Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketika berbicara Good Governance maka sering digunakan sebagai standar

sistem good local governance di katakan baik dalam menjalankan sistem

disentralisasi dan sebagai parameter yang lain untuk mengamati praktek demokrasi

dalam suatu Negara para pemegang jabatan publik harus dapat mempertanggung

jawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik secara pribadi maupun secara

publik. Seorang Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, anggota DPR dan MPR dan

pejabat politik lainya harus menjelaskan kepada public mengapa memilih kebijakan

X, bukan kebijakan Y, mengapa memilih kenaikan pajak ketimbang melakukan

efisiensi dalam pemerintahan, sekali lagi apa yang di lakukan pejabat oleh pejabat

publik harus terbuka dan tidak ada yang ditutup untuk di pertanyakan oleh publik.

Tidak hanya itu apa yang dilakukan oleh keluarganya, sanak saudara dan bahkan

teman dekatnya sendiri sering dikaitkan dan diletakan pada posisi pejabat publik,

mengapa demikian? Alasan sebenarnya sederhana saja, karena pejabat tersebut

mendapat amanah dari masyarakat maka dia harus dapat memegang amanah tersebut.

Konsep Good Governance pertama kali diperkenalkan oleh UNDP (United Nation

Development Program 1997), sebab munculnya konsep ini disebabkan oleh tidak

terjadinya akuntabilitas, transparansi. Artinya banyak Negara di dunia ketika diberi

bantuan dana banyak yang tidak tepat sasaran, sehingga Negara maju enggan
2

memberikan bantuan dana terhadap Negara lain .

Terkait dengan konsep Good Governance, dalam prakteknya aparatur

Pemerintaahan di tuntut untuk dapat mempertanggung jawabkan atas kewenangan

yang di embannya. Dalam hal ini mempertanggung jawabkan kewenangannya inilah

aparat pemerintah di tuntut untuk menjalankan asas-asas akuntabilitas kinerja. Sesuai

dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja

adalah “Perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung

jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai

tujuan dan sasaran yang telah di tetapkan”.Namun berdasarkan observasi yang di

lakukan penulis, ternyata masih cukup banyak kenyataan yang kurang sesuai dengan

prinsip-prinsip good governance yaitu masih rendahnya etos kerja pegawai. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya pegawai yang tidak tepat waktu saat masuk

kantor, menunda pelaksanaan tugas kantor, bermain sosial media pada saat jam kerja

dan keluar kantor tanpa keterangan pada saat jam kerja, serta pulang lebih awal

sebelum jam pulang kantor. Akuntabilitas kerja dilaksanakan melalui alat

pertanggung jawaban secara periodik. Karena Dinas Perhubungan merupakan aktor

utama dalam menjalankan urusan Pemeritahan di bidang Perhubungan. Oleh karena

itu, menjadi kewajiban seseorang/instansi atau pimpinan suatu organisasi untuk

mempertanggung jawabkan dan menjelaskan kinerja atau tindakannya kepada pihak-

pihak yang mempunyai hak untuk meminta jawaban serta penjelasan atas hasil

seluruh tindakannya. Sesuai dengan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, baik Dinas Perhubungan maupun Satuan Polisi Lalu
3

Lintas masing-masing melaksanakan penertiban sesuai kewenangannya.  Dinas

Perhubungan (angkutan penumpang dan barang) memiliki kewenangan untuk

merazia kelengkapan Buku Kir/Uji dan masa uji. Pengujian Kendaraan Bermotor

dilaksanakan secara berkala setiap 6 bulan sekali serta masa berlaku Ijin Trayek.

Selain itu pertanggung jawaban harus diberikan kepada pemberi dukungan financial,

dalam hal ini bisa pemerintah di tingkat yang lebih tinggi atau pusat, kelompok

pengusaha di daerah, maupun pembayar pajak dan retribusi. Selain dituntut untuk

menjalankan akuntabilitas secara internal seperti dijabarkan di atas, seorang pegawai

di wajibkan untuk mempertanggungjawabkan kewenanganya secara eksternal. Di

mana akuntabilitas eksternal ini di berikan kepada masyarakat daerah sebagai pihak

yang di kenai dan sering kali menjadi korban dalam implementasi kebijakan atau

kewenangan yang di jalankan seorang pegawai. Untuk mewujudkan akuntabilitas

eksternal seorang pemimpin harus membuat laporan publik yang di publikasikan

melalui media massa sehingga bisa dengan mudah di akses oleh warga masyarakat.

Dari sini dapat di lihat bahwa tujuannya dibuatnya sistem akuntabilitas adalah

untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan sebagai

salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya. Hal ini

secara langsung dapat mendukung terbentuknya kinerja pegawai yang akuntabel,

efisien, efektif, responsif sehingga dapat terciptanya tata pemerintahan yang baik

yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai pihak yang menerima

pelayanan publik. Kaitannya dengan penilaian terhadap kinerja sebuah organisasi

pada bidang peningkatan mutu organisasi agar tercipta Good Governance yang harus
4

di arahkan pada penerapan mekanisme pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan

sah. Penerapan pencapaian Good Governance yang berlandaskan pada Undang-

Undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih bebas dari

KKN yang aturan pelaksanaanya di dasarkan pada INPRES No. 7 Tahun 1999,

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (AKIP), instansi pemerintahan

harus mengembangkan mekanismenya secara bertanggung jawab yang tepat, jelas,

dan terukur dengan mengacu pada rencana jangka panjang. Salah satu aspek yang

banyak dicermati oleh masyarakat adalah yang berhubungan dengan masalah

pelayanan publik. Pelayanan publik menjadi salah satu yang banyak mendapatkan

kritikan dan sorotan dari masyarakat karena selama ini mulai dari orde baru, bahkan

sampai sekarangpun telah merasa diabaikan kepentingannya oleh birokrasi. Dengan

kata lain selama itu pelayanan publik tidak pernah baik. Seperti yang kita ketahui

selama ini, bahwa kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan sangatlah buruk,

dimana banyak sekali anggaran yang diselewengkan oleh para oknum pejabat untuk

kepentingan pribadi dan golongan, dalam tubuh birokrasi kita. Struktur organisasi

Pemerintahan daerah yang dibangun secara hirarki fungsional yang digerakan oleh

peraturan-peraturan yang kaku sering kali tidak menciptakan iklim yang kondusif

bagi peningkatan kinerja organisasi dalam pemberian pelayanan publik.

Oleh karena itu, semenjak dikeluarkanya Undang-Undang yang mengatur

tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah dituntut berusaha meningkatkan

pelayanan publik. Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan yang berkualitas terus meningkat dari waktu ke waktu. Tuntutan tersebut
5

semakin berkembang seiring dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga Negara

memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah daerah untuk dapat

memberikan pelayanan. Tantangan yang di hadapi dalam pelayanan publik adalah

bukan hanya menciptakan sebuah pelayanan yang efisien, namun bagaimana

pelayanan juga dapat di lakukan dengan tanpa membeda-bedakan status dari

masyarakat yang dilayani atau dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan

yang cepat dan adil untuk semua tingkatan masyarakat sihingga Pengaruh

Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Publik dapat berjalan dengan

baik.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakan manusia untuk

memecahkannya. Masalah sering pula diartikan sebagai kewajiban atau keadaan yang

menimbulkan pertanyaan dalam hati tentang kedudukannya, kita tidak puas dengan

melihatnya saja melainkan kita ingin mengetahuinya lebih dalam.

Berdasarkan konsep-konsep tentang masalah di atas, maka dapatlah di tarik

suatu kesimpulan bahwa mencapai suatu tujuan banyak rintangan-rintangan yang

harus dilalui, rintangan tersebut dirasakan sebagai masalah yang menuntut suatu

pemecahan atau penyelesaian yang tuntas. Dengan latar belakang serta permasalahan

yang telah dikemukakan di atas maka dapat di rumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut : Apakah pelaksanaan good governance terhadap pelayanan

publik di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur berjalan


6

dengan baik ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan tertentu yang terdiri dari beberapa tahap dan

saling berhubungan antara suatu masalah dengan masalah lainya. Cara yang paling

efektif untuk memcahkan suatu masalah secara ilmiah adalah dengan melakukan

penelitian terhadap masalah atau gejala yang timbul dari masalah tersebut . Sudah

menjadi ketentuan umum bahwa setiap kegiatan atau penelitian yang dilakukan oleh

seseorang pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin di capai, tanpa adanya tujuan

adalah mustahil penelitian tersebut dilakukan. Begitu pula halnya dengan penelitian

ini:

1. Untuk menjelaskan pengaruh Good Governance terhadap pelayanan publik di

Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur?

2. Untuk mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Tata Pemerintahan Yang Baik/ Good

Governance di Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur?

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan sudah pasti di harapkan dapat

memberikan manfaat atau kegunaan bagi si peneliti itu sendiri maupun bagi pihak

lain yang memerlukannya, adapun kegunaanya antara lain

1. Bagi Penulis : Penelitian bermanfaat untuk menambah pengetahuan


7

danPengalaman dalam menerapkan di lapangan.

2. Bagi Dinas Perhubungan : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan untuk pengembangan Good Governance dan

Pelayanan Publik.

Anda mungkin juga menyukai