Disusun:
Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Blang Pidie
Oleh :
Khairun Nisa
Oleh
Khairun Nisa
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi dan Rasul, Sang Revolusioner sejati, yakni Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju kehidupan
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Peran HMI,
Memperkuat Nilai Kebangsaan Dan Tekan Radikalisme” ini untuk memenuhi
syarat mengikuti Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Cabang Blang Pidie.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kanda-kanda, ayunda-
ayunda, dan kawan-kawan yang telah memberikan dukungan moril dan materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran, koreksi, dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan dari kawan-kawan.
Meskipun makalah ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti
Intermediate Training (LK II), semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah
wawasan kita tentang peran kita sebagai kader HMI dalam mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Sigli,30 Oktober 2021
Penulis
Khairun Nisa
i
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Nilai Kebangsaan ........................................................................................... 3
2.2 Konsep Radikal .............................................................................................. 5
2.3 Peran Hmi Dalam Menekan Radikalisme ...................................................... 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang diajarkan secara terstruktur di dalam maupun di luar kampus. Namun, jika
tidak diperhatikan dengan serius, organisasi- organisai yang berkembang bisa saja
juga ikut disusupi paham-paham radikal dan menjadi senjata ampuh dalam
penyebaran paham-paham radikal (Abdullah, 2019).
Dari uraian serta data-data di atas, maka makalah ini akan memfokuskan
pada tema Revitalisasi Peran HMI, Memperkuat Nilai Kebangsaan Dan
Tekan Radikalisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud nilai kebangsaan ?
2. Bagaimana menekan radikalisme ?
3. Bagaimana peran hmi dalam menekan radikalisme ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui nilai kebangsaan.
2. Untuk mengetahui menekan radikalisme.
3. Untuk mengetahui relevansi peran hmi dalam menekan radikalisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab memiliki arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai moral-moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu
hal sebagaimana mestinya.
3. Nilai Persatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus
mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman
yang dimiliki bangsa Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah
mufakat melaluilembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung
makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat
Indonesia yang Adil dan Makmur secara lahiriah ataupun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya
abstrak dan normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat
bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai
instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan lainnya(Mansyur, 2015).
4
2.2 Konsep Radikal
Radikalisme berasal dari bahasa Latin “radix” yang artinya akar, pangkal,
bagian bawah, atau bisa juga berarti menyeluruh, habis-habisan dan amat keras
untuk menuntut perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
radikalisme berarti (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik; (2) paham
atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik
dengan cara kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam aliran politik
(Depdiknas, 2008).
Sementara Sartono Kartodirdjo mengungkapkan radikalisme sebagai
sebuah “gerakan sosial yang berfungsi menolak secara menyeluruh tertib sosial
yang sedang berlangsung yang ditandai oleh kejengkelan moral kuat dalam
menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan
berkuasa” (Junanto, 2013). Dengan demikian, radikalisme merupakan bagian dari
gejala umum yang terjadi dalam sebuah masyarakat dengan motif yang beragam,
baik sosial, politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan-tindakan
kekerasan, ekstrim, serta anarkis sebagai perwujudan dari penolakan terhadap
gejala yang dihadapi.
Selain istilah radikal, sebutan lain yang dipakai untuk melabeli sebuah
gerakan yang cenderung anarkis ini yakni fundamentalis, Ekstrim, dan militan.
Keempat istilah tersebut pada dasarnya diarahkan pada seseorang atau sekelompok
orang dengan nada peyoratif, menghukum, menyudutkan, dan merendahkan
akibat perbuatannya yang radikal, eksklusif, tertutup, merasa benar sendiri, dan
absolut dalam menghadapi masalah tertentu. Sebab karena itu, jiksa ada kelompok
yang dijudge radikal, fundamentalis, ekstrim, atau militant, maka masyarakat pada
umumnya akan segera menjauhi atau mengucilkan. Pun, jika ditemukan kelompok
masyarakat yang memperlihatkan pola tingkah laku atau pandangan yang ganjil
dan aneh, yang kurang sesuai dengan perilaku masyarakat pada umumnya, maka
kelompok tersebut akan segera dicap radikal, fundamentalis, Ekstrim , atau
militant (Buchor, 1986: 59).
Persentuhan kalangan mahasiswa dengan radikalisme Islam tentu bukan
sesuatu yang muncul sendiri di tengah-tengah kampus. Radikalisme itu muncul
5
karena adanya proses komunikasi dengan jaringan- jaringan radikal di luar
kampus. Dengan demikian, gerakan-gerakan radikal yang selama ini telah ada
mencoba membuat metamorfosa dengan merekrut mahasiswa, sebagai kalangan
terdidik yang pastinya juga mempengaruhi masyarakat. Sesungguhnya,
kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran kelompok fundamentalisme dalam
Islam terdapat dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal
Dalam tataran internal gerakan fundamentalisme muncul karena adanya
legitimasi teks keagamaan. Kelempok tertentu dalam melakukan tindakan
“perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks secara formalitas (baik
teks keagamaan maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. Kasus
gerakan “ekstrimisme Islam” yang merebak hampir di penjuru kawasan
negara- negara mayoritas Islam (termasuk Indonesia) juga menggunakan teks-
teks keIslaman (Al-Quran, hadits dan classical sources “kitab kuning”) sebagai
basis legitimasi teologis, karena memang teks tersebut secara tekstual ada yang
mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme ini (Al-Qurtuby,
2009: 49), seperti ayat-ayat yang menunjukkan perintah untuk berperang seperti;
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan
oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama
Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai
mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan
tunduk”(Q.S. Attaubah: 29).
Menurut gerakan kaum radikal, hal ini sebagai pelopor bentuk upaya
tindak kekerasan dengan dalih menjalankan syari’at, bentuk memerangi
kepada setiap orang yang tidak beriman kepada Allah dan lainnya. Tidak sebatas
itu, kelompok fundamentalis dengan bentuk radikal juga acap kali menafsirkan
teks-teks keIslaman menurut “cita rasa” mereka sendiri tanpa mempertimbangkan
kontekstualisasi dan aspek historisitas dari teks tersebut, dampaknya banyak fatwa
yang berlawanan dengan hak- hak kemanusiaan yang Universal dan bertentangan
dengan emansipatoris Islam sebagai agama pembebas manusia dari sebuah
6
belenggu hegemoni. Teks-teks keIslaman yang sering kali di tafsirkan secara bias
itu adalah tentang perbudakan, status non-muslim dan bagaimana eksistensi
perempuan.
2. Faktor eksternal
7
toleransi, dan kasih sayang. Dalam Islam misalnya, dilarang keras untuk bersikap
ekstrim (ghuluuw), menindas (djalim), sewenang-wenang dan melampaui batas.
Sebaliknya Islam mengajak kepada umatnya untuk berlaku santun, toleransi, saling
memaafkan, dan kasih sayang. Bahkan di antara agama-agama samawi yang ada,
ajaran Islam merupakan jalan tengah (Al-Qurtuby, 2009).
2.3 Peran Hmi Dalam Menekan Radikalisme
8
organisasi. Lebih dari itu, HMImerupakan sirkuit Isu, pemikiran, dan kepentingan
dari berbagai kekuatan di luar kampus. Sirkulasi Isu, pemikiran, dan kepentingan
tersebut diduga memiliki kontribusi yang sangat besar.
Dalam perkembangannaya ada beberapa strategi yang dilakukan
organisasi mahasiswa Muslim kampus dalam kaitannya menangkal radikalisme
di kalngan mahasiswa, diantaranya :
1. Secara interal
9
lain untuk bersama mengembangkan misi menciptakan perdamaian
dan persaudaraan terutama di kalangan para pemeluk agama.
Pendidikan ini tentunya sesuai dengan misi agama Islam yaitu
rahmatan li al-‘alamin, menebarkan berkah bagi seluruh masyarakat.
Hasilnya tentu dapat meredam ketegangan-ketegangan yang seringkali
muncul karena kesalah pahaman.
2. Secara eksternal
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai kebangsaan vital diperlukan sebagai basic guidelines untuk
memahami mau dibawa kemana bangsa ini. Pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi mempunyai peran penting dalam hal ini, yaitu sebagai
leading sector untuk merumuskan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Radikalisme sebagai sebuah gerakan sosial yang berfungsi menolak secara
menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung yang ditandai oleh kejengkelan
moral kuat dalam menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-
hak istimewa dan berkuasa.
HMI memiliki status sebagai organisasi terbesar dan terkuat di Indonesia,
Ditambah memiliki peran de jure sebagai organisasi perjuangan menurut
Anggaran Dasar-nya, HMI menjadi organisasi mahasiswa yang harus mengambil
porsi besar dalam upaya menekan potensi radikalisme.
Upaya menekan potensi radikalisme tersebut, dapat dilakukan HMI dengan cara
memperkuat nilai kebangsaan di kalangan mahasiswa. Namun sebelum masuk ke
dalam tahap itu, HMI terlebih dahulu harus mempersiapkan diri agar lebih kuat
sebab radikalisme juga sangat kuat dalam mengejewantahkan pengaruhnya.
Persiapan HMI yang dimaksud, adalah merevitalisasi peran HMI sebagai
organisasi perjuangan. Jika HMI secara lembaga, kemudian diikuti oleh seluruh
kadernya yang tersebar di seluruh Indonesia, maka perjuangan HMI dalam
memperkuat nilai kebangsaan mahasiswa dan menekan radikalisme akan semakin
terstruktur, sistematis, dan massif.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), adalah salah satu diantara banyak
organisasi kemahasiswaan yang sangat berkomitmen menjadikan perjuangan
sebagai basis gerakannya. Komitmen tersebut ditunjukkan HMI dengan
menjadikan perjuangan sebagai peran organisasi dalam Anggaran Dasar.
11
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Khairun Nisa
Tempat/Tanggal Lahir : Teubeng Tanjong, 28 April 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Teubeng Tanjong Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
HandPhone/WA : 0853 6266 7468
Sosial Media : IG ; khai_nis4
Email : nisa.rj2804@gmail.com
Masuk HMI : 2018
II. DATA TENTANG ORGANISASI
A. Pengalaman Organisasi di HMI
1. Jabatan Ketua Kohati Komisariat.
B. Pengalaman Organisasi Diluar HMI
1. Jabatan Sekretaris Komisi Legislasi Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Universitas Jabal
Ghafur.
2. Jabatan Wakil Bendahara Umum FORMASI Pidie.
III. DATA TENTANG KE ILMUAN
A. Forum Ilmiah yang PernahDiikuti
1. LKK Cabang Lhaokseumawe.
2. Pelatihan karya ilmiah Universitas Jabal Ghafur.
KHAIRUN NISA