DISUSUN:
KELOMPOK: 5
1. GUNAWAN
2. SATNA
3. NURHALISA
4. NINGRUM
5. GREIS
FAKULTAS EKONOMI
2019
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “Biografi Datu Andi Djemma”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 20
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Luwu, walau itu sangat-sangat penting, melainkan karena sikapnya didalam situasi
kritsi, yaitu situasi menghadapi penjajah belanda, khususnya di dalam perang
mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945. didalam situasi krisis yang amat rumit, 1945-1949, di perlukan sikap yang
Jelas dan Tegas untuk menentukan posisi keberpihakan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Datu Luwu, Andi Kambo, meninggal dunia pada tahun 1935. Walaupun Andi
Djemma merupakan putera Datu dan sudah diangkat sebagai Wakil Datu Luwu, tidak
berarti secara otomatis ia ditetapkan sebagai pengganti ibunya. Sesuai dengan tradisi
setempat, calon datu harus dipilih oleh Dewan Adat yang disebut Ade Sappulu Dua,
sebab anggotanya berjumlah dua belas orang. Pada mulanya terdapat sepuluh calon.
Setelah diseleksi, tinggal tiga calon, termasuk Andi Djemma. Orang-orang Rangkong
dari Tana Toraja, pendukung fanatik Andi Djemma, mengancam akan menjadikan
6
Luwu mandi darah, apabila bukan Andi Djemma yang diangkat sebagai Datu Luwu.
Akhirnya, Pemerintah Belanda menetapkan Andi Djemma sebagai Datu Luwu
7
dikuasi pemuda. Untuk beberapa jam sekutu mundur ke selatan. Sebelum
bantuan yang besar datang dan menguasi kembali pusat Kota Palopo.
Perlawanan semesta rakyat Luwu punya nilai historis sendiri ini karena
perlawanan itu termasuk paling luas. Perang meletus sepanjang tidak kurang
200 KM. Perang dengan lokasi yang panjang itu menyulitkan sekutu.
Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap pada 3
Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada
23 Februari 1965, dan di makamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar.
8
Istana sebagai pusat perlawanan rakyat, nyata di Luwu. Spirit perlawanan itu
muncul dan bermula dari istana raja Luwu pada tanggal 21 Januari 1946. Andi
Djemma Datu Luwu atas nama pemerintah Kerajaan Luwu, Khadi Luwu atas nama
umat Islam dan Muhammad Yusuf Arief atas nama pemuda dan perjuangan Luwu
menyatakan pernyataan terhadap Belanda. Mereka mengeluarkan ultimatum terhadap
pasukan Belanda yang mencoba menanamkan kembali kekuasaannya di daerah
Luwu. Ultimatum itu berbunyi agar Belanda dalam 2×24 Jam harus menarik
pasukannya dan menghentikan tindakan terror terhadap rakyat Luwu. Hal itu
merupakan bukti bersatunya rakyat dan raja dalam ketangguhan ikatan Maseddi Siri
(kemanunggalan martabat diri) dari semua kekuatan social politik dalam masyrakat
Luwu.
Dari peristiwa ini tampak bahwa Andi Djemma dengan istananya merupakan
suatu keutuhan spirit dengan rakyatnya yang telah ditampakkan oleh kekuatan asing.
Hal itu terbukti di kala Andi Djemma mengunjungi rakyatnya di seluruh tanah Luwu
untuk mengobarkan perang terhadap kedatangan sekutu dan menolak perlakuan
kesewenang-wenangan atas rakyat Luwu. Salah satu bukti yang nyata yaitu pada
tanggal 26 Oktober 1945 disaat berhadapan antara Andi Djemma yang mewakili
rakyatnya dengan delegasi Sekutu. Tentara sekutu itu di damping oleh Asisten
Residen Belanda Van Vonk yang kemudian meminta kepada Andi Djemma untuk
menurunkan bendera merah putih dan menaikkan bendera Belanda. Dengan
ketenangan dan tanpa memperlihatkan rasa takut serta dengan suara lantang, Andi
Djemma menolak permintaan itu sehingga rombongan sekutu dan Belanda
meninggalkan istana tanpa bicara dan dengan muka masam.
1. Sifat Kepemimpinan
Dari peristiwa di atas dapat di telusuri secara mendalam bahwa sifat-sifat dari
Andi Djemma menampakkan bahwa dia merupakan seorang pemimpin yang terlahir
dan dilahirkan. Munculnya tokoh Andi Djemma dalam criteria tersebut diatas di
dalam perilaku kehidupan yang dimulai dari pelantikannya di tahun 1935 untuk
9
menggantikan Ibunya Datu Luwu Siti Huzaimah Andi Kambo Opu Dg. Risompa dan
perilaku-perilaku selanjutnya memperlihatkan berbagia sifat-sifat kepemimpinan
modern yang terdiri atas3:
a. Integritas
Sifat ini merupakan suatu pencerminan keseluruhan kualitas pribadi yang
tinggi khususnya mempunyai rasa keadilan terhadap standar-standar atau
nilai-nilai luhur budaya Luwu terhadap kepercayaan dan kebenaran.
b. Antusiasme
Antusiasme disini juga merupakan suatu sifat antusias untuk
mengedepankan kepentingan rakyat dan Tanah Luwu demi tegaknya
kedaulatan.
c. Kehangatan
kehangatan yang ditampakkan adalah kedekatan dengan rakyat.
Persahabatan yang akrab dengan tidak terjerumus kepada kemunafikan
dalam pergaulan.
d. Ketenangan
ketenangan yang selalu ditampakkan dalam setiap tingkah lakunya, tampak
dalam pertimbangan menalar dan memutuskan sesuatu yang merupakan
suatu kualitas istimewa.
e. Tegas dan Adil
kombinasi ketegasan dan keadilan selalu dimunculkan sebagai suatu
kualiats diri yang berpegang pada nilai-nilai luhur orang Luwu.
10
dan ditempa oleh kondisi dan lingkungan keseharian msayrakat sekitarnya. Tipe
kepemimpinan Andi Djemma tersebut tidaklah membutuhkan pendidikan formal dan
harus membaca literature-literatur yang banyak. Keingintahuan berbagai nilai budaya
dan kebijakan di dapat dari suasana yang terbentuk yang telah dilakukan dengan cara
dialog dialektis para pemangku adat, para pa’lontarak, para tomatoa, andre guru,
dan bahkan prajurit-prajurit istana khususnya dengan cara bergaul leboih akrb dengan
pasukan orang-orang rongkong yang berasal dari daerah Makole Baebunta yang
berfungsi sebagai pemberani pembela Datu. Kematangan berdasarkan otodidak itu
membawa Andi Djemma terangkat sebagai Sulewatang di Ware’ (1924-1935) yang
pada masa yang sama merangkap sebagai Datu dengan gelar Canning Luwu.
4
A. Mattingaragau T, dkk. Andi Djemma Pahlawan Nasional dari Bumi Sawerigading.
(Makassar: Unanda Pres, Cetakan kedua.2003) hal.66-67.
11
Adele’; seperti kata I Sahe Makkunrai siwennimi adele mapparenta datu-e
padami patappulo wenni sampajangnge (hanya semalam perintah berbuat
adil sama dengan 40 malam sembahyang).
Lempu; kata Ismail seorang tukang becak di Palopo, Siri’ na malempu
emmitu napatuo to Palopo, narekko degnagaga siri’na lempu olo’-olo’
notu (siri’ dan kejujuranlah yang menghidupkan orang Palopo (Luwu),
kalau tidak ada siri’ dan jujur lagi maka seseorang adalah hewan)
Tengngeng; semboyang tebbake tongengnge (kebenaran tidak akan mati)
terpatari di salah satu monument di kecamatan Belawa (Kb. Wajo, ed) dan
di Belopa-Luwu.
Getteng; semboyang toddopuli temmalara (kokoh ditempat tidak bergeser)
Nilai-nilai tersebut diatas termasuk kedalam diri pribadi Andi Djemma dikala
dia memangku jabatan sebagai Datu Luwu.
5
A. Mattingaragau T, dkk. Andi Djemma Pahlawan Nasional dari Bumi Sawerigading.
(Makassar: Unanda Pres, Cetakan kedua.2003) hal.69-709
12
3. Andi Makkulau (Datu Sawitto) tahun 1970-1n menyebutkan bahwa “
kepergiannya kehutan untuk memimpin pemberontakan rakyat Sawitto
banyak dipahami patriotisme dari Andi Djemma
4. H.A Depu Ibu Agung (Arajang Balanipa). beliau terkadang menceritakan
ketegasan dan kebijakan serta nafas-nafas patriotisme yang selalu ditunjukkan
oleh Andi Djemma dikala menghadiri rapat raja-raja dan pemangku adat
Sulawesi Selatan dimasa Belanda. Hal itu juga beliau dengar dari suaminya
Andoi Baso (Arajang Balanipa) yang banyak kali bersama-sama Andi
Djemma. Beliau juga mengakui bahwa kepemimpinan panutan yang dilandasi
oleh nilai-nilai budaya Sulawesi Selatan dan ada dalam diri Andi Djemma.
5. H.A. Saribunga Puang Monda (Arajang Balanipa terakhir). Belaiu banyak
bercerita tentang Andi Djemma bahwa disamping kedudukannya sebagai
Arajang Balanipa, beliau juga menganggap sekerabat dengan Andi
Djemma.Belaiu juga mengaku mengenal secara dekat dan memuji sifat,
kebijaksanaan, kepemimpinan, dan Patriotan Andi Djemma.
13
ke Makassar untuk menemui Ratulangi dan menanyakan perihal proklamasi
kemerdekaan dan langkah-langkah perjuangan selanjutnya6.
Pada tanggal 19 september 1945, bendera merah putih telah berkibar secara
meluas di rumah-rumah penduduk di kota Palopo. Pengibaran bendera ini tentu saja
mengkhawatirkan pihak NICA, karena pengibaran bendera merupakan salah satu
tanda berdaulatnya suatu daerah. Pihak NICA pun memutuskan untuk menyelesaikan
persoalan itu dengan memperalat tentara Australia untuk memaksa Andi Djemma
menurunkan bendera merah putih tersebut8. Penolakan itu sesungguhnya menandakan
genderang perang sudah mulai ditabuh di tanah Luwu, tempat kerajaan tertua di
Sulawesi Selatan.
Pada tanggal 2 Juni 1946, andi Djemma beserta pengikutnya bersiap untuk
memindahkan pusat kerajaannya yang berkedudukan di Batu Pute, karena di
6
Sanusi Dg. Mattata’ Luwu dalam Revolusi (Makassar:Bhakti baru, cetakan pertama), hal. 202-
210
7
Ibid., halaman 210
8
Sanusi Dg. Mattata, op.cit.,hal. 272-273
14
khawatirkan telah di ketahui musuh. Kekhawatiran itu muncul sewaktu diadakan
rapat di rumah panjang (tempat kediaman Datu), disekitar bulan Mei 1946. pada
pertemuan itu di putuskan untuk memindahkan pusat kerajaan kasatu tempat yang
baru9. Namun, upaya itu tidak daopat direalisasikan karenan tentara KNIL telah
berhasil memasuki benteng Batu Pute dari arah yang sama sekali tidak diperkirakan.
Akhirnya tentara KNIL di pimpin oleh Letnan Venick berhasil menangkap Nadi
Djemma.Tertangkapnya Andi Djemma beserta permaisurinya berarti pula
tertangkapnya seluruh pengikut Andi Djemma. Meskipun ada upaya melakukan
perlawanan dan membebaskan Datu, namun usaha itu tidak dilanjukan kerena
dikhawatirkan jiwa Andi Djemma, permaisuri serta pengikutnya yang berjumlah
ratusan yang akan terancam10.
15
dalam masyarakat yang dalam banyak hal sebenarnya mendapat banyak kemudahan
dari pihak-pihak penjajah12.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Andi Djemma Djemma lahir di Palopo, pada tanggal 05 Januari 1901. Masa
kecilnya dihabiskan untuk berteman dan berbaur dengan lingkungannya. pada masa
Remaja (Usia 17-25 tahun) dia sudah mengampu beberapa jabatan penting di ibu
kota. Dan pada tahun 1935 ia diangkat sebagai Datu Luwu mneggantikan Ibunya
Andi Kambo karena wafat. berbagai rintangan dan tantangan yang dihadapi Andi
Djemma setelah ia dinobatkan sebagai Datu Luwu, tetapi semua itu di hadapinya
dengan tenang dan sabar.
Andi Djemma dan kemerdekaan NKRI memiliki hubungan yang sangat erat,
dimana setelah Indonesia mengatakan merdeka melalui pembacaan Proklamasi oleh
12
Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai golongan bangsawan baca tulis Marc
Bloch, Kaum Bangsawan selaku Kelas Menurut Kenyataan, dalam buku Sartono Kartodirdjo
(penyunting) Elite dalam Perspektif sejarah ( Jakarta LP3S, cetakan kedua, 1983) hal. 24-71.
16
Soekarno-Hatta, maka berselang beberapa hari Andi Djemma sebagai Datu Luwu
satu-satunya raja yang pertama menyatakan berdiri di belakang NKRI, walaupun
harus menanggung beban yang berat yaitu harus berhadapan dengan colonial belanda.
B. Saran
Makalah diatas menjadi sebuah referensi untuk mengajarkan kepada kita arti
dari kepemimpinan yang sesungguhnya, kepemimpinan yang ideal dan
kepemimpinan yang di sukai dan di cintai oleh rakyatnya. Akhir-akhir ini kita kadang
melupakan sejarah yang telah di cetak oleh pejuang-pejuang Nasional yang gagah dan
gigih mempertahankan NKRI, malah kita kita hanya ingin mencetak sejarah sendiri
tanpa melihat tauladan atau contoh yang sesungguhnya, bagaimana cara mencetak
sejarah dengan baik, dalam artian seseorang malas belajar dari pejuang-pejuang
kemerdekaan yang telah memerdekakan bangsa. Bahkan saat ini, banyak kalangan
pemimpin yang berbicara mau berjaun demi masyarakat, bangsa dan Negara, namun
sebaliknya hanya menghancurkan bangsa. Untuk itu mari bersama-sam berjuang
demi rakyat, bangsa dan Negara untuk kedepannya lebih baik. Sejarah, Geografis dan
masa depan mengikat kita, ketika saatnya nanti kita di beri kesempatan oleh Tuhan
untuk mempinpin, maka berbuatlah sebaik mungkin untuk kemaslahatan banyak
orang bukan untuk segelintir, golongan atau kelompok orang, dan jangan lupa untuk
tidak melupakan sejarah, sebab sejarah adalah bentuk pembelajaran untuk
mengevaluasi sejauh mana kualitas diri kita. Oleh sebab itu, dalam makalah ini
17
memberikan sebuah gambaran bagaimana sosok yang idela untuk menjadi pemimpin.
Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, sebagai penulis makalah
saya sangat berharap kritik dan saran untuk mnyempurnakan makalah ini dan sebagai
ajang evaluasi bagi diri saya. Jasakumullah Khair…
DAFTAR PUSTAKA
sulselsatu. https://www.sulselsatu.com/2017/11/09/makassar/napak-tilas-
andi-djemma-pahlawan-nasional-dari-tanah-luwu.html (diakses tanggal 8 april 2018)
18