Ditujukan untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester matakuliah Jatidiri Bangsa
Disusun oleh :
Kelompok 3 Kelas TI 18 I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah
tentanng Sejarah Peristiwa Rawa Gede ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Jati Diri Bangsa. Kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah selanjutnya
Semoga makalah ini ini bisa memberikan informasi mengenai orang sebagai
subjek hukum dan hukum dikaitkan dengan hak dan kewajiban dapat bermanfaat bagi
para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat
makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hal tersebut terus berkelanjutan selama hampir ratusan tahun lamanya. Indonesia
terus berada dibawah penjajahan Belanda, hingga pada 8 Desember 1947 yakni lebih
tepatnya ketika terjadinya Agresi Militer Belanda I4, telah terjadi pembantaian yang
dilakukan oleh tentara Belanda kepada penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di
Rawagede, wilayah yang terletak di Desa Balongsari , Rawamerta, Karawang yang
berlokasi diantara Karawang dan Bekasi.
1.1 Tujuan
Monumen Rawagede adalah wisata di Karawang yang herada di tepi jalan paling
Utara Desa Rawagede, Kecamatan Rawa Merta. Atau berjarak sekitar 10 km dari Pusat
Kota Karawang, Munumen Rawagede adalah kenangan sebuah peristiwa yang menjadi
tengara pembantaian dari rutusun rakyat sipil Karawang uleh tentara Pemerintahan
Kolonial Belanda pada tahun 9 Desember 1948. Atau hanya selisih sepuluh hari
sebelum terjadinya Agresi Militer Belanda II.
Monumen Rawagede dihangun pada bulan Novemher 1995. Setelah itu
diresmikan pada tanggal 12 Juli 1996. Areal dari bangunan bersejarah ini herada dekat
dengan berbagai perkebunan dan persawahan penduduk yang ada di pinggaran Timur
perkampungan. Monumen ini hanya dibatasi dengan pagar sehingga sungat mudah
ditemukan. Tercatat Monumen Rawagede memiliki 17 anak tangga pada undakan
menuju lantai dua. Angka ini melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Sedangkan bentuk hangunan pada lantai dasar berbentuk persegi delapan
yang melarmbangkan bulan Agustus. Puncak monumen berbentuk piramid yang
terbagi menjadi 4 bagian dengan ketinggian sekitar 5 m yang clambangkan tahun
kemerdekaan, 1945.
Di kiri dan kanan dinding luar bagian bawah Monumen Rawagede, kita bisa
menjumpai relief yang menyimbolkan peristiwa perjuangan masyarakat Karawang
dalam perang merebutkan kemerdekaan. Setelah puas meniti lantai pertama. Naik ke
lantai atas, kita akan menemui ada patung seorang ihu yang terbuat dari perunggu.
Patung ini bersama dengan jasad dua anaknya yang terbujur tewas dipangkuannya yang
berlumur darah. Di belakang patung terdapat panil yang berisi penggalan puisi karya
dari Chairil Anwar dengan judul Antara Karawang Bekasi. Nuansa yang dihadirkan
dalam lantai bawah menggambarkan sebuah peristiwa pembantaian dari rakyat
Karawang oleh tentara Belanda yang kejam. Pada belakang monumen ada halaman
untuk tempat upacara dan akses ke Sampurna Raga yang menampung sekitar 181 jasad
pahlawan nasional.
Dibelakang monumen ini terdapat 181 makam pahlawan yang disebut dengan
makam pahlawan sumpoerna raga. Makam ini udalah makan dari korban pembantaian
di Rawagede oleh Belanda pada tahun 1947. Sebelumnya jasad dikburkan di halaman
rumah masing-masing oleh wanita dan istrinya. Makam ini merupakan makam
pindahan dari yang semulanya adalah di lingkungan rumah korhan. Sehingga ukuran
dari makamnya sendiri sangat kecil
Cerita Versi Bapak. Sutarman (Narasumber)
Dua penggal buit puisi karawang-bekasi karya sang penyair ternama Chairil Anwar
menghiasi patung seorang ibu. Ibu yang sedang memangku dua anaknya yang tewas
dalam kejadian pembantaian yang menewaskan empat ratus tiga puluh satu [431] urung
yang diantaranya terdapat pejuang dan warga sipil.
Ibu tersebut adalah ibu martem dan dua unaknya adalah atung dan adul. Dibawah
mata ibu martem terlihat garis-garis kecil yang menggambarkun airmata yang
berlinang. Hanya dengan melihat patung itu cukup untuk menggambarkan kekejaman,
kesedihan yang terjadi di Rawa Gede.
Patung ini herada di lantai dua dari monumen Rawa Gede. Monumen ini unik
karena seperti lambang garuda indonesia yang ada hubungannya dengan tanggal
kemerdekaan indonesia, begitu juga dengan monumen ini. Monumen ini memiliki dua
lantai, lantnai bawah merupakan diorama dengun isinya boneka patung belanda dan
warga desa Diorama ini dilapisi kaca sepuluh milimeter. dan lantai atas ada patung ibu
martem. Tangga menuju lantai keatas berjumlah 17 anak tangga.Lantai dasar hersisi 8,
bagian atas seperti piramid bersisi 4 an tinggi monumen 5 meter. Monumen ini
diresmikan 12 juli 1996.
Soeroto Koento pria kelahiran bandung 1922 tumbuh hesar di jogja, mahasiswa
UI angkatan 42. Menulak menjadi anggota PETA karena jepung licik membuat PETA
untuk melindungi Jepang sehingga Soeruto Koento membuat PETA yang herani
melawan Jepang. Akihat keberaniannya ini Soeroto Knento diangkat menjadi
komandan resimen jakarta dengan pangkat letnan kolone Markas besar tentara dulu
beruda di cikampek karena Jakarta saat itu hanya kresidenan dimanu buru padu tahun
1967 dijadikan provinsi dengan gurbernur Ali Sadikin 15 september 1945 helanda
masuk diboncengi oleh sekutu. 5 Oktoher 1945 Soeroto Koento menyatukan semua
laskar laskar rakyat yang kemudian herganti nama jadi tentara keumanan rakyat, oleh
sebab itu 5 oktober dijadikan hari ABRI Tahun 1946 sekutu meninggalkan indonesia.
Tanggal 25 november tahun 1946 Soeroto Koento diundang ke Jakarta didampingi dua
ajudannya yaitu kapten mursid dan kapten sulyan dan dua prajurit lagi. Sueroto Kuento
diundang untuk membahas kedatangan belandu yang akan melakukan agresi militer.
Pak mursid yang pulang duluan menanti kabar kepulangan atasannya. Jam
sepuluh malam helum ada kahar, jam sebelas belum ada kabar. Kapten mursid
menyusuri jalan perhatasan karawang hekasi lehih tepatnya di rawa gahus warung
bambu dan jam satu malam menemukan mubil kusong penuh dengan noda darah dan
kaca pecah tertembus peluru numun mayat Sueroto Kuento tidak pemah ditemukan.
Pembunuhan sang komandan ini diduga oleh orang indonesia yang pro terhadap
belanda. Kapten mursid kemudian meninggal tahun 2011. Patung Soeroto Kuento
dibangun didepan BNI cikampek yang diresmikan oleh jendral Wiranto pada tahun
1998.
Kematian sang komandan menjadi titik awal dari kejadian pembantaian di Rawa
Gede. Setelah kematian Soeroto Koento, Komandan kompi karawang bekasi Lukas
Kustario yang masih satu mertua dengan jendral Kharis Suhud, ketua dpr mpr tahu
1987-1992 yang juga pemah menjati prajurit kompi Lukas Kustary Minimnya senjata
pada saat itu membuat Lukas Kustaryo harus merebut senjata dari markas tentara
Belanda. "Ya kalo ada markas belanda 8-10 orang di cikampek. ditembak satu, Buju
belandanya di pake mendekelin belanda yang lain," kala seorang bapak tua kelahiran
tahun 1949, Pak Karman, mantan lurah, anggota legislatif sekaligus pekerja sosial yang
memperjuangkan kasus rawa gede ke negeri kincir angin. "Pernah di Pabuaran, dia
ngehantem belanda, malah anak buahnya seorang letnan nutmanya pak sanib pernuh
nembak 20 meter kok ini belanda kecil gak launya kumandannyu kan?" cerila pak
Karman kepada saya. Saya yang terjekut dan bertanya "yah, ketembak?woo gak kena
kena" kata pak karman. "Hah kok bisu?" saya lanjut bertanya, pak kurman sambil
menyentuh bahu saya dia mengatakan, "yu gatau ya faktor x mungkin ya. Yang
langsung terlintas dikepala saya Lukas Kustaryo ini kebal peluru tapi ada kemungkinan
pak sanih meleset. Karman yang dia dapati langsung dari pak sanib sendiri.
Pak sanib lantas langsung meminta maaf kepada komandanya. 600 militer
pasukan helanda siap dikirim ke Jakarta dari Surabaya menggunakan kereta api Begitu
mendengar tentang kabar ini Lukas Kustaryo mengumpulkan anak buahnya untuk
siaga di cikampek dan setelah itu dia langsung pergi stasiun kereta Cipinang Satu
lokomotif dengan tujuh gerbang kosong sedang parkir disana. Masinis yang
berhadapan dengan orang bersenjata langsung menurut saja begitu diperintahkan untuk
menajalankan kereta.
Pasukan-pasukan Lukas sudah disiagakan dicikampek. Sesampainya distasiun
gede citarum, lukas yang seorang diri lapor ke kepala stasiun untuk menanyakan kapan
kereta dari surabaya yang mengangkut militer belanda sampai disini. Karena kepala
masinis menganggap Lukas itu seorang masinis ya di kasih tau menit berapa jam
berapa. Tidak lama selelah itu kereta Lukas keluar dari karawang, di tanjung pura
kereta langsung dihalaukan ke jalur yang berlawanan. Memasuki jermbatan citarum
kereta langsung diperepat ke kecepatan maksimurn tepat ditengah jembatan citarum
kedua kereta tersebut hertabrakan. "tetapi pak lukas tuh loncat ke atas, nyebur ke air,
diam di air aja” kata pak karman yang terlihat asik menceritakannya kepada saya.
Tentara pak lukas yang sudah bersiaga lantas menjaruh isi kereta tersebut, oleh
sebah itu persediaan senjata mulai banyak. Banyak orang yang mengira pak lukas
meninggal pada kejadian itu, tapi faktanya dia masih hidup. Tindakan-indakan
heroiknya ini yang membuatnya dicap sebugai "Begundal dari Karawang" oleh
belunda. bahkan di sulah sutu gedung belanda tepatnyu di denghag uda patung setengah
hadan Iukas dengan julukan Begundal dari karawangan.
Belanda mulai memburu Lukas, dimana terdengar ada keberadaan lukas, militer
belanda langsung dikerahkan untuk mencarinya. Desa Rawa Gede karawang, sebuah
desa yang menjadi tempat berkumpulnya laskar laskar rakyat karena didesa ini banyak
berkelimpahan atau banyak orang kaya. Logistik tidak menjadi persoalan bagi desa ini
sehingga satu rumah mampu menampung sepuluh sampai dua puluh pejuang untuk
tinggal disitu.
Tanggal desemher 1947, Lukas melarikan diri dari Pamanukan ke Pabuaran dan
sampai di Cikampek sore hari dia pergi jalan kaki ke desa lebang melalui jalan wadas
terus ke telaga sari lalu sampai di desa ruwa gede pukul tujuh pagi tanggal 8 desember
1947. Lukas bergabung dengan pejuang yang adu dirawa gede. Di rawa gede Lukas
mengatur penyerangan lapangan udara Cililitan yang sekarang menjadi bandara Halim
Perdana Kusuma
Senjata yang ada di desa itu hanya 4 senapan. Lukas hanya membawa sebagian
duri pejuang pejuang yang udah di situ. Jam 3 Lukas dan buahnya berangkat menuju
suka tani sampai jarm 6 sore. Rombongan Lukas berhenti istirahat untuk makan dan
jam 7 malam perjalanan kembali dilanjutkan menuju ciburusah bogor sampai tengah
malam, dari cibarusah bergerak ke pondok gede sampai pagi dan menyerang lapangan
udara cililitan. Pak lukas tidak tahu rawa gede diserang saat dia menyerang lapangan
udara cililitan 9 desember 1947. Tanggal 8 desember 1947 jam 9 pagi mata mata
belanda mengetahui ada Lukas bergabung dengan para pejuang di Rawa Gede. Markas
belanda satu satunya di karawang ada dibelakang alun alun karawang yang sekarang
menjacli asrama polres karawang. Begitu ada laporan masuk, markas belanda
karawang merasa tidak mampu dan melapor ke kantor pusat. "jam 3 jam setengah 4
surat perintah datang, surat perintah kalau begitu rawa gede harus dibumihanguskan
malam ini" kata pak karman menceritakan kronologisnya.
Di karawang ada lurah tanjung pura,pak Sokin, lurah yang diangkat oleh belanda
yang masih memiliki jiwa patriot hegitu mendengar kabar bahwa rawa gede akan
dibumihunguskan, ia langsung naik sepeda untuk memperingati luruh desa rawa gede.
TKR TKR yang ada di rawa gede langsung bergegas membongkar jalan agar
tidak dapat dilalui kendaraan helanda. Jam 5- sore TKR mulai memhongkar namun jam
7 malam hujan derus. Jum 10 malan hujan pun mereda, jan setengah sebelas malam
mobil belunda ke kalangsari, rengas dengklok berjalan kaki berseragam militer belanda
hersepatu hoot, haju putih krem dengan loreng loreng coklat membawa senjata
menembus pekat malam melewati hutan dan sawah.
Pada tanggal 9 desember setengah satu malum 300 tentara belanda sudah
melingkari desa rawa gede. Bulan desember adalah bulan penggarapan sawah,
masyarakat rawa gede sudah bersiap untuk membajak sawah subuh jam 4 pagi.
Dimana-mana mereka bertemu dengan tentara belanda. Ditinggalnya seluruh perlatan
dan kerbau mereka untuk memperingati pejuang-pejuang untuk menyembunyakan diri.
Sebagian besar pejuang jam 4 subuh mereka masuk ke kali rawa gede mereka
berkelompok bersembunyi 20 orang 30 orang ngumpet dibawah semak semak, enceng
gondok. Sekitar dua rutus orang bersembunyi sepanjang kali itu. 20 pejuang
bersembunyi dirumah warga, mereka bersembunyi dihelakang henda benda yung ada
dirumah itu. karena pintu dibuka dan jendela dibuka. Belanda mengira rumah itu rumah
kusung yang ditinggalkan pemiliknya. Namun warga yang panik bersembunyi dengan
mengunci rumahn ya. Hal ini membuat helanda berpikir mereka menyembunyikan
lukas dirumah ini. Didobrak pintu kayu rumah itu, didapatinya orang orang yang
bersembunyi. Semua laki laki berumur 14 tahun keatas di kelompokan sementara
dibawah 14 tahun dibiarkan bersama para wanita.
Belanda menanyakan keberudaan pejuang dan keberudaan pak Lukas Namun
mereka semua menjawab tidak tahu walaupun mereka tahu dimana pejuang
bersembunyi dan mereka tahu bahwa lukas sudah tidak ada di rawa gede. Hal ini
membuat gerang belanda.
Tiga puuluh orang laki laki berjejer menghadap tembok, suara letusan senapan
api mengelora hingga kepenjuru desa. Satu demi satu orang berjatuhan setelah badan
mereka dihujam peluru. Belanda terus melanjutkan penyisiran mereka, masih ada 8
kelompok lagi yang akan dibantai namun mereka tidak tahu karena sistemnya
dikumpulkan. Rumah yang tetap dikunci rumahnya dibakar, lebih dari duapuluh rumah
dibakar.
Pembantaian terus berlanjut. kiru kira jam 8 pagi pengantin baru bu Ini(14) keluar
dari rumah dan melihat kejadian pemhantaian tersebut. Lekas ia masuk lagi dan
memheri tahu suaminya pak Ridam(18) agar jangan keluar karena laki laki sedang
dibantai. Pak ridam memakai baju kebaya pengantin wanita dengun penutup kamar dan
tetap berada di kamar. Naas, disaat sedang bersembunyi, rumah yang berada
dibelakang rumah mereka terbakar dan menyambar rumah mereka. Iantas pak ridam
keluar rumah melarikan diri. Tidak jauh dari umah pak ridam bertemu belanda dan
langsung ditembuk. Puk ridam pun tewas. Jam 12 siang. 20 pejuang yang bersembunyi
tetapi pintu da jendela rumah dibuka tadi diketahui oleh belanda. 30 prajurit belanda
langsung memaksa keluar pejuang itu dan menjajarkan ke tembok sau persatu
ditembak. "malah suaranya tekdung tekdung" kata pak karman. Saya merasa geli
dengan suara yung dia keluarkan tapi disatu sisi saya bisa merusakan kengerian dari
peristiwa itu.
Surya suanda, laki laki terakhir dari barisan yang akan ditembak, dia berlari
meloncat pagar namun tertembak pahanya. Dia merayap ke kali rawa gede yang tidak
jauh dari situ. Satu jam belanda mencari surya suanda namun nihil hasilnya.Sejak sat
itu belanda mulai berpikir banyak pejuang yang bersembunyi di kali ini Dari 300
prajurit helanda diantaranya membawa anjing pelacak 3. Setiap kali anjing pelacak
menggonggong di sekitaran kali, prajurit helanda langsung memberondong kali iu tanp
sasaran yang pusti. Mayat mayat mulai bermunculan, belanda menyisir sepanjang kali
itu dan menembaki ratusan dari pejuang. "dua puluh paling nyisa tiga, sepuluh paling
nyisa satu atau dua" kata pak karman.
Seratus delapan puluh satu makam dengan batunias putih berbaris di belakang
monumen rawa gede. Meskipun yang terhitung 181 namun jumlah korban. sebenarnya
adalah 431 orang. Lebih dari dua ratus orang yang terhanyut.
Sekitar jam 4 sore belanda menyudahi pembantaian ini dan pulang kembali ke
markasnya. Para wanita berhamburan dijalanan mencari suami, anak dan kerabat
mereka. Dari hari rabu sampai jumat proses pemakaman belum selesai karena menggali
tanah para wanita ini menggunakan golok.
Pak karman sebagai anak dari janda akibat pembantaian dan ayahnya seorang
pejuang yang selamat dari penembakan kali tidak tinggal diam. Beliau menggugat Ham
ke negara belanda dengan modalnya sendiri dan tanpa ada bantuan diplomatis duri
negara indonesia. Bahkan kedutaan indonesia di belanda menolak kehadiran pak
karman. Usaha pak karman tidak sia sia, dari empat gugatan yang diajukan diantaranya
helanda harus mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto, mengakui agresi
militer belanda ke satu dan ke dua, mengakui pembantaian rawa gede karawang).
westerling(sulsel) dengan kurbun 40 ribu jiwa dan peristiwa bondowoso,meminta duna
komnpensusi atus korban pembantuian, pak karman memenangkan gugatan belanda
mengakui pembantaian rawa gede dan bersedia memberikan kompensasi kepada 9
janda yang masih hidup pada waktu gugatan itu dimenungkan. Belanda memberikan
kompensasi senilai 20 ribu euro atau sekitar240 juta rupiah.
Pak Lukas Kusturyo hadir suat monumen rawa gede diresimkan tahun 1996 ada
kejadian rutin yang dimulai sejak saat itu yang dilakukan oleh pak Lukas. Setiap kali
ia melihat buneka belanda di ruang dierama, pak Lukas selalu menonjok kaca itu dan
meludah ke arah honeka itu. 8 januari 1997 pak Lukas Kustaryo meninggal dengan
pangkat terakhir sebagai Brigadir Jendral.
Tentara yang dikerahkan dalam aksi pembantaian herjumlah sekitar 300 orang
dan diperkirakan serdadu-serdadu Belanda itu adalah mantan algojo-algojo yang telah
membantai rakyat di Sulawesi Selatan dan ditempatkan di wilayah Cikampek dan
Karawang. Oleh karena itu, dalam aksi pemhantaian mereka sangat kejam, ganas, dan
tidak herperikemanusiaan. Nyawa manusia diharatkan seperti nyawa binatang yang
tidak ada artinya bagi mereka.
Walaupun Desa Rawagede telah hancur, namun pihak Belanda masih kurang
puas, karena sebagian pejuang terutama Lukas Kustaryo tidak berhasil dibunuh Untuk
mencari terus para pejuang dan Lukas Kustaryo. pihuk Belanda mendatangkan lagi
pasukannya sehanyak 9 truk. Dalam operasinya tentara Belanda mendapat bantuan dari
orang-orang pribumi yang menjadi pengkhianat hangsa, dengan cara menunjukkan
tempat-tempat persembunyian warga desa dan para pejuang. sehingga operasi ini
berjalan dengan cepat.
Korban dalam peristiwa naas tersebut bukan hanya penduduk Rawagede saja.
tetapi ada juga warga lain seperti penumpang Kereta Api jurusan Karawang-
Rengasdengklok. Mereka tidak tahu di Rawagede sedang terjudi pembuntaian yang
dilakukan oleh tentara Belanda. Para penumpang terjebak di Stasiun Rawagede dan
menjaid sasaran keganasan tentar Bulanda. Mereka ditangkap dan dibariskan dijalan
Kereta Api sambil disuruh jongkok, setelah itu langsung ditembak dengan senjata
bregun. Mereka langsung roboh dan bergelimpangan di sepanjang jalan rel Kereta Api.
Menurut saksi mata korban kebiadaban itu berjumlah 62 orang.
Keadaan di seluruh sudut Rawagede sejak penyerangan jam 04.00 subuh sampai
malam hari, tidak seorangpun yang berani menumpakkan diri untuk keluar rumah.
Banu pada keesokan harinya setelah keadaan cukup aman masyarakat harus berani
keluar dan melihat hanyak mayat bergelimpangan dimana-mana, di jalan, dihalaman
rumah, sawah dan yang terbanyak terdapat di sungai. Pada saat itu sungai dalam
keadaan banjir. Ratap tangis dan jerit histeris memecah keheningan pagi. Dengan
peralatan dan tenaga seadanya mereka mengurus dan menguburkan jenazah-jenazah
tersebut. Semua hanya dilakukan oleh para perempuan. Menurut perkiraan jumlah
mayat yang dikuburkan pada saat itu sekitar 431 orang, termasuk orang-orang yang
tidak dikenal identitasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karawang#Toponomi_dan_sejarah (Di
Akses 9 Oktober 2017 Pukul 11:00) http://www.karawangkab.go.id/selayang-
pandang/lambang (Di Akses 10 November 2019 Pukul 11:12)
http://jprmikarawang.blogspot.co.id/2012/02/sejarah-dan-asal-usul-karawang.html
(Di Akses 9 Oktober 2017 Pukul 11:12) http://pelitakarawang-
budi.blogspot.co.id/2011/07/terdapat-tiga-pendapatmengenai-asal.html (Di Akses 10
November 2019 Pukul 11:12)
LAMPIRAN