Disusun oleh :
Chici febri Yolanda fitri (60118036)
Astuti rahayu ningsih (601180026)
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantar manusia dari alam
kegelapan ke alam terang benderang. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
yang penulis bahas adalah “anak yang mengalami hambatan penglihatan atau tunanetra”
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu
kepada para pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca,mahasiswa dan
masyarakat umumnya. Amin ya Robbal Alamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimata masyarakat umum, tunanetra atau yang lebih dikenal dengan buta adalah
seseorang yang tidak bisa melihat atau seseorang yang telah kehilangan fungsi
penglihatannya, padahal pengertian tunanetra tidak sesempit itu, karena anak yang hanya
mampu melihat dengan keterbatasan (low vision) juga disebut tunanetra, Seperti yang
didefinisikan oleh Somantri (1996:54)anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan
penglihatan, baik sebagian atau menyeluruh yang menyebabkan proses penerimaan informasi
kurang optimal.
Karakteristik anak tunanetra menurut Somantri (2012: 66), yaitu:Dikatakan tunanetra bila
ketajaman penglihatannya kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu
membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas/normal dapat dibaca pada jarak 21
meter yang diukur dengan tessnellen card.Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra
dikelompokan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Buta jika anak tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar (visusnya = 0).
2. Low vision jika anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi
ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membacaheadline pada suarat
kabar.
Indra penglihatan memiliki peran yang sangat penting dalam penerimaan informasi
dan pengalaman, seseorang yang mengalami gangguan penglihatan baik sebagian ataupun
menyeluruh sama-sama mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pengalaman,
kemampuan bergerak dalam lingkungan serta interaksi dalam lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan tunanetra?
2. Bagaimana klasifikasi anak tunanetra?
3. Bagaimana karakteristik anak tunanetra?
4. Faktor penyebab terjadi ketunanetraan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tunanetra
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat awam khususnya sering menganggap
bahwa istilah tunanetra sering disamakan dengan buta. Pandangan masyarakat tersebut
didasarkan pada suatu pemikiran yang umum yaitu bahwa setiap tunanetra tidak dapat
melihat sama sekali.
Secara etimologis, kata tuna berarti luka, rusak, kurang atau tiada memiliki.
Netra berarti mata atau penglihatan. Jadi tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya mata,
sehingga mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari
pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung arti rusaknya
penglihatan. Rumusan ini pada dasarnya belum lengkap dan jelas karena belum
tergambarkan apakah keadaan mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata rusak
tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah. Sedangkan pengertian
tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat dan menurut
literatur berbahasa Inggris yaitu visually handicapped atau visually impaired. Banyak orang
yang memberikan definisi tentang tunanetra tergantung dari sudut pandang seseorang
berdasarkan kebutuhannya. Dengan demikian hal tersebut akan melahirkan keanekaragaman
definisi tunanetra tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan. Menurut beberapa ahli,
pengertian tunanetra adalah.
1. Frans Harsana Sasraningrat mengatakan bahwa tunanetra ialah suatu kondisi dari indera
penglihatan atau mata yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi itu
disebabkan oleh karena kerusakan pada mata, syaraf optik dan atau bagian otak yang
mengolah stimulus visual .
2. Irham Hosni menegaskan bahwa seseorang dikatakan tunanetra adalah orang yang kedua
penglihatannya mengalami kelainan sedemikian rupa dan setelah dikoreksi mengalami
kesukaran dalam menggunakan matanya sebagai saluran utama dalam menerima
informasi dari lingkungannya.
3. Drs. Nurkholis menyatakan bahwa tunanetra adalah kerusakan atau cacat mata yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat atau buta.
4. Persatuan Tunanetra Indonesia/Pertuni mendifinisikan Orang tunanetra adalah mereka
yang tidak memiliki sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa
penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan
biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan
kacamata (kurang awas). Yang dimaksud dengan 12 point adalah ukuran huruf standar
pada komputer di mana pada bidang selebar satu inch memuat 12 buah huruf . Akan
tetapi, ini tidak boleh diartikan bahwa huruf dengan ukuran 18 point, misalnya pada
bidang selebar 1 inch memuat 18 huruf.
Simpulan
1. Berdasarkan pembahasan materi diatas, dapat kami ambil, secara etimologis,
kata tuna berarti luka, rusak, kurang atau tiada memiliki; netra berarti mata atau
penglihatan. Jadi tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya mata, sehingga
mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari
pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung arti rusaknya
penglihatan.
2. Berdasarkan tingkatannya, dapat diklasifikasi sebagai berikut
a. Pedagogis, kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), ketidakmampuan
melihat taraf berat (severe visual disability), ketidakmampuan melihat taraf sangat
berat (profound visual disability).
b. Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan.
1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir.
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja.
4. Tunanetra pada usia dewasa.
5. Tunanetra dalam usia lanjut.
6. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan).
c. Berdasarkan kelainan-kelainan yang terjadi pada mata myopia. hyperopia.
astigmatisme.
3. Karakeristik berupa segi fisik, motorik, prilaku, akademik, pribadi dan social
4. Faktor penyebab terjadinya ketunanetraan yaitu pre-natal dan post-natal
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fitriyah, Chusniatul & Rahayu, Siti Azizah. (2013). Konsep Diri pada Remaja Tunanetra di Yayasan
Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hidayat, dkk. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI PRESS.
Mestika, Puti Addina. Sarana Bantu Atletik Lari Tunanetra dengan Sistem Kerja Line Follower.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Rudiyati, Sari. (2009). Latihan Kepekaan Dria Non-Visual Bagi Anak Tunanetra Buta. Yogyakarta:
FIP UNY.
Salsabila, Anisa. (2013). Teknik Bimbingan Belajar bagi Siswa Tunanetra di Sekolah Inklusi
Madrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo Depok Sleman D.I Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Islam Sunan Kalijaga.
Somantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Wardani, dkk. (2011). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuk