Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

SISTEM PERTAHANAN DAN


KEAMANAN NASIONAL ( SISTEM
HANKAMNAS )
DOSEN PEMBIMBING : A.A. WIN ARIGA BUNGSU S.KH, M.SI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. CUT MISNA
2. DINA FITRIA
3. FERI ASTUTI
4. INTAN MERALYA
5. LISA KARLINAWATI
6. MOLA SUZARNI
7. NURMI YUNITA
8. PRINSISTARI FILDZAH INRAS
9. RIRIN SUNDARI
10. SANTI PURNAMASARI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MEULABOH


POLITEHNIK KESEHATAN ACEH
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, dapat menyusun makalah berjudul “SISTEM HAMKAMNAS” dengan
baik dan lancar.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “KEWARGANEGARAAN”.


Materi ini merupakan materi yang telah ditetapkan dalam kurikulum perkuliahan bagi
mahasiswa semester I KEBIDANAN POLTEKES ACEH.

Penyusunan makalah ini juga berkaitan dengan materi-materi pengantar yang lain
dalam semester I ini yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.

Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis membuka saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian semoga bermanfaat.

Meulaboh, 22 Oktober 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 3
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HANKAMNAS............................................................................................ 4
B. SEJARAH PERJUANGAN HANKAMNAS.......................................................................... 4
C. HAKIKAT PERJUANGAN HANKAMNAS......................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN......................................................................................................................... 8
B. SARAN..................................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bela Negara adalah tekat, sikap, semangat, serta tindakan warga Negara dalam upaya
menjaga, memelihara, serta mempertahankan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Tekat
upaya yang tidak hanya terbatas dalam wujud perjuangan senjata dan berperang melawan
ketidakadilan, melainkan mencakup semua wujud gagasan, sikap serta perbuatan untuk
mempertahankan keamanan melalui bidang masing-masing dalam kehidupan berbangasa dan
Negara dalam mencapai tujuan nasional yaitu mensejahterakan rakyat semesta tanpa harus
memilah dan membedakan setiap tingkatan dalam bernegara.
Yang menjadi latar belakang dalam judul makalah “Sistem Pertahanan Keamanan
Nasional (HANKAMNAS)” ialah untuk mengetahui bagaimana suatu Negara
mempertahankan keamanan nasionalnya, karena kita ketahui system keamanan Negara kita
saat ini sangat jauh dari kenyataan dan harapan rakyat, seperti banyaknya terjadi
ketimpangan-ketimpangan baik di dalam atau pun di luar aparatur Negara kita. Banyak yang
tidak bertindak sesuai fungsinya masing-masing, yang seharusnya dipertahankan dan
diamankan malah dibebaskan dan dibiarkan merajarela dan memporak-porandakan rakyat
jelata yang tidak bersalah.
Inilah yang membuat penulis menjadikan latar belakang dari pada judul makalah yang
akan dibahas lebih mendasar mengenai “SISTEM HANKAMNAS”.
Demikianlah yang menjadi latar belakang makalah ini untuk lebih sempurnanya
diharapkan juga bagi para pembaca memberikan sumbangsih pemikiran agar kedepannya
makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perjuangan hamkamnas ?
2. Bagaimana hakekat perjuangan?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami sejarah perjuangan hamkamnas
2. Mengetahui dan memahami hakekat perjuangan hankamnas
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HANKAMNAS
Hankamnas diartikan sebagai pertahanan keamanan negara yang merupakan salah satu
fungsi pemerintahan Negara, yang mencakup upaya dalam bidang pertahanan yang ditujukan
terhadap segala ancaman dari dalam negeri, bukan hanya upaya dari satu dua golongan saja
melainkan merupakan upaya dari ABRI dan seluruh lapisan masyarakat / rakyat Indonesia
sebagai sumber dasar kekuatan pertahananan keamanan Negara.

B. SEJARAH PERJUANGAN HANKAMNAS

1. SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA


Setelah tanggal 17 Agustus 1945, perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan suatu kemerdekaan yang sempurna belum sepenuhnya berakhir. Hal ini
disebabkan juga karena pada saat ini Belanda belum mau mengakui kemerdekaan Indonesia,
mereka masih mengklaim bahwa Indonesia merupakan wilayah kerajaan Belanda.
Dari sinilah berbagai macam perjuangan bersenjata dilakukan oleh para tokoh bangsa ini
demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi tentunya menjadikan sebuah
sejarah tersendiri bagi perkembangan bangsa Indonesia.
Belanda merupakan salah satu negara yang mengisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dalam merebut kemerdekaan. Sejarah yang dibuat oleh Belanda karena menjajah negara ini
tentunya dapat kita rasakan saat ini. Dahulu kala para penjajah belanda telah membuat
kemarahan hampir seluruh rakyat Indonesia yang tidak mau terjadi sejarah yang sama yaitu
penjajahan kembali oleh Belanda.
Kemarahan itu diwujudkan juga dalam bentuk – bentuk perlawanan bersenjata. Di
berbagai tempat di Indonesia terjadi kontak senjata antara rakyat Indonesia dan tentara
belanda yang memboncengi tentara sekutu. Di Bandung, Ambarawa, Surabaya serta di
beberapa tempat di Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi terjadi pertempuran dahsyat
yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

2. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI BANDUNG


Berita penyerahan Jepang kepada sekutu dan proklamasi kemerdekaan telah beberapa
minggu diketahui rakyat Bandung. Para pejuang dan lascar di daerah Bandung berinisiatif
melucuti dan mengambil senjata dari gudang – gudang milik Jepang secara damai.
Pertempuran yang tidak seimbang ini memaksa para pejuang dan lascar mengundurkan
diri dari pertempuran langsung. Untuk menghindari konflik langsung antara pasukan sekutu
dan para pejuang, sekutu mengusulkan kepada pemerintah RI agar Bandung dibagi dua
wilayah, yaitu jalur kereta api disebelah Utara sebagai wilayah sekutu dan jalur kereta api di
sebelah selatan sebagai wilayah RI.
Kesepakatan ini memaksa para pejuang meninggalkan Bandung Utara pada tanggal 24
November 1945dengan berat hati. Sambil hijrah keselatan, para pejuang membumihanguskan
(membantai dengan cara membakar hangus seluruhnya) Bandung Utara. Sejarah inilah yang
hingga saat ini membuat Bandung sebagai kota lautan api.

3. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI AMBARAWA


Pertempuran Ambarawa pada tanggal 20 November berakhir tanggal 15 Desember
1945, antara pasukan TKR melawan pasukan inggris. Ambarawa merupakan kota yang
terletak antara kota Semarang dan magelang, serta Semarang dan Salatiga. Peristiwa ini
dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang
pada tanggal 20 oktober 1945.
Pertempuran di Ambarawa terjadi antara pemuda Indonesia melawan sekutu. Latar
belakang peristiwa ini dimulai ketika pasukan sekutu yang diboncengi NICA (NICA adalah
kepanjangan dari Nederlandsch Indië Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil
Administration (disingkat NICA; lit. "Pemerintahan Sipil Hindia Belanda") yang merupakan
organisasi semi militer yang dibentuk pada 3 April 1944 yang bertugas mengembalikan
pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda selepas kapitulasi pasukan
pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) seusai Perang Dunia
II (1939 - 1945). ) berusaha membebaskan orang – orang Belanda yang ditahan Jepang.
Setelah bebas, para tawanan kemudian dipersenjatai.
Kejadian ini juga terjadi di Magelang dan Ambarawa. Insiden baru berakhir ketika
presiden Soekarno mengadakan perundingan dengan Jendral Bethell. Isi perundingannya:

1. Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan


kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan
pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari
pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
2. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya

Namun hasil perundingan ternyata dilanggar oleh pihak sekutu. Insiden pun meluas
menjadi pertempuran antara TKR melawan sekutu. Akhirnya, pada tanggal 21 November
1945, pasukan sekutu berhasil dipukul mundur dan bertahan di Semarang.
Strategi pertempuran ambarawa
Musuh terusir dari Banyubiru pada tanggal 5 Desember 1945. Setelah mempelajari situasi
pertempuran, pada tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman mengambil prakarsa untuk
mengumpulkan setiap komandan sektor. Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa musuh
telah terjepit sehingga perlu dilaksanakan serangan yang terakhir. Rencana serangan
disusun sebagai berikut.

1. Serangan dilakukan serentak dan mendadak dari semua sector.


2. Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan.
3. Pasukan badan perjuangan (laskar) menjadi tenaga cadangan.
4. Hari serangan adalah 12 Desember 1945, pukul 04.30.
Akhir dari Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari,
pasukan TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing.

4. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI SURABAYA


Pertempuran Surabaya berawal dari mendaratnya pasukan sekutu yang diboncengi
pasukan Belanda pada akhir Oktober 1945. Melalui perundingan dengan tokoh – tokoh
masyarakat Surabaya dan melucuti tentara Jepang.
Namun pada malam hari tanggal 26 Oktober 1945, sekutu menyerang penjara kalisosok.
Tentara sekutu membebaskan colonel Huiyer, seorang perwira Belanda beserta tentara
Belanda lainnya yang ditawan RI. Bahkan keesokan harinya sekutu menyebarkan pamphlet
yang berisi perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang dirampas dari Jepang.
Atas tindakan sekutu rakyat Surabaya melakukan serangan umum terhadap kedudukan
sekutu di Surabaya. Pertempuran baru berakhir setelah presiden soekarno yang datang atas
permintaan sekutu dapat meyakinkan rakyat Surabaya bahwa sekutu datang hanya
berlangsung sebentar sebab ternyata pasukan sekutu terus memperkuat diri.
Karena tidak ada tanggapan maka sekutu menggempur Surabaya. Pertempuran Surabaya
yang melibatkan hampir seluruh penduduk Surabaya berlangsung selama tiga minggu.
Akhirnya, ribuan korban meninggal, luka – luka, dan gelombang pengungsi ke luar kota.
Sejarah ini pula yang menyebabkan kota Surabaya disebut sebagai kota pahlawan.

5. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI SUMATERA


Perang kemerdekaan terjadi di hampir seluruh Sumatera antara tahun 1945-1946. Salah
satu perang yang mengguncang sekutu adalah pertempuran Medan ( Medan Area).
Pertempuran ini bermula ketika para pejuang mulai merebut persenjataan Jepang yang
seharusnya diserahkan kepada sekutu.
Rakyat medan menolaknya sehingga terjadi bentrokan keduanya. Sekutu kemudian
membuat batasan kekuasaan secara sepihak. Dengan tekad mempertahankan kota medan
mereka membubuhkan tanda tangan pada secarik kerta sebagai tanda setuju melakukan
pertahanan dan berikrar (berjanji dengan sungguh hati; berteguh janji; mengakui kebenaran)
bersama. Selain di medan pertempuran terjadi di Aceh, Padang dan Bukittinggi.
Di Aceh, sekutu mengarahkan pasukan – pasukan jepang untuk menghadapi para pejuang.
Terjadilah pertempuran yang dikenal peristiwa Krueng Panjo/Bireun. Para pejuang Aceh
dipimpin oleh Residen Aceh, yakni Teuku Nyak Arief.

PERANG KREUNG PANJOE DI BIREUN


Perang di Kruang Panjoe terjadi pada November 1945. Pejuang Aceh kala itu gencar
merampas senjata pasukan Jepang. Namun hal itu berbenturan dengan keinginan Belanda
yang ingin masuk kembali ke Aceh dengan memboncengi sekutu. Komandan sekutu/NICA di
Medan Brigjen Ted Kelly menginstruksikan tidak boleh satu pucuk senjata pun ditinggalkan
di Aceh. Mereka diperintahkan untuk menduduki kembali Kota Bireuen dan tempat-tempat
strategis lainnya untuk merampas kembali senjata yang sudah jatuh ke tangan rakyat.
Sementara di kalangan pemuda pejuang Aceh, pemburuan senjata Jepang terus dilakukan.
Dibawah pimpinan Teuku Hamid Azwar pelucutan tersebut terus dilakukan di berbagai
daerah. Berbagai strategi dilakukan untuk menghadapi batalyon Jepang yang bergerak
menuju Bireuen. Pergerakan tentara Jepang itu dicegat oleh pejuang Aceh bersama
API/TKR (angkatan pemuda indonesia / tentara keamanan rakyat) di Krueng Panjoe agar
tidak merembet ke daerah lain. Dipilihnya Krueng Panjoe sebagai lokasi penghadangan
karena sangat cocok untuk melakukan pengepungan karena dilintasi jalur kereta api.
Pasukan Jepang yang diangkut dengan kereta api cocok dihadang di tempat tersebut. Selain
itu, Krueng Panjoe berada di daerah persawahan di sana terdapat tanggul besar yang
digunakan untuk mengairi sawah. Tanggul itu bisa dijadikan sebagai pertahanan.
Pukul 20.30 siang, 24 November 1945, ketika kereta api terperosok tentara Jepang pun
diserang dari berbagai sisi. Pertempuran berlangsung dari siang sampai malam. Subuhnya
tentara Jepang menggali lobang perlindungan. Tentara Jepang terkurung. Rakyat Krueng
Panjoe bersama pasukan API/TKR terus menggempur. Bersamaan dengan itu pintu
bendungan dibuka, alir mengalir deras ke sawah. Lubang-lubang perlindungan yang digali
Jepang penuh dengan air. Mereka terendam dalam persembunyian. Meski demikian,
pertempuran terus berlangsung sampai sore hari.
Pada hari ke tiga, 26 November 1945 pukul 12.50 tentara Jepang mengibarkan
bendera putih di gerbong kereta api. Jepang menyerah. Pimpinan pasukan Jepang Mayor
Ibihara dan juru bicara Muramoto keluar dari gerbong kereta api dengan bendera putih di
tangan. Setelah melakukan perundingan Mayor Ibihara tewas. Ia melakukan harakiri (bunuh
diri) akibat kekalahan pasukannya itu.

6. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI BALI


Tidak lama setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan, rakyat Bali dikejutkan
dengan kedatangan sekutu. Sekutu datang dengan diboncengi pasukan Belanda. Situasi pun
semakin buruk setelah belanda ingin membentuk Indonesia Timur.
Kemudian sekutu melakukan gempuran secara besar – besaran dengan menggunakan pesawat
tempur. Pada tahun 1849, pemimpin pasukan Letkol I Gusti Ngurah Rai memerintahkan para
pejuang untuk mengadakan perang puputan (adalah istilah dalam bahasa Bali yang mengacu
pada ritual bunuh diri massal yang dilakukan saat perang daripada harus menyerah kepada
musuh.) yang artinya secara habis- habisan. Letkol I Ngurah Rai akhirnya gugur bersama
dengan anak buahnya.

7. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI KALIMANTAN


Perjuangan bersenjata di Kalimantan dilaksanakan dengan bantuan personel dari Jawa.
Sejak bulan November1945 – februari 1946 dikirim beberapa pasukan personel dari Jakarta,
Tegal, Panarukan, dan Pekalongan. Pasukan tersebut dikirim ke kota – kota di Kalimantan.
Pasukan tersebut bertugas membantu lascar pejuang setempat menegakan kekuasaan RI.
Namun keberadaannya diketahui oleh sekutu sehingga banyak yang gagal. Sebagian para
pejuangnya merupakan para pemuda yang belajar di Jawa. Dari semua pejuang itu hanya
sedikit personel yang berhasil bergabung dengan pejuang setempat dan melakukan
perlawanan terhadap sekutu.

8. SEJARAH PERJUANGAN BERSENJATA DI SULAWESI


Dr.Sam Ratulangi ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai Gubernur Sulawesi dnegan
tugas pokok menegakan kekuasaan RI di wilayah Sulawesi. Sam Ratulangu ditangkap sekutu
sebelum ia berhasil menghimpun segenap kekuatan rakyat Sulawesi. Penangkapannya
memicu kemarahan lascar pejuang.
Dibawah pimpinan Ranggong Daeng Romo, Makaraeng Daeng Djarung dan Robert
Wolter Monginsidi, mereka berjuang mengusir pasukan sekutu. Dalam pertempuran dahsyat
Ranggong Daeng Romo gugur, 28 Februari 1947. Sementara itu Wolter mangonsidi
ditangkap oleh Belanda dan dihukum mati. Kematiannya tidak menurutkan semangat
perjuangan rakyat.
Mereka terus melakukan perlawanan gerilya. Dengan dimpimpin oleh Mayor Andi
Matalata, rakyat secara terus melakukan perlawanan gerilya (Perang gerilya adalah perang
yang dilakukan secara sembunyi sembunyi, penuh kecepatan dan biasanya dalam group yang
kecil tapi sangat fokus dan efektif.) Gangguan yang dilancarkan secara terus menerus oleh
rakyat sengat merepotkan belanda sehingga dibawah pimpinan kapten Raymond Westerling,
melakukan pembersihan dengan cara membunuh rakyat Sulawesi Selatan yang dicurigai
mendukung laskar.

C. HAKIKAT HANKAMNAS

Hakikat hankamnas adalah perlawanan rakyat semesta di bawah kendali dan pimpinan
pemerintah.Perlawanan rakyat menurut doktrin hankamnas, meliputi :

Kerakyatan, Merupakan kumpulan manusia yang mempunyai sejumlah kepentingan.


Perselisihan dan pertikaian dapat timbul karena adanya tabrakan kepentingan yang terjadi,
yang mengakibatkan gangguan terhadap keamanan umumnya dan ketertiban masyarakat
khususnya.

Kesemestaan, Kondisi geografis bumi Indonesia serta letak geografis didunia


mengandung faktor-faktor penentu strategis yang sifatnya relatif permanen. Perkembangan
sosial ekonomi, kepadatan penduduk yang sangat tinggi di daerah-daerah lainnya yang
mengandung pula permasalahan yang relatif permanen, yang memerlukan dari segi
pertahanan dan keamanan secara terus menerus.

Kematerialan, Perindustrian dalamnegara berkembang yang masih di dalam taraf


permulaan mengutamakan/mendahulukan peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antara
angkatan, serta antar industri pertahanan dengan industri sipil.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengalaman penyelenggaraan hankam menghasilkan berbagai doktrin terhadap


pertahanan dan keamanan yaitu doktrin prang griliya rakyat semesta, doktrin perang wilayah,
doktrin perang rakyat semesta dan doktrin pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Sasaran operasi hankamnas yaitu mencegah dan menghancurkan serangan terbuka,
menjamin penguasaan dan pembinaan wilayah nasional RI dan ikut serta memilahara
kemampuan hankam Asia Tenggara bebas dari campurtangan asing.
Pola operasi hankamrata yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan dalam negeri,
operasi intelijen strategis an pola operasi kerja sama pertahanan dan keamanan Asia
Tenggara. Pola operasi pertahanan bertujuan bertujuan untuk menggagalkan serangan dan
ancaman nyata dari kekuatan perang musuh. Pola operasi keamanan dalam negeri bertujuan
untuk memelihara atau mengembalikan kekuatan pemerintah/Negara RI paa salah satu atau
beberapa daerah (bagian wilayah) Negara yang terganggu keamanannya.
Pola operasi intelijen strategis bertujuan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan strategis nasional dan oprerasi-operasi Hankam,
menghancurkan sumber-sumber infiltrasi, subversi dan spionase yang terdapat di wilayah
musuh dan mengadakan perang urat saraf dan kegiatan-kegiatan tertutup lainnya untuk
mewujudkan kondisi strategis yang menguntungkan.
Pola operasi kerja sama yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan
stabilitas nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.

B. SARAN
Harapan terbesar kepada pemerintah, agar dalam mempertahankan keamanan dapat
berupaya semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan aparatur-aparatur demi kedamaian dan
keamanan dari pihak musuh dan bagi wilayah-wilayah yang terganggu keamannya, dijadikan
sebagai kebijaksanaan nasional dalam menentukan cita-cita,tujuan, dalam pembangunan
daerah maupun Negara.
Dengan demikian apa yang dicita-citakan Negara tercinta ini bisa terwujud. Dan
untuk para generasi penerus janganlah enggan untuk mempelajarai tentang apa dan
bagaimana tentang pertahanan dan keamanan rakyat semesta agar membuka wawasan untuk
membangun Negara yang menjadi kebanggaan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pusposueardjo. 2001. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan Nasional. (Patrecia Prima


Novitasari. Hlm. 94, 111-125)

Kansil, C.S.T., Christine., dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan & Perguruan Tinggi.
Jakarta : PT. Pradnya Paramitha. (Diky Aprianto. Hlm. 143-145)

Anda mungkin juga menyukai