Anda di halaman 1dari 11

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

PEMENUHAN MATA KULIAH ASKEB NEONATUS BAYI BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6
DINA FITRIA : NIM P00524318 011
FIFI ELIDAWATI : NIM P00524318 013

Dosen Pembimbing :

EVI ZAHARA, SST, M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES ACEH PRODI D-III KEBIDANAN
MEULABOH TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik
serta hidayahNya, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan besar
kita Nabi Muhammad SAW dan selalu tertuju kepada para sahabat dan keluarga beliau serta
para pengikut beliau. Makalah ini berjudul “SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN”,
guna memenuhi tugas mata kuliah ASUHAN KEBIDANANNEONATUS BAYI BAALITA
DAN ANAK PRASEKOLAH.
Kelompok menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari semua pihak guna kesempurnaaan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
kepada seluruh pihak hingga makalah ini dapat selesai.

Meulaboh, november 2019

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pengertian sindrom gangguan pernafasan.....................................................................2


B. Penyebab gangguan pernafasan.....................................................................................3
C. Klasifikasi gangguan pernafasan...................................................................................3
D. Tanda dan gejala............................................................................................................4
E. Komplikasi.....................................................................................................................4
F. Penatalaksanaan sindrom gangguan pernafasan............................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................................7

A. Kesimpulan.....................................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit sindrom gangguan
pernafasan terjadi dikarenakan beberapa sebab yaitu obstruksi jalan napas oleh lendir,
gangguan saraf pusat, gangguan metabolik dan masih banyak lagi penyebab gangguan
pernafasan pada neonatus. Kematian bayi akibat gangguan pernapasan masih belum
mendapatkan perawatan yang eksklusif bagi pelayanan kesehatan yang berada di pelosok,
dikarenakan fasilitas dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga mengakibatkan kematian
janin yang meningkat. (Sjabana Dripa,2014)
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada
waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu
ekspirasi otot pernafasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa
kelainan pola pernafasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi
dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi, insfeksi dan lain-
lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau
disebut juga Hyaline membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru
dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya. (Bobak, Lowdermik. 2013)

B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari sindrom gangguan pernafasan ?


2. Apakah penyebab dari sindrom gangguan pernafasan ?
3. Bagaimana tanda dan gejala sindrom gangguan pernafasan ?
4. Bagaimana komplikasi dari sindrom gangguan pernafasan ?
5. Bagaimana penatalaksanaan sindrom gangguan pernafasan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari sindrom gangguan pernafasan


2. Untuk mengetahui penyebab dari sindrom gangguan pernafasan
3. Untukmengetahui tanda dan gejala sindrom gangguan pernafasan
4. Untuk mengetahui komplikasi dari sindrom gangguan pernafasan
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom gangguan pernafasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sindrom Gangguan Pernafasan

Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi kebutuhan


pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah, sehingga terjadi
gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi karbondioksida. Sindrom gangguan napas
ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah
istilah yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. (hermansen c,2016)

RSD merupakan masalah frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 kali permenit dalam
24 jam pertama setelah kelahiran karena paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen
ke seluruh tubuh, sindrom gangguan pernafasan dapat ditandai dengan adanya sianosis
(warna kebiruan pada kulit karena kekurangan oksigen dalam darah) dan adanya rintihan bayi
saat espirasi. Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi
terganggu dan alveolus akan kembali kolaps, pada setiap akhir espirasi dan pada pernafasan
selanjutnya dibutuhkan tekanan yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat.
(kosim soleh dkk,2015)

Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa sebab,apabila
gangguan pernafasan tersebut disertai dengan tanda-tanda hipoksia (kekurangan
oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir.
(kosim soleh dkk,2015)

Patofisiologi Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Ketidaksiapan paru menjalankan
fungsinya tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Kekurangan atau
ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan
kolaps alveoli saat ekspirasi. Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya
tetap mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya
pada setiap hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.
Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat
kelahiran). Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan
atelaktasis.

Faktor yang dapat menimbulkan kelainan ini adalah pertumbuhan paru yang belum
sempurna. Karena itu salah satu cara untuk menghindarkan penyakit ini ialah dengan
mencegah kelahiran bayi yang maturitas parunya belum sempurna. Maturasi paru dapat
dikatakan sempurna bila produksi dan fungsi surfaktan telah berlangsung baik. Untuk
mencegah sindrom gangguan pernapasan dapat dilakukan dengan segera melakukan
resusitasi pada bayi baru lahir, apabila bayi tidak bernapas sama sekali atau bernapas dengan
mengap-mengap dan bayi bernapas kurang dari 20 kali/menit. (Wahyuni Sari,2015)

B. Penyebab Gangguan Pernafasan

a. RSD dapat terjadi jika neonatus tidak memiliki zat surfaktan dalam paru-parunya. Zat
surfaktan dibutuhkan untuk membantu permukaan paru-paru mengembang dengan
baik,terutama setelah keluar dari rahim. Surfaktan merupakan zat yang melapisi
kantong udara atau alveoli di dalam paru-paru.

b. Kelainan perkembangan organ misalnya hernia diafragmatika. Hernia diafragma


adalah kondisi ketika organ dalam rongga perut naik dan masuk ke dalam rongga
dada melalui lubang abnormal pada diafragma. Posisi lubang dapat terletak di bagian
belakang dan samping diafragma (hernia Bochdalek) atau di bagian depan diafragma
(hernia Morgagni). Diafragma adalah otot berbentuk kubah yang berfungsi membantu
proses pernapasan.

c. Obstruksi (penyumbatan) jalan nafas. Obstruksi jalan napas adalah penyumbatan di


bagian mana pun dari jalan napas. Jalan napas adalah sistem tabung yang kompleks
yang membawa udara yang dihirup dari hidung dan mulut ke paru-
paru. Obstruksi dapat mencegah sebagian atau seluruhnya udara masuk ke paru-paru.

C. Klasifikasi gangguan pernafasan


1. Gangguan nafas berat

Dikatakan gangguan nafas berat adalah Frekuensi nafas lebih dari 60x permenit dengan
sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau marintih saat ekspirasi.
2. Gangguan nafas sedang

Dikatakan gangguan nafas sedang apabila Frekuensi nafas 60 – 90x permenit dengan
tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral

3. Gangguan nafas ringan

Dikatakan gangguan nafas ringan adalah Frekuensi nafas 60 -90x permenit tanpa tarikan
dinding dada tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
(Sjabana Dripa,2014)

D. Tanda dan Gejala Sindrom Gangguan Pernafasan

Tanda – tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan cara
menghitung frekuensi pernafasan dan melihat warna kulit bayi.

a) Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir )


b) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit
c) Frekuensi nafas bayi cepat atau takipnea, lebih 60 kali /menit.
d) Retraksi dada atau bernafas hingga terlihat bentuk tulang iga
e) Suara dengusan saat bernafas

E. Komplikasi

1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :


a. Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2
memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA (Patent ductus arteriosus) dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan
merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi
surfaktannya.

2. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :


a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi
dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
b. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

F. Penatalaksanaan Sindrome Ganguan Pernafasan

Tujuan utama dalam penatalaksanaan gagal nafas adalah menjamin kecukupan


pertukaran gas dan sirkulasi darah dengan komplikasi yang seminimal mungkin. Hal ini dapat
dicapai dengan menangani dan mengatasi etiologi gagal nafas. Indikasi untuk memulai
ventilasi mekanis pada pasien yang mengalami gagal nafas biasanya didasari atas menetap
atau memburuknya keadan klinis akibat proses pertukaran gas di paru-paru yang terganggu.
(mathai,2014)

Bayi baru lahir yang mengalami gangguan nafas berat harus segera dirujuk ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas ruang NICU. Sebelum dirujuk atau dipindahkan ke NICU,
penatalaksanaan yang tepat sejak awal sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
perawatan.

Penatalaksanaan RDS atau Sindrom gangguan nafas adalah sebagai berikut :

1. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa steril
2. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membalut bayi dengan kain hangat
3. Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan leluasa
4. Longgarkan pakaian bayi
5. Memberikan cairan intravena
6. Melakukan oksigenasi, tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang
7. Jika bayi menglami apnea (proses pernafasan yang serhenti sesaat) :
a) Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi
b) Bila bayi tidak mulai bernafas atau nafas megap – megap, maka lakukan
resusitasi.

Saat bayi telah berada diruang NICU, tenaga medis dapat memberikan zat Surfaktan
pada 6 sampai 24 jam setelah bayi lahir apabila bayi mengalami respiratory distress
syndrome yang berat. Selanjutnya surfaktan dapat diberikan 4-6 jam setelah dosis awal
apabila sesak menetap dan bayi memerlukan tambahan oksigen 30% atau lebih.

Surfaktan dapat diberikan langsung melalui selang ETT atau dengan menggunakan
nebulizer. Pemberian langsung kedalam selang ETT memungkinkan distribusi surfaktan yang
lebih cepat sampai ke bagian perifer paru-paru, efektivitas nya lebih baik dan efek samping
yang dapat ditimbulkan lebih sedikit. Pemberian surfaktan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan nebulizer 2-3 menit. (mathai,2014)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang
berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan. Faktor resiko
utama gagal nafas pada neonatus adalah prematuritas, bayi berat badan lahir rendah, dan
golongan sosioekonomi rendah. Diagnosis gagal nafas merupakan diagnosis klinis.
Gambaran klinis yang meningkatkan kewaspadaan klinisi akan terjadinya gagal nafas antara
lain: peningkatan atau penurunan laju respirasi, peningkatan atau penurunan usaha nafas,
periodic breathing, apnea, sianosis yang tidak berkurang dengan pemberian oksigen, turunnya
tekanan darah disertai takikardi, pucat, kegagalan sirkulasi yang diikuti bradikardi, dan
penggunaan otototot pernafasan tambahan.

B. Saran
1. Bagi pembaca : diharapkan pembaca dapat mengerti dan mengetahui sepenuhnya
terkait dengan pembahasan yang telah dijelaskan mengenai sindrom gangguan
pernafasan pada neonatus.
2. Bagi mahasiswa : sebagai calon anggota tenaga kesehatan dimasa yang akan datang,
diharapkan mahasiswa dapat mengerti penjelasan yang telah dijelaskan dan mampu
memberikan konseling ataupun penaganan kepada masyarakat yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kosim Soleh, dkk. 2015. Buku Panduan Manajemen Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,

Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Sjabana Dripa,2014. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Raya : Jakarta

Mathai S, Raju C, Kanitkar C. Management of respiratory distress in the newborn. MJAFI.

2014;63(269-72).

Hermansen C, Lorah K. Respiratory distress in the newborn. Am Fam Physician.

2016;76:987-94.

Wahyuni Sari,2015. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku Kedokteran

Bobak, Lowdermik. 2013. Buku Ajar Perawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai