Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KD. 3.6 : PERAN TOKOH-TOKOH NASIONAL DAN DAERAH DALAM


MEMPERLUASKAN ATAU MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN

OLEH KELOMPOK IV:


1. CUT TARI
2. MIFTA NUR JANNAH
3. MUHAMMAD GANDI
4. PUTRI NUR ISLAMI
5. SUKRIA FADILA

KELAS : XI MIPA 2

GURU PEMBIMBING : ELSA MELIA ROZA, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH ATAS

SMA N 1 PANGKALAN KEC. PANGKALAN KOTO BARU

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “Tokoh-tokoh Nasional Yang
Berperan Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia”.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan
saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu saya harapkan demi lebih
baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Pangkalan, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Piere Tandean ........................................................................................3
2.2 Abdul Haris Nasution. ...........................................................................5
2.3 Cut Nyak Dien ...................................................................................6
2.4 R.A Kartini ...................................................................................7
2.5 Pangeran Diponegoro.............................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................12
3.2 Saran-Saran..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,banyak para tokoh pahlawan
nasional yang berjuang baik secara langsung,dengan perang maupun secara tidak
langsung dengan memberikan informasi kepada para pejuang,melalui perundingan.
Tanpa adanya tokoh-nasional yang berjuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia
tersebut,mungkin kita belum bisa merdeka sampai sekarang. Pahlawan Nasional adalah
gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang
melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara,
atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan
prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara
Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas,ada beberapa hal yang akan kami bahas yaitu:
 Menjelaskan peran dan sejarah Piere Tandean yang berjuang melawan penjajah untuk
kemerdekaan Indonesia.
 Menjelaskan peran dan sejarah Abdul Haris Nasution yang berjuang melawan
penjajah untuk kemerdekaan Indonesia.
 Menjelaskan peran dan sejarah Cut Nyak Dien yang berjuang melawan penjajah
untuk kemerdekaan Indonesia.
 Menjelaskan peran dan sejarah R.A Kartini yang berjuang melawan penjajah untuk
kemerdekaan Indonesia.
 Menjelaskan peran dan sejarah Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan
penjajah untuk kemerdekaan Indonesia.

1
1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
 Untuk mengetahui peran dan sejarah Piere Tandean yang berjuang melawan penjajah
untuk kemerdekaan Indonesia.
 Untuk mengetahui peran dan sejarah Abdul Haris Nasution yang berjuang melawan
penjajah untuk kemerdekaan Indonesia.
 Untuk mengetahui peran dan sejarah Cut Nyak Dien yang berjuang melawan
penjajah untuk kemerdekaan Indonesia.
 Untuk mengetahui peran dan sejarah R.A Kartini yang berjuang melawan penjajah
untuk kemerdekaan Indonesia.
 Untuk mengetahui peran dan sejarah Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan
penjajah untuk kemerdekaan Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PIERRE TANDEAN

Sejarah mencatat, Pierre Tendean menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30
September (G30S) 1965. Lahir tanggal 21 Februari 1939, perwira militer TNI berdarah
Manado-Perancis ini oleh pemerintah RI ditetapkan sebagai pahlawan revolusi.
Sebenarnya, Pierre Tendean bukanlah target utama penculikan pada malam Jumat
kelabu itu. Yang dibidik adalah atasan Pierre, Jenderal Abdul Haris Nasution, perwira
tinggi TNI-AD sekaligus Menteri Pertahanan RI saat itu.
Ya, Pierre Tendean adalah ajudan Nasution. Namun, justru ia yang menjadi korban
salah sasaran, selain putri sang jenderal, Ade Irma Suryani, juga Brigadir Polisi Karel
Satsuit Tubun yang berjaga di kediaman Wakil Perdana Menteri Johannes Leimena yang
rumahnya berdekatan dengan rumah Nasution.
Pierre Tendean sejatinya sudah merencanakan pergi dari Jakarta sebelum tanggal
30 September 1965 untuk merayakan ulang tahun ibunya yang tinggal di Semarang.
Akan tetapi, ia terpaksa menunda rencananya karena ada tugas mengawal Nasution,
hingga terjadilah malapetaka itu.

Profil & Biodata Pierre Tendean


Berikut ini jejak-rekam Pierre Tendean dalam kronik:
1939
Pierre Andries Tendean dilahirkan di Jakarta tanggal 21 Februari 1939. Ayahnya,
A.L. Tendean, merupakan seorang dokter kelahiran Manado, Sulawesi Utara. Sedangkan

3
sang ibunda, Maria Elizabeth Cornet, adalah perempuan blasteran Indo-Perancis.
__________________________________
1958
Sejak kecil, Pierre Tendean sudah bercita-cita menjadi prajurit, atau setidaknya
menjadi dokter seperti ayahnya. Tahun 1958, ia diterima di Akademi Teknik Angkatan
Darat (ATEKAD) di Bandung.

1961
Pierre Tendean lulus dari akademi militer dengan menyandang pangkat letnan dua.
Pada 1961, ia ditugaskan menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam
II/Bukit Barisan di Sumatera Utara.
__________________________________
1962
Setahun di Sumatera Utara, Pierre Tendean dikirim ke Bogor untuk menjalani
pendidikan intelijen. Setelah lulus, ia bergabung dengan Dinas Pusat Intelijen Angkatan
Darat (DIPIAD) dan disusupkan ke Malaysia yang kala itu sedang terlibat konfrontasi
dengan Indonesia. Baca juga: Usman dan Harun, Marinir Indonesia Digantung di
Singapura __________________________________
1965
Pierre Tendean naik pangkat menjadi letnan satu pada 1965 dan ditugaskan sebagai
ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Malam hari tanggal 1 September 1965, pasukan
pimpinan Pelda Djaharup sebanyak satu kompi bersenjata dan satu peleton milisi sipil
komunis menyambangi rumah Nasution.

Mendengar suara gaduh, Pierre Tendean terjaga dan segera melihat apa yang
terjadi. Tak disangka, ia ditodong senapan oleh para penculik yang mengira Pierre adalah
Jenderal Nasution. Ia dibawa ke Lubang Buaya dan ditembak mati di sana. Baca juga:
Ajal M.T. Haryono Dijemput Boengkoes dari Cakrabirawa
Jasad Pierre Tendean dan beberapa jenderal TNI-AD ditemukan, kemudian
dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada 5 Oktober 1965.
Pemerintah RI menetapkan Pierre Tendean sebagai salah satu pahlawan revolusi dan
secara anumerta dipromosikan menjadi kapten.

4
2.2 ABDUL HARIS NASUTION

Abdul Haris Nasution atau sering disebut dengan A.H. Nasution adalah seorang Jenderal
Besar seperti Jenderal Soedirman dan Soeharto. Ia dikenal sebagai Jenderal yang selamat dari
peristiwa G30S karena melarikan diri melalui jendela. Selain itu, ia juga terkenal sebagai
peletak dasar perang gerilya di Indonesia.

AH Nasution lahir di Kotapan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember
1918. Ia adalah anak dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis. Ia lahir di
keluarga yang taat beragama, hal ini ia pegang sampai akhir hayatnya. Ayahnya merupakan
anggota pergerakan Sarekat Islam di Koanopan, Tapanuli Selatan.

Dilansir dari lama Biografiku, A.H. Nasution memulai pendidikannya di Hollandsch


Inlandsche School (HIS) dan lulus pada tahun 1932. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan
menengah dan lulus pada tahun 1935. Kemudian ia berangkat ke Yogyakarta dan
melanjutkan pendidikan di sekolah guru. Ia meneruskan pendidikan di Algemeene
Middelbare School (AMS) bagian B di Jakarta dan lulus pada tahun 1938. 

Setelah menyelesaikan studinya, ia sempat menjadi guru selama dua tahun. Kemudian pada
tahun 1940, A.H. Nasution mendaftar untuk menjadi prajurit di sekolah perwira cadangan
yang dibentuk Belanda. Ia ikut bertempur melawan Jepang di Surabaya saat invasi Jepang ke
Indonesia pada tahun 1942. Kekalahan Jepang dan merdekanya Indonesia membuat para
bekas tentara PETA termasuk A.H. Nasution mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
yang menjadi cikal bakal TNI.

Kariernya di bidang militer kemudian terus menanjak. Pada bulan Maret tahun 1946, ia
ditunjuk sebagai Panglima Divisi III/Priangan. Di tahun yang sama pada bulan Mei, ia
dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Ketika pemberontakan
PKI yang dipimpin Muso pecah di Madiun pada tahun 1948, Nasution memimpin
pasukannya untuk menumpas pemberontakan tersebut.

Pada masa agresi militer Belanda pada tahun 1948 hingga 1949, ia menjabat sebagai
Panglima Komando Jawa. Setelah itu, ia diangkat oleh presiden Soekarno kala itu menjadi
Wakil Panglima Besar TNI dibawah Jenderal Besar Soedirman.

5
Kemudian ia pindah posisi sebagai Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang
Republik Indonesia. Di akhir tahun 1949, A.H Nasution kemudian menjabat sebagai Kepala
Staf Angkatan Darat (KSAD). Ia sempat dipecat oleh Soekarno sebagai KSAD, tetapi
diangkat kembali pada tahun 1955.

Karena rasa tidak sukanya pada sikap Soekarno yang dekat dengan PKI, ia menjadi salah satu
target utama yang akan diculik dan dilenyapkan pada peristiwa G30S pada tahun 1965.
Namun, saat itu ia berhasil melarikan diri dengan melompati jendela. Sayangnya, ia harus
kehilangan putrinya yaitu Ade Irma Nasution dan ajudannya yaitu Pierre Tendean.

A.H. Nasution memiliki peran yang besar dalam militer. Ia merupakan penggagas perang
gerilya. Hal ini berawal dari saat ia memimpin Divisi Siliwangi, ia mengetaui bahwa rakyat
mendukung TNI.

Ia kemudian menggagas taktik perang gerilya atau guerrilla warfare yang diartikan sebagai
perang rakyat. Terkait taktik perang gerilya, ia menulis buku yang berjudul Pokok-Pokok
Perang GerilyaK. Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, bahkan menjadi buku
wajib akademi militer di sejumlah negara termasuk di sekolah elite bagi militer dunia, West
Point Amerika Serikat (AS).

Jenderal Besar AH Nasution menghembuskan nafas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 6


September 2000. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Palawan Kalibata,
Jakarta. Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional
kepadanya.

2.3 CUT NYAK DIEN

Cut Nyak Dien adalah seorang pejuang perempuan perang asal Aceh yang lahir di
Lampadang, Aceh pada tahun 1848. Mari simak perjuangan pahlawan perempuan yang
ditakuti Belanda, berikut sejarah Cut Nyak Dien.

Kisah hidup Cut Nyak Dien sangat sederhana bahkan menderita. Walaupun demikian, dirinya
tetap gigih berjuang untuk mempertahankan kebebasan rakyat Aceh dari penjajahan Kolonial

6
Belanda. Diketahui Cut Nyak Dien membela rakyat Aceh dalam melawan Belanda bersama.
Dirinya sejajar dengan para pejuang lainnya yaitu, Panglima Polim, Teungku Cik di Tiro dan
sang suami, Teuku Umar.

Berikut ini biografi Cut Nyak Dien, pejuang perempuan perang asal Aceh yang ditakuti
Belanda.

Perjuangan Cut Nyak Dien Melawan Belanda

Cut Nyak Dien, ikut serta dalam berperang langsung bersama para pejuang lainnya melawan
penjajah. Meskipun seorang wanita, namun Cut Nyak Dien tidak gentar dan terus memimpin
perlawan melawan Belanda. Cut Nyak Dien, merupakan sosok yang ditakuti oleh Belanda
karena dirinya mampu mengobarkan semangat perlawanan rakyat Aceh.

Cut Nyak Dien mulai ikut mengangkat senjata dan berperang melawan Belanda pada tahun
1880. Itu tidak lepas dari tewasnya suami Cut Nyak Dien, yaitu Teuku Cek Ibrahim Lamnga
saat bertempur pada tanggal 29 Juni 1878. Kematian suaminya tersebut membuat Cut Nyak
Dien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Kemudian pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar dan
mempersilahkan ikut bertempur di medan perang. Bergabungnya Cut Nyak Dien berhasil
meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh dalam melawan Belanda, kemudian perang
dilanjutkan secara gerilya.

Bergerilya untuk mengusir Belanda dari hari ke hari membuat kekuatan fisik Cut Nyak Dien
menurun. Sehingga dirinya tidak lagi gesit berlarian dari hutan ke hutan. Karena pantang
menyerah, Cut Nyak Dien tetap maju dalam medan pertempuran untuk memimpin rakyat
Aceh meskipun sambil ditandu. Semangatnya naik dan semakin bergejolak meskipun
tubuhnya melemah.

Walaupun demikian, Belanda akhirnya berhasil untuk menangkap dan mengasingkan Cut
Nyak Dien ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat baru, dirinya diberi julukan sebagai Ibu
Perbhu atau Ratu. Di Sumedang, Cut Nyak Dien mengajar ilmu agama seperti Al-Quran
sampai akhir hayatnya. Dirinya wafat di sana pada tanggal 6 November 1908.

2.4 R.A KARTINI

7
Biografi RA Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879.

Karena perannya yang luar biasa, maka hari kelahirannya diperingati setiap satu tahun sekali
oleh bangsa Indonesia, sebagai Hari Kartini.

Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan


kemerdekaan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun
1964 tanggal 2 Mei tahun 1964.

Raden Ajeng Kartini merupakan anak dari keturunan bangsawan Jawa Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat dan MA Ngasirah. diketahui bahwa di masa penjajahan Belanda, tidak
semua anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Pada 21 April, lebih tepatnya sudah 142 tahun sejak tahun 1879, Raden Adjeng Kartini atau
lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah. RA Kartini merupakan
Pahlawan Nasional Indonesia dan sosok figur emansipatoris. Pahlawan perempuan yang hari
kelahirannya diperingati setiap 21 April ini, berjuang keras untuk kesetaraan bagi para wanita
di Indonesia.

RA Kartini memperjuangkan kesetaraan wanita karena saat itu keberadaan kaum hawa
seringkali tidak dihargai. Wanita hanya boleh mengerjakan urusan dapur dan mengurus anak,
para wanita pun tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. RA
Kartini dengan segenap hati dan jiwanya, berjuang agar para wanita Indonesia yang merasa
tertindas mendapatkan derajat yang sama dengan pria. Perjuangan dari RA Kartini ini benar-
benar berpengaruh besar bagi para wanita Indonesia.

Namun, seperti apakah peran “Kartini” saat ini di era revolusi industri 4.0?

Selain memperjuangkan kesetaraan kaum hawa, RA Kartini juga memperjuangkan bidang


sosial, hukum, serta khususnya pendidikan. Revolusi industri 4.0 merupakan momen yang
harus dimanfaatkan karena merupakan potensi bagi para perempuan untuk bekerja di industri
digital. Teknologi yang ada saat ini sudah sangat membantu para wanita untuk memanfaatkan
menjadi sebuah peluang bisnis. Namun, literasi digital bagi kaum perempuan secara umum
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi tersebut dalam
keseharian mereka.

Kartini di era revolusi 4.0 harus memiliki power untuk mendobrak dan melahirkan generasi
yang luar biasa dengan berfikir secara logis, rasional akan informasi yang diterima, dan bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Para Kartini millennial harus
mengutamakan pendidikan sebagai kunci keberhasilan suatu bangsa untuk melawan
radikalisme, serta menjadikan bentuk pribadi generasi millennial yang inovatif, mandiri,
cerdas, dan menumbuhkan rasa nasionalisme.

Tantangan bagi para wanita Indonesia dalam menjalankan peran dan fungsinya di era digital
tentu tidak mudah. Peran pendidikan sangat penting dalam tantangan tersebut. Kartini
menulis pesan kepada Nyonya Van Kool pada Agustus tahun 1900.

8
“Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-
baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang
sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa
bahagia baginya.”

2.5 PANGERAN DIPONEGORO

Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan


Indonesia. Beliau lahir 11 November 1785 di Yogyakarta, dengan nama asli Raden Mas
Ontowiryo. Putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III ini menjadi salah satu pahlawan
yang cukup dikenal sebagai pemimpin Perang Diponegoro.
Pangeran Diponegoro memimpin perang untuk mendapatkan keadilan dari sikap
penjajah Belanda yang melakukan penindasan kala itu. Belanda menyewakan tanah
kepada petani pribumi secara semena-mena, sedangkan kepada pengusaha swasta sewa
diberikan tanpa batasan agar bisa dijadikan lahan perkebunan.
Biografi Pangeran Diponegoro
Mengutip dari buku Sejarah Indonesia yang disusun Ersontowi, Pangeran Diponegoro
dikenal karena Perang Jawa. Perang ini terjadi selama 5 tahun dari 1825 sampai 1830 di
pulau Jawa.
Perang tersebut menewaskan banyak orang, ketika pimpinan Jenderal Hendrik
Merkus de Kock dari Belanda berusaha mengalahkan penduduk. Sekitar 200 ribu orang
tewas dalam pertempuran. Sedangkan pihak Belanda kehilangan 8.000 tentara dan 7.000
serdadu pribumi.
Pangeran Diponegoro meninggal pada 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Beliau meninggal di usia 69 tahun. Mengutip Kemsos.go.id, Pangeran Diponegoro
mendapatkan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh UNESCO pada 21 Juni 2013.
Babad Diponegoro ditetapkan sebagai Memory of The World.

9
Pangeran Diponegoro dalam Melawan Penjajahan di Tanah Jawa

Nama Pangeran Diponegoro mungkin sudah tidak asing di telinga Sobat SMP. Beliau
merupakan salah satu pahlawan nasional yang turut melawan penjajahan Belanda. Di bulan
kemerdekaan ini, Direktorat SMP akan mengupas sosok Pangeran Diponegoro serta peristiwa
Perang Diponegoro sebagai upaya perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Pangeran Diponegoro adalah putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III memiliki nama asli
Raden Mas Ontowiryo, lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Sosok Pangeran
Diponegoro dikenal secara luas karena memimpin Perang Diponegoro atau disebut sebagai
Perang Jawa karena terjadi di tanah Jawa. Perang ini merupakan salah satu pertempuran
terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara.

Perang tersebut terjadi karena Pangeran tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam
urusan kerajaan. Selain itu, sejak tahun 1821 para petani lokal menderita akibat
penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Van der
Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 yang menyatakan bahwa semua tanah
yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31
Januari 1824. Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa
lahan Eropa.

Pangeran Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan dengan


membatalkan pajak Puwasa agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan
makanan. Kekecewaan Pangeran Diponegoro juga semakin memuncak ketika Patih Danureja
atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati
makam leluhurnya. Beliau kemudian bertekad melawan Belanda dan menyatakan sikap
perang. 

Pada hari Rabu, 20 Juli 1825, pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang
memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi
di Tegalrejo sebelum perang pecah. Meskipun kediaman Diponegoro jatuh dan dibakar,
pangeran dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena lebih mengenal medan di
Tegalrejo. Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga
Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga keesokan
harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul.

Pangeran Diponegoro kemudian pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang


dijadikan markas besarnya. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong,
sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai
basisnya. Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga
menjadi tempat pertapaannya, sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia
menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di
sebelah Timur.

Penyerangan di Tegalrejo memulai perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun.
Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang
menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan
semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati”; “sejari kepala sejengkal tanah
dibela sampai mati”. 

10
Sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Bahkan Diponegoro juga
berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk
pedesaan, meskipun hal ini menjadi kontroversi tersendiri. Perjuangan Diponegoro dibantu
Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini
Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI serta Raden
Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan. 

Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan


menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai
Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran
Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada
Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan
diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro
ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya
di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

Perang Diponegoro yang terjadi selama lima tahun (1825 – 1830) telah menelan korban
tewas sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa, sementara korban tewas di pihak Belanda
berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi.

Selain melawan Belanda, perang ini juga merupakan perang (sesama) saudara antara orang-
orang keraton yang berpihak pada Diponegoro dan yang anti-Diponegoro (antek Belanda). 
Akhir perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

Setelah perang Diponegoro, pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk
menyerah kepada Belanda kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III, justru hendak
menyerang seluruh kantor belanda yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di jawa
tengah seperti Wonogiri, karanganyar yang banyak dihuni oleh Warok.

Begitulah peristiwa perang Diponegoro yang dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro.
Semoga setelah membaca artikel ini, pengetahuan SMP Sobat mengenai perjuangan para
pahlawan nasional akan semakin bertambah, ya. Sebab menurut Presiden Soekarno, bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya. 

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pahlawan adalah orang yang paling berjasa dalam perjuangan Indonesia untuk
merebut kemerdekaan, mereka rela berkorban harta dan nyawa demi Indonesia merdeka.
Untuk itu kita harus menghargai,mengenang para pahlawan nasional Indonesia dengan
mengetahui sejarah dan peran para pahlawan tersebut dan kita harus meneladi perilaku mulia
mereka.
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau
seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur demi membela bangsa dan negara.
Gelar tersebut juga diberikan kepada tokoh yang semasa hidupnya melakukan
tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi
pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Untuk menjadi Pahlawan Nasional, ada persyaratan yang diatur dalam UU No. 20
Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan penjelasan makalah di atas dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita dalam mengenal para pahalwan.
Kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan untuk dapat membangun negeri
salah satunya dengan belajar sungguh-sungguh.

12
DAFTAR PUSTAKA

- https://tirto.id/sejarah-21-februari-1939-lahirnya-pierre-tendean-pahlawan-revolusi-dhuu
- https://nasional.tempo.co/read/1514108/jenderal-besar-ah-nasution-konseptor-taktik-
perang-gerilya-yang-lolos-dari-g30s/full&view=ok
- https://www.ibik.ac.id/kartini-pelopor-emansipasi-wanita-indonesia-dan-perannya-di-era-
revolusi-industri-4-0/
- https://www.suara.com/news/2020/12/08/065624/sosok-cut-nyak-dien-pejuang-wanita-
yang-ditakuti-belanda?page=all
- https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/21/biografi-ra-kartini-dan-10-kutipan-
tentang-peran-perempuan-dalam-buku-habis-gelap-terbitlah-terang?page=2
- https://ditsmp.kemdikbud.go.id/pangeran-diponegoro-dalam-melawan-penjajahan-di-
tanah-jawa/

13

Anda mungkin juga menyukai