Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH PERISTIWA PEMBANTAIAN RAWAGEDE

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Jati diri Bangsa

Dosen pengampu Sarttika Dewi

Disusun oleh

Ayu Wulandari 20416261201275

Dody Setiawan 20416261201424

Fipin Kirani 20416261201252

Ishaq Pasha P. K. 20416261201312

Miranda Desti F. P. 20416261201274

Wahyu Indri H. 20416261201262

Winanda Ayu R. M. 20416261201264

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Sejarah Peristiwa Pembantaian Rawagede ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Karawang, 17 November 2021

Dody Setiawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3. Tujuan..............................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1. Kronologi Peristiwa Rawagede.......................................................................2

2.2. Alasan Belanda Melakukan Pembantaian Terhadap Warga Rawagede..........4

BAB III..........................................................................................................................5

PENUTUP.....................................................................................................................5

3.1. Kesimpulan......................................................................................................5

3.2. Saran................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembantaian Rawagede adalah suatu peristiwa pembantaian warga kampung


Rawagede (sekarang terletak di Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang), di antara
Karawang dan Bekasi oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 sewaktu
melancarkan agresi militer pertama. Sebanyak 431 warga menjadi korban
pembantaian pada peristiwa ini.

Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah


Karawang. Pertempuran kemudian berkobar di kawasan antara Karawang dan Bekasi
dan mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal 4
Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan.

Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan menjelaskan tentang apa alasan
dan tujuan Belanda di balik peristiwa pembantaian warga Rawagede.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pada makalah ini kami telah merumuskan
beberapa masalah ayang akan dibahas, yakni sebagai berikut.

1) Bagaimana kronologis terjadinya peristiwa pembantaian di Rawagede?


2) Apa alasan Belanda melakukan pembantaian terhadap warga Rawagede?

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.

1) Mengetahui kronologis peristiwa pembantaian di Rawagede.


2) Memahami alasan di balik peristiwa pembantaian warga Rawagede.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Kronologi Peristiwa Rawagede

Selepas Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,


perjuangan melawan penjajahan masih belum usai. Tentara sekutu masih berdatangan
ke Indonesia. Kedatangan tentara sekutu yang diboncengi militer Belanda ini
menyebabkan tantangan mempertahankan kemerdekaan tetap ada. Apalagi, Belanda
kemudian melancarkan dua agresi militer yang nyaris membuat pemerintahan
Republik Indonesia lumpuh.

Pada tahun 1947, militer Belanda berhasil menguasai Jawa Barat. Walaupun
demikian, para pejuang kemerdekaan di daerah itu belum tunduk. Mereka mundur ke
perdesaan. Bahu-membahu bersama rakyat sipil, para pejuang kembali melawan
tentara Belanda. Dalam kondisi kalah persenjataan, taktik gerilya menjadi andalan
para pejuang. Di antara yang bergerilya ialah kelompok pejuang di bawah kendali
kapten tentara Indonesia bernama Lukas Kustario.

Sebelum perjanjian Renville ditandatangani, Tentara Belanda yang tergabung


dalam Divisi satu atau disebut juga Divisi 7 Desember melakukan pembersihan unit
pasukan TNI dan pejuang-pejuang Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Dalam operasinya di daerah Karawang, para tentara Belanda ini memburu
Kapten Lukas Kustario yang merupakan Komandan Kompi Siliwangi dan juga
menjadi Komandan Batalyon Tajimalela/Brigade II Divisi Siliwangi. Kapten
Kustaryo dan kawan-kawan bertahan di Rawagede (sekarang Balongsari). Gerilya
mereka sempat merepotkan tentara Belanda. Kustario juga sulit ditemukan dan lihai
menyusun strategi. Karena licin, Kustaryo jadi salah satu buron Belanda. Kepalanya
bahkan dihargai 10.000 gulden.

Suatu waktu, ada mata-mata yang membuat tentara Belanda tahu, Kustario
berada di Rawagede. Mayor militer Belanda Alphonse Jean Henri Wijnen alias Fons
lantas menyiapkan strategi. Mereka bermaksud "meratakan" Rawagede agar jadi
pelajaran bagi desa-desa lain yang menyembunyikan pejuang republik.

2
3

Ketika hujan deras turun di malam 8 Desember 1947, Lurah Rawagede,


Saukim mencium gelagat mata-mata Belanda yang mencurigakan. Ia lantas
memberitahu Markas Gabungan Pejuang (MGP), yang di dalamnya termasuk
Kustaryo, agar segera hengkang dari Rawagede. Meskipun demikian, sebagian
pejuang masih terjebak di rumah masing-masing. Mereka kesulitan melakukan
evakuasi karena cuaca buruk pada malam tersebut. Di sisi lain, baik pejuang
kemerdekaan maupun warga Rawagede tidak menyangka bahwa Belanda akan
menyerang di tengah cuaca buruk. Memasuki dini hari, sejak pukul 4 pagi, 9
Desember 1947, Rawagede sudah terkepung oleh tentara Belanda dalam posisi siap
tempur.

Pada tanggal 9 Desember 1947, satu hari setelah perundingan Renville.


Tentara Belanda mengepung Dusun Rawagede dan menggeledah setiap rumah.
Tetapi mereka tidak menemukan satupun pucuk senjata disana. Kemudian para
tentara Belanda ini mengumpulkan semua penduduk di lapangan terbuka. Penduduk
laki-laki diperintahkan untuk berbaris, dan ditanyai keberadaan para pejuang serta
Tentara Indonesia. Tentapi tidak ada satupun penduduk yang mengatakan keberadaan
mereka.

Kemudian akibat bungkamnya para penduduk, pemimpin tentara Belanda


memerintahkan untuk menembak mati seluruh penduduk laki-laki, baik yang sudah
tua maupun remaja. Beberapa orang berhasil melarikan diri ke hutan, walaupun
banyak yang terlukan karena terkena tempakan. Tentara Belanda menembak mati
dengan memberondong dengan senapan mesin tanpa ampun. Karena peristiwa itu
sekitar 431 penduduk Rawagede tewas. Sebetulnya korban tewas lebih dari 431,
karena banyak mayat yang hanyut dibawa ke sungai karena banjir dan hujan deras.

Keesokan harinya tentara Belanda meninggalkan desa tersebut. Para wanita


yang masih hidup menguburkan mayat-mayat penduduk laki-laki tersebut dengan
peralatan sederhana. Dikarenakan tidak dapat menggali terlalu dalam, jenazah ditutup
dengan potongan kayu dan ada yang menggunakan daun pintu kemudian diurug tanah
seadanya, akibatnya bau mayat masih tercium selama beberapa hari.

Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa


pemerintah Belanda bersalah dalam pembantaian Rawagede. Setelah 64 tahun
kasusnya ditutup-tutupi, akhirnya tuntutan dari Komite Nasional Pembela Martabat
4

Bangsa Indonesia (KNPMBI) bersama keluarga korban dipenuhi oleh Pemerintah


Belanda. Sebagai bentuk penebusan dosa, Duta Besar Belanda untuk Indonesia,
Tjeerd de Zwaan mewakili pemerintah negaranya meminta maaf atas kasus
Rawagede. Pemerintah Belanda pun menjalankan perintah pengadilan, yakni
membayar kompensasi senilai 20 ribu euro (Rp240) juta pada sejumlah janda korban
pembantaian Rawagede.

1.2. Alasan Belanda Melakukan Pembantaian Terhadap Warga


Rawagede

Dari kronologi diatas dapat diketahui bahwa Belanda datang ke desa


Rawagede adalah untuk mencari dan memburu kapten Lukas Kustario dan
pasukannya yang bersembunyi di desa Rawagede untuk melakukan pembersihan unit-
unit TNI dan para pejuang yang melakukan perlawanan kepada Belanda. Namun,
ketika tentara Belanda sampai di Rawagede, Kapten Lukas dan pasukannya sudah
meninggalkan desa tersebut untuk melarikan diri. Bahkan senjata-senjata pun tidak
ditemukan di sana.

Oleh sebab itu, tentara mengumpulkan semua warga laki-laki di desa


Rawagede untuk berbaris. Dan kemudian, tentara belanda menembakinya hingga
terjadi pembantaian.
BAB III

PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Banyak versi dan kronologi mengenai Sejarah Tragedi Pembantaian


Rawagede ini. Kemudian untuk jumlah korban yang tewas juga masih menjadi
perdebatan banyak ahli sejarah. Mengenai jumlah korban tewas, beberapa sumber
menyebut angka berbeda. Menurut buku De Excessennota, tentara Belanda
mengeksekusi sekitar 20 orang penduduk, total jumlah korban tewas selama operasi
berlangsung 150 jiwa. Sementara pada batu peringatan di Taman Makam Pahlawan
Sampurnaraga, jumlah korban tewas di Rawagede pada tanggal 9 Desember 1947
tersebut 431 jiwa.

Kendati demikian, Pembantaian adalah hal yang salah. Hal itu sama saja
dengan merampas Hak Asasi Manusia, yaitu hak untuk hidup. Oleh karena itu
pengadilan Den Haag menyatakan bahwa pemerintah Belanda bersalah dalam kasus
peristiwa pembantaian Rawagede yang terjadi diantara perbatasan Karawang-Bekasi.

2.2. Saran

Saran kami untuk pembaca adalah kita harus faham dan terus menjaga sejarah
tentang peristiwa pembantaian Rawagede ini. Tujuannya untuk mencegah hal yang
serupa terjadi lagi di kemudian hari, serta agar kita faham bahwa kitaharus
menghargai setiap orang dan juga termasuk hidupnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/sejarah-pembantaian-rawagede-penyebab-dampak-dan-
penyelesaiannya-giTe

http://www.jurnalsiswa.com/2017/08/kasus-pembantaian-rawagede-disusun-oleh.html

https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Pembantaian-Rawagede_42575_unusa_p2k-
unkris.html

https://bosscha.id/2019/12/09/sejarah-9-desember-terjadinya-tragedi-pembantaian-
rawagede/

Anda mungkin juga menyukai