Anda di halaman 1dari 24

PANDANGAN ISLAM TENTANG LINGKUNGAN

Oleh :
Heru Setyawan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012/2013
BAB I
Latar Belakang
Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi kepentingan manusia
semata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya dukung bagi hewan, tumbuhan,
ataupun mikroba yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia.
Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lilalamin. Namun banyak orang
yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek
beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah.Islam adalah suatu aqidah atau
keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-
nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka
segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq.
Adanya kewajiban umat islam yang belum dilaksanakan didalam masyarakat karena
rendahnya pendidikan agama tentang kewajiban umat Islam tersebut. Kurangnya sosialisasi
tentang lingkungan, sehingga menciptakan kesenjangan sosial di antara umat beragama.
Terjadinya kerusakan lingkungan juga merupakan kelalaian manusia dalam mengolah sumber
daya alamnya.
BAB II

. A Islam Agama Rahmatan Lilalamin


.

Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang artinya Islam
merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta,
termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesame manusia. Islam melarang manusia berlaku
semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat
dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, Siapa yang dengansewenang-wenang membunuh
burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepadanya. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan
dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan?Dengan
hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya
dunia ini.
Namun banyak orang menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman
yang salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan
dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.

Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil alamin sebenarnya adalah
kesimpulan dari firman Allah Taala,



Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia (QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka
Islam adalah rahmatan lilalamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.

Secara bahasa,


:

rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur).
Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh
manusia.

Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah
risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh
alam. Lawan daripada rahmat ialah bencan dan malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam
bentuk kalimat yang menggunakan kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih
tegas bahwa islam itu bukan bencana alam. Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini
bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk
kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama
dalam masyarakat.
Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus mengangkat
manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan
manusia dari semua macam kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan,
memerdekakan manusia dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam
memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh harapan. Manusia akhirnya merasakan
nikmat dan bahagia karena Islam.
Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam
itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya
mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak
dalam tiga segi yaitu aqidah, syariah dan nizam.
Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu
sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya
mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan
diizinkannya adalah suatu yang haq.
Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri
akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah kebaikan
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau berbuat kerusuhan di bmi,
karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi orang-orang yang berbuat rusuh.
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud
risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan
koreksi total terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang
muamalah.
Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak pula boleh
menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip yang menarik dan
bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil
ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah
yang harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia
(hayatun thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah naungan
ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa tinggi fungsi umat Islam di
tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman :
Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia,
untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh kepada Allah..

B. Pandangan Islam Terhadap Kewajiban Umat Islam

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS Ar-Rum[30]:41)
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir,(QS Al-Jatsiyah
[45}:13).
Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau
tugasnya adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan
alam berada di tangan manusiaManusia harus mengiringi alam bertasbih memuji Allah, antara
lain memelihara kelestarian alam dan mengarahkannya kea rah yang lebih baik (islah), dan
bukannya melakukan perusakan di muka bumi (fasad fi al-ardl). Sekali lagi, Islam membolehkan
Pengelolaan bumi dan pemanfaatannya dengan syarat kelestarian dan keberlangsungannya,
jangan sampai merusak habitat alam

Berdzikir kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya

Berdzikir dengan selalu ingat kepada-Nya juga selalu mengingat ciptaan-Nya dan tujuan
dari ciptaan-Nya itu. Sedangkan bersyukur kepada Allah dengan berterima kasih atas nikmat
dan karunia-Nya juga memanfaatkan nikmat dan karunia itu untuk kemaslahatan sesuai dengan
tujuan penciptaan dan tuntunan-Nya.
Ingatlah kepada-Ku, Aku akan ingat kepadamu dan bersykurlah kepada-Ku dan
janganlah membangkang (Q.S. Al-Baqarah: 152).

Merenungkan dan mentafakuri kejadian alam semesta dan alam lingkungannya

Hal ini akan lebih memperkuat keyakinan akan kebesaran dan kekuasaan Pencipta-Nya.
Katakanlah: Perhatikan apa yang ada di langit dan di bumi (Q.S. Yunus: 101).

Meneliti dan mengkaji rahasia-rahasia kejadian alam, asal-usul kejadiannya, tujuan


kejadiannya, dan akhir kejadiannya

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau sambil duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Ali Imran: 190-191).

Mempelajari kehidupan umat terdahulu

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan
bagaimana akibat yang diderita oleh orang-orang sebelum mereka. Orang-orang itu lebih kuat
dari mereka dan telah mengolah bumi bumi serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang
mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku dzalim kepada mereka, akan tetapi
merekalah yang berlaku dzalim terhadap diri sendiri. kemudian, akibat orang-orang yang
mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk karena mereka mendustakan ayat-ayat
Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya (Q.S. Ar-Rum 9-10).

Memelihara kelestarian alam

Dia menjadikan kamu dari bumi dan menyerahkan kepadamu untuk memakmurkannya
(Q.S. Hud: 61).
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang berbuat kerusakan (Q.S. Al-
Qashash: 77).
Bagi kita umat islam, usaha pelestarian lingkungan bukan hanya semata-mata karena
tuntutan ekonomis atau politis atau karena desakan program pembangunan nasional. Usaha
pelestarian lingkungan harus dipahami sebagai perintah agama yang wajib dilaksanakan oleh
manusia bersama-sama.
Setiap usaha pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup secara baik dan benar adalah
ibadah kepada Allah SWT yang dapat memperoleh karunia pahala. Sebaliknya, setiap tindakan
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, pemborosan sumber daya alam, dan
menelantarkan alam ciptaan Allah adalah perbuatan yang dimurkai-Nya. Karena itu tergolong
sebagai perbuatan maksiat atau munkar yang diancam dengan siksa.
. C. Pandangan Islam terhadap lingkungan

Menurut Islam (Al-Quran) alam bukan hanya benda yang tidak berarti apa-apa selain
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Alam dalam pandangan Islam (Al-Quran)
adalah tanda (ayat) keberadaan Allah. Alam memberikan jalan bagi manusia untuk mengetahui
keberadaan-Nya. Allah berfirman,Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang yakin,(QS Adz-Dzariyat [51]:20).
Dalam Al-Quran banyak ditemukan ketika berbicara tentang alam dilanjutkan dengan anjuran
untuk berfikir memahami, mengingat, bersyukur, dan bertafakkur. Semua ini akan mengantarkan
manusia kepada sesuatu yang Maha Mutlak yang menciptakan alam dengan keharmonisan
hokum-hukum yang mengaturnya. Alam adalah tanda-tanda (ayat) Allah, dalam artian bahwa
alam mengabarkan akan keberadaan Allah sebagai pencipta alam.

Alam adalah manifestasi dari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah. Misalnya, tumbuh-
tumbuhan merefleksikan sifat-sifat Ilahi berupa pengetahuan karena tumbuh-tumbuhan tahu
bagaimana menemukan makanan dan cahaya, buah-buahan memanifestasikan anugerah dan
karunia Allah, dan hewan mencerminkan empat sifat Ilahi; kehidupan, pengetahuan, keinginan,
dan kekuasaan.

Karena alam adalah lokus manifestasi dari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Ilahi, maka
merusak alam berarti merusak wajah atau tanda (ayat) Tuhan di muka bumi. Manusia,
terutama umat Islam, harus memperlakukan dengan baik karena ia adalah tangga untuk
merenungi kemahakuasaan Allah. Renungan akan keindahan dan keharmonisan alam akan
mengantarkan kaum Muslim menjadi orang-orang bertaqwa.

Dalam Al-Quran, Allah menyatakan bahwa alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Allah berfirman,Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir,(QS Al-
Jatsiyah [45}:13). Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran Pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam tidak melarang
memanfaatkan alam, namun ada aturan mainnya. Manfaatkan alam dengan cara yang baik (bijak)
dan manusia bertanggungjawab dalam melindungi alam dan lingkungannya serta larangan
merusaknya.

Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau tugasnya
adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada
di tangan manusia. Dalam Islam (Al-Quran), hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari
kewajiban untuk memelihara kelestariannya (sinergi keduanya). Mengelola alam harus diiringi
dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Banyaknya ayat Al-Quran yang membicarakan
larangan merusak bumi, mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian
dan keasrian bumi. Setiap perusakan lingkungan haruslah dilihat sebagai perusakan terhadap diri
sendiri. Tuntunan moral Islam dalam mengelola alam adalah larangan serakah dan menyia-
nyiakannya (baca; QS Al-Araf [7]:31 dan QS Al-Isra [17]:27), serta banyak penjelasan tentang
lingkungan ini melalui hadist-hadist Nabi Muhammad Saw.

Manusia harus mengiringi alam bertasbih memuji Allah, antara lain memelihara kelestarian alam
dan mengarahkannya kea rah yang lebih baik (islah), dan bukannya melakukan perusakan di
muka bumi (fasad fi al-ardl). Sekali lagi, Islam membolehkan Pengelolaan bumi dan
pemanfaatannya dengan syarat kelestarian dan keberlangsungannya, jangan sampai merusak
habitat alam.

D. Model model sosialisasi Lingkungan

Dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu dibutuhkan peran dari berbagai pihak
seperti pemerintah, media massa, pendidik, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.
Beberapa aspek dasar yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu adalah:
1. Pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan merupakan unsur yang sangat penting dalam mengelola
lingkungan. Pendidikan lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting dalam
mempersiapkan manusia untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan. Melalui pendidikan
lingkungan orang dapat mengembangkan pemikiran dan teknologi yang mampu mendukung
langkah yang tepat untuk skala lokal maupun global. Selain dari itu, pendidikan sendiri
merupakan jalur positif untuk menuju perubahan pemahaman mengenai lingkungan hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan dari suatu masyarakat maka semakin tinggi pula persepsi dan
kepedulian masyarakat tersebut sehingga menimbulkan sikap serta perilaku yang lebih baik
dalam menghadapi masalah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari persepsi rakyat di negara-
negara maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang yang sangat mengindahkan lingkungan hidup
mereka. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan harus disampaikan secara intensif dan
komprehensif melalui semua jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal. Contoh
praktek-praktek yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan, membuang cairan
beracun ke dalam sungai, bercocok tanam di atas lahan pembuangan sampah, menggunakan
kertas bercetak (misalnya kertas koran) sebagai pembungkus makanan, menggunakan bahan
pengawet mayat sebagai pengawet makanan, menggunakan bahan pewarna pakaian sebagai
pewarna makanan, dan banyak lagi merupakan praktek-praktek umum yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia karena kurangnya pendidikan lingkungan dan kesehatan tersebut.
Ditambah lagi banyaknya industri yang tidak mengindahkan lingkungan dengan membuang
limbah secara langsung atau limbah yang tidak diolah secara memadai ke dalam lingkungan. Hal
ini menunjukkan pula bahwa kedisiplinan bangsa kita sangat kurang dalam mengelola
lingkungan. Selain itu, dapat juga menjadi petunjuk bahwa karakter bangsa kita yang tidak
peduli, egois, mementingkan kepentingan (ekonomi) sesaat dibandingkan dengan menjaga
kepentingan pembangunan dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

2. Media massa
Peningkatan pengetahuan manusia tentang lingkungan hidup bila tanpa disertai upaya
penyebarluasan informasi ilmu pengetahuan itu sendiri sudah barang tentu akan menjadi
hambatan ke arah terciptanya lingkungan yang berkualitas. Peranan media massa dalam
perluasan informasi tersebut sangatlah besar. Media massa disini sudah termasuk: media cetak,
radio, televisi dan internet. Dibandingkan media massa yang lainnya, media cetak khususnya
surat kabar dapat berperan penting dalam hal penyebaran informasi masalah lingkungan. Hal ini
dimungkinkan dikarenakan surat kabar merupakan media yang relatif murah serta mudah
diperoleh sehingga cenderung memiliki tingkat efektifitas penyebaran informasi yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan media lainnya seperti misalnya radio, televisi dan internet.
Penyediaan rubrik khusus mengenai lingkungan di media massa tersebut dapat menjadi
sumbangan yang tak terkira bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
3. Kebijakan dan Penegakan hukum lingkungan
Pengembangan kebijakan yang mudah dipahami dan efektif dilaksanakan juga
merupakan faktor penting dalam pengelolaan lingkungan yang baik. Selain itu, penegakan
hukum khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat dan
perlindungan lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengelolaan
lingkungan. Walaupun berbagai kebijaksanaan telah diciptakankan dalam rangka untuk
mendapatkan lingkungan yang berkualitas, namun bila penegakan hukum tidak berjalan
sebagaimana mestinya maka sasaran yang akan dicapai akan menjadi sia-sia. Selama ini peran
pemerintah sangatlah kecil dalam proses penegakan hukum lingkungan. Program-program
seperti kali bersih, langit biru, analisis dampak lingkungan (AMDAL), pemberian penghargaan
KALPATARU dan program lingkungan lainnya lebih terkesan sebagai semboyan ketimbang
program yang dilaksanakan dengan baik. Salah satu faktor kegagalan tersebut adalah kurangnya
Kemampuan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum lingkungan.

BAB III
Kesimpulan

Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi kepentingan manusia
semata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya dukung bagi hewan, tumbuhan,
ataupun mikroba yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia. Sesuai dengan motto
sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat 107), maka
sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan lingkungan sebagai
manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di
muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan yang bersih, karena
kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi Muhammad
SAW dengan hadistnya yang berbunyi: Kebersihan merupakan bagian dari iman. Nabi
Muhammad SAW juga melarang manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air,
jalanan, di tempat teduh, dan di dalam liang (tempat hidup) binatang. Larangan tersebut dapat
dimanifestasikan lebih lanjut sebagai larangan Islam dalam membuang sampah atau produk-
produk berbahaya ke dalam lingkungan yang kemungkinan besar akan merusak atau
menurunkan mutu lingkungan tersebut.
Islam mengajak manusia untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya
dengan membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam yang umumnya
bersifat lebih suka mencegah (preventive) perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang
mengobati (curative) kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun, Islam juga tidak
berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk atau kejahatan seperti misalnya
tertuang dalam hukum agama (syari) yang mengatur hukuman bagi pelanggar aturan. Jadi,
dalam pengelolaan lingkungan yang terpadu dibutuhkan peran dari berbagai pihak seperti
pemerintah, media massa, pendidikan, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

http://saidalfaraby.wordpress.com/2009/12/29/islam-adalah-agama-rahmatan-lil-alamin/
http://tazkiyah-tazkiyah.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_24.html
http://lm3alizzah.blogspot.com/2010/09/pandangan-islam-terhadap-lingkungan.html
http://muslim.or.id/al-quran/islam-rahmatan-lil-alamin.html
http://gusrochim.blogspot.com/2012_06_01_archive.html
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/09/14/pandangan-islam-terhadap-lingkungan-
257441.htm
http://lingkunganindah.wordpress.com/2012/04/05
Makalah Islam dan Lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang adalah pendidikan
lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan kepentingan lingkungan di sekitar manusia
dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran,
atau perusakan.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para sahabatnya.
Abu Darda ra pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasululloh SAW
telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha
mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan
pahala yang besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal
ibadah kepada Alloh SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasullloh SAW berdasarkan wahyu, sehingga
banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Quran yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan
Al-Quran mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas
mengenai al-quran dan lingkungan, karena al-quran telah menjelaskan tentang pentingnya
menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sebenarnya lingkungan dan bagaimana kondisinya pada saat ini?
2. Bagaimana pandangan Al-Quran yang berkaitan dengan lingkungan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Lingkungan Pada Masa Ini


Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena menyangkut
berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya isu-
isu kerusakan lingkungan yang semakin santer terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca,
lapisan ozon yang menipis, kenaiakan suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin
sebagian besar orang baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa
lampau yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bisa dikatakan telah menyebar di berbagai
belahan dunia. Khususnya Indonesia yang memiliki potensi alam yang sangat melimpah. Dengan
potensi alam yang sedemikian melimpahnya telah membuat orang-orang berusaha untuk
mengolah secara maksimal. Bahkan potensi alam tersebut dapat menarik masuk investor-investor
asing untuk berbisnis di negeri ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang
kita akui dapat membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain keadaan ini dapat
membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk kepentingan pribadi. Inilah
yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang bergerak disektor pengolahan lingkungan yang
tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Mungkin saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem
kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia kepada problem kerusakan
sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri (self-interest), kebebasan
(fredom), dan kompetisi tak bermoral, rezim kapitalisme telah berhasil mendudukan alam
sebagai objek eksploitasi tanpa batas.1[1] Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi
perdagangan telah disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam
perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya peningkatan kapasitas penggunaan
sumber daya alam. Peningkatan pengolahan sumber daya alam tentunya dapat memunculkan
kerusakan lingkungan. Tentunya keruskan itu kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat
ulah manusia.
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian besar adalah hasil
perbuatan manusia. Karena manusialah yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi.
Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak
memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann
persenjataan dan alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan diperparah
lagi dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran
udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan
kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya ke sungai yang
akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering
mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai dan laut
beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana karena ulah
masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas umat Islam
telah mencatat sejarah kehancuran alamnya2[2], seperti bencana banjir bandang, tanah longsor,
kekringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar dari persoalan ini
malah mengeluarkan kebijakan yang aneh.3[3] Padahal dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-
ayat yang membahas lingkungan dan cara memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas saat
ini telah meninggalkan agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah mayoritas muslim
saat ini telah menjadi orang-orang yang hedonis dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah
kita bersama sebagai umat Islam.
Mungkin selama ini manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki
untuk mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang
dimulyakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang amanah
dan tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam memang menjdai
suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT , tersirat dalam kalamnya :

Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam , Kami angkut mereka di daratn dan
di alautan, Kami beri merka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan (Q.SS Al-Isra (17);(70)
Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang
dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada di
alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa terebut menjadi
sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya,
keadaan seperti inilah yang sekarang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari
keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara habis-
habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah telah memperingatkan adanya
akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi
orang yang tidak berbuat kerusakan. Seharunya umat islam menjaga lingkungannya sesuai
dengan firman Allah SWT :

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.( QS Al-Araf:
56 )
Seharusnya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-quran dalam hal
mengolah lingkungan. Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya
dengan sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau pembangunan
berwawasan lingkungan

A. Pandangan Al-Quran yang Berkaitan Dengan Lingkungan


Al-Quran sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk
merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.

b.1 Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya


Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta yang indah ini
adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan salah satu bukti keagungan penciptanya.
Allah juga telah menciptakan hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke
Maha Kuasaan-Nya dan Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah
secara serasi dan teratur.4[1] Allah berfirman dalam Al-Quran :

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga)
pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu terjadilah ia. Firman-Nya
itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan sangkakala. Dia
yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi
Maha mendalam pengetahuan-Nya. (QS. Al-Anam : 73)

Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang menyatakan bahwa alam tidak
mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif, melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau
sekedar emanasi5[1] atau pancaran dari dunia lain yang kongkrit yang disebut dunia ideal.

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang
kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS. As-Shadd : 27)

Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran materialism. Aliran materialism
memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi alam
ini dalam dugaan aliran materialism adalah ada dengan sendirinya.6[1] Sedangkan menurut
pandangan Islam, alam raya ini diciptakan oleh Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan
sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya.

Katakanlah : Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta
alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia
menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.
Keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati. Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Fusshilat :
10-12)
Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan-Nya
dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan bintang-bintang yang tak terhingga
banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu, tidak sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya
itulah Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang menciptakan, menguasai , mengatur,
memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir keadaan semseta ini.
b.2 Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di
bumi, beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu
terbatas. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 36

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula
dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.
Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu amanah.
Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah
bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras
berbuat kerusakan.
Dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia
telah diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.

Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak
menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Q.S.
Al-Baqarah :29
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menganugrahkan karunia yang
besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil manfaatnya,
sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan menjaga alam dan agar
manusia berbakti kepada Allah penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya di atas adalah
untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia diciptakan melebihi
makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan
yang disediakan. Hal ini perlu disadari oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur
kepada Allah, maka manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang ada di alam ini
untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam merupakan upaya untuk menjaga
limpahan nikmat Allah secara berksinambungan. Sebaliknya, membuat keruskan di muka
bumi,akan mengakibatkan timbulnya bencana terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-
orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Firman Allah :

Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashas :77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah
menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap alam sangat
dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan
perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat
pada terjadinya bencana, yang kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di bumi merupakan
karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil dan terpelihara. Allah telah
memberian karunia yang besar kepada semua mahluk dengan menciptakn gunung,
mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan partikel hujan dari langit agar segala
tumbuhan dapat berkembang dengan baik. Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS.
Luqman : 10

Dia meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung (di
permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia memperkembangbiakan
padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkn padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya yang
mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang masih asli. Rasulullah
SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu daerah sebagai suatu kawasan
yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima7[1].
Rasululloh mencadangkan hima semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat
terpenuhi kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya
mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Quran yang membahas perintah menjaga
lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan merenungkan apa yang
terdapat dalam Al-Quran. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran umat Islam dalam beragama
khusunya tentang perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber
daya alam yang ada dengan bijak.
b.3 Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat perbuatan
manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi telah
menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-
makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengolahan
lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami
berubah menjadi kacau dan sering berakhir dengan bencana.
Dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat 41. Sesungguhnya Allah telah menetapkan
dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap syariat. Manusia hanya bisa
menguras dan menggali isi bumi saja tanpa memperhatikan dampaknya. Maka terjadilah bencana
dan kerusakan di atas muka bumi. Padahal semua itu, menurut Yang Maha Kuasa, adalah akibat
dari tangan-tangan manusia itu sendiri:

Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, ini disebabkan manusia
mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan tuntunan Allah. Sebagaimana dengan
yang terkandung dalam Firman Allah SWT :

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika
kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah diperintahkan Allah itu , niscaya
akn terjadi ke kekacuan di muka bumi dan kerusakan yang besar. Q.S Al-Anfal 73
Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai orang-orang
munafik atau fasik, sesuai dengan Firman Allah :

Dan bila dikatakan kepada mereka Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi,merka menjawab:sesungguhnya kami orang yang mengdakan perbaikan. Ingatlah
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Q.S Al-Baqarah 11-12
Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan menganggap dirinya
yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan kebenaran merka tidak
mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini terbukti dengan kokohnya perusahaan-perusahaan
asing yang berada disektor pengolahan alam dari tekanan pemerintah karena terjerat persoalan
perusakan lingkungan.8[1] Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat
Al-Baqarah ayat 6-7 :

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan mereka tidak akan beriman. (Ayat 6)
Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan merekaditutup. Dan
bagi merka siksa yang amat berat. (Ayat 7)
Sesungguhnya Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi ini.
Seperti yang terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:

......... Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan
memperbaikinya Q.S Al-Araf:85
Kerusakan yang terjadi selama ini tidak lain karena manusia telah diperbudak oleh
sistem yang kapital dan juga tumbuhnya sifat materalistik hedonistik, sehingga berusaha sebisa
mungkin mengeksploitsi alam secara maksimal dengan tidak mengindahkan prinsip
pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena manusia terlalu berorientasi pada keuntungan
semata. Dalam ayat lain, Allah memberi tuntunan agar manusia tidak menuruti orang yang
membuat kerusakan.

Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat
kerusakan di muka bumi bumi dan tidak mengadakan perbaikan.( Q.S. Asy-Syuara 151-152).
Sebagai motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak
berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat kerusakan.
Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan di muka
bumi, dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap
lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada taranya bagi kita yang
senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta tidak selalu membuat kerusakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa
Alloh menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran tentang pentingnya lingkungan hidup dan
cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk
mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk diwujudkan dengan
sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan kemauan hawa
nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana
yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai pengetahuan mengenai ekosistem dan
memandang baik perbuatannya yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Quran
disebutkan sebagai manusia yang dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka
siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka
seorang penolong pun. (Q.S Ar-Rum 30:29)
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada kehancuran
bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya
dukung lingkungan,pemborosan, menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien,
bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup dan seterusnya. Manusia yang melakukan
cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa
yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan. Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya
dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya
dapat terjadi kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat
kebenaran menurut hawa nafsu.
A. Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali
tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam
haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu
dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT
melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam
mengolah lingkungan. Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia menjadi lebih bijak
dalam mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya diharapkan apabila dalam kegiatan
pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman pembangunan berwawasan lingkungan
maupun spirit pembangunan berkelanjutan.
Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia mau kembali
kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga nantinya akan tumbuh
kesadaran umat manusia dalam mengelola lingkungannnya. Sangat jelas dalam Al-Quran
terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang membahasprosedur pengolahan alam yang
bijak,perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi,dll.
Sungguh beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Quran. Kitab suci ini
begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang pengolahan alam. Kami percaya
jika umat Islam mau kembali kepada agamanya dengan membuka, memahami apa yang ada di
Al-Quran pasti kehidupa di muka bumi ini akan lebih teratur dan tertata dengan baik.
Daftar Pustaka

Bidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Magelang : Resist Book


Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press
Prasetyo, Eko. 2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.Yogyakarta : Resist
Book
Situs :
KBBI dalam Jaringan

Anda mungkin juga menyukai