Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERANAN LATIEF HENDRANINGRAT PADA


PERISTIWA
SEKITAR PROKLAMASI

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6

1. Chintya Novriaty
2. Fruly Natasya
3. Steven
4. Tri Agus Setiadi
5. Yozan Putra Rizanta

Guru Pembimbing : Liring Sari, S. Pd

SMA NEGERI 7 PRABUMULIH


TAHUN AJARAN
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “ Peranan Latief Hendraningrat Sekitar Proklamasi ”.

Kami sebagai mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, terutama anggota dari kelompok 6
baik dukungan secara materil dan nonmateril dalam penyusunan makalah ini.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Liring Sari, S. Pd
selaku pembimbing mata pelajaran Sejarah Indonesia yang telah membimbing
dan mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan


maupum tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga
pengetahuan untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Kehidupan Latief Hendraningrat ............................ 2
2.2 Peranan Latief Hendraningrat Sekitar Proklamasi .......................... 3
2.3 Akhir Karir Latief Hendraningrat .................................................... 4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5
3.2 Saran ................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 6

iii
i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengangkat cerita tentang Abdul Latief Hendraningrat, tidak terlepas dari


Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan tokoh-tokoh pejuang
seangkatannya dalam merebut dan memperjuangkan kemerekaan. Salah satu
pejuang kemerdekaan indonesia adalah Abdul Latief Hendraningrat, Ia juga
adalah pengibar Sang Saka Merah Putih.
Sejak muda, Abdul Latief Hendraningrat telah aktif dalam pergerakan. Dia
tercatat pernah aktif dalam Perkumpulan Indonesia Moeda dan Kelompok
Kepanduan Partai Indonesia Raya pimpinan Soeryawirawan. Dirinya bahkan
pernah memimpin rombongan kesenian Hindia Belanda, dalam perhelatan New
York Fair I di Amerika Serikat (AS). Dalam pemerintahan, Abdul Latief
Hendraningrat pernah menjabat sebagai Wedana Betawi. Dia juga mengajar
Bahasa Inggris di Perguruan Rakyat dan Muhammadiyah Jakarta.

1.2 Pembatasan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Latief Hendraningrat?
2. Bagaimana peranan Latief Hendraningrat dalam peristiwa Proklamasi
Indonesia?
3. Bagaimana akhir karir Latief Hendraningrat dalam Pemerintahan Republik
Indonesia?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Latief Hendraningrat?
2. Untuk mengetahui Bagaimana peranan Latief Hendraningrat dalam
peristiwa Proklamasi Indonesia?
3. Untuk mengetahui akhir karir Latief Hendraningrat dalam Pemerintahan
Republik Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Kehidupan Latief Hendraningrat

Brigadir Jenderal TNI (Purn. Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat (15


Februari 1911 – 14 Maret 1983) lahir dari pasangan Raden Mas Mochamad Said
Hendraningrat dan Raden Ajeng Haerani. Ayah Latief adalah seorang demang
atau wedana di wilayah Jatinegara yang berdarah ningrat Jawa. Latief merupakan
seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan juga
pengerek bendera Sang Saka Merah Putih didampingi oleh Soehoed Sastro
Koesoemo, seorang pemuda dari Barisan Pelopor, pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Saat menjadi petugas upacara bendera pertama sesudah proklamasi
kemerdekaan, Latief Hendraningrat memakai seragam tentara Jepang karena
Latief merupakan anggota pasukan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan
Jepang. Sebelum masuk PETA, Latief Hendraningrat sudah aktif di Pusat Latihan
Pemuda (Seinen Kunrenshoo) yang juga bentukan Jepang. PETA dibentuk pada 3
Oktober 1943, kemudian ia mendaftar dan diterima. Karier militer Latief
Hendraningrat di PETA berjalan mulus. Hingga PETA dibubarkan pada 1945,
pangkat terakhirnya adalah chudancho (sudanco) alias komandan kompi.
Selain itu, Latief pernah menjabat sebagai Wedana Betawi dan menjadi guru
Bahasa Inggris di Perguruan Rakyat dan Muhammadiyah Jakarta. Pada masa
pendudukan Jepang, Latief menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA). Pangkat
terakhirnya saat PETA dibubarkan adalah Cudan-co (Komandan Kompi). Di masa
penjajahan Jepang pula, tepatnya pada 24 Maret 1943, Latief menikah dengan Rr.
Sophia binti Aboe Wiroatmodjo. Pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak,
yakni Rd. Adjeng Tjitraningsih, Rd. Adjeng Tjitrawati, Rd. Tjitroseno, dan Rd
Adjeng Siti Nurhajati.

2
2.2 Peranan Latief Hendraningrat Dalam Peristiwa Proklamasi Indonesia

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945 membuka peluang


bagi bangsa Indonesia untuk merdeka. Latief Hendraningrat termasuk golongan
muda yang menghendaki proklamasi kemerdekaan Indonesia secepat-cepatnya.
Hanya saja, golongan tua seperti Sukarno dan Mohammad Hatta cenderung
menunggu realisasi janji Jepang yang akan memberi kemerdekaan kepada
Indonesia. Perbedaan pandangan antara dua golongan inilah yang menyebabkan
terjadinya Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Para pemuda
revolusioner seperti Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Singgih, dan lainnya
membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dekat Karawang, dengan tujuan
agar kedua tokoh sentral tersebut tidak terpengaruh oleh Jepang dan bersedia
segera mengumumkan kemerdekaan RI.
Latief Hendraningrat tidak turut ke Rengasdengklok. Masih tercatat sebagai
perwira tinggi PETA, ia adalah orang yang paling bertanggungjawab atas
keamanan Jakarta saat itu. Dikutip dari Konflik di Balik Proklamasi (2010) karya
St Sularto dan Dorothea Rini Yunarti, Latief Hendraningrat menggantikan
atasannya, Kasman Singodimejo, yang sedang berada di Bandung. Berkat Latief
Hendraningrat dan para pemuda Indonesia anggota PETA lainnya, tulis Her
Suganda dalam Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945 (2009),
aksi “pengamanan” Sukarno-Hatta dari Jakarta ke Karawang luput dari pantauan
tentara Jepang.
Setelah Peristiwa Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta akhirnya setuju untuk
menyatakan kemerdekaan Indonesia lebih cepat. Maka, tanggal 17 Agustus 1945,
Latief Hendraningrat mengawal Sukarno-Hatta ke titik lokasi pembacaan teks
proklamasi. Ketika proklamasi dibacakan, ia berdiri tegap tidak jauh dari duo
proklamator. Usai pembacaan teks proklamasi, Latief Hendraningrat bertindak
sebagai pengibar sang saka Merah-Putih bersama Suhud Sastro Kusumo dan SK
Trimurti dalam upacara bendera pertama setelah Indonesia merdeka. Upacara
kemerdekaan perdana pada 17 Agustus 1945 itu dilakukan dengan sangat

3
sederhana, bendera pusaka dikibarkan di sebatang bambu lantaran situasi darurat.
Seluruh rangkaian acara itu terselenggara dengan relatif lancar di bawah komando
Latief Hendraningrat.
Setelah Indonesia menjadi negara merdeka, Latief Hendraningrat enggan
duduk di pemerintahan. Ia memilih berjuang dari luar, turut mengamankan negara
karena Belanda datang lagi dengan membonceng pasukan Sekutu dan
berkeinginan berkuasa kembali. Selama periode revolusi kemerdekaan indonesia
(1945-1949) atau masa perang mempertahankan kemerdekaan, Latief
Hendraningrat terlibat dalam berbagai front peperangan melawan Sekutu dan
Belanda. Latief Hendraningrat pernah menjadi Komandan Militer Kota (KMK) di
Yogyakarta yang sejak awal Januari 1946 menjadi ibu kota RI lantaran Jakarta
dalam situasi darurat. Saat itu Yogyakarta sebagai ibu kota RI menjadi area
pertempuran yang paling genting. Latief juga berhubungan baik dengan Panglima
Besar Jenderal Soedirman. Ia juga ikut merumuskan taktik gerilya dan
perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949.

2.3 Akhir Karir Latief Hendraningrat

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada akhir 1949, Latief
Hendraningrat terus menempuh jalan ketentaraan. Tahun 1952, ia ditunjuk sebagai
atase militer di Kedutaan Indonesia untuk Filipina, kemudian dipindahkan ke
Washington, Amerika Serikat, hingga 1956. Pulang ke tanah air, Latief
Hendraningrat dipercaya memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat
(SSKAD). Sebelum pensiun dari militer, ia sempat menjabat sebagai rektor
pertama IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) pada 1964-1965.
Tahun 1967, seiring terjadi peralihan kekuasaan dari Orde Lama pimpinan
Soekarno ke rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Latief Hendraningrat
menyepi dari hiruk pikuk politik. Latief Hendraningrat membaktikan diri untuk
Yayasan Perguruan Rakyat dan Organisasi Indonesia Muda hingga akhir
hayatnya. Latief Hendraningrat wafat di Jakarta tanggal 13 Maret 1983 dalam usia
72 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta setelah
menderita penyakit usus buntu. Ia dimakamkan pada 15 Maret 1983 di Taman
Makam Pahlawan Kalibata.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu motivasi Jepang didalam pembentukan PETA yaitu agar Jepang
mendapatkan tambahan kekuatan militer yang nantinya bertujuan untuk melawan
kekuatan sekutu yang berusaha akan datang kembali menguasai Indonesia, maka
dari itu Jepang berharap memiliki kekuatan militer setidaknya pertahanan
dibagian wilayah belakang yang nantinya dikemudian hari dapat diserahkan oleh
rakyat Indonesia. Namun, bagi Indonesia pembentukan PETA bertujuan untuk
mengupayakan berdirinya tentara PETA sebagai bagian Indonesia dalam
mempersiapkan kemerdekaan. Dari hasil latihan yang dilakukan para tentara
sukarela PETA oleh pihak Jepang menjadikan Indonesia berlatih kemiliteran, teori
taktik tempur, gerakan pertempuran. Para pemuda dididik dan dilatih untuk bisa
punya kemampuan yang bisa memimpin pertempuran di lapangan. PETA juga
menjadi kekuatan awal dari terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat yang
kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia. Perjuangan PETA dalam membela
tanah air dan kemerdekaan Indonesia merupakan sumber semangat bagi seluruh
warga Indonesia khususnya tentara Indonesia untuk terus menjaga kedaulatan dan
keamanan bangsa dari ancaman dan gangguan baik yang datang dari dalam
ataupun luar negeri.

3.2 Saran

Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki para pahlawan yang rela berjuang
mengorbankan nyawa kita tentu harus menghormati jasa-jasa mereka. Kita
sebagai generasi muda juga harus mampu memahami nilai-nilai penting dari
perjuangan para pahlawan. Kita dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

5
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.veteranri.go.id/no.5.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Latief_Hendraningrat
 https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/16/220000879/biografi-
latief-hendraningrat-pengibar-bendera-saat-proklamasi?
page=all#:~:text=Salah%20satu%20peran%20Latief
%20Hendraningrat,Merah%20Putih%20bersama%20S%20Suhud.
 https://tirto.id/peran-latief-hendraningrat-dalam-sejarah-proklamasi-
kemerdekaan-ri-giD9

Anda mungkin juga menyukai