Anda di halaman 1dari 51

29

Tugas Makalah......

KEGIATAN PENGEMBANGAN PERENCANAAN


WILAYAH PERTAMBANGAN BERKELANJUTAN

OLEH:
MUSFIRA
F1B2 13 057

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

29

KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kekhodirat Allah Subhanahu Wataala, atas


Limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, sebagai suri tauladan bagi umat
manusia. Makalah ini berjudul Kegiatan Pengembangan Perencanaan
Wilayah Pertambagan Yang Berkelanjutan merupakan makalah yang disusun
secara seksama sebagai tugas dalam matakuliah Pengembangan Wilayah.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan lebih
detail mengenai wilayah pertambagan berkelanjutan, sehingga dapat menjadi
acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengembangan wilayah.
Melalui pengantar makalah ini, tak lupa penulis menghaturkan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis atas segala dukungan dan
doa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya semata. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang positif sangat diperlukan untuk perbaikan
makalah ini.
Kendari, 4 Januari 2016

Musfira

ii

DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Maksud dan tujuan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertambagan...........................................................................3
2.1.1 Karakteristik Pertambangan...........................................................4
2.1.2 Pergeseran Paradigma....................................................................4
2.1.3 Pendekatan Kemitraan....................................................................6
2.2 Pengertian Pertambangan Berkelanjutan..................................................9
2.2.1 Prinsip Pengelolaan Pertambangan Berkelanjutan.........................9
2.2.2 Manfaat Pertambangan Berkelanjutan...........................................10
2.3 Kegiatan Pengembangan Pertambangan Berkelanjutan...........................11
2.3.1 Dampak Dari Kegiatan Pertambangan...........................................13
2.3.1.1 Kebutuhan Sosial...............................................................14
2.3.1.2 Kebutuhan Lingkungan.....................................................15
2.3.2 Konsep pertambangan rakyat dalam kerangka pengelolaan
sumber daya tambang yang berkelanjutan.....................................16
2.4 Konsep Berkelanjutan Pada Industri Pertambangan................................20
2.4.1 Tema berkelanjutan dalam industri pertambangan merupakan
turunan dari konsep........................................................................21
2.4.2 Pertambangan Berklelanjutan Di Indonesia...................................24

2.4.2.1 Pertambangan dan Kelanjutan Lingkungan................26

iii

2.4.2.2 Pertambangan dan Kelanjutan Ekonomi.....................27


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan sangat berpengaruh pada lingkungan alam dan komunitas
lokal. Keuntungan secara ekonomi biasanya akan datang seiring dengan biaya
untuk kepeningan lokal dan biaya lingkungan di sekitar area pertambangan.
Keseimbangan ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi pokok pembicaraan
dalam pembangunan berkelanjutan di pertambangan. Para ahli tertarik di bidang
ini karena banyak aktivitas pertambangan yang tidak berkelanjutan dan membuat
kerusakan secara sosial maupun lingkungan
Pertambahan penduduk yang cepat mempunyai implikasi pada berbagai
bidang. Bertambahnya penduduk yang cepat ini mengakibatkan tekanan pada
sektor penyediaan fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung dari
sektor pertanian. Maka untuk perluasan kesempatan kerja, sektor industri perlu
ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas.peningkatan secara bertahap di
berbagai bidang industri akan menyebabkan secara berangsur-angsur tidak akan

iv

lagitergantung kepada hasil prodiksi luar negeri dalam memenuhi kebutuhan


hidup.
Paradigma pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh pemerintah Indonesia
memandang segala kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia sebagai
modal untuk menambah pendapatan negara. Sayangnya, hal ini dilakukan secara
eksploitatif dan dalam skalayang masif Sampai saat ini, tidak kurang dari 30%
wilayah daratan Indonesia sudah dialokasikan bagi operasi pertambangan, yang
meliputi baik pertambangan mineral, batubara maupun pertambangan minyak dan
gas bumi. Tidak jarang wilayah-wilayah konsesi pertambangan tersebut tumpang
tindih dengan wilayah hutan yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga
wilayah-wilayah hidup masyarakat adat.
Sumber daya mineral seperti timbah putih, emas, nikel, tembaga, mangan,
air raksa, besi dan Iain-lain merupakan sumber daya alam yang tak terbaharui atau
nonrenewable resource, artinya sekali bahan galian ini dikeruk, maka tidak akan
dapat pulih atau kembali ke keadaan semula. Oleh karenanya, pemanfaatan
sumberdaya mineral ini haruslah dilakukan secara bijaksana dan haruslah
dipandang

sebagai

aset

alam

sehingga

pengelolaannyapun

harus

juga

mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang. Perkembangan


pertambangan di Indonesia dalam 25 tahun terakhir mengalami peningkatan
begitu pesat, meskipun tradisi pertambangan masih baru tumbuh dan belum
berakar di masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan yang matang
pada setiap pembangunan industri agar dapat diperhitungkan sebelumnya segala
pengaru aktifitas pembangunan industri tersebut terhadap lingkungan yang lebih
luas.
Semua latar belakang masalah dari kurangnya materi pembelajaran tentang
pertambangan dan sebagai pemahaman bagi kami tentang manfaat pertambangan.
Dengan ini akan menerangkan sedikitnya tentang pertambangan dan makalah
tentang pertambangan yang telah di buat bisa bermanfaat bagi kita.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut, yaitu:
iv

1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pertambangan?


2. Bagaimana Pengertian tentang Pertambagan Berkelanjutan?
3. Apa saja Kegiatan Pertambagan Berkelanjutan?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunaan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tentang pengertian pertambagana
2. Dapat mengetahui tentang maksud dari pertambagana berkelanjutan
3. Dapat mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja dalam pertambagan
berkelanjutan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas). Definisi Tambang adalah sebagai berikut:
a) Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan
cara hancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
b) Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang
dimiliki orang kaya dan hanya menguntungan orang kaya.
c) Pertambangan adalah lubang besar yang menganga dan digali oleh para
pembohong (Mark Twian)
d) Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang
menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara
gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar
untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil,
sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang

iv

investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di


Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk
mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan,

UU

No.

11/1967

tentang

Pokok-pokok

Pengusahaan

Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola


Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK,
investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam
bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan
atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil.
Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor.

2.1.1 Karakteristik Pertambangan


Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (tidak dapat
diperbarui), mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya
mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi
dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Karena sifatnya yang
tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari (cadangan
terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah
dengan adanya penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi)
yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko
teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang
berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut
berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha
yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi
menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.

iv

2.1.2 Pergeseran Paradigma


Dasar kebijakan publik di bidang pertambangan adalah UUD 1945 pasal
33 ayat 3 yang menyatakan bahwa: bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat.
Dalam era desentralisasi saat ini maka kegiatan pertambangan tidak
terpisahkan lagi dengan pengambilan kebijakan di tingkat daerah sehingga:
1) Pemerintah pusat hendaknya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan yang melibatkan sebanyak
mungkin peran serta masyarakat local.
2) Apabila risikonya tidak besar serta teknologinya dikuasai dan permasalahannya
hanya modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:

iv

sebagian pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang


sudah memberikan keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan
tersebut dapat digunakan untuk eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor

pertambangan lainnya.
Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola kekayaan
mineral di daerah tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan

prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ketiga, aspek lingkungan baik fisik maupun sosial harus dipertimbangkan
dalam setiap kontrak pertambangan dan pengusaha pertambangan harus

menyediakan biaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.


3) Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks suatu tindakan dikatakan bermanfaat
apabila golongan yang memperoleh manfaat dari usahanya dapat memberi
kompensasi bagi golongan yang menderita kerugian akibat usaha tersebut
sehingga posisi golongan kedua tersebut paling jelek sama seperti sebelum
adanya usaha tersebut dan golongan pertama masih untung. Golongan kedua
tersebut dapat berupa alam maupun masyarakat. Jadi, tidak adil bila ada suatu
usaha yang kemudian menyebabkan lingkungan menjadi lebih rusak atau
masyarakat menjadi lebih menderita dibandingkan keadaan sebelum adanya
usaha tersebut.
Peran pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam penanganan
dampak lingkungan pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di tataran
lokal akan menjadi semakin signifikan.
4) sumberdaya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan energi
dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang harus
dipatuhi adalah tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat
memanfaatkan sebanyak-banyakinya sumber daya alam yang terkandung di
bumi Indonesia, konsep eko-efisiensi harus menjadi acuan utama yaitu
memanfaatkan sebanyak-banyaknya dan membuang atau memboroskan
sesedikit mungkin yang juga berarti meminimumkan limbah. Dapat
disimpulkan bahwa eko-efisiensi sekaligus akan meningkatkan efisiensi

5) ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan perlu diperhitungkan dalam setiap


aktifitas pertambangan.

2.1.3 Pendekatan Kemitraan

Tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia

termasuk sektor pertambangan harus dihadapi bersama melalui pendekatan


kemitraan (partnership) yang berdasarkan hubungan yang fair dan
equitable, artinya pemerataan tanggung jawab dan tugas.

Sebagai suatu contoh nyata dalam sektor pertambangan

adalah kemitraan dalam menentukan reklamasi lokasi tambang. Dalam


menangani reklamasi ini maka perlu dipikirkan kebutuhan dari masyarakat
sekitar lokasi tambang, sehingga masyarakat sekitar dapat berdiri sendiri
dan tidak selalu bergantung dengan perkembangan ekonomi yang
disebabkan oleh operasi tambang. Untuk itu dalam masalah reklamasi ini
maka Departemen Energi & Sumberdaya Mineral, Departemen Kehutanan
dan perusahaan harus berkonsultasi dengan masyarakat sekitar untuk
menentukan reklamasi yang terbaik.

Apabila dilihat dari masalah pemerataan, maka kemitraan

ini perlu dikonsultasikan dengan masyarakat sekitar oleh pemda. Hal ini
untuk menghindari adanya rasa dirugikan setelah penambangan berjalan.
Pemerintah Daerah perlu mengantisipasi masalah ini sebab jangan sampai
perusahaan pertambangan merasa bahwa Pemerintah Daerah tidak
melakukan upaya untuk pembangunan didaerah lokasi pertambangan.
Perlu juga diperjelas mengenai hak-hak dan kewajiban dari masyarakat
setempat, terutama yang berhubungan dengan masalah hukum adat.
Karena keragaman dari masyarakat adat di Indonesia, maka perlu dikaji
kembali melalui studi yang intensif tentang struktur masyarakat adat. Hal
ini perlu dilakukan untuk menghindari rasa tidak percaya dari masingmasing stakeholders.

Jika kita membuka kamus, maka kita akan mendapatkan

berbagai definisi tentang pertambangan. Namun amat sedikit dari definisi


tersebut yang mendekati makna empirik dari kegiatan pertambangan.
Untuk itu saya akan memberikan definisi menurut apa yang saya temui
dan lihat dengan mata kepala saya sendiri.

Definisi ini saya simpulkan dari hasil perjalanan saya ke beberapa daerah
pertambangan di Indonesia dan beberapa negara.

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah

mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan


berkelanjutan, yang meliputi :

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci


Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
Persiapan produksi (development, construction)
Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan (mineral dressing)
Pemurnian / metalurgi ekstraksi
Pemasaran
Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara

teori dan praktik hal-hal yang berkaitan dengan industri pertambangan


berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik dan benar (good
mining practice).

Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong

menjadi 3 jenis, yakni:

Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis),

Golongan B (bahan vital), dan

Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital).

Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi

pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara


dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah,
contohnya minyak, uranium dan plutonium. Sementara, Bahan Golongan

B dapat menjamin hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi
dan tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap
langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam,
pasir, marmer, batu kapur dan asbes.

Teknik

Pertambangan

adalah

suatu

disiplin

ilmu

keteknikan/rekayasa yang mempelajari tentang bahan galian/sumberdaya


mineral, minyak, gas bumi, dan batubara mulai dari penyelidikan umum
(propeksi), eksplorasi, penambangan (eksploitasi), pengolahan, pemurnian,
pengangkutan, sampai ke pemasaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia.

Kerekayasaan

dalam

Teknik

Pertambangan

mencakup

perancangan, eksplorasi (menemukan dan menganalisis kelayakan


tambang), metode eksploitasi, Teknik Pertambangan (menentukan teknik
penggalian, perencanaan dan pengontrolannya) dan pengolahan bahan
tambang yang berwawasan lingkungan. Dalam Teknik Pertambangan,
pendidikan ditekankan pada kemampuan analisis maupun praktis (terapan)
untuk tujuan penelitian maupun aplikasi praktis.

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya

pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan


bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu

pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan,


yang meliputi :

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci

Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)

Persiapan produksi (development, construction)

Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan

praktek hal-hal yang berkaitan dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip


praktek pertambangan yang baik dan benar (good mining practice).

2.2 Penegrtian Pertambagan Berkelanjutan

Pertambangan berkelanjutan merupakan usaha pertambangan yang

menjaga dan mempertahankan kelestarian alam. Pertambangan berkelanjutan


dapat menjadi solusi bagi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat praktek
pertambangan konvensional. Kearifan lokal dalam pertambangan adalah
penggunaan teknik ekstraksi bahan-bahan tambang yang tidak merusak dan tidak
mencemari lingkungan.

Corpoorate social responsibility (CSR) menjadi salah satu

komponen penting bagi pengembangan pertambangan berkelanjutan. CSR


menjadi program yang menunjang masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk
membangun kerjasama usaha pertambangan yang dapat menjaga fungsi ekologi
bagi generasi penerus.

2.2.1 Prinsip Pengelolaan Pertambangan Berkelanjutan

International Council on Mining and Metals (2003) telah

menyusun sepuluh prinsip pengelolaan pertambangan berkelanjutan (sustainable


mining management) sebagai berikut:

implement and maintain ethical business practices and sound systems of


corporate governance; ( menerapkan dan merawat praktek bisnis beretika dan

perusahaan yang memimpin )


integrate sustainable development considerations within the corporate decisionmaking process; (menyatukan pembangunan berkelanjutan dalam pengambilan

keputusan)
uphold fundamental human rights and respect cultures, customs and values in
dealings with employees and others who are affected by our activities;
(menegakkan HAM dan menghargai budaya, adat dan nilai-nilai saat
menghadapi karyawan dan pihak lain yang terkena pengaruh oleh aktivitas
kita)

10

implement risk management strategies based on valid data and sound science;
(menerapkan strategi manajemen resiko berdasarkan data yang valid dan ilmu

pengetahuan)
seek continual improvement of our health and safety performance; (mencari
pengembangan yang berkelanjutan dari performa kesehatan dan keamanan

kita)
seek continual improvement of our environmental performance; (mencari

pengembangan yang berkelanjutan dari performa lingkungan kita)


contribute to conservation of biodiversity and integrated approaches to land use
planning; (berkonstribusi untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan

menyatukan paradigma lahan menggunakan perencanaan)


facilitate and encourage responsible product design, use, re-use, recycling and
disposal of our products; (memfasilitasi dan mendorong tanggung jawab
desain, penggunaan, penggunaan kembali, daur ulang dan pembuangan dari

produk kita)
contribute to the social, economic and institutional development of the
communities in which we operate;(berkonstribusi pada perkembangan institusi

sosial dan ekonomi dari masyarakat di tempat operasi kita)


implement effective and transparent engagement, communication and
independently verified reporting arrangements with our stakeholders
(menerapkan laporan yang transparan, komunikatif dan independent dengan
pemegang saham).

2.2.2

Manfaat pertambangan berkelanjutan

Adapun manfaat dari pertambagan berkelanjutan, yaitu

adalah sebagai berikut:

meningkatkan integrasi perusahaan dengan masyarakat sekitar


menghasilkan barang tambang yang bernilai tinggi dengan menjaga

kesinambungan
mengurangi pencemaran lingkungan yang berdampak pada masyarakat
sekitar

11

memberikan konstribusi nyata pada perlindungan lingkungan

2.3 Kegiatan Pengembangan Pertambangan

Pertambangan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pasca tambang. Pertambangan dalam arti yang lebih luas
termasuk tambang minyak, gas alam dan bahkan tambang air tanah.

Wilayah Indonesia dikenal memiliki potensi tambang yang

besar di dunia. Data pada akhir 2008 menunjukkan bahwa sumber daya
batubara mencapai 104.760 juta ton, emas sebesar 4.250 ton, tembaga
sebesar 68.960 ribu ton, timah sebesar 650.135 ton dan nikel sebesar 1.878
juta ton (ESDM, 2009). Penerimaan negara langsung dari subsektor
pertambangan umum pada tahun 2009 sekitar Rp51 triliun, yang terdiri
atas penerimaan Negara bukan pajak lebih kurang Rp15 triliun, dan
sisanya merupakan penerimaan negara pajak. Investasi pertambangan
tahun 2009 mencapai US$1,8 miliar atau naik sebesar 9,5% dari angka
tahun sebelumnya sebesar US$1,6 miliar (ESDM, 2009).

Sumberdaya mineral mempunyai implikasi yang sangat

luas dalam kehidupan masyarakat karena sumberdaya mineral merupakan


aset yang memberi harapan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu eksploitasi sumberdaya mineral merupakan kesempatan bagi
masyarakat. Dengan demikian industri pertambangan merupakan industri
alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan masyarakat
di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi
lain industri pertambangan juga merupakan industri yang menimbulkan
berbagai perubahan drastis terhadap lingkungan sehingga merupakan

11

ancaman terhadap kelestarian fungsi-fungsi lingkungan dan fungsi-fungsi


kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif sektor
pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-potensi
negatif

12

ini, sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan


kepentingan masyarakat (Agenda 21, 2001).

Kegiatan usaha pertambangan memiliki cirri-ciri, yaitu

non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih


tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik
maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan
komoditi ekonomi lain pada umumnya. Karena salah satu cirinya tidak
dapat diperbaharui maka pengusaha pertambangan selalu mencari proven
reserves (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan
produksi dan bertambah dengan adanya penemuan (Poerwanto, 2007).

Hotteling dalam Stiglitz (2007) menawarkan kerangka utuk

menentukan waktu paling tepat mengeluarkan sumber alam dari perut


bumi. Teori ini sebagai basis dari ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih
secara optimal. Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak
sumberdaya mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu.
Implementasi dari teori bagi pihak perusahaan pertambangan adalah untuk
mendapatkan produksi sumberdaya mineral secara optimal harus mampu
menentukan berbagai faktor produksi yang tepat dengan kendala waktu
dan stok (deposit). Sedangkan bagi pihak pemilik sumberdaya dalam hal
ini, negara harus bersikap mengabaikan terhadap sumberdaya mineral,
apakah akan mengekstrak sekarang atau pada masa yang akan datang. Jadi
sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan terhadap
eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak semata-mata berorientasi
ekonomi (economic oriented) tetapi juga harus mempertimbangkan secara
integral baik itu dampak lingkungan, sosial, kesiapan kelembagaan baik
pemerintah maupun masyarakat lokal.

Mengingat sifat tidak terbarukan yang terkandung dalam

sumberdaya mineral, maka eksploitasi sumberdaya mineral harus mampu


menciptakan prakondisi dan kemampuankemampuan agar masyarakat
dapat melanjutkan pembangunan setelah sumberdaya mineral habis di
eksploitasi. Proses untuk menciptakan prakondisi dan proses peningkatan

12

kemampuankemampuan masyarakat secara berkelanjutan inilah yang


dimaksud sebagai proses

13

transformasi sosial. Dengan kata lain, penerapan azas pembangunan


manusia berkelanjutan dalam eksploitasi sumberdaya mineral adalah untuk
menciptakan proses transformasi sosial secara berkelanjutan.

Ada berbagai macam resiko di bidang pertambangan yaitu

resiko geologi (eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian


penemuan cadangan (produksi), resiko teknologi yang berhubungan
dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan dengan
perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut
berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan
usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai
risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (rate of return)
yang lebih tinggi (Poerwanto, 2007).

2.3.1 Dampak Dari Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan memiliki sejumlah dampak penting

bagi lingkungan. Rencana kegiatan penambangan dan pengolahan hasil


yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkannya. Kegiatan
tambang terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi, produksi dan pasca
tambang:Sebagai negara penganut paham sumber daya alam untuk
kesejahteraan

rakyat,

Indonesia

cenderung

menggunakan

prinsip

pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah kekayaan sumberdaya alam


dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari dan
bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, pembangunan akan tetap
berlangsung dari generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya
dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki rasa bijak lingkungan yang
besar (Naiola, 1996). Usaha pertambangan mineral tidak hanya sekedar
pemenuhan keuntungan (aspek ekonomi) dari pengelolaan sumber daya
mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan sosial dan
lingkungan.

13

14

2.3.1.1 Kebutuhan Sosial

Dalam

konteks

industri

pertambangan,

misalnya

dengan

memberikan kesempatan berusaha dan mengembangkan usaha bagi masyarakat


kecil melalui pemberian pinjaman modal (peningkatan sumberdaya kapital),
penyediaan berbagai fasilitas yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok masyarakat miskin,
masyarakat di perdesaan, wanita dan anak-anak, ataupun kelompok masyarakat
lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan kemiskinan
dapat terealisasi. Intinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah hal yang
sangat penting untuk dilaksanakan dalam mencapai pembangunan yang
berkelanjutan.

Kecenderungan yang terjadi dalam pembangunan ekonomi adalah

tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan sumberdaya yang tidak memiliki


harga, seperti nilai-nilai intrinsik sumberdaya alam maupun beban sosial
masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya. Tidak adanya penilaian terhadap
sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan eksternalitas-eksternalitas tersendiri
(terutama eksternalitas negatif) yang sangat merugikan masyarakat secara
keseluruhan. Masyarakat harus menanggung beban/biaya sosial yang timbul
dalam setiap pemanfaatan sumberdaya tanpa sedikitpun diberi kompensasi.
Beban/biaya sosial terbesar yang harus ditanggung oleh masyarakat saat ini
maupun masyarakat dimasa yang akan datang adalah penurunan kualitas
kehidupan dan lingkungan, yang tentu saja dalam jangka panjang tidak menjamin
pengelolaan

sumberdaya

yang

berkelanjutan

(tujuan

ekosistem

dalam

pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai).

Penilaian terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan

(baik nilai ekstrinsik maupun intrinsiknya) sangat diperlukan untuk menghindari,


setidaknya mengurangi, eksternalitas. Jikalau eksternalitas telah terjadi, maka
upaya-upaya internalisasi berbagai dampak keluar (eksternalitas) harus dilakukan,

14

misalnya dengan bentuk-bentuk kompensasi. Dengan demikian, segala aktifitas


yang

15

ditunjukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun efisiensi


kapital (tujuan ekonomi) akan tetap memperhatikan pengelolaan yang
berkelanjutan.

Untuk

dapat

mengelola

sumberdaya

secara

berkelanjutan,

kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan


perlindungan

sumberdaya,

perlu

memperhitungkan

mereka

yang

masih

bergantung kepada sumberdaya tersebut, untuk mendukung kelangsungan


hidupnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, akan memberikan dampak yang buruk
terhadap kemiskinan dan mempengaruhi keberhasilan jangka panjang dalam
upaya konservasi sumberdaya dan lingkungan.

Selain itu, masalah hak kepemilikan merupakan faktor penentu

dalam pemanfaatan sumberdaya yang efisien, merata dan berkelanjutan.


Sumberdaya yang dimiliki oleh umum (tidak jelas hak kepemilikannya) telah
mengarah pada sumberdaya akses terbuka (open access), dimana dalam keadaan
ini, siapapun dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa sedikitpun
mempunyai insentif untuk memelihara kelestariannya. Pengukuhan hak-hak
kepemilikan akan memperjelas posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak
tersebut dapat mencapai kelestarian (upaya konservasi) dan mempertahankan apa
yang telah menjadi miliknya dari intervensi maupun ancaman dari pihak luar.

2.3.1.2 Kebutuhan Lingkungan

Pengelolaan limbah pertambangan mineral yang telah dilakukan

oleh perusahaan pertambangan masih belum mampu mengatasi terjadinya


degradasi kualitas lingkungan bio-fisik dan masalah social kemasyarakatan,
meskipun beberapa kegiatan pertambangan telah berorientasi pada industri bersih
yang berwawasan lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar pertambangan
dapat terjadi setiap saat, sehingga manajemen pengelolaan limbah yang efektif
menjadi indikator keberlanjutan usaha pertambangan mineral.

Sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan diharapkan

dapat mencegah dampak pencemaran terhadap daya dukung lingkungan,

15

perubahan perilaku sosial kemasyarakatan serta pertumbuhan sektor ekonomi


informal yang tidak terkendali. Untuk itu seyogyanya pengelolaan lingkungan
pertambangan

16

mineral dituangkan dalam suatu kebijakan yang sistematis dan terarah


secara berkelanjutan (Weimar & Vining 1989).

2.3.2

Konsep pertambangan rakyat dalam kerangka pengelolaan

sumber daya tambang yang berkelanjutan

Kegiatan masyarakat yang menambang dewasa ini belum dapat

dogolongkan sebagai suatu kegiatan Pertambangan Rakyat (PR) seperti yang


dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena belum
memenuhi ketentuan, baik aspek legal maupun aspek teknis yang mengacu kepada
konsep good mining practice. Kegiatan masyarakat yang sudah berlangsung sejak
ratusan tahun tersebut telah menimbulkan banyak persoalan dan kerugian, baik
bagi negara, lingkungan maupun bagi mereka sendiri. Sifat kegiatan mereka yang
pada umumnya ilegal telah merugikan dari sisi pemasukan negara, sedangkan
kerusakan lingkungan yang mereka akibatkan telah menimbulkan kerugian
ekosistem untuk jangka panjang. Terbatasnya modal keahlian dan ekonomi yang
mereka miliki telah menyebabkan mereka cenderung menjadi objek eksploitasi
para pemodal yang mencari keuntungan dari kegiatan tersebut. Lebih jauh lagi,
penggalian lobang tambang yang dilakukan dapat menimbulkan gangguan
kestabilan lahan dan air tanah, di samping mengancam keselamatan hidup mereka,
karena dilakukan tanpa memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

Kerugian juga terjadi berupa pemborosan sumberdaya tambang

karena tidak efisiennya teknologi pengolahan yang mereka terapkan. Semua itu
masih ditambah lagi dengan terjadinya pencemaran lahan dan sungai karena
penanganan limbah pengolahan yang belum dipahami dengan baik. Konsep
pertambangan rakyat dalam kerangka pengelolaan sumberdaya tambang yang
berkelanjutan dalam buku ini disusun berdasarkan 4 aspek penting yang ditujukan
untuk menjawab berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat
yang menambang, yakni: (i) aspek kebijakan; (ii) aspek modalitas; (iii) aspek
kelembagaan/organisasi dan (iv) aspek teknologi dan lingkungan. Dengan
mengimplementasikan keempat aspek tersebut secara bersamaan, maka kegiatan

17

pertambangan rakyat tersebut diharapkan akan memberikan manfaat


optimal bagi masyarakat dan negara serta sekaligus dapat meminimalisir
potensi kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.

Di Indonesia terdapat beberapa undang-undang yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, tetapi pada


kenyataannya sumber daya alam dieksploitasi secara besar-besaran sehingga
menimbulkan kerusakan sumber daya alam maupun terhadap manusia.
a. Pengelolaan sumber daya alam berdasar prinsip berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan

Makna berwawasan lingkungan adalah memperhatikan factor


lingkungan, sedangkan makna berkelanjutan adalah mengambil tanpa
mengurangi kemampuan bagi generasi selanjutnya. Jadi, memperhatikan
prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, berarti pendayagunaan dan
pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, bijaksana, dan
bertanggung jawab. Prinsip itu mengandung aspek pelestarian dan solidaritas
antargenerasi.

Ciri-ciri utama dari pengelolaan sumber daya alam dengan prinsip


berwawasan lingkungan dan berkelanjutan antara lain mencakup tiga hal pokok
berikut : 1) mengingat bahwa bumi adalah sumber daya alam terbatas, 2)
menghindarkan kerusakan lingkungan, 3) menjaga kelestarian.

Bentuk nyata tindakan yang sesuai dengan prinsip berwawasan


lingkungan dan berkelanjutan, misalnya :
Penambangan secara arif
Penambangan secara arif adalah

mempertimbangkan

kemampuan

lingkungan, tidak berlebihan dan tidak merusak lingkungan. Hal yang

perlu diingat yaitu bahwa setiap lingkungan memiliki keterbatasan


Penghijauan dan reboisasi
Penghijauan dan reboisasi berperan untuk mencegah rusaknya lingkungan
yang berhubungan dengan dengan tanah, air, dan udara. Salah satu
lingkungan yang perlu penghijauan dan reboisasi adalah hutan (hutan

18

lindung, hutan produksi, hutan suaka). Hal itu beralasan karena peran
hutan bagi bumi: 1) hutan berperan dalam tata hidrologi, yaitu menyaring
dan mengatur air, mencegah banjir dan menimbulkan mata air, 2) daundaunan yang gugur dapat menjadi humus dan dapat menyuburkan tanah,
3) hutan juga berperan penting dalam sirkulasi udara, tumbuhan
mengambil karobondioksida dari udara kemudian melepaskan oksigen
yang diperlukan untuk pernapasan makhluk hidup dan tumbuhan juga
menyerap gas polutan lain, 4) hutan memiliki peranan dalam bidang social

maupun ekonomi (hutan produksi dan hutan rekreasi)


Pengelolaan daerah aliran sungai
Kerusakan DAS dapat terjadi oleh alam atau manusia (erosi oleh aliran air,
pencemaran, pendangkalan). Beberapa cara pengelolaan DAS adalah : 1)
melakukan penghijauan di sepanjang jalur sungai, 2) menjaga kebersihan
sungai (tidak membuang sampah di sungai), 3) menghindari pendangkalan

sungai dengan melakukan pengerukan adil sedimentasi secara rutin


Sengkedan (terrasering)
Melakukan pengolahan lahan dengan system sengkedan adalah
membuatnya menjadi bertangga-tangga dari atas ke bawah. Sengkedan
dilakukan khususnya pada tanah miring atau berbukit-bukit. Tujuan
sengkedan adalah memberi kesempatan bagi air hujan yang mengalir
untuk meresap ke dalam tanah. Sengkedan sangat efektif untuk mencegah

longsor
Pengelolaan limbah/sampah
Limbah atau sampah dapat berbentuk padat atau cair. Pengelolaan limbah
meliputi berbagai kegiatan yaitu penampungan, pembuangan, dan
pengolahan. a) limbah padat, harus ditampung dan dibuang pada tempat
tertentu dengan memperhatikan permukiman penduduk. Terdapat beberapa
bentuk pengolahan: pengomposan yaitu penguraian dan pemantapan
bahan-bahan organic secara biologis dalam suhu tinggi, penimbunan
(sanitary landfill) yaitu penanganan sampah dengan system urug, dan
pembakaran (insenerator) diberlakukan untuk sampah organic,

19

b) limbah cair dapat dibuang melalui saluran (selokan, got, dan sungai)
ataupun lubang tertentu (septictank) tergantung jenisnya tetapi limbah

industry harus melalui pengolahan yang sesuai


b. Pengelolaan sumber daya alam dengan pola mengurangi

Salah satu prinsip dalam pengelolaan sumber daya alam adalah

prinsip mengurangi. Mengurangi berarti memperkecil jumlah pengambilan


terhadap suatu jenis sumber daya alam. Penerapan prinsip ini adalah
mengurangi eksploitasi terhadap sumber daya alam, seperti berbagai jenis
bahan tambang berupa fosil. Pola mengurangi ini harus dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh masyarakat yaitu dengan cara penghematan.
Sebagai contoh bila memiliki kendaraan roda dua yang selalu mengendarainya
baik jarak dekat maupun jarah jauh namun dalam satu hari dapat mengurangi
penggunaan bendin dengan cara berjalan kaki jika jarak yang ditempuh dekat.
c. Pengelolaan sumber daya alam dengan pola memakai ulang

Memakai ulang berarti menggunakan barang-barang yang masih

berfungsi untuk digunakan lagi hingga benar-benar tidak dapat berfungsi lagi.
Terdapat berbagai macam benda dari bahan-bahan tertentu yang sebenarnya
tidak perlu langsung dibuang bila sudah tidak bisa digunakan. Sebagai contoh:
1) kardus tempat peralatan elektronik dapat dimanfaatkan sebagai kotak
penyimpanan, 2) botol sirup dapat digunakan sebagai vas bunga.
d. Pengelolaan sumber daya alam dengan pola daur ulang

Daur ulang merupakan usaha untuk memproduksi barang

kebutuhan tidak dengan menggunakan bahan mentah, melainkan dengan


memproses kembali barang yang sudah terpakai. Barang yang sudah tidak
terpakai umunya telah dibuang sebagai sampah/limbah. Melalui proses daur
ulang, limbah dapat diubah menjadi barang-barang yang dapat digunakan atau
memiliki nilai ekonomis.

Daur ulang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,

pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan material bekas pakai. Bahanbahan yang dapat di daur ulang, antara lain :
1. botol kaca baik yang putih atau berwarna, terutama tebal,

20

2. kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah kecuali kertas


berlapis minyak,
3. berbagai jenis logam (besi dan alumunium),
4. plastic, kain, dan sebagainya.
5.
Daur ulang dapat memperkecil pengurasan sumber daya yang
semakin menipis di masa mendatang. Beberapa keuntungan dengan adanya
kegiatan daur ulang, antara lain : 1) mengurangi pencemaran lingkungan,
misalnya oleh logam-logam berkarat, 2) mengurngi limbah padat, yaitu semua
bahan yang tidak dapat diuraikan oleh organism, 3) mengurangi kerusakan
tanah akibat penambangan berlebihan, 4) memperkecil kebutuhan energi.
e. Pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip ekoefisiensi
6.
Prinsip ekoefisiensi mencakup penggunaan secara efisien, menjaga
kondisi ekosistem, dan melestarikan ekosistem. Prinsip ekoefisiensi berperan
penting dalam pembangunan berkelanjutan. 1) penggunaan secara efisiensi,
yakni dengan eksploitasi tidak berlebihan dan mempertimbangkan keterbatasan
jumlah dan kualitas sumber daya alam serta penggunaan sumber daya alam
tidak boros, 2) menjaga kondisi ekosistem, dengan cara memperhatikan lokasi
sumber daya alam dan pengaruhnya terhadap ekosistem setempat jika
dilakukan eksploitasi, memperhitungkan dampak negative pengolahan dan
pemecahan secara bijaksana serta menggunakan teknologi yang tidak merusak
ekosistem, 3) melestarikan ekosistem, dengan cara pengolahan disertai dengan
pambaruan, melakukan kegiatan pemulihan ekosistem, dan dampak negative
pengolahan turut dikelola.
7. 2.4 Konsep Berkelanjutan Pada Industri Pertambangan
8.

Ada dua masalah yang paling umum ditanyakan dalam

diskusi mengenai konsep berkelanjutan pada sektor pertambangan.


Pertanyaan pertama adalah Bagaimana menerapkan konsep berkelanjutan
pada kegiatan pertambangan yang pasti suatu saat akan berhenti karena
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui? Adalah hal yang sudah umum
diketahui bahwa cadangan, baik mineral dan batubara, betapapun
banyaknya, suatu saat akan habis ditambang mengingat

21

9. sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources).


Bahkan umur proyek yang tidak lebih dari 10 tahun sering ditemui
pada tambang-tambang skala menengah dan kecil dengan volume
cadangan yang sangat terbatas.
10.

Pertanyaan kedua adalah Bagaimana menerapkan konsep

berkelanjutan pada kegiatan yang sifatnya melawan ciri pembangunan


berkelanjutan? Dalam prakteknya, kegiatan pertambangan secara alami
berlawanan dengan apa yang diperjuangkan oleh praktisi pembangunan
berkelanjutan: kegiatan utamanya adalah memindahkan dan mengambil
tanpa mengganti, dan aktivitasnya berdampak besar pada lingkungan
setempat, belum lagi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap
11.

masyarakat di sekitar tambang (the guardian, 2012).


2.4.1 Tema berkelanjutan dalam industri pertambangan merupakan
turunan dari konsep
12.

Pembangunan berkelanjutan yang secara kontemporer terus

dikampanyekan di berbagai sektor. Khusus pada bidang pertambangan,


konsep berkelanjutan memiliki posisi yang unik karena barang tambang
bukanlah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Sekali cadangan habis
ditambang, maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut. Tidak peduli
betapa menguntungkan ia pada awalnya dan betapa banyak orang yang
menggantungkan hidup darinya, tambang harus tetap ditutup. Sekali
berarti, sesudah itu mati.
13.

Belajar dari pengalaman, industri pertambangan menyadari

sepenuhnya bahwa masa depan sektor ini sangat ditentukan oleh


pencapaian pembangunan berkelanjutan mereka sendiri. Oleh karena itu,
setiap aktifitas pertambangan harus memenuhi harapan sosial (social
expectations) dan harus berbagi tanggung jawab dengan pemerintah dan
para pemangku kepentingan. Hal yang sangat penting adalah proses ini
harus mulai dilakukan sejak masa-masa awal kegiatan pertambangan,
bahkan sejak pembangunan tambang mulai direncanakan. Dengan cara ini,

21

pihak perusahaan akan memenangkan izin sosial untuk beroperasi dari


masyarakat.

22

14.

International Institute for Sustainable Development (IISD)

dan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),


melalui

laporan

final

proyek

Mining,

Mineral

and

Sustainable

Development (MMSD) yang dirilis tahun 2002, merancang sebuah


kerangka kerja pembangunan berkelanjutan pada sektor mineral. Dalam
laporan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud penerapan konsep
pembangunan berkelanjutan pada industri pertambangan bukanlah upaya
membuat satu tambang baru untuk mengganti tambang lain yang sudah
ditutup, tetapi melihat sektor pertambangan secara keseluruhan dalam
memberikan kontribusi pada kesejahteraan manusia saat ini tanpa
mengurangi potensi bagi generasi mendatang untuk melakukan hal yang
sama. Oleh karena itu, pendekatan pertambangan berkelanjutan harus
komperhensif dan berwawasan ke depan. Komperhensif yang dimaksud
adalah menimbang secara keseluruhan sistem pertambangan mulai dari
tahap eksplorasi hingga penutupan tambang, termasuk distribusi produk
dan hasil-hasil tambang, sedangkan berwawasan ke depan adalah
menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang secara
konsisten dan bersama-sama.
15.

Selanjutnya, JPOI mengindentifikasi tiga bidang prioritas untuk

memaksimalkan potensi keberlanjutan di sektor pertambangan, yaitu:


1.

Menganalisa dampak dan keuntungan sosial, kesehatan, ekonomi dan


lingkungan sepanjang siklus kegiatan pertambangan, termasuk kesehatan dan
keselamatan pekerja;

2.

Meningkatkan

partisipasi

para

pemangku

kepentingan,

termasuk

masyarakat adat dan lokal serta kaum perempuan;


3.

Menumbuhkan praktek-praktek pertambangan berkelanjutan melalui


penyediaan dukungan teknis, pembangunan kapasitas dan keuangan, kepada
negara berkembang dan miskin.
16.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep keberlanjutan

dalam pertambangan tidak berarti kegiatan tersebut harus dilakukan terus


menerus, begitu pula jika diasumsikan secara sederhana dengan membuat

22

tambang baru untuk melanjutkan tambang lain yang sudah ditutup. Konsep
keberlanjutan dalam industri ini diarahkan pada upaya untuk memaksimalkan
manfaat pembangunan

23

17. pertambangan dan pada saat yang sama mampu meningkatkan


keberlanjutan

lingkungan

dan

sosial.

Artinya,

konsep

keberlanjutan pada sektor ekstraksi mineral dan batubara


ditekankan pada optimalisasi dampak-dampak positif yang
ditimbulkan dari kegiatan tersebut dengan menitikberatkan pada
akulturasi pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan (the triple
bottom-line).
18.

Meski begitu, dalam kenyataannya implementasi praktek-praktek

pertambangan berkelanjutan tetap harus dilihat secara utuh dan terintegrasi.


Australian Centre for Sustainable Mining Practices berpendapat bahwa konsep the
triple bottom-line gagal mempertimbangkan dua unsur teknis yang sangat penting
dan tidak terpisahkan dalam operasi pertambangan berkelanjutan, yang pertama
keselamatan (safety) dan yang kedua efisiensi sumberdaya (resource efficiency)
atau efisiensi (ACSMP, 2011) (Gambar 2). Integrasi dua area penting ini
merupakan masukan berharga dan dapat dianggap sebagai pengembangan dari
konsep yang telah dibangun oleh MMSD.

19.
Gambar 1. Praktek-praktek Pertambangan Berkelanjutan (Laurence,
2011, dalam ACSMP, 2011).

20.
21.

Demikianlah, selain berkewajiban mengamankan pasokan material

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pertumbuhan di masa depan, kegiatan


pertambangan juga harus dilakukan secara ekonomis, ramah lingkungan,
bertanggung jawab secara sosial dan dengan cara-cara yang aman dan efisien.
Oleh karena itu, pengembangan prinsip pengelolaan pertambangan yang

23

berkelanjutan adalah misi yang sangat penting, saat ini dan di masa yang akan
datang.

24

22. 2.4.2 Pertambangan Berkelanjutan di Indonesia


23.

Agenda pertambangan berkelanjutan di Indonesia mulai dilirik

sebagai respon terhadap maraknya berita tentang dampak-dampak negatif


kegiatan pertambangan dan nasib buruk wilayah bekas penambangan yang
diterlantarkan. Masyarakat mulai mengkritisi kegiatan operasi penambangan yang
mengancam kearifan lokal dan mengganggu mata pencaharian penduduk di
kawasan hutan dan pesisir, baik secara individu maupun berkelompok. Contoh
dalam hal ini adalah pembentukan Dewan Adat Dayak (DAD) pada tahun 2001
yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak ulayat adat dayak salah satunya
dalam kegiatan pertambangan di Kalimantan. Dari kalangan akademisi, kritik
sering ditujukan terhadap tingginya ketergantungan pembangunan beberapa
wilayah pada kegiatan pertambangan, dengan mempertanyakan nasib wilayahwilayah tersebut apabila tambang nantinya harus ditutup.
24.

Seiring

dengan

kampanye

global

tentang

pertambangan

berkelanjutan, riset tentang topik ini juga mulai berkembang di Indonesia.


Walaupun pertumbuhannya tidak begitu fantastis bahkan cenderung lambat, tematema berkelanjutan mulai dibahas pada sektor pertambangan, misalnya dalam
Sustainability in Mining Challenges and Needs for Developing Countries
(Gautama, 2013) dan sedikit dalam the Indonesian Mineral Mining Sector:
Prospects and Challenges (Widajatno dan Arif, 2011). Selain itu, beberapa
perusahaan tambang secara sadar berusaha menjadikan praktek-praktek
pertambangan berkelanjutan sebagai program perusahaan yang diinternalisasi
sebagai kebutuhan korporasi. Sebagai contoh adalah PT Newmont Nusa Tenggara
yang secara khusus mengembangkan Sustainable Mining Bootcamp, sebuah
program edukasi bagi masyarakat umum untuk melihat langsung proses
penambangan dan aktivitas masyarakat di sekitar area tambang Batu Hijau di
Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Contoh lain adalah PT Freeport
Indonesia, afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc yang merupakan
anggota pendiri International Council on Mining and Metals (ICMM),

25

25. berkomitmen

untuk

mengimplementasikan

kerangka

kerja

pembangungan berkelanjutan ICMM pada seluruh kegiatan


operasinya.
26.

Perhatian yang lebih besar diberikan oleh komunitas internasional

sebagai bagian dari upaya Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi
Hutan (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation/REDD).
Contoh terkini adalah Monash University, yang melalui Monash Sustainability
Institute (MSI) telah mengajukan usulan riset multi disiplin dengan bekerjasama
dengan beberapa universitas terkemuka dan institusi pemerintahan di Indonesia.
Hal ini menjadi penting karena dunia menganggap banyak kegiatan pertambangan
di Indonesia tidak sesuai dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam secara
berkelanjutan, yang pada akhirnya berpeluang menyumbang deforestasi. Riset
tersebut akan mengkaji tentang upaya penyelarasan pembangunan berkelanjutan
antara kehutanan dan pertambangan di Indonesia, dengan mengambil lokus di
Provinsi Kalimantan Tengah.
27.

Lambatnya laju implementasi pertambangan berkelanjutan di

Indonesia ditengarai salah satunya disebabkan oleh lemahnya pemahaman konsep


pertambangan berkelanjutan itu sendiri. Beberapa pihak cenderung keliru
menafsirkan pertambangan berkelanjutan sebagai upaya penambangan yang
berwawasan lingkungan (green mining) atau bahkan upaya yang berwawasan
sosial dan lingkungan (responsible mining). Pertambangan berkelanjutan pada
prinsipnya lebih dari kedua konsep tersebut, atau lebih tepatnya adalah
menggabungkan dua konsep tersebut dengan pengembangan ekonomi masyarakat
secara mandiri melalui penyelarasan fiskal yang tepat antara perusahaan, pekerja
dan konsumer tambang, termasuk di dalamnya adalah masyarakat lokal.
28.

Dengan demikian, ide besar pertambangan berkelanjutan kurang

memuaskan apabila masih dianggap sebagai kebutuhan internal perusahaan atau


dikelola secara parsial oleh masing-masing institusi. Sekali lagi pendekatannya
harus terintegrasi dan holistik. Seluruh pemangku kepentingan harus diberi ruang
keterlibatan secara proporsional, termasuk upaya penyertaan masyarakat

25

(community engagement) sebagai bagian dari kegiatan perusahaan. Lebih spesifik


mengenai penyertaan masyarakat, progam ini harus dilakukan secara serius pada

26

29. setiap tahapan kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi,


proses produksi, hingga ke rehabilitasi dan penutupan tambang.
Konsultasi publik harus dilakukan secara intensif dan transparan
sehingga

kepentingan

sosial

ekonomi

masyarakat

dapat

diidentifikasi secara jelas yang nantinya dapat dirancang sebagai


bagian dari rencana kerja perusahaan.
30.

Akhirnya, sebagai negara dengan potensi pertambangan yang

besar, Indonesia harus secara aktif dan berkesinambungan mendorong


pelaksanaan pertambangan berkelanjutan demi mencapai cita-cita pengelolaan
sumberdaya alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pemerintah baik pusat
maupun daerah diharapkan mampu memainkan perannya sebagai regulator
dengan baik agar pertambangan dapat secara optimal berkontribusi positif
terhadap pembangunan berkelanjutan. Bagi kalangan industri, penerapan praktekpraktek pertambangan berkelanjutan hendaknya disadari sepenuhnya sebagai
kebutuhan bisnis perusahaan, lebih dari sekedar kewajiban untuk menanami
kembali lahan bekas tambang atau tuntutan pelibatan masyarakat misalnya. Dalam
jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menginternalisasi
konsep pertambangan berkelanjutan pada setiap kegiatan operasinya yang bakal
mampu bertahan, diterima oleh masyarakat dan negara, dan dapat menyesuaikan
terhadap perubahan-perubahan global yang terjadi. Singkatnya, perusahaanperusahaan seperti inilah yang pada akhirnya mampu dikenang sebagai agen
pembangunan, dan penghasil keuntungan yang optimal.
31. 2.4.2.1 Pertambangan dan Kelanjutan Lingkungan
32.

Sumber daya lingkungan mencakup persediaan sumberdaya alam

dan kualitas lingkungan. Kelanjutan lingkungan mempunyai dua arti penting


dalam dunia pertambangan. Yang pertama adalah kelanjutan secara fisik produksi
mineral. Yang kedua adalah kelanjutan kualitas lingkungan, yang dapat dianggap
juga kemampuan dari lingkungan untuk menambah
keindahan alam, untuk manusia , tumbuhan dan hewan.

dukungan hidup dan

27

33. Pertambangan merusak lahan permukaan, baik surface maupun


underground mining. Pertambangan juga menghasilkan limbah
yang banyak, karena kadar bijih sangat kecil. Selain itu beberapa
pertambangan juga menghasilkan air asam tambang yang
berpengaruh

pada

kualitas

air,

tumbuhan,

dan

binatang.

Keberhasilan dari kualitas lingkungan yang berlanjut dapat dilihat


dari dua waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Untuk
jangka pendek, tingkat kelayakan kualitas lingkungan dapat dilihat
dari keseimbangan antara keuntungan dan biaya perlindungan
lingkungan. Sedangkan untuk jangka panjang dilihat dari adanya
inovasi teknologi dalam pertambangan dan pengolahan mineral
yang dapat mengurangi biaya produksi dan biaya lingkungan.
34. 2.4.2.2 Pertambangan dan Kelanjutan Ekonomi
35.

Tingkat kontribusi pertambangan untuk penciptaan dan kelanjutan

dari keuntungan ekonomi dalam setiap wilayah ataupun nasional tergantung pada
tiga fakor menurut Tilton (1992).
36.

Pertama, mineral di dalam tanah harus dapat dikembangkan, atau

paling tidak sebagai aset. Kedua adalah keuntungan ekonomi dari pertambangan
dibuat permanen melalui investasi yang dapat dilanjutkan untuk menghasilkan
kondisi ekonomi yang lebih baik pada saat pertambangan mulai menurun atau
berhenti. Dengan kata lain pengambilan aset mineral dari dalam tanah perlu
diganti dengan yang berkelanjutan. Misalnya saja dengan invesatsi lain di bidang
bisnis yang kira kira menguntungkan di daerah itu, atau dengan investasi untuk
infrastrukur sosial, yang memfasilitasi aktivitas ekonomitermasuk diantaranya
pendidikan, kesehatan, transportasi, listrik, air dan litbang. Yang ketiga adalah
wilayah atau negara menghindari potensi negatif makroekonomi dan konsekuensi
politik dari pengembangan mineral. Potensi masalah yang dapat muncul antara
lain tidak stabilnya pendapatan, tidak stabilnya harga mineral. Pada akhirnya
ketergantungan akan mineral akan memberikan gambaran yang luas tentang

27

keputusan

ekonomi

dan

keputusan

politik

yang

tidak

dipertanggungjawabkan, konsumsi yang berlebihan serta tidak ada investasi.

dapat

28

37.

Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batu Bara (Selanjutnya disebut UU 4/2009), Undang Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(selanjutnya disebut dengan UU 32/2009), serta Undang Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan UU 40/2007) adalah
Payung Hukum yang Penulis pakai dalam penulisan artikel ini.
38.

Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan

mineral atau batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi,

studi

kelayakan,

konstruksi,

penambangan,

pengolahan

dan

pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang. ( Pasal 1 ayat (6)


UU 4/2009 ). Salah dua tujuan usaha pertambangan yakni, mendukung dan
menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di
tingkat nasional, regional, dan internasional. Dan, agar memberi jamiman
terhadap pemanfaatan pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan hidup.
39.

Dalam paragraf diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa suatu

perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan tentu akan merusak


lingkungan hidup sehingga di lingkungan tersebut dapat menyebabkan banjir,
tanah longsor, dan sebagainya. Di satu sisi, kegiatan usaha pertambangan
merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap Penerimaan Negara dan
daerah misalnya di Kalimantan Timur. Lingkungan Hidup yang sehat dan baik
adalah hak asasi setiap warga negara Indonesia ( Undang Undang Dasar 1945 ).
Perlindungan dan pengelolaan lingkugan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencenaaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakkan hukum. ( Pasal 1 ayat (2) UU 32/2009 ).
40.

Pasal 74 ayat (1) UU 40/2007 menyatakan dengan tegas, bahwa,

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan

28

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan yang

29

41. dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan dengan


memperhatikan kepatutan dan kewajaran (ayat (2)). Jika suatu
Perseroan melanggar itu maka akan dikenai sanksi berdasarkan
ketentuan perundang-undangan
42.

Suatu Perusahaan Pertambangan harus memperhatikan dengan

benar aspek-aspek Lingkungan Hidup, karena seperti yang Penulis paparkan


diatas, usaha pertambangan dapat menimbulkan pencemaran akibat debu debu dan
asap, limbah air, gangguan berupa kebisingan, usaha pertambangan dapat
mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah. Perusahaan Pertambangan
harus memperhatikan AMDAL, jangan menambang pada daerah resapan. Lokasi
penambangan sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi penambangan
jauh dari mata air, lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung.
Melakukan Kegiatan Reklamasi dengan teknologi mutakhir oleh Perusahan
Pertambangan. Kegiatan tersebut adalah salah satu bentuk tanggung jawab
Perusahaan Pertambangan terhadap lingkungan hidup. Reklamasi adalah usaha
memperbaiki ( memulihkan kembali ) lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
kemampuan.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.

29

52.
53. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
54.

Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:


1. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).
2. Pertambangan berkelanjutan merupakan usaha pertambangan yang menjaga
dan mempertahankan kelestarian alam. Pertambangan berkelanjutan dapat
menjadi solusi bagi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat praktek
pertambangan konvensional.
3. Dalam peretambangan berkelanjutan dibuat International Council on Mining
and Metals (2003) telah menyusun sepuluh prinsip pengelolaan pertambangan
berkelanjutan (sustainable mining management).
4. Kegiatan usaha pertambangan memiliki cirri-ciri, yaitu non-renewable (tidak
dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya
mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih
tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi ekonomi lain pada umumnya.
Karena salah satu cirinya tidak dapat diperbaharui maka pengusaha
pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti) baru.
Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya
penemuan (Poerwanto, 2007).
5. Makna berwawasan lingkungan adalah memperhatikan factor lingkungan,
sedangkan makna berkelanjutan adalah mengambil tanpa mengurangi
kemampuan bagi generasi selanjutnya. Jadi, memperhatikan prinsip
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, berarti pendayagunaan dan
pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, bijaksana, dan
bertanggung jawab. Prinsip itu mengandung aspek pelestarian dan solidaritas
antargenerasi.

31

6. Ciri-ciri utama dari pengelolaan sumber daya alam dengan prinsip


berwawasan lingkungan dan berkelanjutan antara lain mencakup tiga hal
pokok berikut : 1) mengingat bahwa bumi adalah sumber daya alam terbatas,
2) menghindarkan kerusakan lingkungan, 3) menjaga kelestarian.
7. Agenda pertambangan berkelanjutan di Indonesia mulai dilirik sebagai respon
terhadap maraknya berita tentang dampak-dampak negatif kegiatan
pertambangan dan nasib buruk wilayah bekas penambangan yang
diterlantarkan. Masyarakat mulai mengkritisi kegiatan operasi penambangan
yang mengancam kearifan lokal dan mengganggu mata pencaharian
penduduk di kawasan hutan dan pesisir, baik secara individu maupun
berkelompok. Contoh dalam hal ini adalah pembentukan Dewan Adat Dayak
(DAD) pada tahun 2001 yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak
ulayat adat dayak salah satunya dalam kegiatan pertambangan di Kalimantan.
8.
3.2 Saran
9.

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah agar

makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dimohon


krotik serta saran yang dapat melengkapi isi dari makalah ini.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

22. DAFTAR PUSTAKA


23.

_______. (2012). Breaking New Ground, the Report of the MMSD


Project. International Institute for Environment and Development and
World Business Council for Sustainable Development. UK.

24.

Auty. (2004). Maximising the Positive Socio-Economic Impact of Mineral


Extraction on Regional Development in Transition Economies: A Review
of the Literature. European Bank for Reconstruction and Development.
25. Geografi 2 SMA/MA, Rinaldi Lukman, 2006, Jakarta : PT Galaxy Puspa
Mega

26.

Jurnal Pembangunan Pertambangan dan Masalah Lingkungan Hidup, Dr.


Rosmawaty Lubis, M.Si

27.

Laurence, D., et.al. (2011). A Guide to Leading Practical Sustainable


Development in Mining. The Australian Centre for Sustainable Mining
Practice. Sidney.

28.

McShane, Paul. (2013). Aligning Sustainable Development Opportunities


for Forestry and Mining in Indonesia, a Research Proposal. Monash
Sustainability Institute, Monash University. Victoria, Australia.

29.

United Nations General Assembly (2012). The Future We Want.

30.

World Commission on Environment and Development. (1987). A Report:


Our Common Future.
31. http://www.slideshare.net/start_light99/pertambangan-111104041201
phpapp01.ppt
32. http://www.slideshare.net/start_light99/pertambangan-10624150

Anda mungkin juga menyukai