Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khilda Zaenina

NIM : 16406241048
Program Studi : Pendidikan Sejarah 2016 B
Mata Kuliah : Historiografi
Dosen Pengampu : Rhoma Dwi A, M. Pd.
Diana Trisnawati, M. Pd.

RESENSI
Babad Tanah JAWI, Mulai dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram
Identitas Buku
a. Judul : Babad Tanah JAWI, Mulai dari Nabi Adam
Sampai Runtuhnya Mataram
b. Penulis : W. L. Olthof
c. Penerbit : Narasi
d. Kota terbit : Yogyakarta
e. Tahun terbit : cetakan pertama, 2017.
f. Tebal buku : 448 halaman

“Babad Tanah JAWI : Mulai dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya


Mataram” merupakan buku karya W. L. Olthof yang kemudian diterjemahkan
oleh H. R Sumarsono. Buku ini terbagi menjadi 79 bab dengan jumlah halaman
sebanyak 448 halaman. Buku ini dimulai dari bab Asal-Muasal Tanah Jawa
dan diakhiri dengan Pangeran Purbaya Mundur dari Mataram. Di buku
dilengkapi dengan pengantar penerbit, daftar isi.
Kelebihan buku “Babad Tanah JAWI: Mulai dari Nabi Adam Sampai
Runtuhya Mataram” yaitu membahas secara lengkap dan detail mengenai
silsilah di Tanah Jawa, khususnya di masa Kerajaan Mataram. Mulai dari
sebelum ada Mataram sampai Mataram muncul sebagai kerajaan terbesar di
Jawa serta hingga Kerajaan Mataram runtuh. Kemudian dalam buku ini pula
dijelaskan secara detail raja-raja yang berkuasa pada saat itu, dan bagaimana
proses mereka menjadi raja baik dengan perang maupun dengan cara turun
menurun. Selain itu juga banyak dijelaskan secara lengkap mengenai
peperangan yang terjadi pada masa itu, dari yang menang sampai yang kalah
selalu disebutkan dengan jelas. Kelebihan lain dari buku ini adalah antara bab
satu dengan bab yang lain itu saling berkaitan, namun mempunyai konteks
yang berbeda.
Buku karya W. L. Olthof ini juga memiliki kekurangan yang signifikan.
Hal ini bisa dilihat dalam beberapa bab, yaitu ada sebuah kalimat satu
paragraph atau dua paragraph yang menceritakan cerita lain dari apa yang
dibahas dalam bab itu. Hal ini bisa saja merusak konsentrasi sang pembaca.
Selain itu juga buku ini hanya terfokus pada peperangan dan perebutan tahta
raja, kehidupan rakyatnya tidak diuangkap secara jelas dan lengkap.
Penggunaan nama dan gelar masih membingungkan, banyak ditemukan bila
seorang dalam buku ini meninggal, kemudian setelah itu ada seorang yang
dipanggil nama yang sama dengan orang yang sudah meninggal. Mungkin
kekurangan ini memang hal nyata dahulu, karena nama dan gelar memang
banyak yang sama, namun hal ini menurut pembaca sedikit membingungkan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan buku Babad Tanah JAWI:
Mulai dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram” karya W. L. Olthof ini,
secara umum kajian memuat silsilah raja-raja sejak Nabi Adam, dewa-dewa
dalam agama Hindu, kisah Mahabharata, cerita Paji di masa Kediri, era
Kerajaan Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang hingga Mataram dan diakhiri
dengan Karta Sura. Bagian pertama dalam buku ini menurut pembagian
pembaca adalah saat sebelum masa Kerajaan Majapahit, dimana dari Nabi
Adam sampai keturunannya yaitu Batara Guru yang menikah dengan Dewi
Shinta, namuan Batara Guru dihukum oleh Sura Laya.
Kemudian bagian kedua adalah menceritakan Majapahit yang
dibangun oleh Raja pertamanya yaitu Raden Sesuruh. Berdirinya Majapahit
menjadi suatu keajaiban karena kerajaan tersebut menjadi suatu kerajaan
yang sangat besar dan terkenal di wilayah Nusantara. Sampai pada suatu hari
Majapahit runtuh karena direbutnya kerajaan oleh Raden Patah. Hal ini
menandakan berdirinya kerjaan Demak. Raja Demak pertama tak lain adalah
Raden Patah, yang juga memimpin penyerbuan ke Kerajaan Majapahit lalu.
Dalam bagian ini juga peran para Walisanga sangat banyak, mulai dari
pembagunan masjid sampai singgasana Raja.
Bagian ketiga menjelaskan mengenai Pajang dan lahirnya Mataram.
Mataram lahir karena kegigihan seorang Senopati, ia memberontak terhadap
Pajang untuk mendirikan kerajaan, sampai-sampai dia mengunjungi Nyai Roro
Kidul di pantai selatan. Sampai pada akhirnya Pajang dan Demak berhasil
direbut oleh Senopati dan menjadikan Mataram sebagai Kerajaan terbesar di
Jawa.
Bagian keempat dari buku karya W. L. Olthof ini menceritakan
bagaimana Mataram menjadi kerajaan yang sangat besar dan disegani.
Bermula pada Mataram yang ingin menyerbu negeri Bang Wetan, sampai pada
penyerbuan berbagai daerah seperti Kediri, Pati dan lain sebagainya. Dalam
buku ini memang lebih detail untuk penjelasan Kerajaan Mataram sebagai
penguasa Jawa, dijelaskan secara terperinci tentang pemegang tahta
Mataram yang dimulai dari Senopati kemudian putranya yang bernama
Pangeran Anom. Banyak perang yang harus dilalui Mataram untuk menjadi
Kerajaan besar, yang sampai pada saat ini terus digaungkan kebesarannya.
Bagain kelimanyaa adalah ketika Mataram dipegang oleh tangan
Sultan Agung. Dalam masa ini Mataram berhasil menguasai Lumajang,
Renong, Pemalang, Pasuruhan, Maduran, Surabaya dan Blabangan. Pada
masa ini pula Mataram pernah menyerang Jakarta, namun disana kebanyakan
adalah orang Belanda yang katanya hanya ingin berdagang saja, penyerangan
terhdap Jakarta pun dibatalkan oleh Sultan sendiri.
Setelah Sultan Agung wafat, masuklah ke bagian keenam yaitu
Mataram dipegang oleh sang putra bernama Pangeran Adipati Anom. Dalam
pemerintahan Sang Raja, Mataram banyak bekerja sama dengan kompeni
atau Belanda. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa hal ini bisa
terjadi. Banyak orang mempertanyanya termasuk sang ulama, Sunan Giri.
Kedekatan antara Raja dan kompeni mengkibatkan Sunan Giri tidak mau
sowan lagi ke Mataram sampai-sampai Perselisihan antara Sunan Giri dan
Raja menyebabkan sang ulama meninggal.
Bagian ketujuh dari buku ini adalah dipindahnya ibukota Kerajaan ke
Wana Karta, yang kemudian berganti namanya menjadi Karta Sura. Dalam
bagian ini juga menceritakan kesalah pahalam sang adik dari Prabu
Amangkurat, yaitu Prabu Ing Alaga. Prabu Ing Alaga mengira bahwa Raja dari
Kartasura bukanlah sang kakak, namun adalah anak dari Amral (orang
Belanda), terjadi kemudian peperangan.
Bagian kedelapan adalah Prabu Amangkurat meninggal dan
digantikan oleh putranya Pangeran Adipati Anom, namun rakyat lebih ingin
Pangean Puger yang menjadi raja. Pengeran Puger berhasil menjadi raja di
Semarang dan bersiap untuk menggempur Karta Sura. Pangeran Puger yang
telah menjadi Raja dengan nama Susunan Paku Buwana menggumpur Karta
Sura, Karta Sura pun jatuh dan Sang Prabu melarikan diri ke Pasuruhan.
Bagian kesembilan dalam buku ini ialah Prabu Karta Sura meninggal
dan digantikan oleh putranya yang bernama Ki Adipati Anom. Pengangkatan
Ki Adipati Anom sebagai raja tidak diterima oleh kedua saudaranya, Pangeran
Blitar dan Pangeran Purbaya, karena dianggap tidak pantas menjadi raja dan
selalu berlaku sewenang-wenang. Perang antar saudara pun tidak bisa
dihindarkan sampai pada akhirnya Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya
melarikan diri ke Karta Sekar.
Begitulah sekilas mengenai isi dari buku “Babad Tanah Jawi: Mulai dari
Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram” karta W. L. Olthof. Dapat disimpulkan
bahwa isi dari buku ini lebih menjelaskan secara detail tentang Jawa masa
Kerajaan Mataram dan Karta Sura. Di era lain seperti pada waktu Kerajaan
Majapahit, Demak, Pajang hanya dijelaskan secara sekilas.
Buku ini dengan 477 halaman mempunyai harga Rp. 105.000. dinilai
dari harganya maka pembaca memberikan nilai delapan dari sepuluh untuk
harga buku yang berbanding isinya. Kemudin secara keseluruhan pembaca
memberikan nilai tujuh dari sepuluh. Penilaian ini semaa-mata hanya pendapat
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai