimpin
dan selalu melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, akan sulit
meraih sukses dalam berwirausaha. Sifat-sifat tidak percaya diri, minder,
malu yang berlebihan, takut salah dan merasa rendah diri adalah sifat-
sifat yang harus ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh dari diri kita apabila
ingin meraih sukses dalam berwirausaha.
e) Suka tantangan
Kita mungkin sering membaca atau menyaksikan beberapa kasus
mundurnya seorang manajer atau eksekutif dari suatu perusahaan. Apa
yang menyebabkan mereka hengkang dari perusahaannya dan
meninggalkan kemapanan sebagai seorang manajer? Sebagian dari
mereka ternyata merasa jenuh terus menerus mengemban tugas rutin
yang entah kapan berakhirnya.
Mereka membutuhkan kehidupan yang lebih dinamis yang selama
ini belim mereka dapatkan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Akhirnya mereka menelusuri aktivitas seperti apakah yang dapat
memuaskan kebutuhan mereka akan tantangan ? “Berwirausaha”
ternyata menjadi pilihan sebagian besar manajer yang sengaja keluar dari
kemapanannya di perusahaan. Mengapa “wirausah ?” Ternyata begitu
banyak variasi pekerjaan dan perubahan yang sangat menantang dalam
dunia wirausaha.

2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Kompetensi


Kewirausahaan
Menurut Syafiuddin (2008) kompetensi kewirausahaan sebagai suatu
hasil perilaku dan pengalaman seseorang akan mengalami perubahan ketika
orang tersebut belajar. Proses belajar dapat mengolah informasi menjadi
kompetensi baru. Perubahan kompetensi manusia terjadi setelah belajar secara
terus menerus (Sagala, 2011). Handerson, Sarah dan Stephan (2007)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi
kewirausahaan adalah sumberdaya manusia. Upaya meningkatkan sumber
daya manusia terkait kompetensi kewirausahaan dapat ditempuh melalui
kegiatan penyuluhan. Asngari (2003) menyatakan bahwa penyuluhan adalah
kegiatan mendidik orang dengan tujuan mengubah perilaku sesuai dengan
yang direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern. Tujuan jangka

8
pendeknya adalah mengubah perilaku sumber daya manusia, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya. Tujuan jangka panjangnya
adalah meningkatkan pendapatan pengelola bisnis. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan sumber daya manusia dapat hidup lebih baik
dan lebih sejahtera. Sumardjo (1999) mengemukakan bahwa penyuluhan pada
dasarnya merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai
perubahan perilaku individu melalui metode, materi, media yang disesuaikan
dengan kondisi dan lokasi usaha. Seseorang yang belajar dapat memperoleh
atau memperbaiki kompetensi untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui
pengalaman dan praktik (Ban dan Hawkins, 1999). Proses pembelajaran
dalam penyuluhan menurut Widyoko (2011) dapat dikaji melalui kekompakan
diantara para pembelajar (pelaku usaha), keterlibatan pembelajar dalam
kegiatan pembelajaran, dan tingkat kepuasan pembelajar dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pelaku usaha merupakan salah satu faktor keberhasilan proses
pembelajaran dalam penyuluhan yang di dalam proses tersebut terjadi
interaksi antara pelaku usaha atau wirausaha sebagai pihak yang menerima
penyuluhan dan penyuluh sebagai pihak yang memberikan penyuluhan.Orang
yang dikatakan berhasil dalam berwirausaha (memilikikompetensi
kewirausahaan) adalah orang yang dapat menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat
utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis (knowledge and practice). Salah satufaktor yang berperan
sebagai pemicunya adalah personal factor yang menyangkut aspek
kepribadian seseorang (Alma, 2002). Kemampuan penyuluh merupakan salah
satu faktor keberhasilan kegiatan penyuluhan selain pelaku usaha. Syafiuddin
(2008) mengemukakan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan
kompetensi kewirausahaan adalah dengan pendampingan oleh penyuluh
dengan menitikberatkan pada peningkatan kemampuan manajerial guna
merangsang adanya motivasi yang akan berimplikasi pada peningkatan
produksi dan pendapatan.
Tuntutan kemampuan penyuluh saat ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dalam pembangunan (Nuryanto, 2008). Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi
kewirausahaan antara lain: proses pembelajaran dalam penyuluhan, faktor
personal pelaku usaha dan kemampuan penyuluh. Kompetensi kewirausahaan
sebagai hasil perubahan perilaku dan pengalaman diperoleh melalui proses
pembelajaran dalam penyuluhan, yang di dalamnya terdapat interaksi antara
pelaku usaha dan penyuluh. Faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi
kewirausahaan berdasarkan proses pembelajaran dalam penyuluhan dari sisi
pelaku usaha adalah faktor personal pelaku usaha, sedangkan dari sisi
penyuluh adalah kemampuan penyuluh.
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

9
kompetensi kewirausahaan meliputi:
a) Faktor personal pelaku usaha,
b) Kemampuan penyuluh, dan
c) Proses pembelajaran dalam penyuluhan.
Berikut penjelasan memgenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi kewirausahaan.
a) Faktor personal pelaku usaha,
Faktor Personal Pelaku Usaha Syarief (2013) mengemukakan bahwa
faktor personal adalah ciri-ciri yang melekat pada individu yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Faktor personal pelaku usaha
berkaitan dengan pendidikan yang ditempuh, pengalaman usaha dan
motivasi yang dimiliki pelaku usaha. Mulyasa (2002) berpendapat bahwa
pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas,
menampilkan individuindividu yang memiliki keunggulan yang tangguh,
kreatif, mandiri, dan kompeten dalam bidangnya masingmasing. Malta
(2011) pengalaman adalah segala sesuatu yang muncul dalam riwayat
hidup seseorang yang menentukan perkembangan keterampilan,
kemampuan dan kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya. Bagi
orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih terampil dan
memiliki kompetensi yang lebih baik sehingga menghasilkan sesuatu yang
lebih baik daripada orang yang masih kurang berpengalaman. Kusnadi,
Lana, Kadarisman dan Suherman (2002) menjelaskan bahwa motivasi
adalah upaya untuk memunculkan semangat dalam diri atau bagi orang
lain agar mau bekerja guna mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pemberian atau pemenuhan kebutuhan mereka.
Terdapat hubungan yang linier antara faktor personal pelaku usaha
dengan proses pembelajaran dalam penyuluhan dan kompetensi
kewirausahaan. Penyuluhan sebagai proses pembelajaran menekankan
interaksi antara keadaan internal dan stimulus dari lingkungan.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam penyuluhan tidak mungkin dapat
terlepas dari peran aktif pelaku usaha sebagai peserta penyuluhan atau
masyarakat sasaran. Selain memiliki hubungan linier dengan proses
pembelajaran dalam penyuluhan, faktor personal pelaku usaha yang terdiri
dari: pendidikan, pengalaman usaha, dan motivasi juga memiliki hubungan
yang linier terhadap kompetensi kewirausahaan. Semakin kuat faktor
personal dimiliki pelaku usaha, akan semakin tinggi kompetensi
kewirausahaan yang dimilikinya.
b) Kemampuan penyuluh
Kemampuan penyuluh menurut Syarief (2013) adalah kemampuan
penyuluh dalam memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas pelaku usaha
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan penyuluh
meliputi: kemampuan menguasai materi, kemampuan berkomunikasi, dan

10
kemampuan mengembangkan kemitraan. Terdapat hubungan yang linier
antara kemam-puan penyuluh terhadap proses pembelajaran dalam
penyuluhan dan kompetensi kewirausahaan. Kemampuan penyuluh yang
memadai akan mendukung tercapainya proses pembelajaran dalam
penyuluhan yang berkualitas. Kemampuan penyuluh juga sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi kewirausahaan pelaku
usaha.
c) Proses pembelajaran dalam penyuluhan
Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses pembelajaran
masyarakat yang bertujuan untuk mencapai perubahan perilaku individu
melalui materi, motode, dan media yang disesuaikan dengan lokasi dan
kondisi (Sumardjo, 1999). Adapun indikator proses pembelajaran dalam
penyuluhan meliputi: tingkat pencapaian tujuan penyuluhan, materi
penyuluhan, metode penyuluhan, media penyuluhan dan interaksi pelaku
usaha dengan penyuluh. Menurut Inyang dan Oliver (2009), Xiang (2009),
serta Bailey (2007) kompetensi kewirausahaan kewirausahaan adalah
penting dan merupakan faktor keberhasilan berwirausaha yang dapat
ditingkatkan melalui program-program pelatihan dan pendidikan yang
tepat, serta kegiatan pengembangan yang efektif. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu proses pembelajaran dalam penyuluhan akan
mendukung peningkatan kompetensi kewirausahaan pelaku usaha.

2.5. Strategi Kompetensi Kewirausahaan


Michael Porter (1980) yang terkenal dengan teorinya Competitive
Strategy, mengemukakan bahwa perusahaan harus menciptakan daya saing
khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat (bargaining power)
dalam persaingan. Menurut "Dynamic Theory of Strategy" dari Porter (1991),
suatu perusahaan dapat mencapai keberhasilan bila tiga kondisi dipenuhi,
yaitu:
Pertama, tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen
(seperti produksi dan pemasaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi
yang terkuat di pasar.
Kedua, tujuan dan kebijaksanaan tersebut ditumbuhkan berdasarkan
pada kekuatan perusahaan serta diperbarui terus (dinamis) sesuai dengan
perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal.
Ketiga, perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus
sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan "reputasi
merek dan biaya produksi yang rendah.
Kompetensi khusus ini harus dikembangkan terus secara dinamis. Bila
kompetensi khusus ini tidak diubah. tingkat keuntungan perusahaan bisa
menurun. Pada intinya perusahaan harus menciptakan daya saing khusus
untuk memperkuat posisi tawar-menawar dalam persaingan, dan untuk

11
menampung Tuntutan persaingan di pasar yang berasal dari para pemasok,
pembeli. ancaman dari pendatang baru, produk pengganti, dan tantangan yang
gencar dari para pesaing.
Menurut strategi ini, perusahaan harus mencari pasar yang kuat dengan
biaya yang rendah yang harus menjadi senjata utama dalam persaingan. Oleh
sebab itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori "Design School, perusahaan
harus mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman
eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman kepada
pilihan alternatif dari grand strategy, kemudian didukung dengan
menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari
pengelolalaan sumber daya perusahaan. Kompetensi itu diciptakan melalui
strategi generik milik Porter, seperti strategi biaya rendah, diferensiasi dan
fokus seria didukung oleh nilai-nilai budaya yang relevan.
Menurut Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi pening
yang semakin kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat
menggunakan teori strategi berbasis sumber daya (resource based strategy
Teori ini dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika
berada dalam situasi eksternal yang bergejolak, misalnya dalam keadaan krisis
ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia seperti sekarang, hteori ini
mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, tidak
transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing, dan memberi daya saing
jangka panjang yang melebihi tuntutan-tuntutan masa kini di pasar dan kebal
terhadap resesi. Menurut teori ini, sumber daya perusahaan berupa tanah,
teknologi, tenaga kerja (termasuk kapabilitas dan pengetahuan), modal, dan
kebiasaan rutin dapat dikelola secara khusus untuk memperoleh keuntungan
yang terus-menerus dari persaingan. Oleh sebab itu, menurut resource based
theory, yang dikutip olch Schoemaker (1980), pusat perhatian perumahan
dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk mencari keuntungan besar
yang dikemukakan Porter (1985) merupakan strategi jangka pendek dan statis,
sedangkan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan (Albert Wijaya, 1993:47). Untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan, maka perusahaan harus berusaha
mencari dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang
mungkin belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi
peluang produktif yang unik, di antaranya melalui pencarian ide-ide baru atau
wawasan manajemen yang lebih luas secara terus-menerus. Menurut teori ini,
perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber daya yang
lebih baik, yaitu melalui hal-hal berikut.
1. Pola organisasi dan administrasi yang baik.
2. Perpaduan aset fisik yang "berwujud" seperti sumber daya mana alam
serta aset "takberwujud seperti kebiasaan berpikir kreatif (P 1985) dan
keterampilan manajerial.

12
3. Budaya perusahaan.
4. Proses kerja dan penyesuaian yang segera atas tuntutan baru.

Baik teori dynamic strategy maupun teori resource-base strategy,


kelihatannya sangat relevan bila diterapkan dalam pembangunan dan
perkembangan perusahaan kecil di Indonesia yang dihadapkan pada
persaingan bebas dan krisis ekonomi berkepanjangan seperti sekarang ini.
Perhatian utama harus diletakkan pada keunggulan daya saing untuk
menciptakan nilai tambah yang tinggi melalui yang pensa sumber daya alam
(lokal) yang ada dan kapabilitas sumber daya manusia yang dibekali dengan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dengan menggunakan
resource-based strategy, maka dunia usaha Indonesia akan bangkit yang dan
berusaha untuk menciptakan kapabilitas khusus dari sumber daya internal
perusahaan dan tidak lagi terlalu mengandalkan pada strategi kekuatan pasar.
seperti monopoli dan fasilitas pemerintah. Perusahaan kecil bisa tumbuh cepat
Ha berani berpikir kreatif, dan mengetahui cara mengembangkan sumber daya
internal secara kreatif pula.
Dalam konteks persaingan global seperti sekarang ini, perusahaan kecil
corus mengalihkan strategi pada penggunan sumber daya internal. Strategi
pengembangan perusahaan harus mengarah pada keahlian khusus secara
internal yang bisa menciptakan produk unggul untuk memperbesar pangsa
produksi. Strategi resource-based ini menurut Albert Wijaya (1993: 47) lebih
murah dan puh karena usaha kecil bisa memanfaatkan sumber daya alam dan
tenaga keria lokal Dari teori yang berbasis sumber daya tersebut dapat
disimpulkan bahwa nan konteks persaingan bebas seperti sekarang ini, para
wirausahawan harus menggunakan strategi pengelolaan usahanya. Strategi
pengembangan perusahaan, baik yang baru maupun yang sudah lama harus
mengarah pada penggunaan sumber daya internal, dengan mengarah pada
keahlian khusus yang bisa menciptakan produk yang unggul untuk
memperbesar pembagian fakturing (manufacturing share) produk konsumen
akhir. Dengan strategi tersebut wirausahawan bisa lebih berkembang, baik
dalam persaingan lokal, National maupun internasional. Menurut Grant
(1991), yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994) ada beberapa langkah untuk
mengembangkan resource-based strategy, antara lain cakup hal-hal berikut.
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya. Sumber daya itu di
antaranya:
a.Teknologi yang dimiliki;
b. Kapabilitas karyawan;
c.paten dan merek:
d. Keungan
e.Kecanggihan pemasaran
f. Pelayanan pada pelanggan.

13
Sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi
a.Sumber daya finansial
b. Sumber daya fisik:
c.Sumber daya manusia;
d. Sumber daya teknologi:
e.Sumber daya reputasi organisasi (reputation organizational resources).

Gambar 14.1. Sumber Daya Inti

2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kapabilitas. Kapabilitas diartikan


sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan dari kerja tim (bukan
perorangan) yang bersama-sama mengembangkan berbagai sumber daya
yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas yang mengintegrasikan ide baru,
keterampilan, dan pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif
3. Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diaplikasikan di pasar
untuk mencapai keuntungan yang tinggi secara berkesinambungan yang sulit
ditiru atau disaingi. Pada tahap ini, kapabilitas perlu dipelihara dalam hal
berikut.
a.Harus tahan lama, yaitu perlu terus pembaruan atau modifikasi dengan
mencari pengetahuan dan ide-ide baru.
b. Harus tidak transparan, yaitu dengan mengembangkan kapabilitas
yang beragam, tidak menggantungkan pada salah satu sumber kapabilitas
sehingga sulit diamati atau direkonstruksi oleh orang lain.
4. Memformulasikan strategi pengembangan sumber daya inti (con
resources) dan capability seefektif mungkin pada semua kegiatan
manajemen. Sementara itu, perusahaan harus mempelajari perkembangan
manajemen dan kemungkinan-kemungkinan masa depan untuk
mempertahankan daya saing secara berkesinambungan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kompetensi kewirausahaan adalah karakteristik individu yang
termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha dapat mencapai dan
mempertahankan kesuksesan bisnisnya. Adapaun tujuan kompetensi
kewirausahaan untuk perluasan usaha, penggunaan kompetensi dalam
manajemen usaha dan mengikuti perubahan yang terjadi saat ini
Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kompetensi yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan
dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Mungkin kita
pernah mendengar bahwa keluarga yang kaya akan memunculkan anak-anak
yang kaya karena mereka terbiasa kaya. Begitu pula ada yang menganggap
bahwa seseorang menjadi pengusaha karena memang bapak ibunya, kakek-
neneknya, dan sebagian besar keluarganya adalah keturunan pengusaha.
Anggapan seperti ini menurut hemat penulis merupakan pemikiran yang
keliru.
Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak azasi
semua kita. Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan
pengusaha sehingga menutup peluang untuk menjadi wirausaha. Langkah
awal yang kita lakukan apabila berminat terjun ke dunia wirausaha adalah
menumbuhkan jiwa kewirausahaan di diri kita.
Handerson, Sarah dan Stephan (2007) menyatakan bahwa salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi kewirausahaan adalah
sumberdaya manusia. Upaya meningkatkan sumber daya manusia terkait
kompetensi kewirausahaan dapat ditempuh melalui kegiatan penyuluhan.
Asngari (2003) menyatakan bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik
orang dengan tujuan mengubah perilaku sesuai dengan yang
direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern

3.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian makaimplikasi praktis yang dapat
disarankan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kompetensi kewirausahaan
harus dimiliki seorang wirausaha dan ditingkatkan karena terbukti mampu
mendorong kesuksesan bisnis, kompetensi tersebut meliputi kemampuan
mengendalikan resiko, mencari dan menganalisa informasi, kemampuan
berkomunikasi, dinamis, membangun jaringan sosial, memiliki jiwa
leadership, kemampuan bernegoisasi, Kemampuan menyelesaikan masalah
dan bertanggung jawab.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dhamayantie, E. (2017). KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN. 11(1),


80–91.
Ditinjau, K., Siswa, P., & Mia, X. I. (2018). STUDI EVALUASI
PROFESIONALISME GURU PRAKARYA DAN. 7(1), 20–30.
Ekonomi, F., Islam, U., & Sumatera, N. (2023). ManBiz : Journal of Management
& Business ManBiz : Journal of Management & Business. 2, 138–145.
https://doi.org/10.47467/manbiz.v2i2.1902
Empiris, S., Di, U., & Tarakan, K. (n.d.). Hubungan Kompetensi Kewirausahaan
Dan Kinerja Usaha : 13(2), 27–38.
Harianti, A., Malinda, M., Suwarno, H. L., Margaretha, Y., & Kambuno, D.
(2020). Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Meningkatkan Motivasi ,
Kompetensi dan Menumbuhkan Minat Mahasiswa. 16(3), 214–220.
Hayati, K. R., Sholihatin, E., Aprilisanda, I. D., Industri, T., Teknik, F., &
Komunikasi, I. (2019). PENGEMBANGAN MODEL KOMPETENSI
KEWIRAUSAHAAN. 4, 59–72.
Ii, B. A. B. (1993). No Title. 11–58.
Indonesia, J. S. (2019). Peningkatan Pemahaman Mahasiswa tentang
Kewirausahaan Sosial melalui Video Business Model Canvas. 9(2), 307–
322.
Kewirausahaan, A. K., Kewirausahaan, O., & Isa, M. (2011). Analisis kompetensi
kewirausahaan, orientasi kewirausahaan, dan kinerja industri mebel. 15(3),
159–168.
Kewirausahaan, P., & Umkm, B. (2015). DI PERGURUAN TINGGI Jurusan
Pendidikan Ekonomi , Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja Indonesia. 4(1), 528–539.
Kurniawan, A., & Yun, Y. (2018). Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan dan
Kelanggengan Usaha Terhadap Keunggulan Bersaing. 2(1), 65–78.
No Title. (n.d.-a).
No Title. (n.d.-b). 44–58.
Romanto, E. (2020). Pengaruh Pengetahuan Dasar Dan Kompetensi
Kewirausahaan Terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa Universitas
Tarumanagara. II(2), 479–489.
Setiawan, A. (2019). Jurnal Manajemen Pendidikan Pengelolaan Program
Kewirausahaan di Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta
The Management of the Entrepreneurship Program at Senior High Schools
in Yogyakarta Special Province. 1(2), 167–180.
Tentang, S., Simping, K., & Di, W. (2022). Vol.20 No. 1. 20(1), 25–31.
Trihudiyatmanto, M. (2019). Pengembangan Kompetensi Kewirausahaan Untuk
Meningkatkan Keunggulan Bersaing UMKM ( Studi Empirik Pada UMKM
Pande Besi di Wonosobo ). 2(1), 22–32.
Widodo, S., & Nugroho, T. R. D. A. (2014). Model Pendidikan Kewirausahaan
Bagi Santri Untuk Mengatasi Pengangguran di Pedesaan. 30(2).

16

Anda mungkin juga menyukai