Anda di halaman 1dari 36

PERAN WAKAF DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Dosen Pengampu :
Abdul Wahid Mongkito S. Si., M.EI

Oleh ;

Muhammad Agung Syaifullah / 2020050101137


Muhmmad Irzat Mirwan / 2020050101086
Salni Deshinta / 2020050101051
Armita Muliani / 2020050101083

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

‫ْــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬


ِ ‫بِس‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,sahabat dan pengikutnya.

Dan juga kami sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak


Abdul Wahid Mongkito S. Si., M.EI selaku dosen pengampu mata Teori Ekonomi
Makrio Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Sehingga mampu
menambah wawasan kami.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat terdapat banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, 30 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................4

2.1 Pengertian Wakaf......................................................................................4

2.2 Dasar Hukum Wakaf.................................................................................5

2.3 Tujuan........................................................................................................7

2.4 Jenis Wakaf...............................................................................................8

2.5 Wakaf Produktif......................................................................................10

2.6 Rukun dan Syarat Wakaf.........................................................................12

2.7 Perekonomian/Ekonomi..........................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................16

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................16

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian...............................................................16

3.3 Defenisi Oprasional.................................................................................17

3.4 Populasi Dan Sampel..............................................................................18

3.5 Metode Pengumpulan Data.....................................................................18

1 Observasi.................................................................................................18

2 Wawancara..............................................................................................19

iii
3 Dokementasi............................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................20

4.1 Peranan wakaf terhadap pembangunan ekonomi....................................20

4.2 Model Pengelolaan Wakaf Dalam Pembangunan Ekonomi...................25

4.3 Aplikasi Pengelolaan Wakaf di Indonesia..............................................26

BAB V PENUTUP...............................................................................................29

5.1 Kesimpulan..............................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditinjau dari sudut padang Bahasa, kata Wakaf berasal dari Bahasa arab
yang memiliki arti berdiri atau berhenti, bila kata tersebut diartikan sebagai harta,
harta tersebut bisa berupa tanah , binatang, dan sebagainya. Kata tersebut
bermakna pemberian hak milik untuk kepentingan tertentu.1

Dalam bahasa Melayu kata wakaf diartikan sebagai sesuatu yang


diberikan untuk kegunaan orang ramai bagi keperluan yang berkaitan dengan
agama Islam (Teuku Iskandar, dalam Murtadho Ridwan, Wakaf dan
Pembangunan Ekonomi : 106).

Di Indonesia sendiri pengertian wakaf lebih merujuk pada pandangan yang


dikemukakan asy-Syafi’iyah. Peraturan pemerintah No.28 tahun 1997 pasal 1 ayat
(1) ; Instruksi Presiden No.1 tahun 1991 tentang Penyebutan Komplikasi Hukum
Islam, dan Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia no. 154 tahun 1991
tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden no. 1 tahun 1991 tanggal 10 jumi 1991
buku , bab I, pasal 215 (1).2

Pasal 1 (1) PP No. 28/1997 menyatakan :

“Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang


memisahkan Sebagian harta dari harta kekayaan yang berupa tanah milik
dan melembagakannya untuk selama lamanya untuk kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Agama
Islam”

1
Ibnu Madzur, Lisan al-Arab, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1990.
2
Siah Khosyi’ah , Wakaf fan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di Indonesia, ,
CV.Pustaka Setia, Bandung, Hlm.17

1
Berdasarkan data wakaf yang diakses Komite Nasional Ekonomi Dan
Keuangan Syariah melalui Sistem Informasi Wakaf Kementrian Agama
pada 29 September 2021 , bahwa potensi wakaf tanah di Indonesia
mencapai 414.829 titik lokasi dengan luas 55.259,87 hektar dan potensi
wakaf tunai sebesar 180 triliun per tahun . Namun berdasarkan data tersebut
belum memperlihatkan hasil yang signifikan dari wakaf terhadap
pembangunan ekonomi. Oleh karenanya penulis tertarik untuk menulis
terkait “ Peran wakaf terhadap pembangunan ekonomi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah wakaf dapat berperan dalam pembangunan ekonomi?


2. Bagaimana model pengelolaan wakaf dalam pembangunan
ekonomi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan peran wakaf dalam pembangunan ekonomi
2. Menganalisis model pengelolaan wakaf dalam pembangunan
ekonomi

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dapat tersampaikan adalah :
1. Bagi Masasiswa
Diharapkan dari penelitian ini bisa menjadi bahan belajar ataupun
referensi dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Dosen

2
Diharapkan dari penelitian ini bisa menjadi rujukan sebagai bahan
ajar mata kuliah yang berkaitan dengan judul yang diangkat
penulis
3. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan dasar
dalam memngembangkan penelitian lebih lanjut juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi Makro

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Wakaf
Wakaf secara bahasa dari Bahasa Arab waqafa. Asal kata waqafa berarti
menahan, berhenti, diam ditempat atau tetap berdiri. Kata waqafaa-yaqafa-
waqafa sama artinya dengan yahbis-habs-tahbisan. Wakaf dalam Bahasa Arab
mengandung pengertian menahan, maksudnya menahan harta untuk diwakafkan,
tidak dipindahmilikkan. Dalam istilah syara’ secara umum wakaf adalah sejenis
pemberian dengan pelaksanaanya yaitu dengan cara menahan (pemilikan)
kemudian menjadikan manfaatnya untuk umum.3
Secara terminologis atau istilah dalam hukum islam, wakaf didefinisikan
sebagai melembagakan suatu benda yang dapat diambil manfaatnya dengan
menghentikan hak bertindak hukum pelaku wakaf atau lainnya terhadap benda
tersebut dan menyalurkan hasilnya kepada saluran yang mubah yang ada atau
kepentingan sosial dan kebaikan.4
Menurut Imam Syafi’I dan Ahmad bin Hambal bahwa wakaf adalah
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna
prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang
diwakafkan, seperti: perlakuan pemilik dengan cara memindakan kepemilikannya
kepada yang lain, baik dengan tukar menukar atau tidak. Jika wakil wakaf, harta
yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwariskan.5
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian wakaf dalam syari’at islam kalau
dilihat dari perbuatan orang mewakafkan, wakaf ialah suatu perbuatan hukum dari

3
Rachmad Risqy K dan Rasheed Al Fattah, Peranan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Dalam
Perekonomian Di Era Digital, hal 2.
4
Akhmad Sirojudin Munir, Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif, Jurnal Ummul
Qura, Vol. VI, No. 2, 2015, hal 96.
5
M Nur Rianto Al Arif, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf Uang, Jurnal Asy-Syir’ah
Fak. Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 44, No. 11, 2010, hal 4

4
seseorang yang dengan sengaja memisahkan/mengeluarkan harta bendanya untuk
digunakan menfaatnya bagai keperluan di jalan Allah dalam jalan kebaikan.
Sedangkan dalam Undang-Undang pengertian wakaf adalah sebagai berikut:
Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1, wakaf adalah perbuatan hukum
seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna
kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam.6

2.2 Dasar Hukum Wakaf


Wakaf tidak secara jelas dan tegas disebutkan dalam al-Qur’an, tetapi ada
beberapa ayat yang digunakan oleh para ahli sebagai dasar hukum disyariatkannya
wakaf, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 267:
َ ‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِي‬
َ‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُوْ ن‬ ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن طَي ِّٰب‬
‫َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمضُوْ ا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌـد‬
“wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu.
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya"
Hukum wakaf adalah sunnah muakkadah karena wakaf merupakan shadaqah
jariyah yang pahalanya terus mengalir, meskipun wakif (orang yang
mewakafkan) telah wafat.7 Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran
ayat 92:
‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُوْ ا ِم َّما تُ ِحبُّوْ نَ ۗ َو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن َش ْي ٍء فَا ِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬
“kamu tidak akan memperoleh-kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui”
Juga sabda Rasulullah dalam hadist sahih yang diriwatkan Imam al-Bukhari,
Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Anas bin Malik, sebagai berikut:

6
Abdul Nasir Khoerudin, Tujuan dan Fungsi Wakaf Menurut Para Ulama dan Undang-Undang di
Indonesia, Tazkiya Jurnal Keislaman, Vol. 19, No. 2, 2018, hal 6
7
Firman Muntaqo, Problematika Dan Prospek Wakaf Produktif Di Indonesia, Al-ahkam, Vol. 25,
No. 1, 2015, hal 88.

5
(Suatu Ketika) Abu Thalhah mengahadap Rasulullah Saw dan berkata: Allah
SWT telah berfirman dalam kitabnya, kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada
kebajikan (yang sempurna) hingga kamu menafkahkan apa-apa yang kamu cintai.
Sesungguhnya kebun itu aku sedekahkan untuk Allah, aku mengharapkannya
sebagai kebajikan dan simpanan di sisi Allah. Maka letakkan (pergunakanlah)
kebun tersebut wahai Rasulullah, sesuai dengan kehendakmu. Rasulullah
bersabda: Bagus! Bagus!, itu adalah harta yang menguntungkan. Saya telah
mendengar apa yang engkau ucapkan (memohonkan) tentang kabut tersebut.
Menurut saya sebaiknya kebun itu engkau gunakan (sedekahkan) untuk keperluan
para famili terdekatm, maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada para
familinya yang terdekat.
Pada dasarnya tanah-tanah atau benda lain yang telah diwakafkan tidak boleh
diperjualbelikan, dihibahkan dan atau diwariskan. Hal ini didasarkan pada hadist
sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Abdullah ibn Umar ra,
sebagai berikut:
Dari Ibnu Umar ra, beliau berkata: “Sesungguhnya Umar ibn al-Khattab
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar. Kemudian ia datang kepada Rasulullah
Saw untuk memohon penunjuk tentang masalah itu, maka Umar berkata: “Ya
Rasulullah, saya telah mendapatkan tanah di Khaibar yang sangat saya senangi
dan tidak pernah saya dapatkan/miliki sebelumnya. Apakah perintahmu kepadaku
berkenaan dengan tanah yang saya dapatkan ini? Rasulullah menjawab: “Jika
engkau suka wakafkanlah tanah itu dan engkau sedekahkan hasilnya.
Berdasarkan sabda Rasulullah maka Umar ibn al-Khattab langsung mewakafkan
tanah tersebut dengan ketentuan tidak boleh diperjualbelikan, tidak boleh
dihibahkan dan tidak boleh pula diwariskan. umar menyedekahkannya kepada
orang-orang fakir, keluarga terdekat, hamba sahaya, membiayai kegiatan yang
bertujuan menegakkan agama Allah, membantu anak-anak terlantar di
perjalanan dan untuk menjamu tamu-tamu. Orang-orang tang mengurus wakaf
diperbolehkan (tidak dilarang) memakan hasil wakaf sewajarnya tanpa (niat)
mengambil keuntungan”

6
Bila ditinjau dari kekuatan sandaran hukum yang dimiliki, wakaf merupakan
ajaran yang bersifat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki
sesungguhnya begitu besar sebagai tonggak menjalankan roda kesejahteraan
masyarakat.8

2.3 Tujuan
Adapun tujuan dari wakaf dapat dilihat dari tujuan umum maupun khusus.
a. Tujuan umum
Tujuan umum wakaf adalah bahwa wakaf memiliki fungsi sosial. Allah
memberikan manusia kemampuan dan karakter yang beraneka ragam. Dari
sinilah, kemudian timbul kondisi dan lingkungan yang berbeda di antara masing-
masing individu. Ada yang miskin, kaya, cerdas, bodoh, kuat dan lemah. Di balik
semua itu, tersimpan hikmah, dimana Allah memberikan kesempatan kepada yang
kaya menyantuni yang miskin, yang demikian merupakan wahana bagi manusia
untuk melakukan kebajikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah,
sehingga interaksi antar manusia saling terjalin.9
b. Tujuan khusus
Sesungguhnya wakaf mengantarkan kepada tujuan yang sangat penting
yaitu pengkaderkan, regenerasi dan pengembangan sumber daya manusia. Sebab,
manusia menunaikan wakaf untuk tujuan berbuat baik, semuanya tidak keluar dari
maksud-maksud syari’at islam, di antaranya:
Semangat keagamaan, yaitu beramal karena untuk keselamatan hamba
pada hari akhir kelak. Maka, wakafnya tersebut menjadi sebab keselamatan,
penambahan pahala dan pengampuna dosa. Semangat sosial yaitu kesadaran
manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Sehingga, wakaf yang
dikeluarkan merupakan bukti partisipasi dalam pembangunan masyarakat.10
Motivasi keluarga, yaitu menjaga dan memelihara kesejahteraan orang-
orang yang ada dalam nasabnya. Seseorang mewakafkan harta bendanya untuk

8
Firman Muntaqo, Problematika Dan Prospek Wakaf Produktif Di Indonesia, Al-ahkam, Vol. 25,
No. 1, 2015, hal 91
9
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Depok: IIMan Press, 2004), hlm.83
10
Abdul Nasir Khoerudin, Tujuan dan Fungsi Wakaf Menurut Para Ulama dan Undang-Undang di
Indonesia, Tazkiya Jurnal Keislaman, Vol. 19, No. 2, 2018, hal 8

7
menjamin kelangsungan hidup anak keturunannya, sebagai cadangan di saat-saat
mereka membutuhkannya.11
Dorongan kondisional, yaitu terjadi jika ada seseorang yang ditinggalkan
keluarganya, sehingga tidak ada yang menanggungnya, seperti seorang perantau
yang jauh meninggalkan keluarga. Dengan sarana wakaf, si wakif bisa
menyalurkan hartanya untuk menyantuni orang-orang tersebut.12

2.4 Jenis Wakaf


Bila ditinjau dari segi perentukan ditujukan kepada siapa wakaf itu, maka
ulama memformulasikan bahwa wakaf itu ada tiga jenis, yaitu wakaf ad-dzurri
(wakaf ahli, untuk keluarga), wakaf al-khairi (untuk kebaikan umum) dan wakaf
musytarak atau kalau dalam Bahasa inggris biasa ditulis waaf mushtarak (wakaf
gabungan atau wakaf kombinasi antara ad-dzurri dan al-khairi).13
1. Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih,
keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf dzurri. Apabila
ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada cucunya,
wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfaatnya adalah mereka yang
ditunjukan dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini (wakaf ahli/dzurri) kadang-
kadang juga disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukan bagi
kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga (family), lingkungan
kerabat sendiri.
2. Wakaf Khairi
Yaitu, wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atay
kemasyarakatan (kebijakan umum). Seperti wakaf yang diserahkan untuk
keperluan pembanguna masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak
yatim dan lain sebagainya. jenis wakaf ini seperti yang dijelaskan dalam Hadist
Nabi Muhammad Saw. yang menceritakan tentang wakaf sahabat Umar bin
Khattab, beliau memberikan hasil kebunnya kepada fakir miskin, ibnu sabil,

11
Ibid, hal 8
12
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Depok: IIMan Press, 2004), hlm 85
13
Ahmad Muhajidin, Hukum Wakaf Di Indonesia Dan Proses Penanganan Sengketanya, (Jakarta:
Prenamedia, 2021), hal 75-78

8
sabilillah, para tamu dan hamba sahaya yang berusaha menebus dirinya. Wakaf
ini ditujukan kepada umum dengan tidak terbatas penggunaanya yang mencakup
semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya.
Kepentingan umum tersebut bisa untuk jaminan social, Pendidikan, kesehatan,
pertahanan, keamanan dan lain-lain. Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis
ini lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena tidak
terbatasnya pihak-pihak yang ingin mengambil manfaat. Dan jenis wakaf ini
adalah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan itu sendiri
secara umum. Dalam jenis wakaf ini juga, si wakif dapat mengambil manfaat dari
harta yang diwakafkan, seperti masjid maka si wakif boleh saja disana, atau
mewakafkan sumur, maka si wakif boleh mengambil air dari sumur tersebut
sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Ustman bin Affan. Secara
substansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari cara
membelanjakan (memanfaatkan) harta dijalan Allah SWT. dan tentunya kalau
dilihat dari manfaat kegunaannya merupakan salah satu sarana pembangunan,
baik dibidang keagamaan, khususnya peribadatan, perekonomian, kebudayaan,
Kesehatan, keamanan dan sebagainya. Dengan demikian, benda wakaf tersebut
benar-benar terasa manfaatnya untuk kepentingan kemanusiaan (umum), tidak
hanya untuk keluarga atau kerabat yang terbatas.
3. Wakaf Musytarak (Gabungan)
Wakaf musytarak (gabungan), yaitu wakaf yang tujuan wakafnya untuk
memberi manfaat kepada umum dan keluarga secara bersamaan, misalkan wakaf
sebuah perkebunan yang hasilnya untuk fakir miskin dan sebagaian untuk
keluarganya.
Secara praktik wakaf musytarak telah ada di Indonesia. Contohnya adalah
wakaf yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, yang mewakafkan harta bendanya
berupa sawah-sawah untuk keperluan keturunannya dan pembiayaan Masjid
Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak, Jawa Tengah

9
Sedangkan berdasarkan Batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua
jenis yaitu:14
1. Wakaf abadi
Wakaf abadi adalah apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi,
seperti tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang
ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian
hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya
perawatan wakaf dan mengganti kerusakannya.
2. Wakaf sementara
Wakaf sementara adalah apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang
mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk mengganti bagian
yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang
memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya.
Sedangkan, berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagai menjadi dua
yaitu:
1. Wakaf langsung
Wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai
tujuannya, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar,
rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan lain sebagainya.
2. Wakaf produktif
Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan
produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.

2.5 Wakaf Produktif


A. Konsep Wakaf Produktif
Jaih Mubarok (2008: 16) mengartikan wakaf produktif sebagai proses
pengelolaan benda wakaf untuk menghasilkan barang atau jasa yang maksimum
dengan modal yang minimum. Menurut Mubarok (2008: 28), wakaf produktif
dikelola dengan pendekatan bisnis, yakni suatu usaha yang berorientasi pada

14
Siti Hana, Wakaf Saham Dalam Perspektif Hukum Islam (Endowments Stock In Islamic Law
Perspective), Mizan Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 3, No. 1, 2015, hal 114

10
keuntungan dan keuntungan tersebut disedekahkan kepada pihak yang berhak
menerimanya.15
Menurut Antonio dalam Mubarok (2008: 35), wakaf produktif adalah
pemberdayaan wakaf yang ditandai dengan tiga ciri utama, yaitu pola manajemen
yang integrative, mengikuti asas kesejahteraan nazhir, dan asas transparansi dan
tanggung jawab.16
B. Jenis Wakaf Produktif
1) Wakaf Uang
Wakaf uang merupakan salah satu objek wakaf yang dalam pandangan
an-Nawawi didefinisikan sebagai setiap harta tertentu yang dimiliki dan
memungkinkan untuk dipindahkan dan diambil manfaatnya. 17 Wakaf uang
merupakan terjemahan langsung dari istilah Cash Waqf yang popular di
Bangladesh, tempat A. Mannan menggagas idenya.18 Selanjutnya wakaf uang
juga dalam definisi Departemen Agama adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk
uang.19 Dengan demikian, wakaf uang merupakan salah satu bentuk wakaf
yang diserahkan salah seorang wakif kepada nadzir dalam bentuk uang
kontan.
2) Wakaf saham
Wakaf saham termasuk wakaf produktif. Saham sebagai barang yang
bergerak dipandang mampu menstimulus hasil−hasil yang dapat digunakan
untuk kepentingan umat. Bahkan, dengan modal yang besar, saham mampu
memberikan konstribusi yang cukup besar di banding jenis komoditas
perdagangan yang lain. Jadi, menurut Siti Hana wakaf saham yang
dinisbahkan ke dalam wakaf manfaat merupakan hal yang diperbolehkan,

15
Nurodin Usman, Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk Kesehatan (Studi kasus Bandha Wakaf
Masjid Agung Semarang), Muaddib, Vol. 4, No. 2, 2014, hal 7.
16
Nurodin Usman, Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk Kesehatan (Studi kasus Bandha Wakaf
Masjid Agung Semarang), Muaddib, Vol. 4, No. 2, 2014, hal 7.
17
An-Nawawi, Raudah al-Talibin wa ‘Umdah al-Muftin, t.p. t.h. II:252-256
18
Sudirman Hasan, Wakaf Uang Dan Implementasi Di Indonesia, De Jure Jurnal Syarah dan
Hukum, Vol. 2, No. 2, 2010, hal 164
19
Achmad Djunaidi, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI, 2007). Hal 3

11
mengingat saham juga merupakan harta berharga dan manfaat yang diberikan
dari wakaf saham sangat berarti bagi pemberdayaan umat.20
3) Warung wakaf
Warung Wakaf merupakan program dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan
Global Wakaf yang berbasis ekonomi kerakyatan.Asset wakaf dikelola secara
produktif dengan pendekatan ekonomi kerakyatan di bidang pertanian,
peternakan dan kewirausahaan. Munculnya Warung Wakaf berasal dari
paradigma wakaf produktif yang merupakan sebuah momentum sebagai suatu
upaya transformasi dari pengelolaan wakaf yang tradisional menjadi
pengelolaan wakaf yang profesional untuk meningkatkan atau menambah
manfaat wakaf.21

2.6 Rukun dan Syarat Wakaf


Rukun wakaf ada empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf. Petama,
orang yang berwakaf (al-waqif). Kedua, benda yang yang diw akafkan (al-
mauquf). Ketiga, orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
Keempat, lafaz atau ikrar wakaf (sighah).22
1. Wakif (pemberi wakaf)
Seorang wakif disyaratkan orang yang mampu untuk melakukan transaksi,
diantaranya usia baligh, berakal dan tidak dalam keadaan terpaksa. Dalam fiqhi
Islam dikenal baligh dan Rasyid. Baligh lebih dominan kepada factor usia,
sedangkan Rasyid di titik beratkan pada kematangan pertimbangan akal. Oleh
karena itu, dipandnag tepat bila dalam bertransaksi disyaratkan bersifat Rasyid.
Berdasarkan pada syarat tersebut, diperbolehkan pula wakaf dari seorang kafir,
karena sifat wakaf sendiri masuk kategori bukan ibadah mahdah, dan ini beda
dengan ibadah nadzar. Sebaliknya, tidak dibenarkan wakaf dari seorang anak-
anak di bawah usia, orang gila, serta orang yang dipaksa23
2. Mauquf (yang diwakafkan).
20
Siti Hana, Wakaf Saham Dalam Perspektif Hukum Islam (Endowments Stock In Islamic Law
Perspective), Mizan Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 3, No. 1, 2015, hal 122
21
Agustiano, Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat, (Jakarta: Niriah, 2008), hal. 77
22
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenamedia Group, 2009), hal
437
23
Muh. Fudhail Rahman, Wakaf Dalam Islam, Al-Iqtishad, Vol. 1, No. 1, 2009, hal 85

12
Harta yang diwakafkan merupakan barang yang jelas wujudnya, milik orang
yang mewakafkan, serta manfaatnya yang bertahan lama untuk digunakan. Oleh
sebab itu, tidak dibenarkan wakaf yang wujudnya manfaat, karena bentuk wakaf
sendiri adalah barang. Dibolehkan juga wakaf harta rampasan, karena barang
tersebut menjadi milik yang mengambilnya. Sama halnya dengan wakaf orang
buta, karena dalam wakaf tidak ada syarat mampu melihat. Harta wakaf dapat
pula berupa uang modal, misalnya saham pada perusahaan, dan berupa apa saja.
Yang terpenting dari pada harta yang berupa modal ialah dapat dikelola dengan
sedemikian rupa sehingga mendatangkan kemaslahatan dan keuntungan24
3. Mauquf` alaihi (yang diberi wakaf).
Pada syarat berikut, terbagi kepada dua bagian. Yaitu tertentu dan tidak
tertentu. Mauquf alaih tertentu bisa jadi dimaksudkan kepada satu orang, dua
orang atau lebih dalam jumlah yang telah ditetapkan. Yang jelas, memiliki
kemampuan untuk memiliki pada saat terjadinya prosesi wakaf. Oleh karena itu,
tidak dibenarkan memberi wakaf kepada orang yang tidak jelas sosknya.
Misalnya, akan mewakafkan kepada calon anaknya, padahal dari ridha Allah,
sebagiamana wakaf yang secara umum dapat kita saksikan25
4. Highah wakaf ( pernyaataan pemberian wakaf dan penerimaannya).
Syarat-syarat sighat wakaf ialah wakaf disighatkan, baik lisan, tulisan mapun
dengan isyarat. Wakaf dipandang telah terjadi apabila ada pernyataan wakif (ijab)
dan Kabul dari mauquf alaih tidaklah diperluhkan. syarat hanya diperlukan bagi
wakif yang tidak mampuh dengan cara lisan atau tulisan.26

2.7 Perekonomian/Ekonomi
A. Pengertian Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos
dan nomos. oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti, tata, aturan. Dengan
demikian secara sederhana ekonomi dalam pengertian bahasa berarti. Ekonomi
atau tata aturan rumah tangga. Ekonomi menurut kamus Bahasa Indonesia berarti
segala hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian
24
Ibid, hal 85
25
Muh. Fudhail Rahman, Wakaf Dalam Islam, Al-Iqtishad, Vol. 1, No. 1, 2009, hal 85-86
26
Ibid, hal 86

13
barangbarang dan kekayaan (keuangan). Ekonomi berkenaan dengan setiap
tindakan atau proses yang harus dilaksanakan untuk menciptakan barang-barang
dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia.27
Selanjutnya ekonomi dalam pengertian dan istilah terdapat beberapa definisi
para ahli sebagai berikut:28
1. Pendapat Adam Smith, ekonomi adalah “Ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus
mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan
perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab material dari kemakmuran,
seperti hasil-hasil industri, pertanian dan sebagainya”
2. Marshall mengemukakan : “Ekonomi adalah: Ilmu yang mempelajari usaha-
usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu
ekonomi membahas kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana
ia memperoleh pendapatan dan bagaimana pula ia mempergunakan pendapatan
itu”
3. Menurut Ruenez : “Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam menghadapi kebutuhankebutuhannya dengan sarana-sarananya
yang terbatas yang memmpunyai berbagai macam fungsi”.
4. Menurut Abraham Maslow Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang
mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui
penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip
serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan
efisien
B. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) didefinisikan sebagai peningkatan
dalam kapasitas suatu bangsa jangka panjang untuk memproduksi aneka barang
dan jasa bagi rakyatnya. Kapasitas itu bertumpu pada kemajuan teknologi
produksi. Secara konvensional, pertumbuhan diukur dengan kenaikan pendapatan

27
Hendra Safri, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo,
2018), hal. 3
28
Ibid, hal 8-9

14
nasional (PNP, GNP) perkapita.29 Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang (Boediono, 1999:1).
C. Pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas
kehidupan manusia. Melalui pembangunan, kemakmuran, taraf hidup dan
lapangan kerja baru bisa menjadi lebih baik, sehingga mampu mengatasi berbagai
persoalan pembangunan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan
ekonomi.30
Dalam pengertian paling luas, pembanguna ekonomi mengarah pada
kebijakan dan program yang bertujuan memberikan menyediakan layanan kepada
public yang mencakup pembangunan jalan raya, pengelolaan taman dan layanan
medis bagi golongan kurang mampu. Dan secara eksplisit ditujukan pada
perbaikan iklim usaha melalui upaya-upaya khusus, keungan usaha, pemasaran,
pembangunan Kawasan hunian, retensi dan ekspansi usaha, alih teknologi,
pengembangan property estat dan lain sebagainya.31

29
Gerardo P. Sicat, H. W. Arndt, Ilmu Ekonomi Untuk Konteks Indonesia, ter. Nirwono, (Jakarta:
LP3ES, 1991), hal. 345
30
Isnaini Harahap, Ekonomi Pembangunan: Pendekatan Transdisipliner, 2018.
31
Mit Witjaksono, Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah Istilah dan
Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan, Jesp, Vol. 1, No.1, hal 4

15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang nantinya akan dilakukan
adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode metode
untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.
Variabel – variabel ini diukur sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat
dianalisis berdasarkan prosedur – prosedur statistic ( Creswell,2012 : 5, dalam
Faridatul Farihah, 2014 : 55) . Dalam Farihah (2014), menurut Azwar (2011: 5)
pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam
rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan
diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi antara variabel yang
diteliti. Secara garis besar penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan
menggunakan sampel yang besar.

Penulis menggunakan metode korasional yang bertujuan mendeteksi


sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi – variasi
pada satu faktor atau lebih berdasarkan koefisien korelasi. 32

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel merupakan istilah yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang menjadi objek pengamatan penelitian. Selain itu , variabel juga biasanya
dijadikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam fenomena atau kejadian yang
akan diteliti33

32
Rafidaul Farihah, PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP STRES MAHASISWA
ANGKATAN 2010 YANG MENYUSUN SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG, Universitas Islam Negeri Malang, 2014, hlm. 55
33
Ibid, hlm.56

16
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel variabel terikat dan satu
variabel bebas :

1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi variabel lainnya


atau dengan kata lain variabel ini merupakan variabel yang ingin diketahui
pengaruhnya terhadap variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini
yang dijadikan variabel bebas adalah wakaf.
2. Variabel terikat adalah variabel yang ingin diukur untuk mengetahui
pengaruh yang diberikan terhadap variabel bebas. Dalam penelitian ini
varibael yang terikat adalah pembangunan ekonomi.

3.3 Defenisi Oprasional


Definisi oprasional adalah sebuah definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik veriabel tersebut yang dapat diamati.
Peneliti harus memilih dan menentukan definisi oprasional yang relevan bagi
variabel yang diteliti (Azwar , 2011 :74, dalam Faridatul Farihah, 2014 : 56).
Adapun definisi oprassional yang diteliti dalam penelitian ini adalah ;

1. Wakaf secara umum wakaf adalah sejenis pemberian dengan


pelaksanaanya yaitu dengan cara menahan (pemilikan) kemudian
menjadikan manfaatnya untuk umum.34
2. didefinisikan sebagai peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa jangka
panjang untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya.
Kapasitas itu bertumpu pada kemajuan teknologi produksi. Secara
konvensional, pertumbuhan diukur dengan kenaikan pendapatan nasional
(PNP, GNP) perkapita.35

34
Rachmad Risqy K dan Rasheed Al Fattah, Peranan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Dalam
Perekonomian Di Era Digital, hal 2
35
Gerardo P. Sicat, H. W. Arndt, Ilmu Ekonomi Untuk Konteks Indonesia, ter. Nirwono, (Jakarta:
LP3ES, 1991), hal. 345

17
3.4 Populasi Dan Sampel
1. Populasi

Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik
kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok
objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman. 2006 : 181).

2. Sample

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. 2005 : 79). Kemudian
menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan jumlah sampel dengan
taraf signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25 maka sampel sebanyak 23
orang. (Sugiyono. 2005 : 98)

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian .

1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku
objek sasaran.36

Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis


fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilaksanakan baik secara langsung
maupun tidak langsung 37

36
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi (Jakarta: Rineka
Cipta,2011), hlm.104.
37
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian ( Bandung: Sinar Baru,1989),hlm.84.

18
2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
yang berlansung satu arah , artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara38

Wawancara adalah bentuk komunikasi lansung antara peneliti dan


responden.39 Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal. Teknik wawancara tau interview merupakan
cara yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara mengadakan
wawancara secara langsung dengan informen. Wawancara (Interview) yaitu
melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sample peneliti dengan
sistematis (struktur).

3 Dokementasi
Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan data-data berupa buku, catatan (dokumen) sebagaimana dijelaskan
oleh Sanapiah Faesal sebagai berikut: metode dokumenter, sumber informasinya
berupa bahan-bahan tertulis atau tercatat. Pada metode ini petugas pengumpuan
data tinggal mentransper bahan-bahantertulis yang relevan pada lembaran-
lembaran yang telah disiapkan untuk mereka sebagaimana mestinya .40

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-


catatan mengenai data pribadi responden.41

38
Abdurrahman Fatoni, Op-Cit., hlm105.
39
Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo,cet.1,2002), hlm. 19
40
Sanafiah Faesal, Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial ( Surabaya: Usaha Nasional,
2002).hlm.42-43
41
Abdurrahman Fatoni, op-cit., hlm.112

19
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Peranan wakaf terhadap pembangunan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat salah satunya adalah dari
indikator tingkat kemiskinan. Kemiskinan menjadi awal terjadinya kerusakan dan
ketidakstabilan perekonomian Negara. Kemampuan masyarakat miskin dalam
mencukupi kebutuhan utama yaitu makanan menjadi hal yang krusial.Tidak dapat
di pungkiri, bahwa di dasawarsa ke 7 kemerdekaan Bangsa Indonesia, Negara
kita tercinta ini masih menghadapi berbagai permasalahan terkait dengan
kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
penduduk miskin Indonesia pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta penduduk.
Angka ini menurun 810 ribu penduduk dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya.Di dalam perhitungannya, BPS menggunakan pendekatan
pengeluaran per kapita sebesar Rp425.250 per bulan per kapita sebagai garis
kemiskinan terbaru. Garis kemiskinan adalah cerminan dari pengeluaran
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan sebesar 2.100 kalori. Dengan
demikian, jika harga-harga bahan pangan meningkat, garis kemiskinan juga
terangkat naikSebab, pemerintah kini berhadapan dengan masyarakat yang benar-
benar susah keluar ke atas garis kemiskinan

Umat Islam yang mengisi komposisi penduduk secara mayoritas, mestilah


mengambil peranan untuk turut serta menyelesaikan permasalahan kemiskinan
tersebut. Dalam hal ini, lembaga pengelola zakat telah cukup mengambil peranan
melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat. Akan tetapi cakupan
pemanfaatan dana zakat masih terbatas, sesuai dengan kaidah fikih penyaluran
zakat. Berkaitan dengan kontribusi terhadap upaya sustainable development,
wakaf dapat menjadi pilihan utama dikarenakan fleksibilitas pemanfaatan yang
lebih luas. Pemanfaatan asset wakaf dapat diarahkan untuk meningkatkan
kontribusi terhadap pembangunan secara menyeluruh. Termasuk didalamnya

20
berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung
terbukanya akses masyarakat terhadap sumberdaya ekonomi dan pendidikan.
Diharapkan kemudian, tidak hanya jumlah wirausahanya yang bertambah tetapi
juga tersedia akses yang cukup untuk mendorong perputaran barang dan jasa
secara merata diseluruh wilayah Indonesia.

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN)


Indonesia pada akhir April 2019 sebesar 389,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp
5.528 triliun (kurs Rp 14.200 per dollar AS). ULN ini tumbuh lebih tinggi
dibanding Maret 2019. Pembayaran bunga utang tercatat terus membebani
anggaran. Pasalnya, di tengah tren kinerja pendapatan negara yang loyo, realisasi
pembayaran bunga utang justru diperkirakan akan melebihi pagu anggran 2019.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, beban pembayaran bunga utang secara
nominal selama periode 2014 – 2019 rata-rata naik sebesar 15,7%, sedangkan
rasionya terhadap produk domestik bruto (PDB) juga naik dari 1,26% pada 2014
menjadi 1,7% dari PDB pada 2019.

Secara umum tidak terdapat ayat al-Qur’an yang menerangkan konsep wakaf
secara konkrit tekstual.Wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah

Di antara ayat-ayat tersebut antara lain: “Wahai orang-orang yang beriman!


Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk
untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya.Dan ketahuilah
bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji”: (QS al Baqarah/2:267 Ayat al-Qur’an
selanjutnya, yaitu: QS Ali Imran/3:92 .Terjemahnya: “Kamu tidak akan
memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha
Mengetahui.

21
Wakaf dalam praktiknya terdiri dari:

1. benda bergerak, antara lain uang tunai, saham, simpanan uang, investasi,
produksi, sewa-menyewa, wakaf manfaat dan berjangka.
2. benda tak bergerak, antara lain: masjid/musholla, pendidikan, pesantren,
tanah/kebun pertanian, tanah strategis, tanah kuburan, mall, perkantoran,
Islamic Center, dan hak paten.
Untuk benda tidak bergerak. pemanfaatannya dapat menggunakan skema
Sukuk Linked Waqf (SLW). Di atas tanah wakaf dapat dibangun asset-aset yang
menghasilkan, Sedangkan untuk benda bergerak, peningkatan pemanfaatannya
dapat menggunakan skema Cash Waqf Linked Sukuk.Wakaf tunai dari masyarakat
akan dibelikan surat berharga dimana hasil pengumpulan dananya digunakan oleh
pemerintah untuk menutup biaya pembangunan utamanya infrastruktur,
sedangkan imbal hasil pembelian surat berharga akan kembali kepada pengelola
beserta pokonya pada saat jatuh tempo.Wakaf uang memiliki efek pengganda
yang cukup signifikan dalam perekonomian. Hal ini secara langsung dan tidak
langsung akan mampu menjadi pengaruh yang signifikan dalam program
pengentasan kemiskinan. Semakin besar wakaf uang yang mampu dikelola, maka
akan semakin besar pula pengaruh wakaf uang dalam perekonomian terutama
dalam mengentaskan kemiskinan.

Wakaf juga bisa digunakan sebagai suatu sumber dana dalam meningkatkan
infrastuktur untuk percepatan pembangunan, meningkatkan stuktur sosial di
dalam proses pembangunan dengan berperan aktif dalam sektor kesehatan,
pendidikan, investasi pelayanan publik serta mengambil alih anggaran investasi
pemerintah sehingga memperkuat keuangan Negara. Jumlah umat muslim yang
terbesar di dunia terutama di Indonesia merupakan sebuah aset besar dalam
penghimpunan dan pengembangan wakaf uang. Jika wakaf uang dapat
diimplementasikan dengan baik, maka akan terdapat dana potensial yang dapat
dipergunakan bagi kemaslahatan umat42

Tasnim nikmatullah dkk, menakar urgensi komersialisasi asset wakaf dalam upaya
42

meningkatkan nilai manfaat asset wakaf kontribusinya terhadap perekonomian, seminar


manajemen ekonomi dan akuntansi, 2019, hal.41-43

22
Wakaf merupakan menjadikan harta dari kepentingan konsumsi menjadi modal
investasi yang dapat menghasilkan barang dan jasa untuk kepentingan masa
depan, baik untuk kepentingan kelompok masyarakat atau kepentingan individu.
Secara umum, wakaf berhubungan dengan 3 kegiatan ekonomi yaitu:

a. Berhubungan dengan ekonomi kerakyatan karena benda yang diwakafkan


tidak boleh diperjualbelikan
b. Wakaf berhubungan dengan ekonomi negara karena benda wakaf bukanlah
milik perorangan melainkan menjadi milik umum/ umat.
c. Berhubungan dengan ekonomi keluarga karena dalam macam-macam
wakaf terdapat wakaf ahli (wakaf keluarga).
Selain berhubungan dengan kegiatan ekonomi, wakaf dalam perspektif
ekonomi makro menurut Murtadho Ridwan yaitu: wakaf dapat mengurangi
tingkat suku bunga (rate of interest), salah satu mekanisme redistribusi kekayaan,
dan mengandung unsur unvestasi dan tabungan.

wakaf dapat mengurangi tingkat suku bunga (Rate Of Interest). Ini karena
salah satu ciri utama dari system ekonomi Islam adalah larangan Riba dalam
aktifitas ekonomi. Sementara bunga merupakan salah satu unsur utama dalam
system ekonomi konvensional dan sebagai penentu berlakunya system ekonomi
tersebut. Menurut ekonomi Islam, wakaf dapat mengurangi tingkat suku bunga
secara nyata. Wakaf dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam
menyediakan fasilitas public yang diperlukan masyarakat tanpa membebankan
biaya kepada pihak pemerintah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan
dana wakaf dari orang-orang kaya dan mengunakan dana tersebut untuk
membangun fasilitas umum yang diperlukan masyarakat43

wakaf dari segi ekonomi dari segi ekonomi merupakan tindakan yang
mengabungkan antara investasi dan tabungan. Ini karena wakaf sendiri adalah
investasi, karena yang dimaksud investasi adalah menghasilkan keuntungan untuk
digabungkan dengan modal usaha dan juga untuk digunakan memenuhi
kebutuhan hidup, dan definisi ini sesuai dengan definisi wakaf. Barang yang
diwakafkan dapat menghasilkan kemanfaatan dan fasilitas umum yang diperlukan

43
Murtadho Ridwan, wakaf dan pembangunan ekonomi, ZISWAF, vol.4, no.1, 2017, hal.115-117

23
masyarakat separti yang telah dijelaskan. Harta wakaf yang terkumpul dapat
digunakan sebagai modal investasi masa depan untuk kepentingan generasi akan
dating yang tidak mementingkankeuntungan dari pengelolanya sebab tujuan
utama wakaf adalah untuk kebajikan dan tolong menolong (ta’awun) Untuk itu
perlu adanya undang-undang yang mengatur harta wakaf disetiap Negara untuk
menjaga harta amanah umat dari kesewenang-wenangan orang yang tidak
bertangungjawab.44

Dalam pengelolaannya dan prakteknya, wakaf tunai sedang marak


digaungkan. Timbul beberapa pendapat terkait hal ini, khususnya para ulama,
diantaranya menurut madzhab Imam Syafi’i wakaf tunai tidak diperbolehkan,
dengan alasan bahwa wakaf akan lenyap jika pengelola mengalami kerugian.
Dalam kaitannya dengan itu, dapat ditunjukkan bahwa tujuan wakaf itu ialah
utamanya untuk filantropi dan wakaf merupakan hal-hal yang termasuk dalam
kategori ibadah dan ibadah tersebut merupakan ibadah mahdhah dan harus tidak
bertentangan dengan syari’at islam. Telah dapat diketahui dari tujuan wakaf
tersebut bahwa wakaf tunai itu sebenarnya boleh dan dapat dilakukan oleh
siapapun asal tidak melanggar syara’. Sehingga wakaf tunai yang bisa dianggap
sebagai wakaf yang sah harus memenuhi beberapa syarat tentang wakaf, syarat itu
diantaranya adalah:

1. Wakaf tidak dibatasi waktu tertentu.


2. Tujuan wakaf harus jelas.
3. Wakaf harus segera dilaksanankan setelah dinyatakan oleh waqif.
4. Wakaf merupakan hal yang mesti dilaksanakan tanpa syarat boleh
khiyar.
Meskipun timbul perbedaan pendapat, kita sebagai umat Islam tidak boleh
menjatuhkan satu sama lain. Tujuan dari wakaf ini adalah untuk beribadah, maka
apapun yang diputuskan oleh seorang wakif, seorang nazhir wajib untuk menjaga
dan mengelola harta wakaf yang telah diamanahkan kepadanya.45

Ibid, hal-117
44

M.A. mannan, sertifikat wakaf tunai sebuah inovasi instrument keuangan islam, terj. Agus
45

mujanto dkk, depok:ciber PKTTI-UL, 2000), hal-25

24
4.2 Model Pengelolaan Wakaf Dalam Pembangunan Ekonomi

Lembaga wakaf memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk


membangkitkan kegiatan masyarakat, bukan tujuan memperoleh kekuasaan
dipemerintahan ,sebagaimana juga tidak sepenuhnya berorientasi pada
profit,seperti perusahan swasta dan Lembaga non wakaf lainnya . hal ini tidak lain
karena karakteristik dari kegiatan wakaf adalah tujuan dalam kebaikan dan
pengabdian,kasih sayang dan toleransi ,tolong menolong,dan bukan untuk
memperoleh keuntungan sepihak.

Hukum islam ini telah berhasil menciptakan Lembaga perekonomian ketiga


dengan muatan nilai yg unik dan pelestarian yang berkesinambungan serta
mendorong pemberlakuan hukum yg tidak ada bandingannya dikalangan umat
umat yg lain .maka wajar kalua jumlah wakaf islam banyak sekali dan menyebar
diseluruh negara negara berpenduduk mayoritas muslim yang dapat memacu
angka pertumbuhan ekonomi disuatu negara .

Wakaf di kota-kota besar negara Islam banyak digunakan sebagai bangunan


strategis dan pusat perdagangan. Sedangkan di luar kota, wakaf tanah pertanian
penghasilannya berlimpah, terutama tanah-tanah pertanian yang dekat dengan
kota dan daerah permukiman. Di Mesir, wakaf tanah pertanian luasnya mencapai
sepertiga dari seluruh jumlah tanah pada awal adab ke-19. Begitu juga wakaf
diperkotaan yang dibuat bangunan dan pusat perdagangan jumlahnya sangat
banyak, disamping yang berbentuk wakaf langsung seperti masjid, sekolah, rumah
sakit, dan rumah yatim piatu. 46
47

46
https://jurnal.bwi.go.id/index.php/awqaf/article/view/32
47
Vol 9 No 1 (2019): Al-Awqaf: Jurnal Wakaf dan Ekonomi Islam

25
4.3 Aplikasi Pengelolaan Wakaf di Indonesia
Pemerintah mulai memperhatikan pengelolaan wakaf ditandai dengan adanya
peraturan perwakafan yaitu Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997. Akan tetapi
Peraturan Pemerintah ini hanya mengatur wakaf pertanahan saja. Artinya, hal ini
tidak berbeda dengan jenis wakaf di periode awal, yang identik dengan wakaf
tanah, serta fungsinya yang hanya mencakup kegiatan sosial keagamaan.
Kemudian, seiring dengan adanya Peradilan Agama yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentag Peradilan Agama, dibutuhkan suatu
pedoman untuk menyeselaikan sengketa tentang wakaf yang dirasai oleh hakim
Pengadilan Agama masih kurang apabila hanya mendasarkan kententuang dari
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997. Untuk itu ditetapkan Instruksi Presiden
No. 1 Tahun 1991 Tentang Komplikasi Hukum Islam.

Pada tahun 2001, ahli ekonomi Islam yang membawa pengetahuan baru
tentang pengelolaan wakaf uang guna mensejahterahkan dan memajukan umat
menjadi awal perkembangan dari keterhambatannya di Indonesia. Konsep yang
diusulkan dari para ahli ekonomi Islam, akhirnya mampu membawa pergerakan
dari keterhambatan perkembangan wakaf. Lalu pda tahun 2002, Majelis Ulama
Indonesia (UMI) mengeluarakan fakta yang memperbolehkan wakaf uang (waqf
al-nuqud) dalam rangka menyambut konsep yang diusulkan oleh para ahli
ekonomi Islam.dengan terbitnya undang-undang khusus yang mengatur wakaf,
membawa perkembangan pengelolaan wakaf di era reformasi. Pada saat ini, dasar
hukum pengelolaan nwakaf menjadi lebih tinggi, karena sudah terbentuk menjadi
undang-undang. Maka terbentuklah Undang-Undang NO. 41 Tahun 2004 yang
membahas tentang wakaf, berfungsi untuk memberikan dasar hukum yang
bersifat pasti, mendapat kepercayaan dari publik, serta memberikan perlindungan
pada aset wakaf. Pengesahan Undang-Undang ini menjadi langka yang baik
dalam meningkatkan kesejahteraan umum, mengembangkan peran wakaf, dan
juga tidak hanya terpaku pada aspek keagamaan saja, tetapi juga memiliki
kekuatan ekonomi yang berpotensi untuk memajukan kesejahteraan umum. Selain

26
dapa itu, dengan disahkannya undang-undang ini, objek wakaf lebih luas
cakupannya, tidak hanya sebatas benda tidak bergerak saja, ketentuan dari PP No.
28 Tahin 1977. Maka dari itu ditetapkanlah Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991
yang membahas tentang Komplikasi Hukum Islam.

Muncul Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 berperan sebagai titik pangkal


dalam pengelolaan wakaf di Indonesia. Harta wakaf bisa dipakai secara lebih
produktif karena di dalam wakaf tersebut mengandung pemahaman dan pola
pengaturan pengembangan potensi wakaf yang lebih modern. Wakaf yang sudah
teratur didalam undang-undang, menghasilkan sector wakaf yang bisa menjadi
solusi dan jalan keluar dalam meningkatkann kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat. Dan di dalam undang-undang ini juga, pengelolaan dan
perkembangan harta wakaf bisa dilakukan secara produktif.

Permanfaatan wakaf untuk keperluan lain masih bisa terasi walaupun


terbatasnya pemahaman hukum memanajemen wakaf para pengelola wakaf.
Sedangkan di era digital seperti sekarang ini, terjadi perluasan pengelolaan dan
perkembangan harta wakaf untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat yang berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Wakaf yang
dikembangkan pada era digital ini tidak hanya wakaf yang terbentuk dari tanah,,
akan tetapi juga wakaf yang terbentuk tunai. Sehingga harta wakaf bisa
diperluaskan secara maksimal, contohnya yaitu tidak hanya perkembangan wakaf
dalam bentuk infrastruktur sosial, akan tetapi wakaf juga bisa dikembangkan
dalam bentuk kesejahteraan ekonomi. Dengan manfaat dari hasil harta wakaf yang
digunakan untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat, menjadi harta wakaf bisa
digunakan dalam bentuk wakaf produktif sehingga dapat menghasilkan manfaat
bagi masyarakat.

Sosialisasi pengenalan bentuk wakaf lain yang berupa wakaf tunai, menjadi
peristiwa yang cukup penting. Selain itu, juga ada konsep wakaf produktif,
konsep ini menjadi sangat penting untuk diperluaskan di Indonesia karena yang
kondisi perekonomiaan tidak stabil. Wakaf tunai juga mempunyai harapan untuk
menciptakan investasi yang berfokuskan dapa keagamaan, pendidikan dan

27
pelayanan sosial. Mesir, Yordiana, Saudi Arab dan Bangladesh adalah contoh
negara-negara yang cara pengaturan terhadap wakaf lebih maju daripada negara
lainnya, dan cara memanfaatkan wakaf pada negara-negara tersebut ialah dalam
bentuk produktif. Pendidikan wakaf tidak hanya dikembangkan melalui sarana
dan prasarana ibadah tetapi juga dalam bentuk bangunan atau proyek, tanah
pertanian, perkebunan, saham, uang dan lain sebagainnya, sehingga dari wakaf
tersebut benar-benar bisa mewujudkan kesejahteraan umat. Menciptakan
kesejahteraan umat ialah sebagai salah satu percapaian dari pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf. Negara-negara muslim yang telah disebutkan di atas
telah memberlakukan tujuan kesejahteraan untuk umat ialah sebagai tujuan dari
pengelolaan wakaf. Di zaman sekarang ini, Sebuah manajemen yang modern itu
sangat dibutuhkan untuk mengelola perwakafan Indonesia agar menjadi lebih
produktif. Pada era digital sekarang membutuhkan management yang lebih
professional dan modern yang diharapkan bisa menjaikan wakaf sebagai sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial umat di Indonesia. 48

49

BAB V
PENUTUP

48
Tholhah Hasan,”Telah Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia”, Rabu, 22 April 2009.
49
lihat: http://www.antaranews.com. Diakses 22 Desember

28
5.1 Kesimpulan

29
DAFTAR PUSTAKA

Agustino. (2008). Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Niriah.


Arif, M. N. (2010). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf Uang. Jurnal asy-
syir'ah fak, Vol. 44,No.11, 4.

Arndt, G. P. (1991). Ilmu Ekonomi Untuk Konteks Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Djunaidi, A. (2007). Strategi Pembangunan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta:


Direktorat Pemberdayaan Zakat Departemen Agama RI.

dkk., T. N. (2019). Menakar Urgensi Komersialisasi Asset Wakaf Dalam Upaya


Meningkatkan Nilai Manfaat Wakaf Konstribusi Terhadap
Perekonomian .

Faesal, S. (2002). Dasar Dan Teknik Penelitan Keilmuan Sosial. Surbaya: Usaha
Nasional.

Fatoni, A. (2011). Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Harap, I. (2018). Ekonomi Pembangunan : Pendekatan Transdisipliner.

Hasan, S. (2010). Wakaf Uang Dan Implementasi di Indonesia. De Jure Jurnal


Syariah dan Hukum, 164.

Kabisi, M. A. (2004). Hukum Wakaf. Depok: IlMan Press.

Khoerudin, A. N. (2018). Tujuan Dan Fungsi Wakaf Menurut Para Ulama Dan
Undang - Undang Di Indonesia. Tarkiya Jurnal Keislaman , Vol.19,No.2 ,
6.

KhoSyi'ah, S. (2010). Wakaf Dan Hibah (Perspektif Ulama Fiqh Dan


Perkembangannya di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Madzur, I. (1990). al-Arab . Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

30
Maman, M. (2000). Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrument Keuangan
Islam . Depok: Ciber PKTTI-UL.

Muhaijin, A. (2021). Wakaf di Indonesia Dan Proses Penanganan Sengketanya.


Jakarta: Prenamedia.

Munir, A. S. (2015). Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal


Ummul Oura Vol. VI , No. 2,, 96.

Muntago, F. (2015). Probelamatika Dan Prospek Wakaf Produktif Di Indonesia.


Al - Ahkam , Vol.25, No.1, 88.

Rachmad Risqy, R. A. (2021). Peran dan pengelolaan Wakaf Uang Dalam


Perekonomian Di era Digita. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam.

Rahman, M. F. (2009). Wakaf Dalam Islam. Al-Iqtisshad, Vol.1, No. 1, 85.

Ridwan, M. (2017). Wakaf Dan Pembangunan Ekonomi. ZISWAF, Vol. 4, No. 1,


115-117.

Safri, H. (2018). Pengantar Ilmu Ekonomi. Palopo: IAIN Palopo.

Sana, S. (2015). Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam. Mizan Jurnal Ilmu
Syariah , Vol.3, No.1, 114.

Soemitra, A. (2009). Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:


Prenamedia.

Sudjana, N. (1989). Penelitian Dan Penilaian. Bandung: Sinar Baru.

Usman, N. (2014). Pengelolaan Wakaf Produktid Untuk Kesehatan (Studi Kasus


Bandha Wakaf Masjid Agung Semarang. Muaddib, Vol.4, No.2, 7.

Witjaksono, M. (2009). Pembangunan Ekonomi Dan Ekonomi Pembangunan.


Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan Vol. 1, No. 1, , 4.

31

Anda mungkin juga menyukai