ICE-407
TRAGEDI INDUSTRI BHOPAL, INDIA
Oleh:
Felisha Hapsari T (6214001)
Olivia Veronica W (6214023)
Felicia Wiryadi (6214035)
Evania Yovita (6214039)
Joshua Jacob (6214091)
Nama Dosen:
Yos Triatmodjo, Ir, M.M
Pada tanggal 3 Desember 1984, terjadi sebuah tragedi industri pestisida di Bhopal, India.
Insiden ini terjadi pada saat para pekerja di pabrik Union Carbide sedang melakukan pembilasan
pipa instrumen menggunakan air bersih. Proses pembersihan tersebut membuat sekumpulan air
memasuki sebuah tangki yang terisi dengan gas metilisosianat (MIC). Gas MIC merupakan
sebuah gas yang digunakan untuk proses produksi pestisida. Air yang berkontak dengan gas MIC
tersebut memacu sebuah reaksi kimia yang bersifat eksoteerm dan menyebabkan meningkatnya
temperatur dan berakhir pada kenaikan tekanan di dalam tangki.Hal tersebut membuat tanki
menjadi retak dan emergency valve tangki terbuka.. Alhasil, pembukaan valve tangki tersebut
menyebabkan sejumlah gas MIC yang bersifat racun terlepas ke udara dengan total volume
sebesar 30 hingga 40 ton. Masih kurangnya proses, alat insturmentasi, manajemen safety dan
sistem control pada pabrik Union Carbide menjadi penyebab terjadinya insiden tersebut.
Beberapa faktor kelemahan dari proses, instrumentasi, alat, dan control diantaranya:
Sistem pendingin untuk mendinginkan tank yang mengandung MIC cair ditutup.
Alarm suhu penyimpanan MIC yang berkisar pada suhu 15oC telah lama terputus.
Menara flare yang bertujuan untuk membakar gas MIC yang terlepas berukuran
tidak sesuai untuk menghadapi kebocoaran tersebut.
Scrubber gas ventilasi dalam posisi dimatikan atau dalam standbymode, memiliki
soda kaustik, dan memiliki kekuatan yang tidak mencukupi untuk mengatasi
kebocoran yang dihasilkan.
Sirine peringatan dari pabrik berbunyi, tetapi kemudian berhenti sehingga sebagian besar
warga Bhopal tidak menyadari adanya bahaya emisi gas beracun tersebut. Kurangnya
pengetahuan tentang “Hazard” membuat terjadinya kesalahan informasi jenis gas yang teremisi,
sehingga pertolongan pertama yang disediakan tidak tepat. Masih rendahnya tingkat manajemen
safety sehingga MIC sebagai gas beracun masih sukar diketahui cara mengatasinya sehingga
pertolongan darurat sangat sulit untuk dilakukan. Begitupun dengan sebagian besar peduduk kota
yang terkontaminasi gas MIC. Mereka mengetaui kebocoran gas tersebut karena menyadari
adanya keributan, tetapi tidak diinstruksikan untuk berlindung atau dievakuasi sebelum emisi gas
beracun menyebar.
II. Tragedi industri pestisida Union Carbine di Bhopal, India menurut pattern
anatomy process incident
Anatomy process incident merupakan segala suatu tindakan yang dilakukan berkaitan
dengan meminimalisir, preventive, dan tindakan antisipasi terhadap potensi terjadinya suatu
“hazard” atau bahaya. Dengan melakukan dan menerapkan anatomy process incident, maka
sebuah “loss and harm” dari proses dapat dihilangkan. Anatomy process safety tersebut terbagi
menjadi tiga bagian besar yaitu:
Tragedi industri yang terjadi di Bhopal, India terjadi karena masih acuh dan kurang
peduli tentang pemahaman pentingnya anatomy process incident. Dapat dikatakan bahwa
industri pestisida Union Carbide tidak memenuhi ketiga poin penting dalam anatomy process
safety tersebut.
Dalam mendirikan pabrik pembuatan pestisida berbahan baku MIC yang memiliki sifat
racun sangat kuat, pabrik Union Carbide tidak menguasai setiap aspek dari “hazards” sehingga
hal tersebut mempengaruhi kesiapan, pencegahan, pengatasan, pengontrollan terhadap sumber
bahaya tersebut. Secara teori, sesuai dengan anatomy process safety, dalam mendirikan sebuah
pabrik diperlukan penguasaan terhadap jenis “hazards” baik dalam bentuk proses, bahan, etc.
Jika tingkat identifikasi “hazard” terpenuhi, maka tindakan pencegahan, preventive selanjutnya
dapat dipersiapkan dan dilakukan dengan baik.
Tingkat lemahnya containing dan controlling dari pabrik Union Carbide didasari atas
kurangnya pemahaman akan faktor dasar “hazard”. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana mereka
melakukan control-control element untuk mencegah terjadinya potensi bahaya dengan sangat
minimal dan bahkan beberapa diabaikan. Pipa korosi yang letaknya berdekatan dengan tangki
penampungan MIC (hazard) menjadi salah satu penyebab terjadinya insiden pabrik tersebut.
Disisi lain, lemahnya containing dan controlling ditandai dengan sistem refrigerasi yang tidak
dapat dijalankan saat terjadinya insiden, alarm suhu penyimpanan MIC yang berada pada suhu
yang tidak tepat dan telah lama terputus tanpa diperbaiki. Menara flare juga ukurannya tidak
disiapkan sesuai dengan potensi “hazard” yang dapat terjadi. Kekurangan dibagian control dan
controlling yang terakhir adalah posisi scrubber gas ventilasi dalam keadaan dimatikan, terdapat
soda kaustik, dan memiliki kekuatan yang didesain tidak untuk mengatasi potensi dari hazard”.
Saat insiden terjadi, pengatasan akan incident yang terjadi juga masih sangat minimal dan
bahkan salah. Pada dasarnya kurangnya pengatahuan tentang “hazard” juga menyebabkan
kurangnya tindakan pengatasan. Hal ini ditandai dengan katup emergency pada storage yang
dibiarkan terbuka sehingga gas emisi beracun MIC keluar ke udara bebas. Selain itu, berhentinya
bunyi alarm saat emisi gas beracun MIC mulai keluar membuat para warga tidak dapat
terevakuasi dengan baik. Selain itu, pihak pabrik dan pihak yang berwenang tidak dapat
memberikan pertolongan pertama dengan baik dikarenakan penguasaan tentang MIC yang masih
kurang.
III. Kesalahan pemilihan proses pabrik pestisida Union Carbide yang menyebabkan
terjadinya isiden di Bhopal, India
Faktor kesalahan atau penyebab dari pabrik Union Carbibe yang menyebabkan terjadinya
insiden terlepasnya gas beracun MIC terjadi menjadi dua yaitu faktor kesalahan secara langsung
dan faktor kesalahan tidak secara langsung.
Kesalahan langsung
Kebocoran pada pipa sehingga air dapat berkontak dan menimbulkan reaksi kimia
dengan metilisosianat (MIC).
Keputusan pekerja untuk melakukan pembukaan emergency valve pada tangki
sebagai tindakan pengantisipasi kecelakaan.
Pihak perusahaan tidak menguasai langkah-langkah preventive dan keamanan
yang memadai.
Alarm pada perusahaan yang berhenti berbunyi sehingga tidak dapat memberikan
peringatan bahaya pada masyarakat sekitar.
Kurangnya pengetahuan mengenai “Hazard” sehingga pertolongan pertama tidak
dapat dilakukan dengan optimal.
Instrumen kontrol dan safety yang tidak bekerja dan tidak berjalan dengan baik
seperti scrubber ventilasi yang dayanya tidak mencukupi, sistem refrigerasi yang
tidak berjalan, dan menara flare yang ukurannya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan dan penggunaan bahan baku yang berbahaya (B3) tanpa memiliki
pengusaaan terhadap manajemen safety yaitu “hazard”, “tindakan preventive”,
dan “manajemen safety”.
Program equipment maintenance pabrik yang tidak baik sehingga dapat terjadi
kebocoran ataupun korosi pada pipa yang digunakan dalam proses produksi.
Penyimpanan bahan berbahaya (MIC) tidak dipisahkan dengan baik atau masih
kurangnya pengetahuan tentang tata letak pabrik berdasarkan tingkat safety.
Pemilihan lokasi parbrik yang memiliki tingkat “hazard” yang cenderung tinggi
tetapi dekat dengan daerah permukiman masyarakat.
V. Kesimpulan dan Saran