DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
NURUL SYAHRIANI (21051040)
FRANSISKA VERAWATI G (21051056)
NURHALIJA AMRIA RAMBE (21051066)
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1.....................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Rum
usan Masalah..............................................................................................2
1.3.....................................................................................................................Tujua
n Masalah....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1.....................................................................................................................Kom
epetensi Dalam Kewirausahaan..................................................................3
2.2.....................................................................................................................Keter
ampilan Yang Ada Dalam Kompetensi Kewirausahaan.............................5
2.3.....................................................................................................................Menu
mbuhkan Jiwa Kompetensi Kewirausahaan...............................................6
2.4.....................................................................................................................Fakto
r – Faktor Yang Mempengaruhi
Terhadap Kompetensi Kewirausahaan.......................................................8
2.5.....................................................................................................................Strate
gi Kompetensi Kewirausahaan...................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................15
3.1.....................................................................................................................Kesi
mpulan........................................................................................................15
3.2.....................................................................................................................Saran
....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan proses yang kreatif dan inovatif, sehingga menjadikan UKM siap
menghadapi tantangan krisis global (Afiah, 2009).
Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan sarana utama dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dapat
menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjawab setiap tantangan
dan hambatan dalam era globalisasi sekarang ini. Arti pendidikan menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Mengingat pentingnya peran guru dalam kemajuan pendidikan
maka kinerja guru harus menjadi perhatian utama. Seorang guru harus
memiliki kinerja yang bagus guna menciptakan kualitas pendidikan yang baik.
Guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi yang telah
disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial.
Adapun dalam hal ini mengenai kompetensei dalam kewiarausahaan akan
dibahas dalam makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan
inovatif. Suryana (2003) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses
pengelolaan sumber daya. Suryana (2014:2) menyatakan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri,
memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan
kreativitas dan keinovasian. Kewirausahaan juga bisa diartikan sebagai sikap
mental dan sifat jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya
dalam arti meningkatkan penghasilan. Sedangkan menurut Zimmerer (2002:
51)
Berdasarkan defenisi yang di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi
pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi
berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari.
Kompetensi kewirausahaan merupakan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang terhubung satu dengan lainnya, yang diperlukan pengusaha
untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik
dalam mengelola usahanya (Zuhriyah et al., 2013). Secara umum, kompetensi
dikategorikan ke dalam pengetahuan, karakteristik dan keterampilan (Man et
al., 2002). Man et al. (2002) menganggap kompetensi kewirausahaan sebagai
karakteritik dengan tingkat yang lebih tinggi yang meliputi ciri-ciri
kepribadian, keterampilan dan pengetahuan, dan karena itu dapat dilihat
sebagai total kemampuan wirausaha untuk melakukan peran pekerjaan dengan
sukses. Sementara Baum et al. (2001) menjelaskan kompetensi sebagai
karakter individual seperti pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Kemudian secara lebih lengkap Roblesa dan Rodrigueza (2015)
meringkas 20 dimensi kompetensi wirausaha dari berbagai literatur yaitu
sebagai berikut: kemampuan mengendalikan resiko, otonomi, mencari dan
menganalisis informasi, kualitas pekerjaaan, komunikasi, percaya diri,
membangun jaringan sosial, dinamis, manajemen perubahan, inisiatif, inovasi,
integritas, leadhership, kontrol diri, beorientasi pada hasil, social mobility,
kemampuan bernegosiasi, troubleshooting atau memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah, bertanggung jawab dan teamwork.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Kompetensi kewirausahaan adalah
karakteristik individu yang termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha
dapat mencapai dan mempertahankan kesuksesan bisnisnya.
4
Adapaun tujuan kompetensi kewirausahaan untuk perluasan usaha,
penggunaan kompetensi dalam manajemen usaha dan mengikuti perubahan
yang terjadi saat ini
5
mentenangkan bagi orang lain
d) Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan)
Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi
seperti ini. Wirausaha dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan
merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif
pemecahannya.
Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari berbagai
alternatif yang ada. Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum
mengambil keputusan, wirausaha harus mampu mengelola informasi
sebagai bahan dasar pengambilan keputusan. Keterampilan memutuskan
dapat kita pelajari dan kita bangun melalui berbagai cara. Selain
pendiudikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, simulasi dan
berbagi pengalaman dapat kita peroleh.
e) Time managerial skill(keterampilan mengatur dan menggunakan waktu)
Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau
sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu
dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan
menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya
gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola
waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan
pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan.
6
a) Melalui pendidikan formal, kini berbagai lembaga pendidikan baik
menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling
tidak mata kuliah kewirausaaan.
b) Melalui Seminar-seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan
dengan mengumdang pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui
media ini kita akan membangun jiwa
c) Kewirausahaan didiri kita
d) Melalui pelatihan, Berbagai simolator usaha biasanya diberikan melalui
pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor). Meliputi pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan
kita terhadap dinamika perubahanlingkungan akan diuji dan selalu
diperbaiki dan dikembangkan
e) Otodidak, Melalui berbagai media kita bias menumbukan semangat
berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (success
story), media televise, radio, majalah, Koran, dan berbagai media yang
dapat kita akses untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yang ada di diri
kita. Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orang dapat
mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha.
Adapun aspek kejiwaan yang mencirikan bahwa seseorang dikatakan memiliki
jiwa wirausaha adalah sebagai berikut:
a) Percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen)
Percaya diri dalam menentukan sesuatu, percaya diri dalam
menjalankan sesuatu, percaya diri bahwa kita dapat mengatasi berbagai
resiko yang dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus
dimiliki oleh wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha
merasa yakin bahwa apa-apa yang diperbuatnya akan berhasil walaupun
akan menghadapi berbagai rintangan. Tidak selalu dihantui rasa takut
akan kegagalan sehingga membuat dirinya optimis untuk terus maju.
b) Berinisiatif (energik dan percaya diri)
Menunggu akan sesuatu yang tidak pasti merupakan sesuatu yang
paling dibenci oleh seseorang yang memiliki jiwa wirausaha. Dalam
menghadapi dinamisnya kehidupan yang penuh dengan perubahan dan
persoalan yang dihadapi, seorang wirausaha akan selalu berusaha
mencari jalan keluar. Mereka tidak ingin hidupnya digantungkan pada
lingkungan, sehingga akan terus berupaya mencari jalan keluarnya.
c) Memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan)
Berbagai target demi mencapai sukses dalam kehidupan biasanya
selalu dirancang oleh seorang wirausaha. Satu demi satu targetnya terus
mereka raih. Bila dihadapkan pada kondisi gagal, mereka akan terus
berupaya kembali memperbaiki kegagalan yang dialaminya.
Keberhasilan demi keberhasilan yang diraih oleh seseorang yang berjiwa
entrepreneur menjadikannya pemicu untuk terus meraih sukses dalam
7
hidupnya. Bagi mereka masa depan adalah kesuksesan adalah keindahan
yang harus dicapai dalam hidupnya.
d) Memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
Leadership atau kepemimpinan merupakan faktor kunci menjadi
wirausahawan sukses. Berani tampil ke depan menghadapi sesuatu yang
baru walaupun penuh resiko. Keberanian ini tentunya dilandasi
perhitungan yang rasional. Seorang yang takut untuk tampil memimpin
dan selalu melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, akan sulit
meraih sukses dalam berwirausaha. Sifat-sifat tidak percaya diri, minder,
malu yang berlebihan, takut salah dan merasa rendah diri adalah sifat-
sifat yang harus ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh dari diri kita apabila
ingin meraih sukses dalam berwirausaha.
e) Suka tantangan
Kita mungkin sering membaca atau menyaksikan beberapa kasus
mundurnya seorang manajer atau eksekutif dari suatu perusahaan. Apa
yang menyebabkan mereka hengkang dari perusahaannya dan
meninggalkan kemapanan sebagai seorang manajer? Sebagian dari
mereka ternyata merasa jenuh terus menerus mengemban tugas rutin
yang entah kapan berakhirnya.
Mereka membutuhkan kehidupan yang lebih dinamis yang selama
ini belim mereka dapatkan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Akhirnya mereka menelusuri aktivitas seperti apakah yang dapat
memuaskan kebutuhan mereka akan tantangan ? “Berwirausaha”
ternyata menjadi pilihan sebagian besar manajer yang sengaja keluar dari
kemapanannya di perusahaan. Mengapa “wirausah ?” Ternyata begitu
banyak variasi pekerjaan dan perubahan yang sangat menantang dalam
dunia wirausaha.
8
pendeknya adalah mengubah perilaku sumber daya manusia, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya. Tujuan jangka panjangnya
adalah meningkatkan pendapatan pengelola bisnis. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan sumber daya manusia dapat hidup lebih baik
dan lebih sejahtera. Sumardjo (1999) mengemukakan bahwa penyuluhan pada
dasarnya merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai
perubahan perilaku individu melalui metode, materi, media yang disesuaikan
dengan kondisi dan lokasi usaha. Seseorang yang belajar dapat memperoleh
atau memperbaiki kompetensi untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui
pengalaman dan praktik (Ban dan Hawkins, 1999). Proses pembelajaran
dalam penyuluhan menurut Widyoko (2011) dapat dikaji melalui kekompakan
diantara para pembelajar (pelaku usaha), keterlibatan pembelajar dalam
kegiatan pembelajaran, dan tingkat kepuasan pembelajar dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pelaku usaha merupakan salah satu faktor keberhasilan proses
pembelajaran dalam penyuluhan yang di dalam proses tersebut terjadi
interaksi antara pelaku usaha atau wirausaha sebagai pihak yang menerima
penyuluhan dan penyuluh sebagai pihak yang memberikan penyuluhan.Orang
yang dikatakan berhasil dalam berwirausaha (memilikikompetensi
kewirausahaan) adalah orang yang dapat menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat
utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis (knowledge and practice). Salah satufaktor yang berperan
sebagai pemicunya adalah personal factor yang menyangkut aspek
kepribadian seseorang (Alma, 2002). Kemampuan penyuluh merupakan salah
satu faktor keberhasilan kegiatan penyuluhan selain pelaku usaha. Syafiuddin
(2008) mengemukakan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan
kompetensi kewirausahaan adalah dengan pendampingan oleh penyuluh
dengan menitikberatkan pada peningkatan kemampuan manajerial guna
merangsang adanya motivasi yang akan berimplikasi pada peningkatan
produksi dan pendapatan.
Tuntutan kemampuan penyuluh saat ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dalam pembangunan (Nuryanto, 2008). Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi
kewirausahaan antara lain: proses pembelajaran dalam penyuluhan, faktor
personal pelaku usaha dan kemampuan penyuluh. Kompetensi kewirausahaan
sebagai hasil perubahan perilaku dan pengalaman diperoleh melalui proses
pembelajaran dalam penyuluhan, yang di dalamnya terdapat interaksi antara
pelaku usaha dan penyuluh. Faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi
kewirausahaan berdasarkan proses pembelajaran dalam penyuluhan dari sisi
pelaku usaha adalah faktor personal pelaku usaha, sedangkan dari sisi
penyuluh adalah kemampuan penyuluh.
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
9
kompetensi kewirausahaan meliputi:
a) Faktor personal pelaku usaha,
b) Kemampuan penyuluh, dan
c) Proses pembelajaran dalam penyuluhan.
Berikut penjelasan memgenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi kewirausahaan.
a) Faktor personal pelaku usaha,
Faktor Personal Pelaku Usaha Syarief (2013) mengemukakan bahwa
faktor personal adalah ciri-ciri yang melekat pada individu yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Faktor personal pelaku usaha
berkaitan dengan pendidikan yang ditempuh, pengalaman usaha dan
motivasi yang dimiliki pelaku usaha. Mulyasa (2002) berpendapat bahwa
pendidikan berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas,
menampilkan individuindividu yang memiliki keunggulan yang tangguh,
kreatif, mandiri, dan kompeten dalam bidangnya masingmasing. Malta
(2011) pengalaman adalah segala sesuatu yang muncul dalam riwayat
hidup seseorang yang menentukan perkembangan keterampilan,
kemampuan dan kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya. Bagi
orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih terampil dan
memiliki kompetensi yang lebih baik sehingga menghasilkan sesuatu yang
lebih baik daripada orang yang masih kurang berpengalaman. Kusnadi,
Lana, Kadarisman dan Suherman (2002) menjelaskan bahwa motivasi
adalah upaya untuk memunculkan semangat dalam diri atau bagi orang
lain agar mau bekerja guna mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pemberian atau pemenuhan kebutuhan mereka.
Terdapat hubungan yang linier antara faktor personal pelaku usaha
dengan proses pembelajaran dalam penyuluhan dan kompetensi
kewirausahaan. Penyuluhan sebagai proses pembelajaran menekankan
interaksi antara keadaan internal dan stimulus dari lingkungan.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam penyuluhan tidak mungkin dapat
terlepas dari peran aktif pelaku usaha sebagai peserta penyuluhan atau
masyarakat sasaran. Selain memiliki hubungan linier dengan proses
pembelajaran dalam penyuluhan, faktor personal pelaku usaha yang terdiri
dari: pendidikan, pengalaman usaha, dan motivasi juga memiliki hubungan
yang linier terhadap kompetensi kewirausahaan. Semakin kuat faktor
personal dimiliki pelaku usaha, akan semakin tinggi kompetensi
kewirausahaan yang dimilikinya.
b) Kemampuan penyuluh
Kemampuan penyuluh menurut Syarief (2013) adalah kemampuan
penyuluh dalam memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas pelaku usaha
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan penyuluh
meliputi: kemampuan menguasai materi, kemampuan berkomunikasi, dan
10
kemampuan mengembangkan kemitraan. Terdapat hubungan yang linier
antara kemam-puan penyuluh terhadap proses pembelajaran dalam
penyuluhan dan kompetensi kewirausahaan. Kemampuan penyuluh yang
memadai akan mendukung tercapainya proses pembelajaran dalam
penyuluhan yang berkualitas. Kemampuan penyuluh juga sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi kewirausahaan pelaku
usaha.
c) Proses pembelajaran dalam penyuluhan
Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses pembelajaran
masyarakat yang bertujuan untuk mencapai perubahan perilaku individu
melalui materi, motode, dan media yang disesuaikan dengan lokasi dan
kondisi (Sumardjo, 1999). Adapun indikator proses pembelajaran dalam
penyuluhan meliputi: tingkat pencapaian tujuan penyuluhan, materi
penyuluhan, metode penyuluhan, media penyuluhan dan interaksi pelaku
usaha dengan penyuluh. Menurut Inyang dan Oliver (2009), Xiang (2009),
serta Bailey (2007) kompetensi kewirausahaan kewirausahaan adalah
penting dan merupakan faktor keberhasilan berwirausaha yang dapat
ditingkatkan melalui program-program pelatihan dan pendidikan yang
tepat, serta kegiatan pengembangan yang efektif. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu proses pembelajaran dalam penyuluhan akan
mendukung peningkatan kompetensi kewirausahaan pelaku usaha.
11
menampung Tuntutan persaingan di pasar yang berasal dari para pemasok,
pembeli. ancaman dari pendatang baru, produk pengganti, dan tantangan yang
gencar dari para pesaing.
Menurut strategi ini, perusahaan harus mencari pasar yang kuat dengan
biaya yang rendah yang harus menjadi senjata utama dalam persaingan. Oleh
sebab itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori "Design School, perusahaan
harus mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan ancaman
eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman kepada
pilihan alternatif dari grand strategy, kemudian didukung dengan
menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari
pengelolalaan sumber daya perusahaan. Kompetensi itu diciptakan melalui
strategi generik milik Porter, seperti strategi biaya rendah, diferensiasi dan
fokus seria didukung oleh nilai-nilai budaya yang relevan.
Menurut Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi pening
yang semakin kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat
menggunakan teori strategi berbasis sumber daya (resource based strategy
Teori ini dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika
berada dalam situasi eksternal yang bergejolak, misalnya dalam keadaan krisis
ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia seperti sekarang, hteori ini
mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, tidak
transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing, dan memberi daya saing
jangka panjang yang melebihi tuntutan-tuntutan masa kini di pasar dan kebal
terhadap resesi. Menurut teori ini, sumber daya perusahaan berupa tanah,
teknologi, tenaga kerja (termasuk kapabilitas dan pengetahuan), modal, dan
kebiasaan rutin dapat dikelola secara khusus untuk memperoleh keuntungan
yang terus-menerus dari persaingan. Oleh sebab itu, menurut resource based
theory, yang dikutip olch Schoemaker (1980), pusat perhatian perumahan
dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk mencari keuntungan besar
yang dikemukakan Porter (1985) merupakan strategi jangka pendek dan statis,
sedangkan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan (Albert Wijaya, 1993:47). Untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan, maka perusahaan harus berusaha
mencari dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang
mungkin belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi
peluang produktif yang unik, di antaranya melalui pencarian ide-ide baru atau
wawasan manajemen yang lebih luas secara terus-menerus. Menurut teori ini,
perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber daya yang
lebih baik, yaitu melalui hal-hal berikut.
1. Pola organisasi dan administrasi yang baik.
2. Perpaduan aset fisik yang "berwujud" seperti sumber daya mana alam
serta aset "takberwujud seperti kebiasaan berpikir kreatif (P 1985) dan
keterampilan manajerial.
12
3. Budaya perusahaan.
4. Proses kerja dan penyesuaian yang segera atas tuntutan baru.
13
Sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi
a.Sumber daya finansial
b. Sumber daya fisik:
c.Sumber daya manusia;
d. Sumber daya teknologi:
e.Sumber daya reputasi organisasi (reputation organizational resources).
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kompetensi kewirausahaan adalah karakteristik individu yang
termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha dapat mencapai dan
mempertahankan kesuksesan bisnisnya. Adapaun tujuan kompetensi
kewirausahaan untuk perluasan usaha, penggunaan kompetensi dalam
manajemen usaha dan mengikuti perubahan yang terjadi saat ini
Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kompetensi yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan
dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Mungkin kita
pernah mendengar bahwa keluarga yang kaya akan memunculkan anak-anak
yang kaya karena mereka terbiasa kaya. Begitu pula ada yang menganggap
bahwa seseorang menjadi pengusaha karena memang bapak ibunya, kakek-
neneknya, dan sebagian besar keluarganya adalah keturunan pengusaha.
Anggapan seperti ini menurut hemat penulis merupakan pemikiran yang
keliru.
Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak azasi
semua kita. Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan
pengusaha sehingga menutup peluang untuk menjadi wirausaha. Langkah
awal yang kita lakukan apabila berminat terjun ke dunia wirausaha adalah
menumbuhkan jiwa kewirausahaan di diri kita.
Handerson, Sarah dan Stephan (2007) menyatakan bahwa salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi kewirausahaan adalah
sumberdaya manusia. Upaya meningkatkan sumber daya manusia terkait
kompetensi kewirausahaan dapat ditempuh melalui kegiatan penyuluhan.
Asngari (2003) menyatakan bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik
orang dengan tujuan mengubah perilaku sesuai dengan yang
direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern
3.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian makaimplikasi praktis yang dapat
disarankan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kompetensi kewirausahaan
harus dimiliki seorang wirausaha dan ditingkatkan karena terbukti mampu
mendorong kesuksesan bisnis, kompetensi tersebut meliputi kemampuan
mengendalikan resiko, mencari dan menganalisa informasi, kemampuan
berkomunikasi, dinamis, membangun jaringan sosial, memiliki jiwa
leadership, kemampuan bernegoisasi, Kemampuan menyelesaikan masalah
dan bertanggung jawab.
15
DAFTAR PUSTAKA
16