Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA KELUWUAN

“BIOGRAFI ANDI DJEMMA”

DISUSUN:

KELOMPOK: 5

1. GUNAWAN
2. SATNA
3. NURHALISA
4. NINGRUM
5. GREIS

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “Biografi Datu Andi Djemma”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Palopo, 07 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penuliasan Makalah...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat singkat Datu Andi Djemma......................................................... 3


B. Andi Djemma dimata rakyat dan Raja-Raja di Sulawesi Selatan............. 6
C. Hubungan antara Andi Djemma dan NKRI.............................................. 12
D. Andi Djemma Raja Luwu meruapakan Pahlawan Nasional..................... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 20
B. Saran.......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap Bangsa, bahkan setiap kelompok “pasti” menampilkan seseorang,
sejumlah orang, sebagai pemimpin. Pemimpin, -- Karena itu, paling tidak mempunyai
dua unsure utama, yaitu: Pertama, Ada pengikut. Artinya tidak bisa seseorang tampil
sebagai pemimpin tanpa mempunyai sejumlah orang yang berada dibawah
pimpinannya, dibawah pengaruhnya. yang kedua, Tanggungjawab. Artinya seseorang
“disepakati” menjadi pemimpin tanggungjawab. didalam diri seseorang yang
dianggap sebagai pemimpin ada kesediaan untuk memikul tanggungjawab1.

Kedua hal diatas, pemimpin dan tanggungjawab dari pemimpin merupakan


persyaratan minimal untuk keberlangsuangan hidup bersama, dari sejumlah orang,
baik yang disebut kelompok, suku bangsa, maupun bangsa. Dengan demikian, posisi
kedua hal itu, justru amat-amat diperlukan dalam situasi tertentu dank has, misalnya
dalam situasi kritis. dalam situasi kritis itulah kepemimpinan seseorang “dituntut”
kualitasnya. dan kualitas kepemimpinannya itu sangat ditentukan oleh
tanggungjawabnya di dalam situasi dan cara menghadapi situasi kritis yang
melingkarinya itu.

permasalah dalam makalah ini adalah pembicaraan pelbagai pihak, termasuk


pembicaraan dalam bentuk makalah dari beberapa orang sejarawan, tentang seorang
tokoh dari sebuah “bekas” kerajaan yang mempunyai pengaruh yang tidak kecil di
Sulawesi Selatan, yaitu Payunge, Datu, Raja dari kerajaan Luwu, Andi Djemma.

Pertanyaannya, mengapa tokoh ini dibicarakan? Apakah karena ia raja, atau


karena ada hal lain yang terdapat pada dirinya, terutama didalam kaitannya dengan
tanggungjawab kepemimpinan dan kualitas yang terdapat didalamnya. Jawabnya,
Andi Djemma di bicarakan bukan hanya karena posisi dirinya sebagai Raja Kerajaan

4
Luwu, walau itu sangat-sangat penting, melainkan karena sikapnya didalam situasi
kritsi, yaitu situasi menghadapi penjajah belanda, khususnya di dalam perang
mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945. didalam situasi krisis yang amat rumit, 1945-1949, di perlukan sikap yang
Jelas dan Tegas untuk menentukan posisi keberpihakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, maka rumusan masalah


makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Riwayat singkat Datu Andi Djemma?


2. Bagaimana Andi Djemma dimata rakyat dan Raja-Raja di Sulawesi Selatan?
3. Bagaimana Hubungan antara Andi Djemma dan NKRI?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan Makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Riwayat singkat Datu Andi Djemma


2. Untuk mengetahui Andi Djemma dimata rakyat dan Raja-Raja di Sulawesi
Selatan
3. Untuk mengetahui Hubungan antara Andi Djemma dan NKRI

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Singkat Datu Andi Djemma

1. Kelahiran Andi Djemma

Andi Djemma dilahirkan di Palopo, Sulawesi Selatan, pada tanggal 05 Januari


1901. Pada waktu itu, Palopo merupakan ibu kota kerajaan Luwu, sedangkan yang
menjadi raja (datu) ialah Andi Kambo sang ibunda. Pada tahun 1906 kerajaan Luwu
ditaklukkan oleh Belanda dan Andi Kambo terpaksa menandatangani kontrak politik
yang mengharuskan untuk menjalankan pemerintahan sesuai dengan keinginan
Belanda. Andi Djemma memperoleh pendidikan formal di Inlandsche School
(sekolah dasar lima tahun) di Palopo. Ia tamat dari sekolah ini pada tahun 1915.

Pendidikan nonformal diperolehnya di lingkungan istana. Ia sering diajak


ibunya menghadiri rapat-rapat adat, sehingga ia memperoleh pengetahuan yang
cukup mengenai masalah kemasyarakatan. Pengalaman Andi Djemma di bidang
pemerintahan dimulai sebagai Sulewatang (kepala distrik) Ngapa pada tahun 1919.
Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Ware, juga sebagai Sulewatang. Sementara
itu, ia pun ditetapkan sebagai wakil Datu Luwu. Jabatan sebagai Sulewatang Ware
dipangkunya sampai tahun 1931. Pada tahun itu ia diberhentikan oleh Pemerintah
Hindia belanda karena dituduh menggunakan uang kas Pemerintah untuk membiayai
sebuah organisasi yang dianggap radikal.

Datu Luwu, Andi Kambo, meninggal dunia pada tahun 1935. Walaupun Andi
Djemma merupakan putera Datu dan sudah diangkat sebagai Wakil Datu Luwu, tidak
berarti secara otomatis ia ditetapkan sebagai pengganti ibunya. Sesuai dengan tradisi
setempat, calon datu harus dipilih oleh Dewan Adat yang disebut Ade Sappulu Dua,
sebab anggotanya berjumlah dua belas orang. Pada mulanya terdapat sepuluh calon.
Setelah diseleksi, tinggal tiga calon, termasuk Andi Djemma. Orang-orang Rangkong
dari Tana Toraja, pendukung fanatik Andi Djemma, mengancam akan menjadikan

6
Luwu mandi darah, apabila bukan Andi Djemma yang diangkat sebagai Datu Luwu.
Akhirnya, Pemerintah Belanda menetapkan Andi Djemma sebagai Datu Luwu

2. Wafatnya Andi Djemma

Kedatuan Luwu adalah kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang


menyatakan bergabung ke dalam pangkuan republik dan dengan
mengusulkan kepada presiden RI satu permintaan yaitu Daerah Istimewa
Luwu2.

Menjelang kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945, Andi


Djemma bahkan memimpin ‘Gerakan Soekarno Muda’ dan memimpin
Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946.

Tanggal itu sekarang diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat


Semesta. Andi Djemma memimpin rakyat Luwu (Palopo) untuk berperang
angkat senjata melawan tentara sekutu yang di boncengi oleh tentara NICA
(Nedelans Indiscehe Company Administration).

Pada 5 Oktober 1945, Andi Djemma sempat mengultimatum pihak


sekutu agar segera melucuti tentaranya dan kembali ke Palopo. Ultimatum itu
dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan mengirim puluhan
bom ke Kota Palopo.

Datu Luwu, Andi Djemma bersama rakyatnya tidak gentar dengan


serangan dari laut itu, persembahan jiwa dan raga dari Bumi Sawerigading
(julukan tanah Luwu) yang tidak rela di jajah oleh pihak sekutu terus berkobar,
sehingga Perang pun pecah dihampir semua wilayah Luwu Raya. Kota Palopo

7
dikuasi pemuda. Untuk beberapa jam sekutu mundur ke selatan. Sebelum
bantuan yang besar datang dan menguasi kembali pusat Kota Palopo.

Perlawanan semesta rakyat Luwu punya nilai historis sendiri ini karena
perlawanan itu termasuk paling luas. Perang meletus sepanjang tidak kurang
200 KM. Perang dengan lokasi yang panjang itu menyulitkan sekutu.

Efek dari perang tersebut, Belanda sangat murka dan mengirim


Raymond Wasterling. Merasa dipermalukan Wasterling mengamuk dengan
membantai kurang lebih 40.000 jiwa rakyat tak berdosa sepanjang Sulawesi
Selatan. Walau angka korban 40.000 jiwa itu masih diperdebatkan mengingat
angka 40.000 jiwa terlalu besar.

Karena tekanan yang disebabkan oleh kekuatan yang tidak seimbang,


hingga Andi Djemma terpaksa meninggalkan istana bersama permaisurinya,
memimpin rakyatnya bergerilya di dalam wilayah kerajaannya, yang
mengakibatkan tertangkapnya Andi Djemma oleh tentara NICA.

Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap pada 3
Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada
23 Februari 1965, dan di makamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar.

Atas jasa-jasanya, sehingga Andi Djemma di anugrahi bintang


kehormatan, lencana “Bintang Gerilya” pada 10 November 1958 dengan
nomor 36.822 yang di tanda tangani langsung oleh Presiden Republik
Indonesia Soekarno. Sebagai daerah paling sebentar di jajah Belanda sekitar
30 tahun, Inilah persembahan Wija to Luwu (rakyat Luwu) untuk republik ini.

B. Dimata Rakyat dan Raja-Raja di Sulawesi Selatan

8
Istana sebagai pusat perlawanan rakyat, nyata di Luwu. Spirit perlawanan itu
muncul dan bermula dari istana raja Luwu pada tanggal 21 Januari 1946. Andi
Djemma Datu Luwu atas nama pemerintah Kerajaan Luwu, Khadi Luwu atas nama
umat Islam dan Muhammad Yusuf Arief atas nama pemuda dan perjuangan Luwu
menyatakan pernyataan terhadap Belanda. Mereka mengeluarkan ultimatum terhadap
pasukan Belanda yang mencoba menanamkan kembali kekuasaannya di daerah
Luwu. Ultimatum itu berbunyi agar Belanda dalam 2×24 Jam harus menarik
pasukannya dan menghentikan tindakan terror terhadap rakyat Luwu. Hal itu
merupakan bukti bersatunya rakyat dan raja dalam ketangguhan ikatan Maseddi Siri
(kemanunggalan martabat diri) dari semua kekuatan social politik dalam masyrakat
Luwu.

Dari peristiwa ini tampak bahwa Andi Djemma dengan istananya merupakan
suatu keutuhan spirit dengan rakyatnya yang telah ditampakkan oleh kekuatan asing.
Hal itu terbukti di kala Andi Djemma mengunjungi rakyatnya di seluruh tanah Luwu
untuk mengobarkan perang terhadap kedatangan sekutu dan menolak perlakuan
kesewenang-wenangan atas rakyat Luwu. Salah satu bukti yang nyata yaitu pada
tanggal 26 Oktober 1945 disaat berhadapan antara Andi Djemma yang mewakili
rakyatnya dengan delegasi Sekutu. Tentara sekutu itu di damping oleh Asisten
Residen Belanda Van Vonk yang kemudian meminta kepada Andi Djemma untuk
menurunkan bendera merah putih dan menaikkan bendera Belanda. Dengan
ketenangan dan tanpa memperlihatkan rasa takut serta dengan suara lantang, Andi
Djemma menolak permintaan itu sehingga rombongan sekutu dan Belanda
meninggalkan istana tanpa bicara dan dengan muka masam.

1. Sifat Kepemimpinan

Dari peristiwa di atas dapat di telusuri secara mendalam bahwa sifat-sifat dari
Andi Djemma menampakkan bahwa dia merupakan seorang pemimpin yang terlahir
dan dilahirkan. Munculnya tokoh Andi Djemma dalam criteria tersebut diatas di
dalam perilaku kehidupan yang dimulai dari pelantikannya di tahun 1935 untuk

9
menggantikan Ibunya Datu Luwu Siti Huzaimah Andi Kambo Opu Dg. Risompa dan
perilaku-perilaku selanjutnya memperlihatkan berbagia sifat-sifat kepemimpinan
modern yang terdiri atas3:

a. Integritas
Sifat ini merupakan suatu pencerminan keseluruhan kualitas pribadi yang
tinggi khususnya mempunyai rasa keadilan terhadap standar-standar atau
nilai-nilai luhur budaya Luwu terhadap kepercayaan dan kebenaran.
b. Antusiasme
Antusiasme disini juga merupakan suatu sifat antusias untuk
mengedepankan kepentingan rakyat dan Tanah Luwu demi tegaknya
kedaulatan.
c. Kehangatan
kehangatan yang ditampakkan adalah kedekatan dengan rakyat.
Persahabatan yang akrab dengan tidak terjerumus kepada kemunafikan
dalam pergaulan.
d. Ketenangan
ketenangan yang selalu ditampakkan dalam setiap tingkah lakunya, tampak
dalam pertimbangan menalar dan memutuskan sesuatu yang merupakan
suatu kualitas istimewa.
e. Tegas dan Adil
kombinasi ketegasan dan keadilan selalu dimunculkan sebagai suatu
kualiats diri yang berpegang pada nilai-nilai luhur orang Luwu.

Kepemimpinannya itu dapat mengarahkan orang lain, mampu mendorong dan


merangsang orang lain untuk berperan serta dalam apa yang dia rencanakan. Cara itu
juga merupakan criteria teoritik kepemimpinan modern. Tipe ini berasal dari dirinya
sendiri yang diturunkan dari orang tuanya dan hasil pemahamannya yang dibentuk

10
dan ditempa oleh kondisi dan lingkungan keseharian msayrakat sekitarnya. Tipe
kepemimpinan Andi Djemma tersebut tidaklah membutuhkan pendidikan formal dan
harus membaca literature-literatur yang banyak. Keingintahuan berbagai nilai budaya
dan kebijakan di dapat dari suasana yang terbentuk yang telah dilakukan dengan cara
dialog dialektis para pemangku adat, para pa’lontarak, para tomatoa, andre guru,
dan bahkan prajurit-prajurit istana khususnya dengan cara bergaul leboih akrb dengan
pasukan orang-orang rongkong yang berasal dari daerah Makole Baebunta yang
berfungsi sebagai pemberani pembela Datu. Kematangan berdasarkan otodidak itu
membawa Andi Djemma terangkat sebagai Sulewatang di Ware’ (1924-1935) yang
pada masa yang sama merangkap sebagai Datu dengan gelar Canning Luwu.

2. Nilai-nilai Luhur Budaya Luwu

Berbagai kebijakan yang diangkat dari nilai-nilai Budaya Luwu dipahami


secara mendalam oleh Andi Djemma yang diterapkan secara seksama dalam
kehidupannya sehari-hari sebagai Datu Luwu yang diapangkunya sejak tahun 1935.
Nilai-nilai itu terdiri atas Lempu (jujur), Tenggeng (kebenaran), dan Getteng
(ketegasan/keteguhan hati). Ketiga nilai luhur ini ditemukan dari berbagai dialog
dialektis dengan tokoh-tokoh adat utamanuya setelah membaca 37 episode dari epos
Lagaligo. Hal itu di benarkan oleh I Sahe’ (Sahariah) Pua’ Makkunrai yang di
kukuhkan oleh Jufri Pua’ Worowane dari cerekang. selanjutnya kedua Pua’ ini
membicarakan dengan jelas ketiga nilai itu adalah ajaran Patoto’E Batara Guru,
Batara Lattu dan kemudian oleh ajaran Sawerigading berupa Adele’ atau adil (tetatapi
menurut Prof. Mattulada, konsep adele’ baru ada dalam system kehidupan politik
kenegaraan kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan setelah ajaran Islam masuk, baca :
Latoa satu Lukisan Analitis terhadapa Antropologi Politik Orang Bugis,ed).
kesempurnaan dari keempat nilai itulah yang dipahami oleh Andi Djemma yang di
sebutkan dengan Adele’, lempu, tenggeng sibawa getteng. Pemahaman ajaran tersebut
juga di kenala oelh rakyat Luwu terdiri Atas4:

4
A. Mattingaragau T, dkk. Andi Djemma Pahlawan Nasional dari Bumi Sawerigading.
(Makassar: Unanda Pres, Cetakan kedua.2003) hal.66-67.

11
 Adele’; seperti kata I Sahe Makkunrai siwennimi adele mapparenta datu-e
padami patappulo wenni sampajangnge (hanya semalam perintah berbuat
adil sama dengan 40 malam sembahyang).
 Lempu; kata Ismail seorang tukang becak di Palopo, Siri’ na malempu
emmitu napatuo to Palopo, narekko degnagaga siri’na lempu olo’-olo’
notu (siri’ dan kejujuranlah yang menghidupkan orang Palopo (Luwu),
kalau tidak ada siri’ dan jujur lagi maka seseorang adalah hewan)
 Tengngeng; semboyang tebbake tongengnge (kebenaran tidak akan mati)
terpatari di salah satu monument di kecamatan Belawa (Kb. Wajo, ed) dan
di Belopa-Luwu.
 Getteng; semboyang toddopuli temmalara (kokoh ditempat tidak bergeser)

Nilai-nilai tersebut diatas termasuk kedalam diri pribadi Andi Djemma dikala
dia memangku jabatan sebagai Datu Luwu.

3. Komentar Raja-raja di Sulawesi Selatan

berbagai komentar raja-raja di Sulawesi Selatan tentang Andi Djemma,


diantranya5:

1. Pengakuan Andi Pangerang Pattarani dalam sebuah rapat Yayasan Matthes


(Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan-Tenggara) tahun 1996 “yang member
semangat untuk gigih mempertahankan Sulawesi Selatan berada dalam
pangkuan Republik Indonesia adala Andi Djemma”.
2. Andi Ijo Karaeng Lalolang (Raja Gowa Terakhir) sekitar tahun 1960-an
bersama dengan para arkeolog dari Australian National University (ANU)
menyebutkan bahwa “Andi Djemma adalah seorang patriot sejati dan teguh
pada pendirian untuk membela Republik Indonesia”.

5
A. Mattingaragau T, dkk. Andi Djemma Pahlawan Nasional dari Bumi Sawerigading.
(Makassar: Unanda Pres, Cetakan kedua.2003) hal.69-709

12
3. Andi Makkulau (Datu Sawitto) tahun 1970-1n menyebutkan bahwa “
kepergiannya kehutan untuk memimpin pemberontakan rakyat Sawitto
banyak dipahami patriotisme dari Andi Djemma
4. H.A Depu Ibu Agung (Arajang Balanipa). beliau terkadang menceritakan
ketegasan dan kebijakan serta nafas-nafas patriotisme yang selalu ditunjukkan
oleh Andi Djemma dikala menghadiri rapat raja-raja dan pemangku adat
Sulawesi Selatan dimasa Belanda. Hal itu juga beliau dengar dari suaminya
Andoi Baso (Arajang Balanipa) yang banyak kali bersama-sama Andi
Djemma. Beliau juga mengakui bahwa kepemimpinan panutan yang dilandasi
oleh nilai-nilai budaya Sulawesi Selatan dan ada dalam diri Andi Djemma.
5. H.A. Saribunga Puang Monda (Arajang Balanipa terakhir). Belaiu banyak
bercerita tentang Andi Djemma bahwa disamping kedudukannya sebagai
Arajang Balanipa, beliau juga menganggap sekerabat dengan Andi
Djemma.Belaiu juga mengaku mengenal secara dekat dan memuji sifat,
kebijaksanaan, kepemimpinan, dan Patriotan Andi Djemma.

C. Andi Djemma dan NKRI

1. Perjuangan Kemerdekaan Rakyat Luwu

Berita tentang proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia menggembirakan


tokoh-tokoh politik di Luwu, demikian juga dengan Datu Luwu. Menurut keterangan,
sehari setelah proklamasi di kumandangkan, Sakata, seorang anggota militer Jepang,
menyampaikan berita kemerdekaan itu kepada Andi Achmad. Karena gembira
menyambut berita itu sehingga di rancangkan persiapan-persiapan. Sementara dipihak
lain Andi Djemma telah memutuskan bersama dengan Dewan Hadatnya pada tanggal
19 Agustus 1945 di istananya di Luwu untuk menerima dan mendukung sepenuhnya
kemerdekaan RI. Selain itu juga memutuskan mengutus Sanusi dan Andi Makkulau

13
ke Makassar untuk menemui Ratulangi dan menanyakan perihal proklamasi
kemerdekaan dan langkah-langkah perjuangan selanjutnya6.

Setelah berita proklamasi diyakini benar, diadakanlah pertemuan di kediaman


Andi Djemma. Pertemuan itu di hadiri oleh semua kepala-kepala dinas, pemuka-
pemuka pergerakan, pegawai-pegawai negeri7. Pertemuan itu untuk mendengarkan
penjelasan dari utusan yang diberangkatkan ke Makassar sehubung dengan berita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 19 september 1945, bendera merah putih telah berkibar secara
meluas di rumah-rumah penduduk di kota Palopo. Pengibaran bendera ini tentu saja
mengkhawatirkan pihak NICA, karena pengibaran bendera merupakan salah satu
tanda berdaulatnya suatu daerah. Pihak NICA pun memutuskan untuk menyelesaikan
persoalan itu dengan memperalat tentara Australia untuk memaksa Andi Djemma
menurunkan bendera merah putih tersebut8. Penolakan itu sesungguhnya menandakan
genderang perang sudah mulai ditabuh di tanah Luwu, tempat kerajaan tertua di
Sulawesi Selatan.

Keberpihakan nyata yang di perlihatkan oleh Andi Djemma telah


membangkitkan semangat para pemuda dan rakyat kebanyakan untuk bangkit
melawan Belanda. Campur tangan secara lansung yang dilakukan Andi Djemma, baik
sebagai penasehat maupun pelaku dalam perjuanagn mempertahankan kemerdekaan
semakin menggema, tidak saja dikalangan rakyat Luwu, tetapi di Sulawesi Selatan.
Oleh karena itu munculnya sejumlah perlawanan-perlawanan di seluruh kerajaan
Luwu tidak lepas dari andil keterlibatan Andi Djemma.

2. Tertangkapnya Andi Djemma

Pada tanggal 2 Juni 1946, andi Djemma beserta pengikutnya bersiap untuk
memindahkan pusat kerajaannya yang berkedudukan di Batu Pute, karena di
6
Sanusi Dg. Mattata’ Luwu dalam Revolusi (Makassar:Bhakti baru, cetakan pertama), hal. 202-
210
7
Ibid., halaman 210
8
Sanusi Dg. Mattata, op.cit.,hal. 272-273

14
khawatirkan telah di ketahui musuh. Kekhawatiran itu muncul sewaktu diadakan
rapat di rumah panjang (tempat kediaman Datu), disekitar bulan Mei 1946. pada
pertemuan itu di putuskan untuk memindahkan pusat kerajaan kasatu tempat yang
baru9. Namun, upaya itu tidak daopat direalisasikan karenan tentara KNIL telah
berhasil memasuki benteng Batu Pute dari arah yang sama sekali tidak diperkirakan.
Akhirnya tentara KNIL di pimpin oleh Letnan Venick berhasil menangkap Nadi
Djemma.Tertangkapnya Andi Djemma beserta permaisurinya berarti pula
tertangkapnya seluruh pengikut Andi Djemma. Meskipun ada upaya melakukan
perlawanan dan membebaskan Datu, namun usaha itu tidak dilanjukan kerena
dikhawatirkan jiwa Andi Djemma, permaisuri serta pengikutnya yang berjumlah
ratusan yang akan terancam10.

Andi Djemma beserta permaisurinya serta beberapa pengikutnya dibawa ke


Palopo sementara beberapa pemimpin pejuan gerilya lainnya ke Kolaka. Setelah
beberapa hari, Andi Djemma beserta pengikut lainnya di tahan di tangsi KNIL di
Palopo. Beliau kemudian dipindahkan ke Selayar dan akhirnya harus menghadapi
“Pengadilan di Adat Istimewa Luwu”. akhirnya telah menghasilkan beberapa
putusan, diantaranya Andi Djemma diasingkan 25 tahun lamanya di Ternate, Andi
Pangerang di asingkan 20 tahun di Bima, Andi Mappanyompa diasingkan 20 tahun di
Banda dan Amdi Kasim diasingkan 20 tahun di Ende11.

Usaha mempertahankan kemerdekaan hasil proklamasi 17 Agustus 1945 di


Sulawesi Selatan memiliki satu kekhususan yang membedakannya dengan banyak
daerah lain di Indonesia. Kekhususan itu terletak pada keterlibatan golongan
bangsawan yang demikain besar pada perjuangan itu. Satu golongan terpandang
9
Pertemuan dilangsungkan pada malam hari dirumah kediaman datu Luwu d batu Pute.
pertemuan itu dihadiri oelh seluruh staf PKR, pemerintah kerajaan, kepala-kepala distrik, dan
sejumlah tokoh penting dari seluruh daerah kecamatan Patampanua. Rapat itu di pimpin oleh M. Jusuf
Arif. lihat Sanusi Dg. Mattata’ Luwu dalam Revolusi (Makassar:Bhakti baru, cetakan pertama), hal.
423-424.
10
Penangkapan itu diikuti pula penangkapan beberapa pejuan gerilya. tampaknya usaha
penyerangan ke Benteng Batu Pute telah di persiapkan dengan cukup matang. lihat Sanusi Dg.
Mattata’ Luwu dalam Revolusi (Makassar:Bhakti baru, cetakan pertama), hal.427.
11
Untuk keterangan lebuh lanjut, lihat lihat Sanusi Dg. Mattata’ Luwu dalam Revolusi
(Makassar:Bhakti baru, cetakan pertama), hal. 489-490

15
dalam masyarakat yang dalam banyak hal sebenarnya mendapat banyak kemudahan
dari pihak-pihak penjajah12.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Andi Djemma Djemma lahir di Palopo, pada tanggal 05 Januari 1901. Masa
kecilnya dihabiskan untuk berteman dan berbaur dengan lingkungannya. pada masa
Remaja (Usia 17-25 tahun) dia sudah mengampu beberapa jabatan penting di ibu
kota. Dan pada tahun 1935 ia diangkat sebagai Datu Luwu mneggantikan Ibunya
Andi Kambo karena wafat. berbagai rintangan dan tantangan yang dihadapi Andi
Djemma setelah ia dinobatkan sebagai Datu Luwu, tetapi semua itu di hadapinya
dengan tenang dan sabar.

Andi Djemma adalah sosok pemimpin sebagai tokoh panutan masyarakat


Luwu; sikap yang tekad yang sangat gigih melawan colonial Belanda; memiliki sifat
Integritas, Antusiasme, Kehagatan, Ketenangan, Tegas dan Adil; serta mencerminkan
nilai-nilai luhur Budaya Luwu sebagai suatu nilai yang di terapkan dalm
kehidupannya sehari-hari sebagai Datu Luwu yang di pangkunya sejak tahun 1935,
Nilai-nilai itu terdiri atas Lempu (jujur), Tenggeng (kebenaran), dan Getteng
(ketegasan/keteguhan hati).

Andi Djemma dan kemerdekaan NKRI memiliki hubungan yang sangat erat,
dimana setelah Indonesia mengatakan merdeka melalui pembacaan Proklamasi oleh
12
Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai golongan bangsawan baca tulis Marc
Bloch, Kaum Bangsawan selaku Kelas Menurut Kenyataan, dalam buku Sartono Kartodirdjo
(penyunting) Elite dalam Perspektif sejarah ( Jakarta LP3S, cetakan kedua, 1983) hal. 24-71.

16
Soekarno-Hatta, maka berselang beberapa hari Andi Djemma sebagai Datu Luwu
satu-satunya raja yang pertama menyatakan berdiri di belakang NKRI, walaupun
harus menanggung beban yang berat yaitu harus berhadapan dengan colonial belanda.

Setelah bebas dari pengasingan di Ternate, Andi Djemma kemabali ke


Makassar. Beberapa penghargaan di peroleh Andi Djemma sebagai pejuang
kemerdekaan, salah satunya adalah Beliau di anugrahi ”Bintang Gerilya” tertanggal
10 November 1958, No. 36822, yang ditanda tangani oleh presiden Soekarno, dan
jasa kenegaraan tinggkat Nasional sebelum beliau wafat tanggal 23 Februari 1965 di
Kota Makassar, dan di makamklan di Taman Makam Pahlawan Paniikang Makassar.
Begitupun penghargaan berbagai pihak dating sesudah Andi Djemma berpulang Ke
Rahmatullah, kembali menyatu dengan zat Bumi Pertiwi.

B. Saran

Makalah diatas menjadi sebuah referensi untuk mengajarkan kepada kita arti
dari kepemimpinan yang sesungguhnya, kepemimpinan yang ideal dan
kepemimpinan yang di sukai dan di cintai oleh rakyatnya. Akhir-akhir ini kita kadang
melupakan sejarah yang telah di cetak oleh pejuang-pejuang Nasional yang gagah dan
gigih mempertahankan NKRI, malah kita kita hanya ingin mencetak sejarah sendiri
tanpa melihat tauladan atau contoh yang sesungguhnya, bagaimana cara mencetak
sejarah dengan baik, dalam artian seseorang malas belajar dari pejuang-pejuang
kemerdekaan yang telah memerdekakan bangsa. Bahkan saat ini, banyak kalangan
pemimpin yang berbicara mau berjaun demi masyarakat, bangsa dan Negara, namun
sebaliknya hanya menghancurkan bangsa. Untuk itu mari bersama-sam berjuang
demi rakyat, bangsa dan Negara untuk kedepannya lebih baik. Sejarah, Geografis dan
masa depan mengikat kita, ketika saatnya nanti kita di beri kesempatan oleh Tuhan
untuk mempinpin, maka berbuatlah sebaik mungkin untuk kemaslahatan banyak
orang bukan untuk segelintir, golongan atau kelompok orang, dan jangan lupa untuk
tidak melupakan sejarah, sebab sejarah adalah bentuk pembelajaran untuk
mengevaluasi sejauh mana kualitas diri kita. Oleh sebab itu, dalam makalah ini

17
memberikan sebuah gambaran bagaimana sosok yang idela untuk menjadi pemimpin.
Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, sebagai penulis makalah
saya sangat berharap kritik dan saran untuk mnyempurnakan makalah ini dan sebagai
ajang evaluasi bagi diri saya. Jasakumullah Khair…

DAFTAR PUSTAKA

A. Mattingaragau T, dkk. 2003. Andi Djemma Pahlawan Nasional dari Bumi


Sawerigading. Makassar: Unanda Pres

H. Mansyur Ramli, dkk. 2002. Andi Djemma-Datu Luwu, Tahta bagi


Republik. Jakarta: Yayasan Benua.

Fajar Online. http://fajaronline.co.id/2017/11/09/kilas-sejarah-andi-djemma-


sang-raja-yang-sangat-mencintai-ri (diakses tanggal 8 april 2018)

sulselsatu. https://www.sulselsatu.com/2017/11/09/makassar/napak-tilas-
andi-djemma-pahlawan-nasional-dari-tanah-luwu.html (diakses tanggal 8 april 2018)

18

Anda mungkin juga menyukai