Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEHAMILAN PADA

KEADAAN BENCANA
PEMENUHAN TUGAS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

DISUSUN OLEH

PRINSISTARI FILDZAH INRAS


NIM : P00524318 026

DOSEN PEMBIMBING : SILVYA MASYITAH, S.ST

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MEULABOH


POLITEHNIK KESEHATAN ACEH
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya
kepada-Nya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya kepada-Nya
dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja
yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.
Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda Rasul, Muhammad SAW
yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam.
Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah kesehatan
masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit
kendala yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan
motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan segenap ucapan terima kasih. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Meulaboh, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan Kebidanan Pada Kelompok Rentan Bencana
B. Ruang Lingkup Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat
bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
Makanan tambahan bagi balita ​adalah makanan tambahan yang diperuntukan
bagi balita usia 24 - 59 bulan dengan kandungan gizi sekitar 1/3 dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 350-400 kkal dan 12 - 15 g protein per hari
makan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana assuhan kebidanan pada kelompok rentan bencana?
2. Bagaimana ruang lingkup gizi dalam penanggulangan bencana?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada kelompok rentan bencana.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup gizi dalam penanggulangan bencana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA KELOMPOK RENTAN BENCANA


1. Dampak bencana pada hamil dan bayi
Dampak bencana yang sering terjadi adalah abortus dan lahirprematur
disebabkan oleh ibu mudah mengalami stres, baik karena perubahan hormon
maupun karena tekanan lingkungan/stres di sekitarnya.
Selain itu, saat bencana ibu hamil bisa saja mengalami benturan dan luka yang
mengakibatkan perdarahan atau pelepasan dini pada plasenta dan rupture uteri.
Keadaan ini dapat mengakibatkan gawat janin dan mengancam kehidupan ibu dan
janin.

2. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bayi sebelum bencana


Melihat dampak bencana yang dapat terjadi, ibu hamil dan bayi perlu dibekali
pengetahuan dan ketrampilan menghadapi bencana. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran
proses kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI
b. Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya
dalam simulasi bencana.
c. Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani
kegawat daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau
workshop.
d. Menyiapkan stok obat khusus untuk ibu hamil dalam logistik bencana
seperti tablet Fe dan obat hormonal untuk menstimulasi produksi ASI.

3. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bayi saat bencana


a. Pengkajian
Pengkajian kesehatan yang harus dilakukan pada ibu hamil dan bayi atau janin saat
terjadi bencana, meliputi:
1) Ibu Hamil
Ibu hamil harus dikaji berat badan, pembengkakan kaki, dan darah.
Pengkajian pada ibu hamil harus juga mengkaji janin dalam kandungannya.
Kondisi kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan dan denyut
jantungnya
2) Bayi
Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil . Kebutuhan cairan juga perlu dikaji
dengan seksama karena bisa saja bayi terpisah dari ibunya sehingga
menyusui ASI terputus
b. Masalah kesehatan yang bisa terjadi pada ibu hamil, janin dan bayi, serta
penanganannya.
Tekanan darah rendah
Wanita hamil dapat mengalami tekanan darah rendah karena tidur dengan posisi
supinasi dalam waktu lama. Dalam hal ini, tekanandarah rendah dapat
diperbaiki dengan mengubah posisi tubuh ibu menghadap ke sebelah kiri
sehingga vena cava superior dapat bebas dari tekanan uterus. Ketika wanita
hamil dipindahkan ke tempat lain, maka posisi tubuhnya juga menghadap ke
sebelah kiri

4. Asuhan kebidanan manajemen pada ibu hamil dan bayi setelah bencana
Ibu yang masih dapat dipertahankan kehamilannya dipantau terus kondisi ibu
dan janinnya agar dapat melahirkan dengan selamat pada waktunya. Bagi ibu yang
sudah melahirkan, fungsi dan tugas ibu merawat bayi harus tetap dijalankan, baik
di tempat pengungsian atau pun di lingkungan keluarga terdekat.
Tujuan keperawatan bencana pada fase setelah bencana adalah untuk
membantu ibu menjalani tugas ibu seperti uraian dibawah ini.
a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
b. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Berkualitas
c. Makanan siap saji untuk Ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca bencana

B. RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA
1. Pra bencana
Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan
antisipasi terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugas
seperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kontinjensi
kegiatan gizi, konseling menyusui, konseling Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal daerah rentan bencana,
penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan pendampingan
kepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan berbagai
kegiatan terkait lainnya.
2. Situasi Keadaan Darurat Bencana
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat.
a. Siaga Darurat
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai dengan
adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
b. Tanggap Darurat
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2
(dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
1) Tahap Tanggap Darurat Awal
a) Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai
berikut: korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam
pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban
secara lengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan
adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan. Lamanya
fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah
bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase
ini kegiatan yang dilakukan adalah:
● Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak
lapar dan dapat mempertahankan status gizinya
● Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
● Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
b) Fase II Tanggap Darurat Awal
Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:
● Menghitung kebutuhan gizi
Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur,
selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi dengan
memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan
2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun
menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang
tersedia.
● Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum
yang meliputi:
• Tempat pengolahan
• Sumber bahan makanan
• Petugas pelaksana
• Penyimpanan bahan makanan basah
• Penyimpanan bahan makanan kering
• Cara mengolah
• Cara distribusi
• Peralatan makan dan pengolahan
• Tempat pembuangan sampah sementara
• Pengawasan penyelenggaraan makanan
• Mendistribusikan makanan siap saji
• Pengawasan bantuan bahan makanan untuk
melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat
bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain
2) Tanggap Darurat Lanjut
Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat awal,
dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai tingkat kedaruratan.
Lamanya tahap tanggap darurat lanjut tergantung dari situasi dan
kondisi setempat di daerah bencana. Pada tahap ini sudah ada
informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah
menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan,
keadaan penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada
tahap ini meliputi:
a) A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid Health
Assessment (RHA).
b) Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang
badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui (Lingkar Lengan
Atas).
c) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB<-2SD) dan
jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA<23,5 cm).
d) Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare,
campak, demam berdarah dan lain-lain.
e) Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi.
c. Transisi Darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat
disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan
gizi seperti pada tanggap darurat.

3. Pasca Bencana
Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan
pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk mengetahui
kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan melaksanakan kegiatan
pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh
secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan
korban bencana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat
bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat s
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana


Edisi Revisi. Jakarta. PPKK-Kemenkes RI. 2011

Anda mungkin juga menyukai