Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGELOLAAN WAKAF

Disusun Oleh :
Abang Muhammad A.Z
Alda Ramdani
Dinda Ramadevi
Elly Chandra
Ferla Putri Mastura
Mimie Masayu
Nur Septian Tuta
Thasya Aurelliani
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur tidak lupa kita ucapkan kepada Allah SWT
yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga dengan kesehatan
dan kesempatan itu kami masih sempat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat
beserta salam kami sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW, karena
dengan syafa’atnyalah kita bisa diringankan dalam memperoleh ridho Allah sehingga bisa
masuk ke dalam surga Allah.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Weny
Suhaja yang telah membimbing dan memberikan support kepada kami,
sehingga kami bisa menyusun makalah ini. Semoga bimbingan yang Ibu berikan
dapat bermanfaat, Amin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu dengan penuh rendah hati kami mohon
agar Guru pembimbing berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun guna
sempurnanya tugas ini .
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna terutama bagi para siswa(i), Amin
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Pengertian.........................................................................................................2
B. Sejarah..............................................................................................................3
C. Dasar Hukum...................................................................................................5
D. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Wakaf..............................................................6
E. Perkembangan Pengelolaan Harta Benda Wakaf di beberapa Negara.............7
F. Profil Lembaga dan sistem Pengelolaan Wakaf di indonesia..........................7
G. Rukun dan Syarat............................................................................................8
H. Bentuk-bentuk wakaf, Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya ............... 10
I. Prospek, Kendala dan Strategi Pengelolaan Wakaf ...................................... 13
J. Peraturan Per-Undang-Undangan ................................................................. 15
K. Wakaf Tunai ................................................................................................ 16
L. Wakaf: Institusi Baru dalam Praktik ............................................................23
M. Perbedaan Wakaf dengan Shodaqoh …………………………..…….…... 23

BAB III PENUTUP.............................................................................. ............24

A. Kesimpulan........................................................................................... . ...24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia telah mengenal wakaf baik setelah Islam masuk maupun sebelum
Islam masuk. Di tanah jawa, lembaga-lembaga wakaf telah dikenal pada masa Hindu-
Buddha yaitu dengan istilah Sima dan Dharma. Akan tetapi lembaga tersebut tidak
persis sama dengan lembaga wakaf dalam hukum Islam. Dan peruntukannya hanya
pada bidang tanah hutan saja atau berupa tanah saja. Umumnya, wakaf yang dikenal
pada masa sebelum Islam atau oleh agama-agama lain diluar Islam hampir sama
dengan Islam, yaitu untuk peribadatan. Dengan kata lain lambaga wakaf telah dikenal
oleh masyarakat pada peradaban yang cukup jauh dari masa sekarang. Namun tujuan
utama dari wakafnya yang berbeda-beda (untuk mendapat pahala, hanya untuk
masyarakat umum, dll). Sedangkan setelah masuknya Islam istilah wakaf mulai
dikenal. Menurut (Abdoerraoef) wakaf adalah menyediakan suatu harta benda yang
dipergunakan hasilnya untuk kemaslahatan umat. Sehingga ketika wakaf dikenal di
Indonesia juga mempengaruhi pengaturan perwakafan tanah di Indonesia yang
peruntukannya sebagai tempat-tempat peribadatan dan sosial yang dibuatnya peraturan-
peraturan yang lebih khusus mengenai wakaf di era setelah kemerdekaan.

Hal ini dapat dilihat dari UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA) yang terdapat pada Pasal 49
tentang Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian wakaf serta Bagaimana Prinsip – prinsip pengelolaan wakaf?


2. Aplikasi dan pengelolaan wakaf tunai?
3. Jelaskan Peraturan perwakafan dan profil pengelola wakaf serta prospek
perwakafan di indonesia?

C. Tujuan

Pemanfaatan wakaf tidak hanya sebatas untuk kegiatan-kegiatan keagamaan


dan sosial belaka, namun juga hendaknya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
ekonomi yang bersifat makro. Selain itu, dengan dilakukannya investasi terhadap
tanah wakaf. Sehingga tujuan dan manfaat diadakannya wakaf tersebut dapat
terlaksana dengan baik dan benar-benar berguna bagi masyarakat umum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Secara etimologi, wakaf berasal dari “Waqf” yang berarti “al-Habs”.


Merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti
tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu.
Dalam pengertian hukum Islam wakaf adalah melepas kepemilikan atas harta yang dapat
bermanfaat dengan tanpa mengurangi bendanya untuk diserahkan kepada

perorangan atau kelompok (organisasi) agar dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang


tidak bertentangan dengan syari’at. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai
berikut:

Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda


(al-‘ain) milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada
siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di
tangan Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang
diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut,
bukan termasuk asset hartanya.

Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta


yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan Wakif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf
kepada orang atau tempat yang berhak saja.

Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa


memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan.

Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu


menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu menurut
para ulama ahli fiqih.
Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan
perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.

Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta


benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, bantuan kepada fakir miskin.

B. Sejarah Wakaf

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena
wakaf disyariatkan setelah nabi SAW tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang
berkembang di kalangan Fuqaha tentang siapa yang pertama kali melaksanakan
syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang pertama
kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik Nabi SAW
untuk dibangun masjid. Keberadaan wakaf sejak masa Rasulullah saw, telah
diriwayatkan oleh Abdullah Bin Umar, bahwa umar bin khatab mendapat sebidang
tanah di khaibar. Lalu umar bin kahatab menghadap Rasul untuk memohon petunjuk
tentang apa yang sepatutnya dilakukan terhadap tanah tersebut. Lalu Rasul menjawab
jika engkau mau tahanlah tanah itu laku engkau sedekahkan. Lalu umar
menyedekahkan dan mensyaratkan bahwa tanah itu tidak boleh diwariskan. Umara
saluran hasil tanah itu untuk orang-orang fakir, ahli familinya, membebaskan budak,
orang-orang yang berjuang fisabililah. Masa-masa itu wakaf pertama dalam islam
yang dilakukan oleh Umar Bin khatab, kemudian disusul oleh abu thalhah dan
sahabat-sahabat nabi Masa dinasti islam Praktek wakaf menjadi lebih luas pada masa
dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah, semua orang berduyun-duyun untuk
melaksanakan wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja,
tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun
perpustakaan dan membayar gaji para statnya, gaji para guru dan beasiswa untuk para
siswa dan mahasiswa. Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin
berbuat baik dengan kekayaan yang dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa
ada aturan yang pasti. Namun setelah masyarakat Islam merasakan betapa manfaatnya
lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik
Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara dan
menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau secara individu atau
keluarga Pada masa dinasti Umayyah, terbentuk lembaga wakaf tersendiri sebagaimana
lembaga lainnya dibawah pengawasan hakim. Lembaga wakaf inilah yang pertama kali
dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan diseluruh negara Islam. Pada masa
dinasti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan “shadr al-Wuquuf” yang
mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf. Demikian perkembangan
wakaf pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah yang manfaatnya dapat dirasakan oleh
masyarakat, sehingga lembaga wakaf berkembang searah dengan pengaturan administrasinya.
Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan wakaf cukup
menggembirakan, dimana hampir semua tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf
dan semua dikelola oleh negara dan menjadi milik negara (baitul mal). Lembaga
wakaf yang berasal dari agama Islam ini telah diterima menjadi hukum adat bangsa
Indonesia sendiri. Di samping itu, suatu kenyataan pula bahwa di Indonesia terdapat
banyak benda wakaf, baik wakaf benda bergerak ataupun benda tak bergerak. Dalam
perjalanan sejarah wakaf terus berkembang dan akan selalu berkembang bersamaan
dengan laju perubahan zaman dengan berbagai inovasi-inovasi yang relevan seperti
bentuk wakaf uang, wakaf Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki). Di Indonesia sendiri
saat ini wakaf kian mendapat perhatian yang cukup serius dengan diterbitkannya
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan PP No. 42 Tahun 2006
tentang pelaksanaannya.

C. Dasar Hukum Wakaf

Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para
ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran
yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah.

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)


sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Q.S al-Baqarah:267).

Artinya : "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),


sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang
kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S ali Imran:92).
Adapun Hadis yang menjadi dasar dari wakaf yaitu Hadis yang menceritakan tentang
kisah Umar bin al-Khaththab ketika menerima tanah di Khaibar.

Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian


Umar ra. menghadap Rasulullah saw. untuk meminta petunjuk. Umar berkata: "Hai
Rasulullah saw., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?"
Rasulullah saw. bersabda: "Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan
engkau sedekahkan (hasilnya). "kemudian Umar mensedekahkan (tanahnya untuk
dikelola), tidak dijual, tidak di hibahkan dan tidak di wariskan. Ibnu Umar berkata:
"Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir,
kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang
bagi yang mengelola (Nadhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik
(sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk
harta" (HR. Muslim).

Dalil Ijma' :Imam Al-Qurthuby berkata: Sesungguhnya permasalahan wakaf


adalah ijma (sudah disepakati) diantara para sahabat Nabi; yang demikian karena
Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah, Fathimah, Amr ibn Al-Ash, Ibnu Zubair, dan
Jabir, seluruhnya mengamalkan syariat wakaf, dan wakaf-wakaf mereka, baik di
Makkah maupun Madinah, sudah dikenal masyhur oleh khalayak ramai. (Lihat: Tafsir Al-
Qurthuby: 6/339, Al-Mustadrah 4/200, Sunan Al-Daraquthny 4/200, Sunan Al-Baihaqy
6/160, Al-Muhalla 9/180).

D. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Wakaf

Ada beberapa hal yang menjadi pokok pikiran dari undang-undang tersebut,
paling tidak meliputi lima prinsip yaitu :

1. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi


harta benda wakaf, hal tersebut dapat dilihat adanya penegasan dalam undang-undang
ini agar wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf dan didaftarkan serta
diumumkan yang pelaksanaannnya dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai wakaf yang harus
dilaksanakan.

2. Ruang lingkup wakaf yang selama ini dipahami secara umum cenderung
terbatas pada wakaf benda tidak bergerak, menurut undang-undang ini wakif dapat
pula mewakafkan sebagian kekayaan berupa harta benda bergerak, baik berwujud dan
tak berwujud yaitu uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan
intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya. Dalam hal benda bergerak berupa
uang, wakif dapat mewakafkan melalui Lembaga Keuangan Syariah. Yang dimaksud
dengan Lembaga Keuangan Syariah di sini adalah badan hukum Indonesia yang
dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bergerak di
bidang keuangan syari’ah, misalnya badan hukum di bidang perbankan syari’ah.

3. Peruntukan harta wakaf tidak semata-mata kepentingan sarana ibadah dan


sosial, tetapi juga dapat diperuntukkan memajukan kesejahteraan umum dengan cara
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf.

4. Untuk mengamankan harta benda wakaf dan campurtangan pihak ketiga yang
merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan profesional Nazhir

5. Undang-undang ini juga mengatur pembentukan Badan Wakaf Indonesia yang


dapat mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan tersebut
merupakan lembaga independen yang melaksanakan tugas di bidang perwakafan yang
melakukan pembinaan terhadap Nazhir, melakukan pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf berskala nasional dan internasional, memberikan persetujuan atas
perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf dan memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
(Lihat penjelasan dari UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf).

E. Perkembangan Pengelolaan Harta Wakaf di Beberapa Negara Muslim

Wakaf mengalami kemajuan dan pengelolaan yang semakin profesional di


banyak negara muslim, seperti Arab Saudi, Mesir, Turki, Kuwait, dll. Harta wakaf
digunakan untuk membangun rumah sakit, hotel, sekolah, persawahan, jembatan,
jalan, dan sarana umum lainnya. Bahkan tanah wakaf di beberapa negara tersebut
lebih dari ¾ menjadi lahan produktif di negara tersebut. Di Mesir dan kuwait bahkan
APBN negara mereka ditopang oleh Wakaf, dan di Universitas Aljazair Kairo Mesir
Mahasiswa bahkan dibiayai oleh negara dengan dana Wakaf. Prof. Dr. Abdul Manan
(Bangladesh) membuat terobosan baru dengan membuat Social Investment Bank Ltd
(SIBL) yaitu sebuah bank sosial yang mengelola wakaf tunai. Walaupun Bangladesh
termasuk negara miskin tetapi masyarakatnya cukup antusias dalam membayar wakaf,
karena SIBL mengeluarkan sertifikat wakaf yang dapat digunakan untuk mengurangi
pajak penghasilan orang yang sudah berwakaf, dan selain itu karena dana wakaf yang
dikelola secara profesional dapat berperan dalam peningkatan perekonomian umat
Islam Bangladesh.

F. Profil Lembaga dan Sistem Pengelolaan Wakaf di Indonesia

1. Profil Lembaga

Tabungan Wakaf Indonesia merupakan lembaga wakaf yang didirikan oleh


Dompet Dhuafa dan diresmikan pada tanggal 14 Juli 2005. Berperan sebagai lembaga
yang melakukan sosialisasi, edukasi dan advokasi wakaf kepada masyarakat sekaligus
berperan sebagai lembaga penampung dan pengelola harta wakaf. Visi dalam tabungan wakaf
Indonesia ini adalah menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu menjadi wakaf
sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan sistem ekonomi
berkeadilan. Misinya itu mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran
wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif

2. Sistem Pengelolaan Wakaf

Karena pada dasarnya lembaga ini adalah amil zakat, maka pengelolaan wakaf
juga baru ada setelah ada demand wakaf dari jamaah. Demikian terus berlanjut hinga
sekarang. Laporan kegiatannya pun belum ada mengingat tanah wakaf yang terletak
di bilanagn Ciputat itu baru dibangun sarana dan prasarananya. Wakaf dalam lembaga
ini nantinya akan dikelola secara produktif yaitu nanti didalamnya akan ada sarana
ibadah dan sarana pelatihan MQ, pendidikan formal, Balai Latiahan Kerja, dan
Sebagian Pemanfaatan Lahan untuk perikanan.

Anda mungkin juga menyukai