Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT ILMU (LOGIKA ILMU DAN BERFIKIR ILMIAH)

MATA KULIAH

DOSEN PENGAMPU

FILSAFAT ILMU

AHMAD AZIZI, S.H.i., M.H

LOGIKA ILMU DAN BERFIKIR ILMIAH

OLEH:

1. DHIYAA MEUTHIA FAIQAH ERBA 1601160279

2. NOFITA INDRIYANI 183105020645

3. SUPIAN AKBAR 1601161611

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad
SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "FILSAFAT ILMU”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen FILSAFAFT ILMU yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan
sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
yang membangun. Terimakasih

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….1

C. Tujuan Penulisan………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Logika Ilmu……………………………………………………...2

1. Macam-macam Logika Ilmu………………………………...3-4

2. Manfaat Logika Ilmu………………………………………...4

3. Kegunaan Logika Ilmu………………………………………4-5

4. Logika Sebagai Cabang Filsafat……………………………..5

B. Berfikir Ilmiah……………………………………………………5

1. Pengertian Berfikir Ilmiah……………………………………5-6

2. Sarana Berfikir Ilmiah………………………………………...6-8

3. Kriteria Kebenaran……………………………………………8-10

4. Ciri Pengetahuan Ilmiah………………………………………10-1

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada
karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka keperluan kita
kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang
benar.

Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan mengenai
pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada
logika.

Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus
disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya
semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani
sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan
penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia.[1]

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Logika Ilmu?

2. Apa saja macam-macam logika ilmu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian logika ilmu

2. Untuk mengetahui macam-macam logika ilmu

3. Untuk mengetahui apa saja tentang berfikir ilmiah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Logika Ilmu
Logika berasal dari bahasa Yunani, dari kata sifat, ‘Logike’ yang berhubungan dengan kata benda logos
yang berarti perkataan atau kata sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Secara etimologis dapatlah
diartikan bahwa logika itu adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.

Istilah logika pertama kali digunakan oleh nama logika untuk pertama kali muncul pada Cicero (abad 1
sebelum Masehi) dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke 3 sesudah
Masehi) adalah filsuf pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki tingkat
kelurusan pemikiran manusia. Dengan demikian pada prinsipnya logika menjadi asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Agar dapat berpikir benar, tepat dan teratur maka logika
menyelidiki, merumuskan dan menerapkan kaidah-kaidah yang mengikat.

Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus
(tepat). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu.
Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Penjelasan seperti ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya. Logika
juga merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan ilmu penegtahuan ini asas-asas yang berpikir
lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati.

Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam
lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka,
logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek.
Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.[2]

1. Macam-Macam Logika Ilmu

Sebagai salah satu cabang filsafat, maka logika dapat dibagi menjadi:

a. Logika dalam arti sempit ialah digunakan sama arti sempit istilah termaksud dipakai searti dengan
logika deduktif atau logika formal. Adapun yang dimaksud dengan logika deduktif adalah logika yang
memepelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni sesuatu penalaran yang menurunkan
suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirannya, sehingga bersifat betul hanyaberdasarkan
bentuknya. Logika formal mempelajari asas-asas, aturan-aturan atau hukum-hukum yang harus ditaati
agar dapat berpikir dengan benar sehingga dapat memperoleh kebenaran.

b. logika dalam arti luas ialah mencakup perbincangan yang sistematis mengeanai pencapaian
kesimpulan-kesimpulan dari pelbagai bukti dan tentang bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun
dalam ilmu alam termasuk di dalamnya pembahasan tentang logika sendiri.
c. Logika induktif adalah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang benar berawal dari hal
khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi atau kemungkinana.

d. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan
mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya.

e. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan,


proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.

f. Logika murni merupakan pengetahuan mengenai asas-asas dan aturan-aturan logika yang berlaku
umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti
khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan-pernyataan yang
dimaksud.

g. Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-
bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-sehari.

h. Logika filsafati dapat dipandang sebagai ragam atau bagian logika yang berkaitan dengan
pembahasan-pembahasan dalam bidang filsafat.

i. logika matematik merupakan suatu bentuk logika yang mengkaji penalaran yang benar dengan
menggunakan metode-metode matematik serta bentuk lambing-lambang yang khusus dan cermat
untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

2. Manfaat Logika Ilmu

Manfaat logika dalam pengembangan ilmu adalah sebagai berikut:

a. Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai
dalan semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapangan kehidupan)

b. Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya
pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.

c. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan autoritas, emosi, dan
prasangkan.

d. Logika di masa sekarang dikenal sebagai “era of reason” membantu kita untuk mampu berpikir
sendiri dan tahu membedakan mana yang benar dari yang palsu.

e. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan berpikir
demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesehatan.
3. Kegunaan Logika Ilmu

kegunaan logika adalah sebagai berikut :

a. Membantu setiap orang mempelajari logika untukberpikir secara rasional, kritis, lurus, dan tetap.

b. Tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar

c. Meningkatkan kemampuan berpikir abstrak, cermat dan objektif.

d. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

e. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.

f. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan


serta kesesatan.

g. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian

h. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat

4. Logika Sebagai Cabang Filsafat

Filsafat adalah kegiatan atau hasil pemikiran atau permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari
segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam
sebuah sistem pengetahuan rasional.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini brarti logika dapat dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran pikirannya seta pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani Kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain yang menunjukan kesesatan penalarannya. Logika digunakkan untuk
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisonal,
logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang
aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar.
Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam
mengambil kesimpulan.

Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan seperti : adakah metode yang dapat
digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud dengan pendapat yang benar?
Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini
merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

B. Berfikir Ilmiah

1. Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah
dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir
merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Berfikir ilmiah juga merupakan hubungan antara sintetis antara penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Karakakteristik utamanya adalah :

a. Dilakukan dengan sadar.

b. Bertujuan intuk mencapai kebenaran ilmiah.

c. Bersifat rasional atau empiris.

d. Sistematis/analisis, dan

e. Kesimpulan yang dihasilkan tidak mempunyai kebenaran mutlak.

Adapun dalam prosesnnya, bernalar dapat dibedakan, yaitu bernalar deduktif dan bernalar induktif.
Penalaran induktif addalah berfikir berdasarkan seperangkat gejala atau data yang doiamati dengan
menerapkan logika induktif. Sedangkan berfikir deduktif adalah logika berfikir yang bergerak dari hal-hal
yang khusus untuk kemudian menggeneralisasikannya menjadi hal-hal yang umum.[3]

2. Sarana befikir ilmiah.

Berfikir ilmiah ini adalah serangkaian gerak pemikiran dalam mengikiuti jalan pemikiran yang pada
akhirnya sampai kepada kesimpulan yang dikategorika sebagai ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah. Proses dalam upaya mengembangkan gagasan dengan cara bernalar.

Berangkat dari adanya keteentuan ini, maka dengan sendirinya dapat dibedakan antara publikasi
yang dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan dan yang bukan (tulisan biasa). Tulisan biasa sama sekali
tidak terikat kepada penggunaan sarana tertentu. Sebaliknya tulisan ilmiah dikaitkan dengan sejumlah
sarana yang harus digunakan. Sarana berfikir ilmiah adalah bahasa, matematika, dan statistik.

a. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah, dan juga
merupakan alat berfikir, serta alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang
lain. Sebaghai alat komunikasi bahasa terbagi ke dalam bahasa lisan dan bahasa tulisan, dalam
pemakaiannya bahasa lisan terikat oleh ruang dan waktu, sedangkan tulisan tidak terikat ruang dan
waktu, hingga penggunaanya perlu secara tepat dan tepat, sesuai dengan kaidah yang baku.

Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah harus bersifat
komunikatif, informative dan reproduktif. Komnikatif dalam artian bahwa bahasa dijadikan salah satu
sarana komunikasi antara ilmuan dan pembaca. Dalam fungsinya ini, bahasa juga harus bersifat
informatif dan reproduktif. Adanya reproduktif adalah bahwa apa yang dimaksud oleh si penulis dapat
difahami oleh si pembaca. Bahasa ilmiah bersifat dekskriptif, yakni menjelaskan fakta dan pemikiran,
dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar salahnya.

b. Matematika

Sebagai sarana berfikir ilmiah, matematika mengembangkan bahasa numeric yang memungkinkannya
dilakukannya pengukuranvsecara kuantitatif. Matematika serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Matematika memang merupakan bahasa yang ersak, cermat, dan terbebas dari emosi.
Lambang matematika baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan rumus-rumus yang mati. Ciri utama matematika adalah metode dalam
penalaran. Persyaratan penalaran yang bersifat deduktif diletakkan oleh bangsa yunani, mereka
berpendapat bahwa hanya metode deduksilah yang mampu menghasilkan kesimpulan yang dapat
dipercaya (Morris Kline dalam Jujun S.Suriasumantri, 1984:172-173).

c. Statistik.

Setelah bahasa dan matematika, sarana berfikir ilmiah yang selanjutnya adalah statistik. Awal-awalnya
statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan atau data, baik yang berwujud angka/kuantitatif,
maupun yang tidak berwujud angka/kualitatif. Namun kemudian statistik hanya diartikan sebatas
kumpulan bahan kerterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja. Lebih lanjut statistic juga
mengemukakan nilai yang merupakan hasil pengolahan dari bilangan atau pengukuran yang telah
dikumpulkan (Jujun S. Suriassumantri, 1984:201).

Dalam konteks keilmuan, statiska merupakan bagian dari metodde keilmuan yang digunakan dalam
mendeskripsikan gejala dalam bentuk amgka-angka,baik melalui perhitungan maupun pengukuran.
Statiska digunakan untuk menarik kesimpulan daari yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya
sebagian dari populasi yang bersangkutan (Jujun S. Suriassumantri, 1984:218).

Sejalan dengan kerangka berfikir ilmiah, maka statiska terkait dengan penalaran dengan menggunakan
logika induktif. Dalam proses penalaran induktif kita dihadapkan pada berbagai kasus. Logika induktif
memproses pengetahuan berdasarkan fakta-fakta khusus yang diperoleh dari pengetahuan inderawi
melalui pengamatan. Selanjutnya dari sejumlah fakta atau gejala khusus itu ditarik kesimpulan umum
berupa pengetahuan yang baru, baik untuk sebagian atayu keseluryuhan gejala tersebut. Dengan
demikian, arah pemikiran bergerak dari data yang bersifat khusus ke kesimpulan yang bersifat umum.
Penarikan kesimpulan dari data kuantitatif ini digunakan analisis statistic (Sabarti Akhadiah:232).

Statiska sebagai sarana berfikir ilmiah, maka secara sistematis, rangkaian kerangka berfikir ilmiah
terpenuhi pula. Bahasa, matematika dan statistika sebagai pelengkap. Ketiganya melengkapi proses
penalaran, logika induktif, dan logika deduktif, yang diperlukan dalam proses berfikir ilmiah.

3. Kriteria kebenaran

Tujuan kegiatan utama ilmu pengetahuan adalah mencari pengetahuhan yang bersifat umum dalam
bentuk teori, hukum, kaidah, asas-asas dan sebagainya. Secara umum ada tiga cara menemukan
kebenaran yang didefinisikan sebagai pengetahuan.
Pertama: yang mentitik beratkan pada konsep tentang bukti yang pasti.

Kedua: dengan cara melenyapkan perbedaan antara premis, dan kesimpulan, dan meyatakan bahwa
pengetahuan meruoakan kepercayaan yang bersifat koheren.

Ketiga: dengan menggantikan pengetahuan dengan “kepercayaan-kepercayaan yang mendorong


sukses”.

Sesuai dengan tujuannya makakegiatan keilmuan diarahkan kepada penemuan kebenaran


ilmiah. Segala sesuatu secara keilmuan telah diakui serta teruji kebenarannya. Atas dasar pemahaman
ini maka muncul perbedaan kriteria kebenaran. Ada teori pokok yang lazim dijadikan penentu kriteria
kebenaran ini, yakni teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.

a. Teori koherensi

Teori koherensi ini sering disebut sebagai “teori saling hubungan” atau “teori kosintensi” maksudnya
bahwa kebenaran tergantung pada adanya hubungan secara tepat antara ide-ide yang sebelumnya
sudah diakui kebenarannya. Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.

b. Teori korespondensi

Menurut teori ini adalah kesetiaan kepada realita objektif. Kebenaran adalah penyesuaian antara
pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan situasi yang pertimbangan
itu bereusaha untuk melukiskannya. Dengan demikian, kebenaran mempunyai hubungan erat dengan
pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. Bila tidak ada hubungan sama sekali
antara keduanya, maka kebenaran itu tertolak.

Teori korespondensi ini mengatakan bahwa seluruh pendapat mengenai suatu fakta itu benar jika
pendapat itu sendiri disebut fakta yang dimaksud. Maksudnya, suatu kebenaran bias diterima sebagai
sebuah kebenaran adalah bila ada persesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta itu sendiri.

c. Teori pragmatisme

Teori pragmatisme mengemukakan bahwa kebenaran itu relative, kebenaran juga berkembang. Mereka
membedakan antara truth dan right dalam memaknakan kebenaran. Truth adalah kebenaran dalam
cara berfikir. Sedangkan right adalah kebenaran yang menjadikan berhasil dalam cara bertindak.

Menurut teori pragmatis, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuesi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Sebagai penganut teori ini,
Jhon Dewey memandang pengalaman sebagia unsur penting. Melalui pengalaman ini pula manusia
memperoleh pengetahuan dan berikhtiar (saptadarma:19).[4]

4. Ciri pengetahuan ilmiah


Ilmu pengetahuan/ilmu pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu serta
cara atau metode bagaimana memperoleh dan membuktikan kebenarannya. Beerling (1986)
mengemukakan beberapa ciri ilmu pengetahuan yakni:

a. Anggapan bahwa pengetahuan berlaku umum.

b. Ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan mandiri dalam mengembangkan norma-norma ilmiah.

c. Pengetahuan ilmiah mempunyai dasar pembenaran misalnya: verfikasi, dan falsifikasi.

d. Pengetahuan ilmiah bersifat sistematik.

e. Pengetahuan ilmiah bersifat objektif.

Sedangkan Van Melsen mengemukakan ciri-ciri pengetahuan ilmiah sebagai berikut:

a. Metodissebagai dasar penalaran.

b. Memiliki system.

c. Universal.

d. Objektif.

e. Progresif.

f. Dapat digunakan.

g. Dan tanpa pamrih.[5]

Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu agar dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa
menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari
pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola
berpikir silogismus.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu
secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang
memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara
keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk
mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.

Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.
Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat
menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang
paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui
pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus
(tepat). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu.
Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Penjelasan seperti ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya. Logika
juga merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan ilmu penegtahuan ini asas-asas yang berpikir
lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati.

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah
dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir
merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan
yang berupa pengetahuan.
Daftar Pustaka

Sudarso. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Jakarta: Rineka Cipta

Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksar

Jalaludin. 2013. filsafat ilmu pengetahuan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Lubis Yusuf Akhyar. 2016. filsafat ilmu klasik hingga kontemporer Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah/-diakses pada
9/10/18 pukul 6.25am

[1] https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah/-diakses
pada 9/10/18 pukul 6.25am

[2] Sudarso, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta,2008),

hlm.162

[3] Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36

[4] Jalaludin, filsafat ilmu pengetahuan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 122-141

[5] Akhyar yusuf lubis, filsafat ilmu klasik hingga kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016),
hlm. 68-69

Anda mungkin juga menyukai