Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati modul ini disertakan sebagai pengenalan
rinci tentang sejarah Islam di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman
budaya dan sejarah, sangat penting bagi umat Islam dan non-Muslim di negara ini untuk
memahami jalan Islam di Indonesia. Modul ini bertujuan untuk memberikan wawasan
komprehensif tentang bagaimana Islam masuk ke nusantara, mengembangkan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Dengan menelusuri perjalanan panjang Islam di Indonesia, kita dapat memahami


betapa pentingnya kontribusi dan warisan individu dan komunitas Muslim dalam membentuk
identitas dan peradaban Indonesia. Kami berharap modul ini dapat menjadi panduan yang
bermanfaat bagi seluruh pembaca untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang
Sejarah Islam di Indonesia.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas kesempatan ini dan berharap modul ini
dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini atas bantuan
dan dukungannya.

Penulis

Amiliyyah Fi N.H

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

PETUNJUK MODUL ..................................................................................................... 5

BAB I Sejarah Islam di Indonesia ................................................................................. 6

A. Latar Belakang Masalah dan deskripsi singkat .............................................. 6

B. Tujuan Pembelajaran dan Capaian Pembelajaran ........................................... 7

C. Materi Pokok ................................................................................................... 8

D. Latihan .......................................................................................................... 15

E. Rangkuman .................................................................................................. 16

F. Evaluasi ......................................................................................................... 17

BAB II Kerajaan-kerajaan Islam di Insdonesia ........................................................ 18

A. Latar Belakang Masalah dan deskripsi singkat ............................................. 18

B. Tujuan Pembelajaran dan Capaian Pembelajaran ......................................... 19

C. Materi Pokok ................................................................................................. 20

D. Latihan .......................................................................................................... 35

E. Rangkuman .................................................................................................. 36

F. Evaluasi ......................................................................................................... 37

BAB III Peranan dan Sikap Teladan Wali Sanga dalam Menyebarkan Islam
di Pulau Jawa ................................................................................................................ 38

A. Latar Belakang Masalah dan deskripsi singkat ............................................. 38

B. Tujuan Pembelajaran dan Capaian Pembelajaran ......................................... 39

3
C. Materi Pokok ................................................................................................. 40

D. Latihan .......................................................................................................... 50

E. Rangkuman .................................................................................................. 51

F. Evaluasi ......................................................................................................... 53

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 54

A. Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar ....................................................... 54

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................. 57

C. Kunci Jawaban ....................................................................................... 58

D. Daftar Pustaka ........................................................................................ 59

4
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul ini hendaknya digunakan sesuai dengan petunjuk berikut ini:

1. Keseluruhan materi yang ada dalam modul ini hendaknya dibaca secara
seksama.
2. Bab Pendahuluan merupakan informasi yang menguraikan bagian penting
dalam memahami modul ini. Oleh karena itu, setiap siswa perlu saling
bertanya jawab atau berdiskusi baik dengan sesama peserta.
3. Modul akan ini lebih baik bila dipelajari secara berkelompok untuk
memahami hal-hal yang terkait dengan teknis dan teoretis.
4. Bila ada materi-materi yang kurang dipahami, siswa dapat bertanya
langsung kepada Bapak/Ibu Guru mata pelajaran SKI yang menyampaikan
materi modul ini.
5. Tugas dan latihan yang terdapat pada setiap Bab sebaiknya dikerjakan
tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu.
6. Untuk menguji kemampuan terhadap penguasaan isi modul, siswa
diharapkan agar mengerjakan soal-soal tes secara individu.
7. Bila peserta belum mampu menjawab sebagian besar dari soal yang
disediakan dalam latihan maupun evaluası, perserta dapat mengulangi lagi
dalam mempelajarinya agar setiap kompetensi yang diharapkan dalam
setiap babnya dapat terpenuhi
8. Siswa tidak disarankan melihat kunci jawaban sebelum mencoba tugas dan
latihan secara individu.

5
BAB I

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk


Muslim terbesar di dunia. Sejarah panjang Islam di Indonesia mencerminkan
perjalanan yang penuh dengan peristiwa bersejarah, kontribusi yang
signifikan, serta tantangan dan perubahan yang telah membentuk identitas
bangsa. Meskipun demikian, pemahaman yang mendalam tentang sejarah
Islam di Indonesia sering kali terbatas pada kalangan tertentu saja.

Oleh karena itu, keberadaan modul ini menjadi penting sebagai upaya
untuk menyediakan sumber belajar yang komprehensif dan mudah diakses
tentang sejarah Islam di Indonesia. Modul ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik kepada pembaca tentang peran dan kontribusi
Islam dalam pembentukan peradaban Indonesia, serta menginspirasi
penghormatan terhadap keberagaman budaya dan keagamaan yang menjadi
salah satu kekayaan negara ini.

Dengan demikian, modul ini diharapkan dapat menjadi alat yang berguna
bagi pendidik, siswa, dan masyarakat umum dalam mempelajari dan
mengapresiasi sejarah Islam di Indonesia dengan lebih baik.

Deskripsi Singkat

Sejarah Islam di Indonesia adalah sebuah perjalanan yang kaya dan penuh warna,
yang telah membentuk dan mengubah wajah budaya, sosial, dan politik di kepulauan
Nusantara selama berabad-abad. Dari kedatangan Islam yang pertama kali pada abad
ke-7 Masehi hingga masa kini, agama ini telah menjadi salah satu pilar utama dalam
pembentukan identitas Indonesia.

6
Dalam modul ini, kita akan menelusuri berbagai aspek kehidupan
Muslim di Indonesia, termasuk pendidikan, kesenian, arsitektur, dan tradisi-
tradisi keagamaan yang unik. Kita juga akan menjelajahi peran tokoh-tokoh
penting dalam sejarah Islam di Indonesia, serta kontribusi mereka terhadap
pembentukan masyarakat yang inklusif dan beradab.

Diharapkan modul ini dapat memberikan pemahaman yang lebih


mendalam tentang keberagaman budaya dan sejarah yang menjadi ciri khas
Indonesia, serta meningkatkan kesadaran akan warisan Islam yang kaya dan
bermakna di negeri ini.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Memlalui kegiatan mengamati dan menyimak materi tentang sejarah Islam


di Indonesia, siswa mampu memahami secara mendalam proses masuknya
Islam ke Indonesia, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebarannya dan penerimaan masyarakat terhadap ajaran Islam.

2. Melalui kegiatan literasi, siswa mampu mengidentifikasi periode-periode


penting dalam sejarah Islam di Indonesia, serta mengenali peristiwa yang
memengaruhi perkembangan Islam dan masyarakat di Indonesia.

3. Siswa mampu menganalisis dampak dan kontribusi Islam terhadap


berbagai aspek kehidupan di Indonesia, termasuk dalam bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan agama.

Capaian Pembelajaran

Diharapkan modul ini dapat memberikan pemahaman yang lebih


mendalam tentang keberagaman budaya dan sejarah yang menjadi ciri khas
Indonesia, serta meningkatkan kesadaran akan warisan Islam yang kaya dan
bermakna di negeri ini.

7
C. Materi Pokok

Sejarah Islam di Indonesia

1. Kondisi Indonesia Sebelum Masuknya Islam

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia menunjukkan


keragaman dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial budaya,
agama, perekonomian, politik, dan keragaman suku bangsa.

Dalam aspek sosial budaya, Indonesia terdiri dari berbagai suku


bangsa yang memiliki keanekaragaman dalam seni, budaya, dan bahasa.
Keanekaragaman ini merupakan kekayaan yang tak ternilai dan perlu
dijaga. Kemudian dalam hal agama atau kepercayaan, sebelum Islam,
masyarakat Indonesia telah mengenal agama Hindu, Buddha, dan sebagian
menganut kepercayaan Kapitaya. Selain itu, terdapat juga kepercayaan
nenek moyang yang diklasifikasikan sebagai animisme dan dinamisme.

Dalam aspek perekonomian, penduduk Indonesia memiliki


beragam mata pencaharian seperti perdagangan, pertanian, peternakan, dan
nelayan. Indonesia, dengan iklim tropisnya, memiliki tanah yang subur
dan menghasilkan berbagai komoditas pertanian dan perkebunan.
Sedangkan dalam aspek sosial politik, sebelum kedatangan Islam,
Sriwijaya dan Majapahit adalah dua kerajaan besar di Indonesia. Sriwijaya
pernah mengalami masa kejayaan sebagai pusat perdagangan
internasional, namun kemudian mengalami kemunduran akibat berbagai
faktor, termasuk serangan dari Kerajaan Singasari.

Dalam aspek suku bangsa, masyarakat Indonesia memiliki


keragaman suku bangsa yang tersebar di berbagai daerah. Setiap suku
bangsa memiliki kekhasan dalam seni, budaya, dan bahasa mereka sendiri,
yang menjadi bagian dari kekayaan budaya bangsa yang perlu dilestarikan.

8
Sebelum Islam tiba, Indonesia menunjukkan keragaman yang kaya
dalam semua aspek kehidupan, dan hal ini merupakan bagian penting dari
identitas dan kekayaan budaya bangsa yang harus dipelihara dan dijaga.

2. Masuknya Islam di Indonesia

Secara umum, agama Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa


jalur utama, sebagaimana akan diuraikan berikut ini.1

a. Jalur Perdagangan

Islam masuk ke Indonesia pertama kali melalui jalur perdagangan.


Para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India ikut ambil bagian
dalam hal persebaran agama Islam. Hal ini sesuai dengan
perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia (Arab,
Persia, dan India) pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.
Perdagangan dunia tersebut membuat para pedagang muslim berlayar
ke negeri-negeri bagian barat, lenggara, dan timur Benua Asia untuk
berdagang.

Islam masuk ke Indonesia metalui dua jalur berikut:

1) Jalur utara, yaitu Arab-Damaskus-Bagdad-Gujarat (pantal barat


India)- Indonesia

2) Jalur selatan, yaitu Arab-Yaman-Gujarat (pantai barat India)-Sri


Lanka- Indonesia

Pada abad ke-7 M. di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai


perkampungan perkampungan pedagang Arab. Menurut berita ibn
Rusyd (903 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribuza) berada di bawah
kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jatur perdagangan
dengan Kerajaan Oman. Dari Sribuza, para pedagang Arab
memperoleh kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah,

1
M.Fadhil, Havid Fathurohman, Prediksi UAMBN SKI, (Surakarta:Putra Nugraha,
2018), hal.32-35

9
kayu hitam, kayu sapan, dan rempah-rempah (cengkeh, lada, pata, dan
merica).

Perbedaan komoditas perdagangan juga ikut memengaruhi masa


masuknya agama Islam ke suatu daerah. Penyebaran agama Islam
cenderung Isbih banyak metalui perdagangan. Itu sebabnya wilayah
pelabuhan lebih dahulu menerima pengaruh Istam dibandingkan
wilayah pedalaman.

b. Jalur Pernikahan

Para saudagar muslim yang telah mengajarkan Islam banyak yang


memutuskan untuk menetap di Nusantara. Mereka membentuk
perkampungan muslim yang disebut pekojan dan berinteraksi dengan
penduduk setempat. Bahkan mereka juga menikahi gadis-gadis
Nusantara dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat.
Islamisasi melalui jalur pernikahan lebih menguntungkan ketika
mereka menikahi anak para raja atau adipati. Jika para raja dan adipati
telah memeluk agama Islam, rakyatnya pun akan memeluk agama
Islam.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, para pedagang muslim


memiliki status sosial yang lebih baik daripada pribumi sehingga
penduduk pribumi, yaitu putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri-
istri saudagar muslim tersebut. Dari perkawinan inilah lahir banyak
keturunan muslim sehingga lingkungan daerah muslim semakin luas
dan membentuk kampung-kampung muslim yang nantinya melahirkan
kerajaan-kerajaan Islam.

c. Jalur Pengajaran atau Pendidikan

Penyebaran agama Islam melalui pengajaran atau pendidikan


dilakukan dengan cara membangun pesantren-pesantren. Pendidikan
Islam diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai, dan ulama di
pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga

10
pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.
Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri
ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya
telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga
pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan
sejarah bangsa.

Melalui pondok-pondok pesantren, para ulama menyampaikan


ajaran-ajaran Islam karena pondok pesantren adalah perguruan khusus
ajaran agama Islam. Dengan didirikannya pondok-pondok pesantren di
wilayah Nusantara, ajaran-ajaran Islam dapat disebarluaskan melalui
para santri-santrinya kelak. Dengan demikian, agama Islam dapat
berkembang dengan pesat di wilayah Nusantara. Selain itu, pengajaran
agama Islam lewat madrasah-madrasah yang lain marak didirikan di
seluruh wilayah Nusantara.

d. Jalur Kebudayaan

Masuknya Islam di Indonesia berpengaruh pada proses-akulturasi


(proses bercampurnya dua/lebih kebudayaan karena percampuran
bangsa-bangsa dan saling memengaruhı) yang melahirkan kebudayaan
baru, yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Dengan demikian, masuknya
Islam di Indonesia tidak menyebabkan kebudayaan sebelumnya hilang,
namun memperkaya kebudayaan Nusantara dengan kebudayaan yang
bernilaikan ajaran Islam

Penyebaran agama Islam melalui jalur kebudayaan dapat kita lihat


dari peninggalan-peninggalan sejarah yang banyak tersebar di
Nusantara, Seni kebudayaan tersebut, antara lain seni arsitektur
bangunan masjid, dan ukiran- ukirannya masih bercorakkan budaya
Hindu-Buddha. Seni arsitektur ini dapat dijumpai di Masjid Agung
Demak, Masjid Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan
Masjid Ternate. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan

11
budaya masyarakat yang telah ada, akan tetapi justru memeliharanya.
Seni budaya lainnya Seperti Grebek Maulud (sekaten) dapat kita
jumpai di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon. Proses penyebaran
agama Islam juga dilakukan melalui pertunjukan wayang dengan
memasukkan unsur-unsur Islam.

Agama Islam secara bertahap tumbuh dan berkembang di Nusantara


dengan cepat. Berikut beberapa faktor penyebab mudahnya agama Islam diterima
dan berkembang di masyarakat Nusantaraa. Syarat untuk memeluk agama Islam
sangat mudah,

1. seseorang hanya cukup mengucapkan dua kalimat syahadat maka


orang tersebut resmi menjadi pemeluk agama Islam.

2. Islam tidak mengenal ajaran pembagian kasta sebagaimana ajaran


agama yang berkembang sebelumnya di Nusantara.

3. Dakwah Islam dilakukan dengan jalan damai, bukan dengan kekerasan


dan peperangan.

4. Setiap muslim yang datang ke Nusantara memiliki motivasi untuk


berdakwah menyebarkan ajaran Islam.

5. Banyak raja-raja Islam di berbagai wilayah Indonesia ikut berperan


aktif melaksanakan dakwah kepada rakyatnya.

6. Upacara-upacara yang ada dalam agama Islam lebih sederhana


dibanding dengan upacara-upacara yang ada pada agama sebelumnya.

3. Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia

Ada beberapa teori yang menyatakan tentang masuknya Islam ke


Indonesia pertama kali. Berikut teori-teori tersebut.

a. Teori Gujarat

Teori Gujarat dikemukakan oleh Snouck Hurgronje. Dia


berpendapat bahwa masuknya Islam di Indonesia melalui jalur

12
perdagangan antara Indonesia dengan Kambay atau Gujarat, Teori
Gujarat menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-13. Dasar dari teori Gujarat sebagai berikut.

1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab


dalam penyebaran Islam di Indonesia.

2) Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama


melalui jalur Indonesia- Kambay-Timur Tengah-Eropa.

3) Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai, yaitu Malik al-


Saleh tahun 1297 M yang bercorak khas Gujarat.

b. Teori Mekah

Teori Mekah didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W.


Amold. Mereka menyata- kan bahwa Islam mulai masuk ke
Indonesia jauh sebelum abad ke-13. Teori Mekah muncul sebagai
sanggahan terhadap teori Gujarat. Dasar teori Mekah sebagai
berikut.

1) Pada abad ke-7, yaitu tahun 674 M di pantai barat


Sumatra sudah terdapat perkampungan Islam (Arab);
dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal
ini juga sesuai dengan berita Tiongkok.

2) Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran Mazhab


Syafi'i, Pengaruh mazhab Syafi'i terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekah, sedangkan Gujarat/India adalah
penganut mazhab Hanafi.

3) Raja-raja Samudra Pasal menggunakan gelar al-Malik,


yaitu sebuah gelar yang berasal dari Mesir.

13
c. Teori Persia

Teori Persia dikemukakan oleh Umar Amir Husen dan P.A.


Hussein Jayadiningrat. Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk
ke Indonesia abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia
(Iran). Dasar teori Persia ini adalah kesamaan antara budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti berikut.

a) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun


1419 M di Gresik.

b) Adanya perkampungan Leren atau Leran di Giri, daerah


Gresik.

c) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja


huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi harakat

d) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya


Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat
dijunjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat,
peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.

d. Teori

Teori Tiongkok mengatakan bahwa proses kedatangan


Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau
Tiongkok. Orang Tiongkok telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa
Hindu-Buddha, etnis Tiongkok atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang.
Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Tiongkok pada abad ke-7 M,
saat agama ini baru berkembang

14
Keempat teori tersebut memiliki kebenaran dan kelemahan masing-
masing. Namun, teori yang terkuat adalah teori Mekah. Hal ini ditegaskan
dalam seminar sejarah Islam yang berlangsung di Medan pada tahun 1963
yang dikukuhkan lagi dalam seminar sejarah Islam di Banda Aceh tahun
1978, yaitu bahwa agama Islam telah masuk ke Nusantara pada abad ke-1
H langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali menerima Islam di
Nusantara adalah Aceh. Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar
ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu wilayah-wilayah Pulau Sumatra
(selain pantai Sumatra bagian utara), Jawa, Sulawesi, Kalimantan, serta
Kepulauan Maluku dan sekitarnya dalam kurun waktu yang berbeda-beda.
Dari sinilah lalu muncul sebutan Aceh adalah Serambi Mekah. Hal ini
disebabkan karena daerah Aceh adalah daerah pertama yang menerima
ajaran Islam langsung dari Mekah (Arab).

D. Latihan

Uji Komptensi!

Pilihlah jawaban yang benar!

1. Para saudagar muslim banyak yang menikahi penduduk pribumi. Hal itu
merupakan salah satu penyebaran Islam melalui jalur....

a. Pengajaran

b. Kebudayaan

c. Perdagangan

d. Sosial

2. Islam di Nusantara disebarluaskan melalui banyak cara, di antaranya


adanya pesantren. Berdirinya pesantren di Indonesia merupakan bukti
adanya penyebaran Islam melalui Jalur....

a. Perdagangan

b. Penikahan

15
c. Pendidikan

d. Tasawuf

3. Penyebab Islam mudah diterima dan cepat berkembangan di Indonesia


dalam hal ajarannya adalah....

a. Kegigihan para ulama dalam berdakwah

b. Upacara keagamaanya sederhana

c. Besarnya dukungan pemerintah

d. Seringnya peringatan PHBI

4. Masuknya Islam di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang


muslim yang berasal dari Timur Tengah yang terjadi sekitar abad ke 7 M.
hal ini berdasarkan teori....

a. India

b. Persia

c. Gujarat

d. Makkah

5. Islam masuk di Indonesia dibawa oleh pedagang muslim dari Arab, Persia,
dan India. Mereka membentuk pemukiman khusus guna berinteraksi dan
berasimilasi dengan masyarakat asli seraya menyebarkan agama Islam.
Permukiman mereka dikenal dengan istilah....

a. Kampung kauman

b. Kampung pekajen

c. Kampung pekojan

d. Kampung pecinan

E. Rangkuman

1. Kondisi masyarakat Indonesi sebelum Islam:

16
a. Bermata pencaharian yang mempunyai nilai ekonomis

b. Kaya akan sumber daya alam

c. Beraneka ragam seni budaya

d. Terdiri atas berbagai suku bangsa

e. Sudah ada pemerintahan berupa kerajaan- kerajaan Indonesia

f. Masyarakat Indonesia sudah menganut agama atau kepercayaan.

2. Secara garis besar, Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan,


perkawinan, pendidikan tasawuf, serta seni budaya

3. Islam masuk ke Indonesia melalui dua rute, yaitu jalur utara dan jalur
selatan

4. Ada empat teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia,


yakni teori Gujarat (India), Persia, Makkah, Cina.

5. Bukti tertua tentang agama Islam di pulau Jawa berasal dari dari batu nisan
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, yang menunjukkan angka tahun 1082
Masehi.

6. Ada beberapa faktor penyebab agama Islam dapat cepat berkembang di


Indonesia.

F. Evaluasi

Setelah kalian mempelajari materi di atas, renungkan dan jawablah


pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Islam masuk ke Indonesia?


2. Deskripsikan proses Islam ke Indonesia?
3. Klasifikasikan proses penyebaran Islam Indonesia?
4. Ibrah yang dapat kalian petik dari proses penyebaran Islam di
Indonesia dengan cara damai?
5. Deskripsikan secara singkat beberapa teori proses masuknya Islam ke
Indonesia?

17
BAB II

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

A. Latar Belakang Masalah


Kerajaan-kerajaan di Indonesia adalah bagian integral dari sejarah
panjang dan beragam Nusantara. Sejak zaman kuno, wilayah-wilayah yang
membentuk Indonesia saat ini telah menjadi rumah bagi berbagai kerajaan
yang tersebar di berbagai pulau dan wilayah. Kerajaan-kerajaan ini tidak
hanya mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Indonesia, tetapi juga
memainkan peran penting dalam pembentukan identitas bangsa dan
peradaban di wilayah ini.
Modul ini didesain untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan
menyajikan informasi yang komprehensif tentang berbagai kerajaan di
Indonesia. Dengan mendalami berbagai aspek, seperti struktur
pemerintahan, sistem sosial, ekonomi, dan keagamaan, modul ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
peran dan kontribusi kerajaan-kerajaan ini dalam pembentukan peradaban
dan identitas bangsa.

Deskripsi Singkat

Kedatangan Islam membawa dampak besar dalam berbagai aspek


kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dalam bidang sosial, budaya,
politik, dan ekonomi. Agama Islam menjadi landasan moral dan spiritual bagi
masyarakat, serta memengaruhi sistem hukum dan tatanan sosial. Sehingga
memberntuk kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia, tidak hanya
memiliki peran dalam penyebaran agama, tetapi juga dalam pembentukan
tatanan politik dan ekonomi di wilayah tersebut. Kerajaan-kerajaan tersebut
sering kali berinteraksi dengan kerajaan-kerajaan Islam di luar wilayah
Nusantara, seperti Kesultanan Turki Utsmani dan Kesultanan Mamluk di
Timur Tengah. Meskipun menjadi negara dengan mayoritas Muslim terbesar
di dunia, Indonesia tetap mempertahankan keragaman kultural dan sosial yang

18
khas. Berbagai suku bangsa dan kepercayaan lokal tetap eksis di tengah arus
Islamisasi yang terus berlangsung.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Meyakini bahwa perkembangan peradaban Islam di Indonesia


merupakan kehendak Allah Swt.
2. Membiasakan kesederhanaan dan kesungguhan mencari ilmu sebagai
cerminan meneladani peran tokoh ulama penyebar Islam di Indonesia
3. Menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di
Indonesia
4. Membuat karya bagan time line sejarah tokoh ulama penyebar ajaran
Islam di Indonesia.

Capaian Pembelajaran

Diharapkan modul ini dapat memberikan pemahaman yang lebih


mendalam tentang sejarah dan perkembangan berbagai kerajaan di wilayah
Indonesia, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan dan
kejatuhannya.

19
C. Materi Pokok

Semakin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk


mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara,
mulai dari Aceh hingga Maluku. Simak kerajaan-kerajaan Islam yang
terkenal di Indonesia pada masa lampau berikut ini.

1. Kerajaan Islam di Sumatra

Letak Sumatra yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan dan


pelayaran antarnegara berpengaruh besar terhadap penyebaran agama
Islam hingga terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam. Berikut penjelasan
singkat mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra.

a. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di


Sumatra, Kerajaan Samudra Pasai terletak di sebelah utara Perlak di
daerah Lhok Seumawe sekarang (pantai timur Aceh), berbatasan langsung
dengan Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai berada di jalur perdagangan
internasional dari berbagai negara sehingga dimanfaatkan oleh kerajaan ini
untuk kemajuan rakyatnya. Dalam berbagai sumber sejarah, para pedagang
dari berbagai negara banyak yang berlabuh dan singgah di Samudra Pasai.

Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Meurah
Khair dan Dinasti Meurah Silu. Berikut penjelasan tentang kedua dinasti
tersebut.

1) Dinasti Meurah Khair

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Meurah Khair, la pula yang


menjadi raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai. Meurah Khair bergelar
Maharaja Mahmud Syah (1042-1078 M). Setelah Meurah Khair wafat, ia
digantikan oleh Xin Maharaja Mansyur Syah yang berkuasa dari tahun
1078-1133 M. Pengganti in Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja
Giyasuddin Syah. la berkuasa mdari tahun 1133-1155 M. Raja berikutnya
adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja Nuruddin, la berkuasa dari

20
tahun 1155-1210 M. Raja ini dikenal juga dengan sebutan Tengku
Samudra atau Sultan Nazimuddin al-Kamil.

2.) Dinasti Meurah Silu

Raja pertama dari Dinasti Meurah Silu adalah Meurah Silu. la


bergelar Sultan Malik al-Saleh (1285-1297 M). Meurah Silu adalah
keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia). Pada masa pemerintahannya,
sistem pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut serta darat sudah
terstruktur rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran terutama setelah
Pelabuhan Pasal dibuka. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh
Kerajaan Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi
kerajaan perdagangan yang kuat di Selat Malaka.

Raja-raja yang memerintah di Samudra Pasai sebagai berikut.

(1) Sultan Malik al-Saleh 1285-1297 Μ.

(2) Sultan Muhammad Malik Zahir 1297-1326 Μ.

(3) Sultan Mahmud Malik Zahir 1326-1345 M

4) Sultan Mansur Malik Zahir 1345-1346 M

(5) Sultan Ahmad Malik Zahir 1346-1383 M

(6) Sultan Zainal Abidin 1383-1403 Μ.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai mencakup daerah


Kedah di Semenanjung Malaya (buktinya terdapat pada sebuah batu nisan
di Menyetujuh Pasai, Kedah) pada masa pemerintahan Sultan Zainal
Abidin. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam ke
Pulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirim ahli-ahli dakwah seperti
Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.

Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasal,


terjadi beberapa pertikalan yang mengakibatkan perang saudara. Ahmad
Rizal Rahim dalambukunya, Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai
meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk mereda mencetakanakan

21
tersebut. Namun, Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 M, yang sebelumnya telah
menaklukkan Malaka tahun 1511 M.

b. Kerajaan Malaka

Awal berdirinya Kerajaan Malaka tidak diketahui secara pasti.


Menurut beberapa versi, Kerajaan Malaka didinkan oleh seorang pangeran
dari Palembang bemama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi
serangan dari Majapahit. la mendirikan Kerajaan Malaka sekitar tahun
1400 M. Pada mulanya, Parameswara adalah seorang raja yang beragama
Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama
Islam, yaitu Iskandar Syah (1400-1414 M). Raja pertama ini kemudian
digantikan oleh Sultan Muhammad Iskandar Syah. Selanjutnya raja- raja
yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Muzaffar Syah, Sultan Mansur
Syah, Sultan Alaudin Syah, dan Sultan Mahmud Syah.

Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran


agama Islam di Asia Tenggara. Kerajaan Malaka juga memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Pertumbuhan Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh ramainya perdagangan
internasional di Samudra Hindia. Pelabuhan Malaka sebelumnya tidak
memiliki kekuasaan politik, kecuali sebagai tempat persinggahan para
pedagang dari berbagai bangsa, terutama pedagang yang beragama Islam.

Kerajaan Malaka mengalami keruntuhan setelah Malaka dikuasai


oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso d'Albuquerque, pada tahun 1511
M. Dengan demikian, kekuasaan politik Kerajaan Malaka hanya
berlangsung kurang lebih satu abad.

c. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berdiri seiring runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai.


Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai mengilhami berdirinya Kerajaan Aceh
Darussalam pada tahun 1511 M. Kerajaan Aceh terletak di utara Pulau

22
Sumatra dan beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). Pendiri dari Kerajaan
Aceh adalah Ali Mughayat Syah. Kerajaan Aceh berkembang sebagai
kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda, secara perlahan
Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Hal ini karena raja-raja setelah
Sultan Iskandar Muda tidak mampu mempertahankan wilayah Aceh yang
sangat luas. Lemahnya kontrol pemerintah pusat menyebabkan banyak
daerah yang ditaklukkan pada masa pemerintahan Iskandar Muda
melepaskan diri. Kerajaan Aceh hanya dapat bertahan selama empat abad,
sampai Belanda mengalahkannya dalam Perang Aceh (1873-1912 M).

Berikut ini raja-raja penguasa Kerajaan Aceh yang termasyhur.

1) Ali Mughayat Syah (1514-1528 M)

Ali Mughayat Syah dilantik menjadi raja pada tahun 1514-


1528 M. Pada tahun 1520 M, Kerajaan Aceh berhasil menguasai
Daerah Pasal, Deli, dan Aru. Penguasaan terhadap daerah-daerah
tersebut menyebabkan Kerajaan Aceh dapat mengontrol daerah
penghasil lada dan emas. Setelah Sultan Aff Mugayat Syah wafat,
takhta Kerajaan Aceh Darussalam beralih pada putranya yang
kemudian bergelar Sultan Salahuddin.

2) Sultan Alauddin Ri'ayat Syah al-Qahar (1537-1568 M)

Sultan Alauddin adalah saudara Sultan Salahuddin. Selama


memerintah. Sultan Alauddin mengadakan perbaikan kondisi
kerajaan dan perluasan wilayah, antara lain ke Kerajaan Aru.
Sultan Alauddin juga aktif menyebarkan pengaruh Islam dengan
mengirim banyak ahli dakwah ke Pulau Jawa. Salah satunya adalah
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, la adalah seorang
ulama Aceh keturunan raja Samudra Pasal yang dikirim ke Gresik,
Jawa Timur.

23
3) Sultan Iskandar Muda/Darma Wangsa Perkasa Alam Syah
(1607-1636 M)

Masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda merupakan masa


keemasan bagi Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh
Darussalam pada masa itu tumbuh menjadi kerajaan besar yang
berhasil menguasai jalur perdagangan alternatif. Keberhasilan ini
mampu menyaingi monopoli perdagangan Portugis di Kerajaan
Malaka.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, wilayah


kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam makin luas. Daerah-daerah
di Semenanjung Malaya yang sekarang dikenal sebagai Malaysia,
dahulu adalah bagian wilayah taklukan Kerajaan Aceh Darussalam.
Dengan penguasaan daerah-daerah ini, jalur perdagangan alternatif
yang diciptakan Aceh melalui pantai barat Sumatra menjadi sangat
ramai.

4) Sultan Iskandar Sani

Pemegang takhta Kerajaan Aceh selanjutnya adalah


menantu Sultan Iskandar Muda yang bergelar Sultan Iskandar Sani.
Pada masa itu, Sultan Iskandar Sani menerapkan kebijakan yang
lebih lunak daripada Iskandar Muda. Hal ini menyebabkan daerah-
daerah taklukan melepaskan diri satu per satu. Pemerintahan
Iskandar Sani tidak berlangsung lama karena wafat pada tahun
1641 Μ.

2. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa

Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa muncul setelah Islam berkembang


semakin luas. Hal ini didukung oleh runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu
yang sebelumnya berkuasa. Adapun beberapa kerajaan Islam di Jawa
sebagai berikut.

24
a. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berdiri setelah melemahnya Kerajaan Majapahit.


Candrasangkala pada Masjid Demak tertuliskan angka tahun 1403 Saka
(1481 M) sebagai tarikh berdirinya Kerajaan Demak. Raja pertama dari
Kerajaan Demak adalah Raden Patah, la memerintah pada tahun 1500-
1518 M. Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Kertawijaya yang
menikah dengan Putri Campa. Raden Patah bergelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pengangkatan Raden Patah sebagai Raja Demak dipimpin langsung oleh
Sunan Ampel dan didukung oleh anggota wali lainnya. Pada masa
pemerintahannya, wilayah Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,
Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah Kalimantan.
Selain itu, ia juga membangung Masjid Agung Demak yang dibantu oleh
para wali dan sunan.

Pada tahun 1512 dan 1513 M, di bawah pimpinan putranya yang


bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000
tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan
menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke
Malaka, Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (pangeran yang
pernah menyeberang ke utara).

Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya bernama Sultan


Trenggana melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Seda Lepen.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, Kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya. Sultan Trenggana mengirim Fatahillah ke Banten.
Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah di Cirebon untuk
menemui Syarif Hidayatullah. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan
Cirebon, Fatahillah kemudian dapat menaklukkan Pajajaran.

Sultan Trenggana juga berusaha memperluas daerah kekuasaannya sampai


ke Jawa Tengah bagian selatan dan Jawa Timur. Namun, dalam usahanya

25
menguasai Pasuruan pada tahun 1546 M, Sultan Trenggana akhimya gugur
sebelum sempat menguasai Pasuruan dan Blambangan.

Kerajaan Demak mengalami kemunduran setelah wafatnya Sultan


Trenggana (1546 M). Setelah masa tersebut, terjadi perebutan kekuasaan
antara Pangeran Prawoto dengan Arya Penangsang. Perebutan kekuasaan
ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Pangeran
Prawoto.

Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak dihalangi oleh


Jaka Tingkir yang tak lain adalah menantu Sultan Trenggana. Jaka Tingkir
mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Ageng Pamanahan
dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini pun meluas hingga akhimya
berkembang menjadi perang saudara. Dalam pertempuran itu, Arya
Penangsang terbunuh sehingga takhta Kerajaan Demak jatuh ke tangan
Jaka Tingkir.

Setelah terjadinya perang saudara, Jaka Tingkir akhirnya menjadi raja


Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya. la kemudian
memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang. Walaupun
sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, Kerajaan Pajang masih mengaku
sebagai penerus Kerajaan Demak.

b. Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Demak, dan


dianggap sebagai pewaris dan pelanjut yang resmi dari Kerajaan Demak.
Kerajaan Pajang didirikan pada tahun 1546 M oleh Sultan Hadiwijaya.
Pada waktu didirikan, wilayah Kerajaan Pajang hanya meliputi sebagian
dari Jawa Tengah saja. Hal ini dikarenakan semenjak wafatnya Sultan
Trenggana, kerajaan-kerajaan di Jawa Timur yang pada mulanya berada di
bawah kekuasaan Demak melepaskan diri dan berdiri sendiri- sendiri
sebagai raja-raja kecil.

26
Pada tahun 1568 M, Sultan Hadiwijaya dan para adipati bang-bang
wetan (Jawa Timur) dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen,
salah seorang keturunan Sunan Giri. Dalam kesempatan itu, para adipati
sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur.
Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama Surabaya (pemimpin
persekutuan adipati Jawa Timur) dinikahkan dengan putri Sultan
Hadiwijaya.

c. Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586 M dengan raja


pertamanya Sutawijaya yang bergelar Penembahan Senopati. Pada masa
pemerintahan Penembahan Senopati, Mataram dilanda banyak
pemberontakan. Namun, Penembahan Senopati dapat melampaui masa-
masa krisis tersebut dengan cemerlang. Sutawijaya berusaha untuk
menaklukkan daerah-daerah pantai, akan tetapi ia gugur dalam usahanya
menyatukan Kerajaan Mataram.

Penembahan Senopati digantikan oleh putranya yang bernama Mas


Jolang. la terkenal dengan nama Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-
1613 м). Pada tahun 1602 M, Pangeran Puger, saudara sepupu raja yang
telah diangkat sebagai penguasa Demak, melakukan pemberontakan.
Namun, Pangeran Puger berhasil dikalahkannya. Raja Mataram Islam
berikutnya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo, la memerintah di
Mataram dari tahun 1613 hingga 1645 M. la merupakan raja terbesar
Kerajaan Mataram yang mempunyai cita-cita menyatukan Pulau Jawa.

Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan pada masa


pemerintahan Sultan Agung. Berikut beberapa keberhasilan yang diraih
Sultan Agung dalam berbagai bidang.

1) Di bidang ekonomi, Mataram dijadikan sebagai negara agraris yang


didukung oleh hasil bumi yang melimpah berupa beras (padi).

27
2) Di bidang kebudayaan, Sultan Agung juga berhasil membuat Kalender
Jawa, yang merupakan perpaduan tahun Saka dengan tahun Hijriah.

3) Di bidang seni sastra, Sultan Agung mengarang kitab Sastra Gending


yang berupa kitab filsafat.

4) Di bidang arsitektur, Sultan Agung berhasil membangun Keraton


Mataram di Kartasura dan Sitinggil (Yogyakarta) pada tahun 1614 dan
1625 M.

Setelah Sultan Agung wafat, pemegang pemerintahan digantikan


oleh putranya yang bergelar Amangkurat I dari tahun 1645-1677 M. Pada
masa pemerintahannya, untuk pertama kalinya Kerajaan Mataram
menjalin hubungan dengan Belanda. Orang-orang Belanda diperkenankan
membangun benteng di Kerajaan Mataram. Namun, pendirian benteng dan
tindakan sewenang-wenang Belanda akhirnya menyulutkan rasa tidak puas
dari beberapa kalangan di Kerajaan Mataram terhadap pemerintahan
Amangkurat I.

Setelah Raja Amangkurat I wafat, ia digantikan oleh Amangkurat


II. la memerintah dari tahun 1677-1703 M. Pada masa pemerintahannya,
Belanda menguasai hampir sebagian besar wilayah Kerajaan Mataram.
Amangkurat II sendiri menyingkir ke daerah pedesaan dan mendirikan ibu
kota Kerajaan Mataram baru di Desa Wonokerto yang diberi nama
Kartasura. Amangkurat II meninggal pada tahun 1703 M.

Setelah Amangkurat wafat II, berdasarkan Perjanjian Giyanti,


Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua daerah, yaitu Kesultanan
Yogyakarta dan Kasuhunan Surakarta. Kesultanan Yogyakarta diperintah
oleh Raja Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I, sedangkan
Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III. Pada tahun 1757 M,
berdasarkan Perjanjian Salatiga, Kerajaan Mataram dipecah lagi menjadi
tiga daerah, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, dan

28
Mängkunegaran. Daerah Mangkunegaran diperintah oleh Mas Said yang
bergelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran.

Pada tahun 1813 M. Kesultanan Yogyakarta dibagi menjadi dua


kerajaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kerajaan Pakualaman.
Kerajaan Pakualaman diperintah oleh Paku Alam yang semula adalah
adipati Kesultanan Yogyakarta.

Dengan demikian, Kerajaan Mataram akhirnya terbagi menjadi


empat kerajaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta,
Kerajaan Mangkunegara, dan Kerajaan Pakualaman.

d. Kerajaan Banten

Peletak dasar Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau


Sunan Gunung Jati. Pada tahun 1526 M, Syarif Hidayatullah menguasai
bagian barat pantai utara Jawa untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Banten dijadikan sebagai pangkalan penyerangan Kerajaan
Demak dan Cirebon untuk menguasai Kerajaan Pajajaran dan Pelabuhan
Sunda Kelapa. Sultan Trenggana dari Demak mengutus Fatahilah untuk
merebut Banten. Usaha itu berhasil secara gemilang. Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon jatuh ke tangan Fatahilah. Sejak saat itu, agama Islam
berkembang cepat di Jawa Barat. Banten segera tumbuh menjadi
pelabuhan penting di Selat Sunda setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis
(1511 M).

Berikut ini raja-raja penguasa Kerajaan Banten.

1) Sultah Hasanuddin (1552-1570 M)

Pada tahun 1552 M, Fatahilah menyerahkan pemerintahan Banten


kepada putranya, Sultan Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan.
Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada,
yakni Lampung di Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai
hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah meletakkan

29
dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun
1570 M, Sultan Hasanuddin wafat.

2) Maulana Yusuf (1570-1580 M)

Selama sembilan tahun di bawah pimpinan Maulana Yusuf,


Kerajaan Banten berusaha menaklukkan Pakuan, ibu kota Kerajaan
Pajajaran. Daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran lainnya telah berhasil
diduduki, kecuali Pakuan, Baru pada tahun 1579 M. Banten berhasil
menaklukkan Pakuan.Para bangsawan Kerajaan Pajajaran yang bersedia
masuk Islam dapat mempertahankan jabatan dan gelarnya.

3) Maulana Muhammad (1580-1596 M)

Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad. Pada akhir


kekuasa- annya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang.
Dalam usaha menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas.
Gugumya Maulana Muhammad menyebabkan kosongnya takhta Kerajaan
Banten. Adapun putra Maulana Muhammad yang bernama Abu Mufakhir
masih berusia 5 bulan. Pemerintahan Banten untuk sementara dijalankan
oleh badan perwalian yang diketuai oleh Jayanegara (wali kerajaan) dan
Nyai Emban Rangkung (pengasuh pangeran). Pada masa inilah, armada
dagang Belanda pertama kali tiba di Kerajaan Banten dan dipimpin oleh
Cornelis de Houtman.

4) Abu Mufakhir

Abu Mufakhir baru resmi menjalankan kekuasaan pada tahun 1596


M. Abu Mufakhir wafat pada tahun 1651 M. Putranya meneruskan
pemerintahan Banten dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad
Rahmatullah, tetapi tidak lama kemudian ia wafat.

5) Sultan Ageng Tirtayasa

Raja Banten berikutnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah


pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten berhasil mencapai
kejayaannya. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha keras mengusir kekuasaan

30
armada dagang Belanda (VOC) dari Kerajaan Banten. Menyadari kekuatan
militer Kerajaan Banten yang tidak seimbang dengan Belanda, Sultan
Ageng Tirtayasa menghentikan taktik konfrontasi langsung. Sebagai
gantinya, ia memerintahkan perampokan dan perusakan perkebunan tebu
Belanda serta berusaha menyaingi perdagangan Belanda.

Pada tahun 1671 M, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra


mahkotanya, Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai Raja Muda.
Pemerintahan sehari- hari dijalankan oleh Sultan Haji, sementara Sultan
Ageng Tirtayasa tetap mengawasi. Ternyata selama memerintah, Sultan
Haji cenderung bersahabat dengan VOC. VOC memanfaatkan kesempatan
ini untuk memengaruhi kebijaksanaan pemerintahan Sultan Haji.
Mengetahui hal tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa berniat mencabut
kembali mandat kekuasaannya. Namun, atas dukungan Belanda, Sultan
Haji tetap mempertahankan takhta Kerajaan Banten sehingga timbul
persengketaan dan perang saudara.

3. Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi

Makassar memilik letak yang strategis dan menjadi bandar


penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Sejak Gowa-Tallo menjadi
pusat perdagangan, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang
telah lebih dahulu menerima Islam. Raja Ternate pada waktu itu,
Baabullah mengajak raja Gowa-Tallo untuk masuk Islam, namun gagal.
Agama Islam baru masuk ke Kerajaan Gowa-Tallo setelah Datok Ri
Bandang datang. Setahun kemudian, hampir seluruh penduduk Gowa-
Tallo telah memeluk agama Islam. Adapun raja-raja yang memerintah di
Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) sebagai berikut.

a. Sultan Alauddin (1591-1638 M)

Sultan Alauddin adalah raja Makassar pertama yang memeluk


agama Islam. Sebelumnya, Sultan Alauddin bemama asli Karaeng
Ma'towaya Tumamenanga ri Agamanna. Di bawah kepemimpinannya,

31
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Para pelaut
Makassar mengembangkan perahu-perahu layar jenis Pinisi dan Lambo.
Dengan majunya perdagangan, kehidupan masyarakat Kerajaan Makassar
menjadi sejahtera.

b. Muhammad Said (1639-1653 M)

Setelah Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh


Muhammad Said. Sayangnya, catatan-catatan sejarah mengenai masa
pemerintahan Muhammad Said kurang banyak ditemukan. Setelah
Muhammad Said, Raja Makassar berikutnya adalah Sultan
Hasanuddin.

c. Sultan Hasanuddin (1654-1660 M)

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar


mencapai puncak kejayaannya. la berhasil membangun Makassar menjadi
kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian
Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting.
Persaingan antara Gowa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung
cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar
(1660-1669 M).

Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin


dijuluki "Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri.
Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda,
untuk menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui
Perjanjian Bongaya (1667 M).

Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan


Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu
jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya
diserahkan kepada putranya, Mappasomba. Belanda sangat mengharapkan
tindakan kooperatif dari Mapasomba. Namun, Kerajaan Makassar
akhirnya berhasil dipukul mundur oleh Belanda. Dengan demikian,

32
Kerajaan Makassar runtuh karena jalur perdagangannya dikuasal oleh
Belanda.

4. Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku

Setelah Islam berkembang di Maluku, muncullah empat kerajaan


Islam yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja). Kerajaan-
kerajaan tersebut adalah kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Kerajaan
Jailolo, dan Kerajaan Bacan.

Kolano Marhum (1465-1486 M), penguasa Ternate ke-18 adalah


raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan
pejabat istana, Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin
(1486-1500 M). Pada masa kerajaan itu berkuasa, masyarakat muslim di
Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan
Halmahera. Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di
wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. Pada masa kejayaannya (sekitar abad

ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar


Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir
Papua barat. Kerajaan Temate dan Tidore merupakan dua kerajaan yang
memiliki peran menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing
yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya,
kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan
Maluku sebagai daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan
cengkeh.

Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-


masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut. Berikut
penjelasannya.

a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate


meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan
Baabullah, Kerajaan Temate mencapai zaman keemasan dan
disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

33
b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore
meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore
mencapai zaman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.

Persaingan ini semakin tajam karena kedatangan bangsa Portugis


di Termate dan bangsa Spanyol di Tidore pada tahun 1512 M. Kedua
bangsa asing ini sama-sama ingin berkuasa di tempat kedatangannya
sehingga mereka berusaha bersekutu dan mendukung penguasa
setempat.Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol,
pada tahun 1529 M diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di
Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Namun,
tindakan Portugis di Maluku makin merajalela dengan memonopoli
perdagangan dan terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri
Ternate sehingga menimbulkan pertentangan.

Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun.


Untuk menyelesaikan pertentangan itu diadakan perundingan antara
Ternate yang diwakili Sultan Hairun dengan Portugis yang diwakili
Gubernur Lopez de Mesquita. Perdamaian dapat dicapai pada tanggal 27
Februari 1570. Namun, perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan
belaka. Pada saat Sultan Hairun berkunjung ke Benteng Sao Paulo, ia
justru ditangkap lalu dibunuh. Atas kematian Sultan Hairun, rakyat
Ternate bangkit menentang bangsa Portugis di bawah pimpinan Sultan
Baabullah (putra Sultan Hairun).

Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak


kejayaan. Sultan Baabullah dijuluki "penguasa 72 pulau yang semuanya
berpenghuni hingga menjadikan Kerajaan Ternate sebagai kerajaan Islam
terbesar di Indonesia timur, selain Aceh dan Demak yang menguasai
wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu.

34
D. Latihan

Uji Kompetensi.

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memilih jawaban a,b,c, dan d yang
paling tepat!

1. Peranan Kerajaan Demak di Pulau Jawa sangat strategis dikarenakan


Kerajaan Demak merupakan....
a. Kerajaan yang berhasil mengusir Portugis
b. Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa
c. Kerajaan dengan penduduk yang sangat banyak
d. Kerajaan dengan raja yang sangat pemberani
2. Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam
sebagai pengganti Kerajaan Samudra Pasai yang direbut oleh....
a. Belanda
b. Portugis
c. Mataram
d. Sriwijaya
3. Berkembangnya Islam di Jawa membuat Demak menjadi daerah penting
dan berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran islam. Hal
tersebut merupakan salahsatu jasa dari seorang raja Demak yang
bernama....
a. Sunan Ampel
b. Raden Patah
c. Sunan Gresik
d. Raden Kusen
4. Latar belakang berdirinya Kerajaan Mataram di Jawa adalah....
a. Hadiah sultan Hadiwijaya kepada Ki Gede Pamanahan
b. Hadiah dari Portugis kepada Ki Gede Pamanahan
c. Hadiah Sultan Hadiwijaya kepada Arya Penangsang
d. Hadiah dari Portugis kepada Arya Penangsang

35
5. Faktor penyebab berdirinya Kerajaan Gowa-Tallo tak lepas dari jasa
seorang mubalig yang bernama....
a. Alaudin Awalul Islam
b. Abdullah Awalul Islam
c. Hasanudin Dinnul Islam
d. Dato’ Ri Bandang

E. Rangkuman
Kerajaan-kerajaan Islam yang terkenal di Indonesia pada masa lampau
memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara. Berikut adalah
ringkasan singkat tentang kerajaan-kerajaan tersebut:

1. Kerajaan Islam di Sumatra:

- Kerajaan Samudra Pasai : Kerajaan Islam pertama di Sumatra, berpusat


di sekitar Lhok Seumawe, Aceh. Didirikan oleh Meurah Khair dan
diperintah oleh berbagai dinasti.

- Kerajaan Malaka : Didirikan oleh Parameswara di sekitar tahun 1400 M.


Malaka menjadi pusat perdagangan yang penting dan berkembang pesat
sebelum jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 M.

- Kerajaan Aceh : Berdiri setelah runtuhnya Samudra Pasai pada tahun


1511 M. Kerajaan ini berpusat di Banda Aceh dan mencapai kejayaan
pada masa Sultan Iskandar Muda, tetapi kemudian runtuh setelah Perang
Aceh melawan Belanda.

2. Kerajaan Islam di Jawa

 Kerajaan Demak : Berdiri setelah melemahnya Kerajaan Majapahit.


Dipimpin oleh Raden Patah dan kemudian Sultan Trenggana. Menjadi
pusat penyebaran Islam di Jawa.

 Kerajaan Pajang : Berdiri setelah runtuhnya Demak. Dipimpin oleh


Sultan Hadiwijaya dan merupakan pelanjut resmi Kerajaan Demak.

36
 Kerajaan Mataram : Berdiri pada tahun 1586 M. Puncak kejayaannya
terjadi pada masa Sultan Agung, tetapi kemudian terpecah menjadi
Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Kerajaan
Mangkunegaran, dan Kerajaan Pakualaman.

3. Kerajaan Islam di Sulawesi (Gowa-Tallo):

Kerajaan Gowa-Tallo dipimpin oleh Sultan Alauddin yang pertama kali


memeluk Islam. Mencapai puncak kejayaannya di bawah Sultan
Hasanuddin, tetapi runtuh setelah perang melawan Belanda.

4. Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku

Kerajaan Ternate salah satu dari empat kerajaan Islam di Maluku.


Dipimpin oleh Kolano Marhum dan kemudian Zainal Abidin. Salah satu
pusat perdagangan rempah-rempah terpenting pada masanya.

F. Evaluasi Pembelajaran

Setelah kalian mempelajari materi di atas, renungkan dan jawablah


pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Identifikasikan 3 kerajaan Islam di Jawa!

2. Deskripsikan tentang berdirinya kerajaan Islam pertama di Sumatra!

3. Sebutkan pelajaran besar yang dapat kita ambil dari perjuangan Sultan
Hasanudin!

4. Sebutkan kebijakan Sultan Agung Haryoko Kusumo yang masih


bermaanfaat sampai saat ini!

5. Sebutkan pelajaran yang dapat kita petik dari konflik antara Sultan
Ageng Tirtayasa dengan Sulta Haji!

37
BAB II

Peranan dan Sikap Teladan Wali Sanga dalam Menyebarkan Islam di Pulau Jawa

A. Latar Belakang Masalah


Pulau Jawa telah lama menjadi pusat peradaban dan keberagaman
budaya di Indonesia. Salah satu aspek yang sangat memengaruhi
perkembangan sosial dan keagamaan di pulau ini adalah masuknya Islam
dan peran penting yang dimainkan oleh tokoh-tokoh spiritual, yang
dikenal sebagai Wali Sanga.
Wali Sanga merupakan figur spiritual yang dihormati dan dianggap
sebagai pelopor dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Dengan
kebijaksanaan, keilmuan, dan keteladanan mereka, Wali Sanga mampu
membentuk masyarakat Jawa menjadi masyarakat yang berakhlak dan
beradab, serta memperkuat identitas Islam di wilayah ini.
Oleh karena itu, modul ini bertujuan untuk menyediakan landasan
yang kokoh bagi pembaca untuk memahami peranan dan sikap teladan
Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Dengan menelusuri
sejarah, ajaran, dan praktik-praktik spiritual dari masing-masing Wali
Sanga, modul ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang keberagaman budaya dan keagamaan di Jawa serta
meningkatkan penghargaan terhadap warisan spiritual dan sejarah
Indonesia.

Deskripsi Singkat

Tokoh-tokoh Walisanga sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat


dengan Allah serta mulia. Walisanga juga berkedudukan sebagai waliyul
amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin
serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan
urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan.
Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang

38
yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa
Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisanga berarti “wali sembilan”
yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka dipandang sebagai pemimpin
dari sejumlah Da’i di Nusantara. Adapun nama-nama Walisanga sebagai
berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung
Jati

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan dapat

1. Menjelaskan biografi walisanga;

2. Menjelaskan peran para tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia

3. Menceritakan kisah perjuangan walisongo dalam, menyebarkan agama


Islam di Indonesia.

4. Meneladani usaha dakwah yang dilakukan walisanga

5. Meneladani semangat perjuangan Walisanga

6. Meneladani sikap arif dan bijaksana sebagaimana sikap yang dimiliki


para penyebar agama Islam di Indonesia.

7. Meneladani semangat perjuangan para penyebar agama Islam yang


ikhlas dan tidak kenal lelah serta penuh kesabaran.

8. Menunjukkan sikap peduli terhadap peninggalan para penyebar agama


Islam dengan tidak menodai perjuangan mereka

Capaian Pembelajaran

Diharapkan modul ini dapat memberikan pemahaman yang lebih


mendalam tentang peran dan sikap teladan Wali Sanga dalam menyebarkan
Islam di Pulau Jawa, serta dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang diperoleh
dalam kehidupan.

39
C. Materi Pokok

Wali Sanga merupakan ulama-ulama yang terkenal menyebarkan


agama Islam di Jawa. Wali Sanga menyebarkan Islam dengan cara damai
melalui akuturasi budaya tanpa merusak ajaran Islam yang mumi. Metode-
metode yang digunakan oleh Wali Sanga dalam menyebarkan agama Islam
memudahkan masyarakat untuk memahami dan menerima ajaran Islam
yang mereka sampaikan. Berikut penjelasan singkat mengenai tokoh-tokoh
Wali Sanga.

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Sunan Gresik dan


Kakek Bantal. Sunan Gresik adalah anggota Wali Sanga tertua. Beliau
bukan orang asli Jawa, akan tetapi berasal dari daerah Samarkand, suatu
daerah di Asia Tengah yang sekarang termasuk wilayah negara
Uzbekistan. Sunan Gresik memulai dakwahnya dari Desa Leran, Gresik.
Sunan Gresik bergaul dengan rakyat kecil sebagai petani. la adalah orang
yang ahli dalam bercocok tanam sehingga rakyat sekitar tertarik untuk
berguru kepadanya. Ia juga dipercaya sebagai ahli tata negara yang
dikagumi kalangan bangsawan. Sunan Gresik juga dikenal sebagai perintis
lembaga pendidikan pesantren. Ia membangun pondok tempat belajar
agama di Leran, Gresik.

Meskipun Maulana Malik Ibrahim bukan orang Jawa, namanya


terkenal di kalangan masyarakat Jawa, sebab ia yang menjadi pelopor
penyebaran Islam di Jawa dengan pusat kegiatannya di Gresik. Dalam
proses dakwahnya kepada masyarakat, ia melakukannya dengan penuh
kehati-hatian, bijaksana, dan mengadakan pendekatan personal pada
masyarakat Jawa. Kepercayaan sebelumnya yang dipegang oleh
masyarakat tidak ditentang begitu saja. la memperkenalkan budi pekerti
yang diajarkan Islam dengan tutur kata yang sopan dan lemah lembut
sehingga banyak penduduk Jawa yang tertarik memeluk agama Islam.

40
Maulana Malik Ibrahim wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 Hijriah
atau 9 April 1419 M dan dimakamkan di Gresik.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan Ampel mempunyai nama asli Sayyid Ali Rahmatullah dan


sewaktu tinggal di Jawa mendapat gelar Raden Rahmat dari pamannya,
Prabu Brawijaya. Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim.
Sebagaimana Maulana Malik Ibrahim, beliau juga bukan orang asli Jawa.
Beliau berasal dari negeri Campa di Kamboja. Ia bersama adiknya, Sayid
Ali Murtadha masuk Pulau Jawa pada tahun 1443 M. Pada tahun 1450 M,
Raden Rahmat menikah dengan Nyi Ageng Manila, putri Bupati Tuban
yang sudah memeluk agama Islam. Selanjutnya, Raden Rahmat menetap
di daerah Ampeldenta pemberian dari Raja Majapahit. Di sana Raden
Rahmat mendirikan masjid dan membuka pondok pesantren sehingga ia
dikenal dengan Sunan Ampel.

Dalam mengajarkan Islam, ja tak kenal kompromi dengan budaya


lokal. Wejangan Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah Moh Limo,
Moh artinya ora gelem (tidak mau) dan limo artinya perkara lima. Jadi,
maksud Moh Limo ialah tidak mau melakukan lima perkara yang
terlarang, yaitu:

a. moh main (tidak mau judi),

b. moh ngombe (tidak mau minum-minuman yang memabukkan),

c. moh madat (tidak mau minum atau menghisap candu atau ganja),

d. moh maling (tidak mau mencuri), dan

e. moh madon (tidak mau berzina).

Dari pernikahannnya itu, Sunan Ampel dikaruniai beberapa putra


dan putri. Di antaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat yang
nantinya akan menjadi penerusnya. la juga berhasil mendidik tokoh wali
lainnya, seperti Sunan Giri dan Sunan Kalijaga. Sunan Ampel juga

41
menjadi perencana Kerajaan Demak, Dialah yang melantik Raden Patah
sebagai Sultan Demak yang pertama tahun 1403 Saka (1481 M).
Padatahun 900 Hijriah (1494), Sunan Ampel wafat. Jenazahnya
dimakamkan di Ampeldenta, Surabaya.

3. Sunan Giri (Raden Paku/Ainul Yaqin)

Sunan Giri memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad


Ainul Yaqin. Sunan Giri adalah putra Syekh Yakub bin Maulana Ishak,
sahabat kanb Sunan Ampel. Sunan Giri lahir di Blambangan pada tahun
1442 M. la diyakini sebagai tokoh fakih dan menguasai ilmu falak
(perbintangan), la adalah murid dari Sunan Ampel dan saudara
seperguruan dari Sunan Bonang.

Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, Raden Paku dipercaya


sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak.
la diberi gelar Prabu Satmata, Ratu Tunggul Kalifatullah Mukminin.
Ketika Sunan Ampel wafat, Sunan Giri menggantikannya sebagai mufti
tanah Jawa. Pesantren Giri hingga di masa Mataram menjadi Giri Kedaton
yang selalu diminta untuk merestui raja-raja di sebagian wilayah
Nusantara. Catatan Portugis dan Belanda di Ambon menyebut Sunan Giri
(dan pelanjutnya) sama seperti Paus di Roma yang memberkati para
kepala negeri sebelum naik takhta. Termasuk di dalamnya para sultan
Islam di Maluku, Hitu, dan Ternate. Dengan demikian, Giri merupakan
wujud lembaga kekuasaan tersendiri, meski lebih sebagai lembaga
berwenang dalam soal keagamaan saja.2

Banyak mubalig dari pesantren Giri yang dikirim ke Nusa


Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Raja Majapahit sendiri memberi

2
Rida Khamilawati, MODUL SKI Kelas IX "WALISANGA",
https://read.bookcreator.com/r2HO4iUwZ3R6INTWUrAdzaMucKi1/_qge
L6dySrilc9MzfA2vOw/cCuaLqkgR3Sosil-9ctxJg-right

42
keleluasaan kepadanya untuk mengatur pemerintahan karena khawatir ia
melakukah pemberontakan. Kemudian pesantren itu pun berkembang
menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Ketika
Raden. Fatah lepas dari pengaruh kekuasaan Majapahit, Sunan Giri
diangkat menjadi penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak.
Sunan Giri dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih.
Orang pun menyebutnya Sultan Abdul Fakih, la juga pencipta karya seni
yang luar biasa, salah satu karyanya adalah gending pucung yang
bernuansa Jawa namun syarat dengan makna islami.

4. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Sunan Bonang bernama asli Raden Makhdum Ibrahim. Sunan


Bonang adalah putra Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila. la lahir pada
tahun 1450 M. Semenjak kecil Raden Makdum Ibrahim telah belajar
agama Islam di pesantren Ampeldenta milik ayahnya sendiri. Setelah
cukup dewasa, ia berkelana dan kemudian menetap di Bonang (sebuah
desa kecil di Lasem, Jawa Timur) dan mendirikan pesantren yang sekarang
dikenal dengan sebutan Watu Layar, la mengajar dan mengembangkan
agama Islam. Karya- karya tertulisnya terdokumentasikan hingga kini,
antara lain Suluk Bonang, Primbon I, dan Primbon II. Dari tulisan-tulisan
Sunan Bonang, bisa dibaca watak dakwah para wali, sekaligus pedoman
fikih umat Islam. Sunan Bonang adalah seorang yang tawaduk dan sangat
disiplin, terutama dalam menempuh pelajarannya. Sebagal putra seorang
pemimpin Wali Sanga, sudah bisa dipastikan bahwa beliau mengalami
penggemblengan jasmani dan rohani yang sangat berat. Dalam hidupnya,
beliau menempuh jalan para sufi yang terkenal sangat zuhud dan wira'i.
Dalam hal ini beliau mendapat bimbingan langsung dari ayahandanya,
Sunan Ampel. Beliau juga sangat gemar menuntut ilmu.

Dikisahkan bahwa sewaktu Sunan Bonang masih muda, bersama


Sunan Giri (Raden Paku) berniat akan pergi menuntut ilmu ke Mekah.
Namun, sebelum berangkat ke Mekah mereka berdua singgah terlebih

43
dahulu ke Pasai (sekarang wilayah Aceh), untuk menghadap Syaikh
Maulana Ishaq yang bukan lain adalah ayahanda dari Sunan Giri. Di sana
mereka menuntut ilmu kepada Syaikh Maulana Ishaq dalam waktu yang
cukup lama. Bahkan akhimya mereka tidak jadi pergi ke Mekah, dan
langsung pulang ke tanah Jawa setelah selesai menuntut ilmu.

Dalam berdakwah, Sunan Bonang menggunakan seni, budaya, dan


tradisi masyarakat. Salah satunya adalah sebuah alat musik pukul yang
bemama bonang.Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan di
bagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunakan yang
ditunin suaranya yang merdu. Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim
sendiri yang membunyikan alat musik itu.

Sunan Bonang adalah seorang wali yang, mempunyai cita rasa seni
yang tinggi, sehingga apabila beliau bunyikan pengaruhnya sangat hebat
bagi para pendengarnya. Setiap Raden Makdum Ibrahim membunyikan
bonang pasti banyak penduduk yang datang ingin mendengarkannya. Dan
tidak sedikit dari mereka yang ingin belajar membunyikan bonang
sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden Makdum Ibrahim.
Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang dijalankan penuh
kesabaran. Setelah rakyat berhasil direbut simpatinya, tinggal mengisikan
saja ajaran agama Islam kepada mereka. Lama-kelamaan masyarakat
menyebut beliau sebagai Sunan Bonang.

Dalam berdakwah, Sunan Bonang sangat gemar mengunjungi


daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura, maupun Pulau Bawean.
Di pulau inilah, pada tahun 1525 M ia meninggal. Jenazahnya
dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung. setelah sempat
diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.

5. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Sunan Kalijaga adalah putra adipati Wila Tikta dari Tuban. Beliau
dilahirkan pada tahun 1450 dengan nama kecil Raden Sahid. Sejak kecil,

44
dalam dirinya sudah tampak jiwa luhur yang ditandai dengan selalu taat
kepada agama dan berbakti kepada orang tua, serta mempunyai sikap
welås asih kepada semua orang. la menjadi murid Sunan Bonang,
kemudian menikah dengan putri Maulana Ishak. Berbeda dengan para wali
lain, Sunan Kalijaga menjadi mubaliq keliling dan tidak mempunyai pusat
dakwah yang tetap. Sunan Kalijaga tercatat paling banyak menghasilkan
karya seni berfalsafah Islam, seperti tembang-tembang macapat (wali lain
juga turut mencipta), baju takwa, tata kota islami, serta gong Sekaten
(Syahadatain) di Solo dan Yogya. Ia membuat wayang kulit dan cerita
wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya karena
wayang beber kala itu menggambarkan tentang manusia utuh yang tak
sesuai ajaran Islam. Kalijaga mengkreasikan wayang kulit yang bentuknya
jauh dari bentuk manusia utuh.

Pementasan wayang kulit perdana dilakukan pada waktu peresmian


Masjid Agung Demak dengan Sunan Kalijaga sendiri sebagai dalangnya.
Dalam wayang kulit kreasi Sunan Kalijaga, pimpinan para dewa, yaitu
Batara Guru mempunyai gelar Sang Hyang Giri Nata, artinya Sunan Giri
yang menata. Hal ini adalah sebagai bentuk penghormatan Sunan Kalijaga
terhadap Sunan Giri yang merupakan Walisanga tertua pada masa itu.
Cerita wayang yang merupakan kreasi Sunan Kalijaga, antara lain adalah
Bima Suci atau Dewaruci, Serat Kalimasadha, dan Petruk Dadi Ratu
(Petruk menjadi raja).

Sunan Kalijaga ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung


Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang
merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan
Kalijaga. Pada pertengahan abad ke-15, Sunan Kalijaga wafat dan
dimakamkan di daerah Kadilangu, dekat Demak.

6. Sunan Drajat (Raden Qasim)

Sunan Drajat nama kecilnya Raden Qasim. Beliau adalah putra dari
Sunan Ampel. Diperkirakan Sunan Drajat yang juga bernama Raden

45
Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. la merupakan saudara kandung
dari Sunan Bonang. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari
ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. la kemudian
terdampar di Dusun Jelog, pesisir Banjarwati (sekarang Lamongan),
Setahun berikutnya, Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan
mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa
Drajat, Paciran, Lamongan.

Pada waktu para wali memutuskan untuk mengadakan pendekatan


kultural padá masyarakat Jawa dalam menyiarkan agama Islam, Sunan
Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang Jawa yang
sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur.
Hingga sekarang, gending tersebut masih digemari rakyat Jawa. Sunan
Drajat juga menggubah suluk yang masih terkenal hingga sekarang, antara
lain suluk petuah berikut.

Menehono teken marang wong wuto

Menehono mangan marang wong kang luwe

Menehono busono marang wong kang wudo

Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Artinya:

Berilah tongkat kepada orang yang buta Berilah makan kepada orang yang
kelaparan Berilah pakaian kepada orang yang telanjang Berilah tempat
berteduh kepada orang yang kehujanan

Maksudnya adalah "Berilah petunjuk kepada orang bodoh (buta).


Sejahterakanlah kehidupan rakyat yang miskin (kurang makan).
Ajarkanlah budi pekerti (etika) kepada orang yang tidak tahu malu atau
belum punya peradaban tinggi. Berilah perlindungan kepada orang-orang
yang menderita atau ditimpa bencana". Ajaran ini sangat mudah dan siapa
pun dapat mengamalkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

46
Sunan Drajat dikenal dengan kegiatan sosialnya. la dikenal sebagai
seorang yang bersahaja yang suka menolong sesama. Dialah wali yang
memelopori penyantunan anak-anak yatim, fakir miskin, dan orang sakit.
Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat ialah perhatiannya
yang serius pada masalah-masalah sosial. Dakwahnya selalu berorientasi
pada kegotongroyongan, la selalu menekankan bahwa memberi
pertolongan kepada masyarakat umum serta menyantuni anak yatim dan
fakir miskin merupakan suatu amalan yang diperintahkan agama Islam.
Sunan Drajat wafat pada pertengahan abad ke-15 dan dimakamkan di
Sedayu, Gresik (Jawa Timur).

7. Sunan Muria (Raden Prawoto)

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Sarah, adik
kandung dari Sunan Giri. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto atau
Raden Umar Said. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di
lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara Kota Kudus. Gaya berdakwah
Sunan Muria seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, yaitu dengan menggunakan
sarana gamelan, wayang, serta kesenian daerah lainnya.

Sunan Muria lebih menyukai tinggal di daerah terpencil, jauh dari


kota. Pusat kegiatannya di lereng Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah, la
banyak bergaul dengan rakyat jelata. Sambil bercocok tanam, berladang,
dan berdagang, ia mengajarkan agama Islam. Selain itu, Sunan Muria
berdakwah dengan menggunakan media kesenian rakyat, yaitu berupa
gamelan. la menciptakan gending sinom dan kinanti. Cara yang
ditempuhnya dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan
kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

Sunan Muria sering berperan juga di Kesultanan Demak sebagai


penengah dalam konflik istana, la dikenal sebagai pribadi yang mampu
memecahkan berbagai masalah betapa pun rumitnya. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.

47
Beliau wafat pada tahun 1560 M dan dimakamkan di atas Gunung Muria,
desa Colo, Kudus.

8. Sunan Kudus (Jafar Shadiq)

Sunan Kudus memiliki nama asli, yaitu Raden Ja'far Shadiq.


Beliau adalah putra seorang panglima perang kesultanan Demak yang
bernama Raden Usman Haji. Ibunya bernama Syarifah yang merupakan
putri Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Sunan Kudus adalah salah
seorang panglima tentara Demak. Kemudian ia mengembara ke Tanah
Suci, Mekah untuk memperdalam agama Islam. Setelah kembali dari
Mekah, ia mendirikan pusat keagamaan yang diberi nama Kudus, diambil
dari nama al-quds(Palestina) sehingga ia lebih dikenal dengan sebutan
Sunan Kudus. Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan Kalijaga.
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya.

la mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid,


hadis, tafsir, serta logika. Oleh karena itu, di antara Wali Sanga yang lain,
ia mendapat julukan waliyyul 'ilmi atau orang yang kuat ilmunya. la juga
terkenal sebagai pujangga yang mengarang cerita pendek yang berfalsafah
dan bernapaskan keagamaan. Semasa hidupnya, ia mengajarkan agama
Islam di sekitar pesisir utara Jawa Tengah, tepatnya di daerah Kudus.
Selain sebagai seorang wali, Sunan Kudus juga menjabat sebagai Senopati
Demak.

Peninggalan yang termasyhur adalah Masjid Kudus. Menaranya


berbentuk candi, dan sering disebut Masjid Menara. Pada mihrab masjid
ini tercantum tahun peresmian masjid, yaitu 956 Hijriah (1549 M). Beliau
menciptakan berbagai cerita agama termasuk gending yang terkenal, yaitu
gending Maskumambang dan gending Mijil. Pada tahun 1550 M, Sunan
Kudus wafat dan dimakamkan di daerah Kudus, Jawa Tengah. 20100

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

48
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah satu-satunya
Wali sanga yang tinggal di Jawa Barat. Beliau diperkirakan lahir sekitar
tahun 1448 M di Mesir. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja
Pajajaran Prabu Siliwangi, sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif
Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari
Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14
tahun dari para ulama Mesir. la sempat berkelana ke berbagai negara.

Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu


kalangan ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal
sebagai Kesultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati
adalah satu-satunya Wali Sanga yang memimpin pemerintahan. Sunan
Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai cucu Raja Pajajaran
untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan
atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur
Tengah yang lugas. Namun, ia juga mendekati rakyat dengan membangun
infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antarwilayah.
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga
melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum,
menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang
kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya


untuk menekuni dakwah, la adalah salah satu pembuat soko guru Masjid
Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah berikut kesultanannya membuktikan ada
tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu; Demak, Giri, dan
Cirebon. Hanya saja, Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam,
sekaligus kontrol politik para wali. Kekuasaan itu diserahkannya kepada
Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam
usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon), la dimakamkan di daerah

49
Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum Kota
Cirebon dari arah barat.

D. Latihan

Uji Kompetensi!

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban a,b,c, dan d yang
paling tepat!

1. Wali sanga yang menyebarkan agama Islam di daerah Demak dan


sekitarnya adalah....

a. Sunan Kudus

b. Sunan Muria

c. Sunan Drajat

d. Sunan Kalijaga

2. Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Kalimat di atas merupakan salah satu ajaran Sunan Drajat yang


bermakna....

a. Menyejahterakan kehidupan rakyat yang tidak mampu

b. Mengajarkan budi pekerti pada orang yang belum tau

c. Memberi perlindungan pada orang yang menderita

d. Memberi petunjuk kepada orang yang tidak paham

3. Di bawah ini perilaku dari Sunan Kalijaga yang patut kita teladani
khususnya dalam proses berdakwah Islam adalah....

a. Menjauhkan diri dari duniawi

b. Menunjukkan kelebihan dalam berkesenian

c. Memerangi penguasa yang tidak sepaham denganya

d. Tolenransi terhadap khasanah budaya lokal

50
4. Sunan Bonang yang bernama asli Makdum Ibrahim berperan besar dalam
berdirinya kesultanan Demak karena beliau yang mendidik Raden Fatah
menjadi pemimpin yang shaleh. Setelah wafat, Sunan Bonang
dimakamkan di daerah ....

a. Demak

b. Lamongan

c. Gresik

d. Tuban

5. Raden Rahmat adalah salah satu tokoh Wali Songo yang berperan besar
dalam penyebaran Islam di pulau Jawa dan dianggap sebagai gurunya para
Wali Songo. Beliau mulai berdakwah di ….

a. Tuban

b. Demak

c. Ampel

d. Gresik

E. Rangkuman

Wali Sanga merupakan tokoh-tokoh ulama yang berperan penting


dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Mereka menyebarkan
Islam dengan cara yang damai dan mengakulturasi budaya setempat tanpa
merusak ajaran Islam. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tokoh-
tokoh Wali Sanga:

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim): Pelopor penyebaran Islam di


Jawa, berasal dari Samarkand. Bergaul dengan masyarakat kecil dan
dikenal sebagai perintis pesantren.

51
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat): Putra Sunan Gresik, berperan dalam
pendirian masjid dan pesantren di Ampeldenta. Menggunakan falsafah
Moh Limo dalam berdakwah.
3. Sunan Giri (Raden Paku/Ainul Yaqin): Putra sahabat Sunan Ampel,
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum naiknya Sultan Demak.
Mendirikan pesantren Giri Kedaton dan terkenal dengan ilmu fiqihnya.
4. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim): Putra Sunan Ampel, mendirikan
pesantren Watu Layar. Menggunakan seni dan budaya dalam
berdakwah, terkenal dengan gendingnya yang merdu.
5. Sunan Kalijaga (Raden Sahid): Putra Sunan Ampel, terkenal dengan
keahliannya dalam ilmu fikih dan seni. Menciptakan berbagai karya
seni yang bernuansa Islam.
6. Sunan Drajat (Raden Qasim): Putra Sunan Ampel, mendirikan
padepokan santri Dalem Duwur. Terkenal dengan tembang pangkur
dan suluknya yang masih digemari masyarakat.
7. Sunan Muria (Raden Prawoto): Putra Sunan Kalijaga, mendirikan
pusat keagamaan di lereng Gunung Muria. Menggunakan sarana
gamelan dan wayang dalam berdakwah.
8. Sunan Kudus (Jafar Shadiq): Putra panglima tentara Demak, terkenal
dengan ilmu fikihnya. Membangun Masjid Kudus dan menciptakan
gending yang terkenal.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah): Pemimpin Kesultanan
Cirebon, berperan dalam penyebaran Islam di Jawa Barat.
Menciptakan infrastruktur dan terlibat dalam ekspedisi ke Banten.

Mereka semua memiliki peran penting dalam pembentukan masyarakat Jawa


yang berakhlak dan beradab berdasarkan ajaran Islam.

52
F. Evaluasi Pembelajaran

Setelah kalian mempelajari materi di atas, renungkan dan jawablah


pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Tuliskan 4 karya seni berfalsafah Islam Sunan Kalijaga!


2. Salah satu strategi dakwah Walisanga adalah wayang kulit yang
merupakan media pertunjukan. Seni wayang kulit sebagai sarana
menyampaikan informasi sarat akan nilai-nilai ajaran Islam.
Bagaimana sikap kalian dalam memanfaatkan media social saat ini?
3. Carilah keterkaitan media dakwah para Walisanga dengan konteks
dakwah sekarang!
4. Petuah yang begitu sederhana dan mengena untuk masyarakat yaitu mo
limo dari Sunan Ampel. Bagaimana cara kita menerapkan petuah
tersebut dalam pergaulan saat ini di masyarakat?
5. Untuk mengenang peranan Walisanga dalam menyebarkan agama
Islam di Indonesia, apa wujud apresiasi kalian terhadap jasa-jasa
mereka?

53
BAB IV

PENUTUP

A. Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar

I. Jawablah pertanyaan berikut yang paling tepat!

1. Para saudagar muslim banyak yang menikahi penduduk pribumi. Hal


itu merupakan salah satu penyebaran Islam melalui jalur....

a. Pengajaran

b. Kebudayaan

c. Perdagangan

d. Sosial

2. Islam di Nusantara disebarluaskan melalui banyak cara, di antaranya


adanya pesantren. Berdirinya pesantren di Indonesia merupakan bukti
adanya penyebaran Islam melalui Jalur....

a. Perdagangan

b. Penikahan

c. Pendidikan

d. Tasawuf

3. Penyebab Islam mudah diterima dan cepat berkembangan di Indonesia


dalam hal ajarannya adalah....

a. Kegigihan para ulama dalam berdakwah

b. Upacara keagamaanya sederhana

c. Besarnya dukungan pemerintah

d. Seringnya peringatan PHBI

54
4. Masuknya Islam di Indonesia dibawa langsung oleh para pedagang
muslim yang berasal dari Timur Tengah yang terjadi sekitar abad ke 7
M. hal ini berdasarkan teori....

a. India

b. Persia

c. Gujarat

d. Makkah

5. Berkembangnya Islam di Jawa membuat Demak menjadi daerah


penting dan berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran
islam. Hal tersebut merupakan salahsatu jasa dari seorang raja Demak
yang bernama....
a. Sunan Ampel
b. Raden Patah
c. Sunan Gresik
d. Raden Kusen
6. Latar belakang berdirinya Kerajaan Mataram di Jawa adalah....
a. Hadiah sultan Hadiwijaya kepada Ki Gede Pamanahan
b. Hadiah dari Portugis kepada Ki Gede Pamanahan
c. Hadiah Sultan Hadiwijaya kepada Arya Penangsang
d. Hadiah dari Portugis kepada Arya Penangsang

7. Faktor penyebab berdirinya Kerajaan Gowa-Tallo tak lepas dari jasa


seorang mubalig yang bernama....
a. Alaudin Awalul Islam
b. Abdullah Awalul Islam
c. Hasanudin Dinnul Islam
d. Dato’ Ri Bandang

55
8. Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Kalimat di atas merupakan salah satu ajaran Sunan Drajat yang


bermakna....

a. Menyejahterakan kehidupan rakyat yang tidak mampu

b. Mengajarkan budi pekerti pada orang yang belum tau

c. Memberi perlindungan pada orang yang menderita

d. Memberi petunjuk kepada orang yang tidak paham

9. Di bawah ini perilaku dari Sunan Kalijaga yang patut kita teladani
khususnya dalam proses berdakwah Islam adalah....

a. Menjauhkan diri dari duniawi

b. Menunjukkan kelebihan dalam berkesenian

c. Memerangi penguasa yang tidak sepaham denganya

d. Tolenransi terhadap khasanah budaya lokal

10. Sunan Bonang yang bernama asli Makdum Ibrahim berperan besar
dalam berdirinya kesultanan Demak karena beliau yang mendidik
Raden Fatah menjadi pemimpin yang shaleh. Setelah wafat, Sunan
Bonang dimakamkan di daerah ....

a. Demak

b. Lamongan

c. Gresik

d. Tuban

56
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!

1. Deskripsikan proses Islam ke Indonesia?


2. Ibrah yang dapat kalian petik dari proses penyebaran Islam di
Indonesia dengan cara damai?
3. Identifikasikan 3 kerajaan Islam di Jawa!

4. Deskripsikan tentang berdirinya kerajaan Islam pertama di


Sumatra!

5. Sebutkan pelajaran besar yang dapat kita ambil dari perjuangan


Sultan Hasanudin!

6. Petuah yang begitu sederhana dan mengena untuk masyarakat yaitu


mo limo dari Sunan Ampel. Bagaimana cara kita menerapkan
petuah tersebut dalam pergaulan saat ini di masyarakat?
7. Untuk mengenang peranan Walisanga dalam menyebarkan agama
Islam di Indonesia, apa wujud apresiasi kalian terhadap jasa-jasa
mereka?

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Siswa telah mengerjakan tes akhir modul untuk mengukur kemampuan


dalam mempelajari keselurahan isi modul Cocokanlah jawaban tesmu
dengan kunci jawaban yang tersedia. Jika jawaban siswa yang benar
mencapai 80%, BAGUS, siswa telah berhasil memiliki penguasaan
yang baik dalam mempelajari isi modul.

57
C. Kunci Jawaban

Uji Kompetensi bab 1

1. C

2. C

3. B

4. D

5. C

Uji Kompetensi bab 2

1. B

2. B

3. B

4. A

5. D

Uji Kompetensi bab 3

1. A

2. C

3. D

4. D

5. C

58
DAFTAR PUSTAKA

Fadhil.M, Havid Fathurohman, Prediksi UAMBN SKI, (Surakarta:Putra Nugraha,


2018), hal.32-35
Rida Khamilawati, MODUL SKI Kelas IX "WALISANGA",
https://read.bookcreator.com/r2HO4iUwZ3R6INTWUrAdzaMucKi1/_qge
L6dySrilc9MzfA2vOw/cCuaLqkgR3Sosil-9ctxJg-right

M. Kholiluddin, SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MTs KELAS IX,


Jakarta:2020

59

Anda mungkin juga menyukai