Anda di halaman 1dari 16

GIZI SEIMBANG USIA LANJUT

PEMENUHAN MATA KULIAH GIZI DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6
AYU SAHARA : NIM P00524318 0
CUT INTAN : NIM P00524318 0
DINA FITRIA : NIM P00524318 011
FIFI ELIDAWATI : NIM P00524318 0
INTAN MERALIA : NIM P00524318 0
LAYLAN PUTRI : NIM P00524318 0
RISKA YUSDILA : NIM P00524318 029

Dosen Pembimbing : TM. AFRIZAL, SST, SE

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES ACEH PRODI D-III KEBIDANAN
MEULABOH TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik
serta hidayahNya, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan besar
kita Nabi Muhammad SAW dan selalu tertuju kepada para sahabat dan keluarga beliau serta
para pengikut beliau. Makalah ini berjudul “GIZI SEIMBANG USIA LANJUT”, guna
memenuhi tugas mata kuliah GIZI DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK.
Kelompok menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari semua pihak guna kesempurnaaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
kepada seluruh pihak hingga makalah ini dapat selesai.

Meulaboh, oktober 2019

Kelompok 6

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR
ISI..............................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar
Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan
masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................
1

BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A. Pengertian
lansi...............................................................................................................1
B. Perubahan pada
lansia.....................................................................................................1
C. Keadaaan gizi
lansia........................................................................................................3
D. Pemantauan status gizi pada
lansia..................................................................................3
E. Kebutuhan gizi pada
lansia..............................................................................................4
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada
lansia........................................................5
G. Kandungan gizi bagi
lansia.............................................................................................5
H. Menu sehat bagi
lansia....................................................................................................7
I. Langkah-langkah hidup sehat
lansia...............................................................................9
J. Role
play.........................................................................................................................11

BAB III
PENUTUP...................................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................................1
4
B. Saran...............................................................................................................................1
4

DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn
antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa
pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor
kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi
penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan
makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa
kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena
penyakit yang sedang dideritanya.

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori
dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?
2. Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang lansia?
3. Bagaimana perubahan gizi pada lansia?
4. Apa saja perubahan yang dapat terjadi pada lansia?
5. Apa saja gizi yang dibutuhkan lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia
2. Untuk mengetahui gizi seimbang pada lansia
3. Untuk mengetahui perubahan gizi pada lansia
4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
5. Untuk mengetahui gizi yang dibutuhkan lansia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Pengertian Lansia Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

 Manusia lanjut usia  mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992)
membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)
 Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 –
84 tahun dan 85 tahun
 Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah
berumur di atas 60 tahun

B. Perubahan Pada Lansia

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun
gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat
adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat
diperbaiki
a. Perubahan anatomi dan fisiologi

Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat
kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma.
Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau
proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat
yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan
gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian
menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan
perubahan-perubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan
fisiologik yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.

b. Alat indera

Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak
langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai
mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia
74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul
glossodyna atau nyeri pada lidah.

c. Saluran cerna/digestif

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul
adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan
rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi
gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-
hem-iron.

Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas
usus, hiungga terjadi konstipasi.

d. Metabolisma

Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun.
Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.

e. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa terhadap
perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein dan
elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.

f. Fungsi jaringan

Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82 %
untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat
otak.

C. Keadaan Gizi Lansia

Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer
maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang
diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental,
kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera,
gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta
alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah pendidikan yang
sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah
hidup dan tidak ada keinginan untuk masak.

Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis dan
ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan mengalami depresi.
Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka waktu
lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan selera, megunyah dan
malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai
akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas yang
meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber
’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada lansia yang mengalami
keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus
berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan yang mengalami panas yang tinggi.

D. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia

Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai tahapan
umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara langsungdilakukan
melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.

Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:

 tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi


 gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
 gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan
nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia
yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli
sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan)
dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons,
Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan)
cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.

Penimbangan Berat Badan :

a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai


peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih
dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan
berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :

Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)

Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :

Berat badan ideal = TB dalam cm – 100

Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

E. Kebutuhan Gizi Pada Lansia

1. Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme
seluruh sel dan kegiatan otot berkurang

2. Protein

Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan
pembedahan

3. Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori total

4. Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5. Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit

Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang
akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot
dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan
cairan dan serat

6. Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan
asam folat

F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.


2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.

G. Kandungan Gizi Bagi Lansia

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka
cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.
Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang
lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal,
penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam
dapat meningkatkan tekanan darah.

1. Protein: arginin dan glutamin.

Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-
pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan
tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino
semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.

2. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan
kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam
lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
3. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.

Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

4. Mikronutrien (vitamin dan mineral).

Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.

5. Zinc.

Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung
menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan.

6. Lycopene.

Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)

7. Asam Folat

Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan
respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).

8. Vitamin E

Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan
yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah
sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).

9. Vitamin C.

Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
10. Vitamin A.

Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit,
dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.

11. Vitamin D.

Menghambat respons limfosit Th-1.

12. Kelompok Vitamin B.

Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun.
Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih.
Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang
penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat
memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi
protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid
sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya
pembentukan antibodi dan imunitas sellular.

H. Menu Sehat Bagi Lansia

Perencanaan Makanan untuk Lansia

1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari
: zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam

Jam 10.00 : Roti

Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya

Jam 16.00 : Nagasari

Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang


1. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

2. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.

3. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi
sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.

4. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

5. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.

6. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena
tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.

2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.

3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat
adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.

4. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.

5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur,
ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari
total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram
sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,
kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.

7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati
atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.

8. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari

9. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet


10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia
lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-
bijian seperti kacang.

11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.

12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.

13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.

14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

I. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang
harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai

Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan
atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau
bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki,
dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki
bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat
diberikan.

2. Istirahat, tidur yang cukup

Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau


kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh
memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya
akan merasa segar setelah istirahat.

3. Menjaga kebersihan

Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan


dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali
sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah
selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ
intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.

Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi
selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar
mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari
keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci


keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia
dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat
diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor
beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.

5. Mental dan batin tenang dan seimbang

Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang
akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan
sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua
orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang
tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.

6. Rekreasi

Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di


pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar
enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh
faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam
fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen
terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga
mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam
struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini
berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya
yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992).

B. Kritik dan Saran

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan


pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran
dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua
pembaca.
ROLE PLAY

Narator : Dina Fitria

Bidan : Ayu Sahara

Mahasiswa 1 : Fifi Elidawati

Mahasiswa 2 :

DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.

DepKes RI, 1992. Asuhan Kesehatan Lansia dalam Konteks keluarga.

Anda mungkin juga menyukai